Anda di halaman 1dari 74

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322555816

JARINGAN KERAS GIGI ASPEK MIKROSTRUKTUR DAN APLIKASI RISET

Book · April 2016

CITATIONS READS

0 2,433

1 author:

Abdillah Imron Nasution


Syiah Kuala University
29 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

n-HAP View project

All content following this page was uploaded by Abdillah Imron Nasution on 17 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Diterbitkan oleh :
Percetakan & Penerbit
Syiah Kuala University Press
Darussalam, Banda Aceh
BUKU AJAR

JARINGAN KERAS GIGI


ASPEK MIKROSTRUKTUR DAN APLIKASI RISET

OLEH

ABDILLAH IMRON NASUTION

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS


BANDA ACEH
2016
978-602-1270-38-7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................... 6

EMAIL .......................................................................... 7
Sifat Fisik Email ............................................................................ 7
Sifat Kimiawi Email ..................................................................... 7
Sifat Mekanis Email ..................................................................... 8
Struktur Mikroskopis Email ....................................................... 9
Kristal Apatit ................................................................................. 13
Email dan Pasta Gigi Nanohidroksiapatit (n-HAp) ............... 17
Demineralisasi Email ................................................................... 18
Remineralisasi Email .................................................................... 19
Mineralisasi dan Komposisi Utama Email ............................... 26
Mineralisasi dan Buffer Saliva .................................................... 30
Buffer pada Pasta gigi Nano hydroxyapatite (n-HAp).................. 31
Fluor ............................................................................................... 35
Email, bahan herbal dan S. mutans ............................................. 38
Daftar Pustaka .............................................................................. 42

DENTIN ..................................................................................... 45
Struktur Mikroskopis Dentin ..................................................... 46
Sifat Fisik Dentin .......................................................................... 51
Sifat Kimia Dentin ....................................................................... 51
Sifat Mekanik Dentin ................................................................... 51
Dentin dan Sodium Lauryl Sufate ................................................. 52
Dentin Akar Gigi dan chelating agent ................................................ 53
Bahan khelasi dan regangan mikro dentin akar gigi ............... 55
EDTA (Etylen Diamine Tetra Acetic Acid) ............................ 55
Rc-Prep .......................................................................................... 55
Bahan khelasi dan regangan mikro dentin akar gigi ............... 55
Dentin Akar Gigi dan Analisis XRD ........................................ 56
Daftar Pustaka .............................................................................. 60
SEMENTUM ............................................................... 63
Sifat Fisik Sementum ................................................................... 64
Sifat Kimia Dentin ....................................................................... 64
Sifat Mekanis Dentin ................................................................... 65
Cementum Enamel Junction .......................................................... 65
Daftar Pustaka .............................................................................. 66

GLOSSARY ................................................................... 67
Index ............................................................................. 70
KATA PENGANTAR

Pengetahuan mengenai mikrostruktur jaringan keras gigi sangat


diperlukan, sebab dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan sekarang ini, begitu banyak ilmu-ilmu terapan
lainnya yang dibutuhkan dalam memahami mikrostruktur
jaringan yang terdiri dari email, dentin, dan sementum ini.
Sebagaimana diketahui, ruang lingkup keilmuan mikrsotruktur
jaringan keras gigi yang bahan non organiknya adalah kristal
hidroksi apatit ini begitu luas, sedari pemahaman dasar hingga
pengembangannya berdasarkan sifat dan karakter masing-masing
baik dalam hubungannya dengan tubuh, mikroorganisme,
maupun aplikasi material yang bertujuan untuk menciptakan
kesehatan rongga mulut dan gigi yang lebih baik.

Dalam buku ini, integrasi keilmuan seperti fisika, teknik, kimia,


biologi, dan ilmu terapan lainnya yang diperjelas dengan hasil-
hasil riset terbaru yang penulis lakukan.

Abdillah Imron Nasution


PENDAHULUAN

Jaringan keras adalah adalah jaringan yang mengalami


mineralisasi. Secara biologi mineralisasi atau kalsifikasi dapat
didefinisikan sebagai proses dimana terdapat sejumlah besar
mineral dan bentuk kristal-kristal kompleks yang membentuk
jaringan. Berdasarkan kandungan mineralnya, umumnya jaringan
tubuh dibagi atas jaringan lunak dan jaringan keras. Terdapat
dua perbedaan yang penting antara mineral pada jaringan lunak
dan jaringan keras.

Jaringan lunak terdiri atas mineral-mineral kurang lebih 1%


sedangkan pada jaringan keras tubuh dapat mencapai tingkat
hingga 98%. Tidak hanya kuantitas, bentuk mineral-mineral juga
berbeda antara jaringan lunak dengan jaringan keras. Pada
jaringan lunak, mineral-mineral diasosiasikan dengan ion-ion
yang yang berpencar secara acak pada cairan dan fase organik
tubuh sedangkan pada jaringan keras mineral-mineral
membentuk crystalline lattice yang memiliki ciri khusus.
Berdasarkan cirri ini, terdapat 3 (tiga) jaringan keras gigi, yaitu:
email, dentin, dan sementum. Ketiganya memiliki tingkat dan
mineralisasi yang berbeda yang secara otomatis mempengaruhi
sifat dan karakter masing-masing terutama tingkat kekerasannya.

Untuk itu, integrasi mikrostruktur jaringan keras gigi ke dalam


riset-riset yang dibutuhkan untuk mendukung ilmu-ilmu klinis
seperti dental material, orthodonti, prostodonti, endodonti dan
dan tentu saja oral biology. Di samping itu, integrasi ini tentu
saja dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya
dalam ilmu kedokteran gigi dasar.

1
EMAIL
Email merupakan jaringan keras tubuh manusia yang mengalami
mineralisasi dan mempunyai nilai kekerasan permukaan yang
tinggi. Email bersifat avaskular yaitu tidak memiliki pembuluh
darah dan juga tidak memiliki saraf di dalamnya.

Sifat Fisik Email


Secara fisik email sangat keras dan merupakan jaringan biologis
yang paling keras pada tubuh karena kandungan mineral yang
tinggi. Email berwarna putih keabu-abuan dan tampak sedikit
berwarna kuning karena dipengaruhi warna dentin di bawahnya.
Ketebalan email maksimum sekitar 2.5 mm terdapat pada
permukaan insisal-oklusal dan menipis di daerah servikal dengan
ketebalan email 0.5 mm.

Sifat fisik email lainnya adalah bersifat isolator terhadap hantaran


panas maupun listrik, dan meskipun sebagian besar email
tersusun dari kristal apatit dengan kristalinitas yang tinggi.
Namun email tidak mempunyai sifat piezzo elektrik maupun pyro
elektrik.3 Email mempunyai sifat semi permiabel untuk beberapa
zat, terutama yang mempunyai berat atom atau molekul kecil
seperti fluor.

Sifat Kimiawi Email


Email gigi terdiri atas zat organik 30 %, anorganik 58% dan air
12%. Molekul organik yang terdapat pada email yaitu: Enamelin
(ENAM), amelogenin (AMELX), ameloblastin (AMBN), tuftelin
(TUFT1), amelotin (AMELOTIN), dentine sialophosphoprotein
(DSPP) dan berbagai enzim seperti kallikrein-4 (KLK4) dan
matriks metalloproteinase-20 (MMP20).

Zat anorganik utama email gigi adalah kristal hidroksiapatit


(HA). Kandungan zat organik email terdiri atas protein (58%)
yang dikenal sebagai Enamelin. Enamelins ini diketahui akan
berikatan sangat erat pada permukaan kristal apatit dan mengisi
semua ruang antar kristal-kristal HA.

2
Amelogenin merupakan protein email yang paling banyak di
matriks email. Amelogenin berperan dalam nukleasi, proteksi,
elongasi dan morfologi kristal apatit. Banyaknya kandungan
protein amelogenin sekitar 80-90% dari total protein email,
sedangkan ameloblastin sebanyak 5-10% dan enamelin pada
kisaran 1-5%. Ameloblastin merupakan produk gen spesifik
ameloblas yang penting dalam pembentukan matriks email dan
mineralisasi. Enamelin adalah protein email yang paling besar
dan secara langsung terlibat dalam katalisis pemanjangan kristal
email. Enamelin terikat pada kristal email sebagai lapisan
retikulum halus disekeliling kristal email sebagai lapisan tipis
yang tidak terkalsifikasi yang mengisi ruang antar prisma.

Selain ketiga bahan tersebut di atas, terdapat juga enamel


proteinase yang berfungsi pada tahap sekretori dan maturasi
awal. Pada tahap sekretori terdapat enamelysin yang memproses
protein email kristal email yang sedang tumbuh memanjang.
Pada tahap maturasi awal terdapat Kalikrein-4 dari Proteinase
Serine Matriks yang berfungsi mengurangi matriks protein email.

Mutasi pada seluruh gen-gen tersebut dapat menyebabkan


perubahan pembentukan protein email yang berperan dalam
pembentukan email gigi. Mutasi gen pengkode protein email
akan mengakibatkan kelainan struktur email gigi. yang salah
satunya adalah amelogenesis imperfecta.

Sifat Mekanis Email


Email bersifat getas (brittle) karena elastisitasnya yang rendah.
Elastisitas yang rendah secara normal akan mengakibatkan
adanya retakan (enamel crack) pada permukaan email. Meskipun
email sangat keras namun elastisitasnya rendah, hal ini terlihat
pada tahanan kompresinya yang dapat mencapai 210-3500 kg/
cm2 dengan kekuatan tariknya (tensile) hanya ± 100 kg/ cm2. Oleh
karena sifat fisiknya yang sangat keras, email dapat menahan
beban mekanik pada saat pengunyahan. Regangan mikro pada

3
email yang pernah diteliti adalah sebesar 20 % dan terjadi
peningkatan sebesar 10% pada email yang mengalami fluorosis.

Hasil penelitian degan menggunakan Microvickers Hardness


menunjukkan nilai Sifat Mekanis Unit
kekerasan permukaan
Densitas (g/ cm3) 2.2
email rata-rata adalah
Elastisitas (GPa) 48
250-350 VHN dan
terjadi peningkatan Kompresi (MPa) 241
kekerasan setelah Tensile (MPa) 10
pemberian Fluoride Hardness (VHN) 350
menjadi 358 VHN. Microstrain (%) 30

Struktur Mikroskopis Email4


Pembentukan email terjadi secara
bertahap selapis demi selapis. Pola
pembentukan yang bertahap ini
memberikan gambaran garis
pertumbuhan email yang disebut
dengan garis retzius. Garis ini
berjalan melintang terhadap arah
prisma email. Pola arah prisma
yang telah disebutkan
sebelumnya. dalam pemeriksaan
mikroskopis akan memberikan
gambaran gelap-terang yang
disebut dengan garis hunter
schreger. Pada permukaan
email, garis retzius bermanifestasi
sebagai suatu garis yang
melingkari mahkota gigi dalam
arah mesio-distal dan disebut
sebagai garis perikimata. Garis
Perikimata lebih jelas dan lebih
banyak pada bagian sepertiga Atas: Perikimata (garis)
servikal gigi dari pada daerah Hunter Schreger (bawah)

4
insisal karena. Garis perikimata menjadi kurang jelas dengan
pertambahan umur karena pemakaian dan tidak terlihat sama
pada setiap individu.

Dentino Enamel Junction (DEJ) adalah junction antara email


dan dentin. Bentuknya konvek terhadap dentin dan konkaf
terhadap email. Dentino enamel junction ini berfungsi dapat
meningkatkan adhesi antara email dan dentin serta menambah
kekuatan pada saat gigi digunakan selama mastikasi.

Secara mikroskopik struktur dasar email terdiri dari prisma


email. Prisma email tersusun sepanjang dentino enamel junction ke
arah permukaan gigi dan setiap prisma email memiliki arah yang
tegak lurus terhadap bidang dentino enamel junction. Pada bagian
lain, prisma email berjalan dengan pola spiral dari dentino enamel
junction ke permukaan membentuk sudut 800-1200 dengan DEJ.
Arah dari prisma tersebut merupakan suatu garis yang
melengkung dan berbentuk
seperti huruf “S”.

Bentuk penampang melintang


prisma yang disusunnya tampak
sepeti lubang kunci dengan
Prisma Email bagian kepala dan daerah
interprisma. Diameter prisma
email berkisar antara 4-8 µm
dengan panjang dapat mencapai 9
µm dan panjang pada bagian ekor
sekitar 1 µm.

Beberapa temuan juga


mengindikasikan bentuk prisma
Ilustrasi Prisma Email
email dengan berbagai variasi
seperti busur (arcade shape)
ataupun bentuk ekor ikan (fish-tail). Dengan mikroskop
elektron pada pembesaran 1000X tampilan prisma email

5
terkadang juga menujukkan pola yang menyerupai anyaman tikar
(mat-like).

Di sekeliling bagian terluar dari prisma email terdapat area


interprisma (interrrod email). Daerah interprismatik ini terlihat
berbeda dari inti prisma pada potongan melintang dikarenakan
oleh perbedaan kristalisasi yang tersusun pada interprismatik.13
Beberapa penelitian terkadang tidak menemukan adanya area
yang disebut sebagai interprisma.

a b c
Pola tampilan prisma email a) arcade b) fish tail. dan c) mat-like

Faktanya, prisma email (rod enamel) ini tersusun atas kristal-kristal


apatit dimana pada pertengahan kepala prisma email kristal
berjalan sejajar terhadap sumbu longitudinal prisma. Semakin ke
arah lateral kristal-kristal apatit semakin membelok hingga tepi
lateral prisma.

Arah susunan kristal yang berbeda pada bagian kepala dan


interprismatik email menyebabkan perbedaan kelarutan kristal
terhadap asam. Ion H+ yang datang pada arah sejajar dengan
sumbu kristal akan lebih mudah melakukan substitusi ion OH-
yang terletak pada sumbu kristal HA dibandingkan apabila
datang dari tegak lurus sisi panjang kristal.

6
a) Potongan email b) orientasi arah gerak kristal c) orientasi
tampak depan
Sumber: Balogh MB dan Fehrenbach MJ, 2006

Pada daerah yang berdekatan dengan DEJ pada daerah yang


rendah mineral terlihat gambaran cerah yang halus tampak
seperti rumput disebut enamel tufts yang dapat ditemukan pada
bagian terdalam sepertiga dari email dan merupakan area yang
kurang mineralisasinya. Enamel tufts merupakan sebuah keadaan
hypocalcification.

Selain enamel tuft ditemukan juga enamel spindle yang


merupakan ujung serat jaringan ikat atau bagian sel odontoblas
yang tertanam dalam email yang dihasilkan oleh odontoblast yang
melintasi membran dasar sebelum mengalami mineralisasi ke
dalam DEJ. Enamel spindles pada khususnya terlihat pada bagian
dalam cusp dan ujung
insisal pada gigi.

Enamel (E), Enamel


Lamella (L), Enamel
Spindle (S), Enamel Tuft
(T), Odontoblas (p),
Dentinoenamel Junction
(dej), Dentin (D).
Sumber: Melfi RC, Alley KE. 2000

7
Kristal Apatit
Apatit merupakan suatu senyawa dari kelompok kalsium fosfat
dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(X)2 dengan X dapat berupa OH
(hidroski), F (fluoro), Cl (kloro) atau CO3 (karbonat). Unsur Ca
dapat digantikan oleh Sr; Ba; Pb; Na, dan unsur PO4 dapat
digantikan oleh HPO4; ASO4; VO4; SiO4 atau CO3.

Kristal apatit email umumnya adalah hidroksi apatit


Ca5(PO4)3(OH)2. Hidroksi Apatit (HA) menyusun prisma email
dengan ukuran panjang 120-160 nm dan lebar sisinya yang
tersempit 25 nm dan sisi yang terlebar 40 nm.10 Pada kristal
hidroksi apatit yang berbentuk heksagonal dengan panjang sisi
parameter kisi a = b. dengan sudut γ = 120o.

Berdasarkan hasil riset


dengan menggunakan
X-Ray Diffraction (XRD)
ukuran butiran kristal
HA email yang pernah
dilaporkan adalah
20.30-27.60 nm.
Parameter kisi email
normal adalah
a=9.4148 Å (angstrom)
dan c=6.8791 Å
sedangkan pada email
fluorosis adalah
a=9.3786 Å dan
c=6.8836 Å. Email
fluorosis memiliki
ukuran butiran kristal
19.59 nm sedangkan
email normal 20.30 nm.

Dalam setiap sel unit


XRD Analisis
A) Normal B) Fluorosis

8
kristal apatit, ion Ca menempati sudut heksagonal me
membentuk
suatu kolom kalsium. Pada rentang antar kalsium m tersebut
terdapat kedudukan dua ion PO4 pada sisi heksagon onal. Selain
pada sudut heksagonal, ion Ca juga terdapat pada kan
kanal sentral
sel membentuk susunan dua lapis segitiga. Ion O OH akan
menempati axis c dengan ketinggian z ¼-¾.

Kedudukan ion OH berseling dengan kedudukan ion Ca pada


sentral sel membentuk triangular kalsium. Keduduka kan ion Ca
pada kolom tidak berada pada satu bidang. nam amun pada
ketinggian ⅓. ⅔. 0. ⅔. ⅓ dan 0 dari ⅓ atas tinggi c- axis
xis.

Ilustrasi heksagonal kalsium apatit

Molekul fosfat memiliki ukuran lebih besar diba ibandingkan


kalsium atau hidroksil. Secara skematik, fosfat memben
bentuk suatu
heksagonal dan digambarkan sebagai bulatan-bula ulatan yang
disebut close pack. Dari seluruh jumlah lorong yang terjadi.
te tiga
perempatnya diisi oleh ion kalsium, sisanya oleh h hidroksil.

9
Lorong (microtunnel) ini dapat dimasuki oleh beberapa ion
dengan berat atom rendah.

Pada fenomena demineralisasi. lorong mikro dapat dimasuki


oleh ion H+ dan terjadi penarikan OH- menyebabkan lorong
OH- menjadi kosong dan seharusnya akan terjadi penurunan
dimensi unit sel, akibatnya akan terjadi suatu peningkatan
regangan mikro (microstrain). Peningkatan regangan tersebut
secara akumulatif pada keseluruhan email dapat menimbulkan
suatu gaya tarikan internal yang dapat mencapai DEJ dan akan
diterima oleh saraf sebagai rangsang.

Kristal apatit yang telah terpapar larutan asam dengan jangka


waktu yang lama mengindikasikan terbentuknya kalsium
hidrogen fosfat (CaHPO4.2H2O) atau dikenal sebagai Brushite.
Brushite (CaHPO4.2H2O) adalah bentuk stabil kalsium fosfat
yang merupakan kristal tipe monoklinik dengan a#b#c.
Sebagaimana diketahui apatit termasuk ke dalam Kristal tipe
heksagonal dengan dimensi sel satuan kisinya a=b#c. Brushite
juga banyak ditemukan pada gigi dalam bentuk plak. Beberapa
bentuk lain yang merupakan akumulasi asam pada email gigi
adalah OCP, Mg, dan whitellote. Pembentukan kristal-kristal
tersebut dapat mungkin terjadi mengingat sifat-sifat apatit yang
sangat toleran terhadap subsitusi.

Struktur gigi mengalami demineralisasi dan remineralisasi


secara terus menerus di dalam rongga mulut. Jika pH di dalam
rongga mulut menurun di bawah 5.5 selama lebih dari 30-60
menit akan mengakibatkan demineralisasi berkembang sehingga
terjadilah kerusakan pada struktur gigi. Sebagaimana diketahui,
struktur terluar gigi adalah email, jika demineralisasi yang
progresif terjadi pada email dan menyebabkan terjadinya kavitas
maka email tidak dapat memperbaiki diri lagi, untuk itu
diperlukan proses remineralisasi. Efek remineralisasi yang
signifikan akan terjadi akibat adanya deposisi ion kalsium dan
ion fosfat dalam jumlah yang banyak.

10
Analisis dengan Scanning Electron Microscopy yang ditunju
njukkan oleh
gambar di samping ini menunjukkan struktur em email yang
mengalami demineralisasi. Email ini memperlihatkan n terjadinya
perubahan struktur pola prisma email. Konsumsi mak akanan dan
minuman yang mengandung gula dapat menurunkan pH p rongga
mulut sehingga menyebabkan terjadinya demineralis ralisasi pada
email. pH rongga mulut
ini akan bersifat asam
untuk beberapa lama.
sehingga membutuhkan
waktu 30-60 menit untuk
kembali ke pH normal
rongga mulut.

Berdasarkan penelitian
yang dilakukan pada
perubahan struktur email
setelah diaplikasikan
asam kuat seperti HCL
dengan pH 2.3 selama 30
menit menunjukkan
pada bagian interprsma
telah membentuk
semacam lembah namun
pada bagian perifer dari
prisma masih bertahan.
Pada paparan asam laktat
dengan pH 3.5 selama 30 Permukaan prisma email dem
emineralisasi
menit memperlihatkan
terjadinya perubahan struktur pola prisma email yang
yan terlihat
seperti tekstur serat atau berserabut.

Prisma email setelah perendaman dengan men enggunakan


minuman probiotik olahan pabrik selama 180 menit
it (pH=3.0)
memperlihatkan area permukaan email yang telah hancur
ha dan

11
memperlihatkan gambaran prisma email yang hancur sebagian.
Gambaran yang lebih detil untuk permukaan email gigi yang
direndam dengan minuman probiotik olahan pabrik selama 180
menit dapat dilihat pada gambar di atas. Tanda segitiga
memperlihatkan prisma email yang telah mengalami
demineralisasi.

Email dan Pasta Gigi Nanohidroksiapatit (n-HAp)


Beberapa tahun terakhir banyak riset yang menunjukkan bahwa
nano hidroksiapatit (n-HAp) berpotensi membantu
remineralisasi untuk mencegah karies apabila ditambahkan
dalam pasta gigi. Tahun 2013, Jepang telah menempatkan nano
hidroksiapatit sebagai gold standard untuk melawan karies karena
partikelnya yang berukuran nano tersebut dapat melepaskan ion
kalsium dan ion fosfat dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan partikel nano hidroksiapatit yang
berukuran mikro.

Nano-hidroksiapatit telah diakui sebagai material yang


biokompatibel. Nano-hidroksiapatit dengan ukuran <100 nm
dipercaya memiliki aktivitas permukaan yang tinggi. n-HAp
diketahui memiliki morfologi dan struktur yang sama dengan
mineral yang terdapat pada jaringan keras manusia seperti gigi.

Ini menunjukkan bahwa n-HAp memiliki fungsi efektif dalam


proses remineralisasi dan dapat menghambat proses
pembentukan karies. Beberapa produk yang mendukung
penggunaan n-HAp umumnya diaplikasikan sehari-hari melalui
penyikatan gigi dengan menggunakan pasta gigi n-HAp yang
dapat meningkatkan remineralisasi.

Nano-hidroksiapatit (n-HAp) yang terkandung di dalam pasta


gigi telah digunakan sebagai satu dari banyaknya material
biokompatibel yang memiliki kesamaan dengan kristal apatit
yang terdapat pada struktur dan kristal email. Hal ini

12
memberikan banyak efek klinis pada gigi terhadap demineralisasi
yang terjadi.

Dari penelitian yang pernah dilakukan. diketahui adanya potensi


partikel n-HAp untuk mengisi lubang yang muncul pada
permukaan email akibat dari demineralisasi. Nano hidroksiapatit
juga dapat digunakan dalam berbagai bidang seperti bone-tissue
engineering, perbaikan kerusakan jaringan periodontal, augmentasi
daerah edentolus, digunakan untuk merawat lesi karies dini serta
sebagai agen remineralisasi pada pasta gigi dan masih banyak
lagi. Hal ini dikarenakan kesamaan struktur kristal dan komposisi
kimianya dengan jaringan keras pada manusia.

Demineralisasi Email
Demineralisasi merupakan proses hilangnya mineral pada
jaringan keras gigi. Komponen mineral dari email adalah
hidroksiapatit. Dalam lingkungan normal. hidroksiapatit
seimbang dengan lingkungan saliva yang dipenuhi ion kalsium
dan ion fosfat. Hidroksiapatit akan reaktif terhadap ion hidrogen
pada pH ≤ 5.5 yang merupakan pH kritis bagi hidroksiapatit.
Ion hidrogen akan berikatan dengan gugus fosfat atau terjadi
konversi dari PO43- menjadi HPO42-. Pada saat yang bersamaan
HPO42- tersebut tidak dapat bertahan dalam lingkungan normal
hidroksiapatit yang didominasi oleh PO43- sehingga kristal
hidroksiapatit tersebut akan larut.

Proses demineralisasi yang terjadi dapat dilawan dengan cara


yang sederhana. Salah satunya yaitu dengan melakukan kontrol
plak sejak dini dengan menyikat gigi dan melakukan kontrol diet.
Salah satu pasta gigi seperti n-HAp yang dinilai memiliki efek
yang menguntungkan terhadap remineralisasi pada lesi karies
dini menyebabkan n-HAp memiliki daya tarik menarik terhadap
permukaan email yang mengalami demineralisasi. Hal ini
menjadikan pasta gigi dengan n-HAp memiliki keuntungan
dalam meningkatkan remineralisasi pada penggunaan pasta gigi
sehari-hari.

13
Remineralisasi Email
Remineralisasi adalah proses perbaikan alami untuk lesi non-
kavitas dimana mineral-mineral anorganik ditempatkan kembali
di daerah yang sebelumnya telah kehilangan mineral-mineral
akibat demineralisasi. Remineralisasi yang maksimal
membutuhkan waktu 90-180 menit. Remineralisasi dapat
terjadi jika dilakukan penghapusan plak dan adanya kapasitas
buffer dari sekresi saliva. Adanya kapasitas buffer pada saliva yang
dapat mencegah perubahan pH dan dapat membantu terjadinya
remineralisasi membuat para produsen pasta gigi juga
menggunakan buffer sebagai bagian dari formulasi pasta gigi
mereka untuk menjaga pH. Hal ini penting untuk stabilitas dan
efektivitas pasta gigi.

Secara in vitro didapatkan bahwa, permukaan gigi menunjukkan


perubahan dimulai pada waktu 180 setelah peran saliva
dihilangkan. Kondisi permukaan email normal di menit 270
hingga 360 menit merupakan kondisi yang paling irregular. Ini
menunjukkan betapa pentingnya peran saliva dalam menjaga
permukaan email melalui fungsi remineralisasinya.

SEM Permukaan Gigi Tanpa Peran Saliva

90 menit 180 menit 270 menit 360 menit


Permukaan gigi menunjukkan perubahan dimulai pada waktu 180
setelah peran saliva dihilangkan.

Pada penelitian sebelumnya, remineralisasi yang terjadi setelah


pengaplikasian asam pada permukaan gigi menunjukkan
perubahan yang nyata dimana permukaan dari email tertutupi

14
sepenuhnya oleh lapisan yang dibentuk saat interaksi pasta n-
HAp dengan gigi yang disebabkan oleh proses remineralisasi
yang konstan.

Struktur gigi mengalami demineralisasi dan remineralisasi secara


terus menerus di dalam rongga mulut. Jika pH di dalam rongga
mulut menurun di bawah 5.5 selama lebih dari 30-60 menit akan
mengakibatkan demineralisasi berkembang sehingga terjadilah
kerusakan pada struktur gigi. Saat pH rendah maka konsentrasi
ion hidrogen akan meningkat dan ion ini akan merusak
hidroksiapatit email gigi. Email sebagian besar terdiri dari
hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) atau fluoroapatit
(Ca10(PO4)6F2). Kedua unsur tersebut dalam suasana asam akan
larut menjadi Ca2+; PO4-9 dan F-. OH-. Ion H+ akan bereaksi
dengan gugus PO4-9. F- atau OH- membentuk HSO4-; H2SO4-;
HF atau H2O. Sedangkan yang kompleks terbentuk CaHSO4;
CaPO4 dan CaHPO4. Kecepatan melarutnya email dipengaruhi
oleh pH, konsentrasi asam, waktu melarut dan kehadiran ion
sejenis kalsium.

Demineralisasi email juga dapat diinduksi oleh larutan


demineralisasi yang berupa larutan asam antara lain:
Asam sitrat 0.3 % pada pH 3.25 (pH dipertahankan
menggunakan sodium hidroksida)
Asam laktat 90 % bubuk kalsium klorida dan bubuk
potassium fosfat. pada pH 4.3 (pH dipertahankan
menggunakan sodium hidroksida)
Asam asetat 50 mM kalsium klorida dihidrat 3 mM
potasium dihidrogen fosfat 3 mM. pada pH 4.95
Asam asetat 0.05 M kalsium klorida 2.2 mM dan sodium
fosfat 2.2 mM pada pH 4.4 (pH dipertahankan
menggunakan potassium hidroksida 1 M)

Pada 90 menit pertama, email demineralisasi menunjukkan


adanya deposit pada permukaan email dengan rod core yang
terlihat di beberapa area. Kondisi ini menunjukkan pertahanan

15
awal ion kalsium dan fosfor pada permukaan email terhadap
serangan asam. Namun kondisi ini hanya bertahan di awal,
karena pada menit ke-180 sudah mulai terlihat adanya prisma
email yang terekspos. Ini merupakan salah satu ciri permukaan
email yang mengalami demineralisasi yaitu tereksposnya prisma
email pada permukaan email dan hilangnya lapisan aprismatik
email. Destruksi terjadi disebabkan oleh paparan asam yang
lama. Pada email demineralisasi juga menunjukkan terlihat
banyaknya area gelap yang hampir melingkupi seluruh
permukaan email. Pada permukaan email yang mengalami
demineralisasi juga terlihat beberapa mikroporus di beberapa
bagian. Pada kelompok ini terlihat area terang masih lebih
mendominasi yang menandakan elemen dengan nomor atom
tinggi lebih banyak pada area ini. Pada menit 90 sampai 180,
pada email normal dan email yang diaplikasikan dengan larutan
pasta gigi n-HAp terlihat beberapa prisma email yang terekspos
dan terdapat beberapa deposit. Email juga menunjukkan
penurunan persentase hidrogen.

SEM Permukaan Gigi Demineralisasi

90 menit 180 menit 270 menit 360 menit


Tampilan SEM terlihat adanya deposit yang merupakan bentuk interaksi pasta
gigi dengan permukaan email.

Pada email demineralisasi yang diaplikasikan dengan pasta gigi


yang mengandung n-HAp dalam kajian SEM, menunjukkan
destruksi permukaan email dan pola permukaan yang iregular.
Pada permukaan email juga terlihat banyaknya area gelap yang
menandakan banyaknya elemen dengan nomor atom rendah

16
pada area ini. Pada email normal terlihat permukaan yang halus
dan regular, tanpa adanya prisma dan interprisma email yang
terekspos. Hal ini berbeda dengan email yang dipengaruhi oleh
larutan demineralisasi, larutan pasta gigi, ataupun keduanya.

Gambaran permukaan email demineralisasi yang diaplikasikan


dengan pasta gigi n-HAp menunjukkan hasil yang tidak konstan
pada lapisan yang menutupi permukaan email dimana telah
terjadi destruksi permukaan email pada awal pengaplikasian
pasta. Setelah itu, terdapat perubahan permukaan yang dimulai
terlihat pada menit 180-270 dengan ditunjukkan kemunculan
deposit di permukaan. Namun kondisi ini tidak berlangsung
lama karena pada menit 360 destruksi permukaan email terjadi
kembali.

Pada permukaan email yang diaplikasikan dengan pasta gigi yang


mengandung n-Hap terlihat adanya deposit yang merupakan
bentuk interaksi pasta gigi dengan permukaan email. Selain itu
terlihat juga beberapa prisma email yang terekspos dan yang
tidak terekspos dengan batas yang tidak jelas.

Permukaan Email Aplikasi Pasta Gigi n-HAp

90 menit 180 menit 270 menit 360 menit


Terlihat adanya deposit yang merupakan bentuk interaksi pasta gigi dengan
permukaan email.

Banyak penelitian ilmiah yang telah membuktikan bahwa nano


hidroksiapatit mampu untuk menetralisir demineralisasi. Tetapi
kenyataannya, konsentrasi hidrogen pada permukaan email
menunjukan persentase yang hampir sama atau tidak mengalami

17
perubahan yang berarti antara email demineralisasi dengan email
demineralisasi yang diaplikasikan dengan pasta gigi n-HAp di
setiap siklus 90-an menit. Pada kenyataannya, pasta gigi nano
hidroksiapatit terbukti hanya mampu memelihara pH atau
mencegah demineralisasi.

Ini dikarenakan pasta gigi nano hidroksiapatit hanya mampu


mempromosikan remineralisasi preferensial lapisan luar lesi
email dan remineralisasi tidak dapat tercapai. Sebagaimana
diketahui remineralisasi preferensial permukaan email luar dapat
memperlambat atau mencegah remineralisasi lengkap dengan
membatasi difusi ion mineral ke daerah yang lebih dalam dari
lesi. Hal ini menunjukkan bahwa nano-hidroksiapatit mungkin
belum sepenuhnya benar-benar efektif dalam remineralisasi lesi
email awal karies. Pasta gigi ini tidak direkomendasikan pada
email gigi yang telah mengalami demineralisasi ataupun karies.

Email Demineralisasi dan Pasta Gigi n-HAp

90 menit 180 menit 270 menit 360 menit


Pada email demineralisasi yang diaplikasikan dengan pasta gigi yang mengandung
n-HAp menunjukkan destruksi permukaan email dan pola permukaan yang
iregular.

Kondisi ini tidak terlepas dari waktu menyikat gigi dan juga
waktu terpaparnya asam. Ini ditunjukkan dengan terdapatnya
perubahan persentase hidrogen yang didapat dari komposisi
hasil persentase SEM/ EDX email penelitian dengan hasil
persentase komposisi hidrogen pada Ca10(PO4)6(OH)2 yang
diaplikasikan dengan pasta gigi nano hidroksiapatit dan larutan
salin.

18
Dari hasil analisis kenaikan dan penurunan persentase
ase hidrogen
menunjukan bahwa pada email yang diaplikasikan den engan pasta
gigi n-HAp terlihat penurunan persentase hidrogen n terbanyak
pada menit 360 dan pada email demineralisasi yang diap
diaplikasikan
dengan pasta gigi terlihat penurunan persentase se hidrogen
terbanyak terjadi pada menit 270. Hal ini menunjukann pasta gigi
nano hidroksiapatit memerlukan waktu yang sedikit it lebih
le lama
untuk melakukan proses remineralisasi yang optimal.
al. Ini sesuai
dengan penelitian yang menyatakan bahwa efek rem emineralisasi
meningkat dengan meningkatnya waktu perendaman an spesimen
pada larutan pasta gigi nano hidroksiapatit.

Persentase Hidrogen pada Berbagai kondisi Email


ail

Kalsium hidroksiapatit pada email bisa rusak sak akibat


meningkatnya konsentrasi ion hidrogen yang disebab babkan oleh
keadaan asam. Kecepatan melarutnya mineral pada email em dapat
dipengaruhi oleh arah orientasi kristal email. Saat ion
n H+ datang
sejajar dengan sumbu kristal akan lebih mudah melakukan m
substitusi ion OH yang terletak pada sumbu kristal kr HA
dibandingkan dengan H+ yang datang dengan arah tegak te lurus
sisi panjang kristal.

19
Peningkatan kelarutan email dalam asam disebabkan oleh ion
hidrogen yang dapat menghilangkan ion hidroksil untuk
membentuk air yang dapat dinyatakan sebagai berikut: H++OH-
> H2O. Peningkatan hidrogen juga dapat disebabkan oleh
terpaparnya ion fosfat anorganik dalam cairan sehingga ion
fosfat hadir dengan berbagai bentuk seperti yang pernah
dilaporkan yaitu H3PO4. H2PO4-. HPO42- dan PO43-. Proporsi
sepenuhnya tergantung pada pH. Sebagaimana diketahui pH
sangat dipengaruhi oleh asam-basa. Semakin rendah pH, maka
semakin rendah konsentrasi dari PO43-.

Proses ini dapat dideskripsikan sebagai konversi PO43- menjadi


HPO42 yang menyebabkan PO43- tidak dapat berkontribusi lagi
untuk menjaga keseimbangan normal hidroksiapatit karena
mengandung HPO42- bukan PO43-. Jika asam ditambahkan, ion
PO43- dan OH- dalam larutan menjadi CaHPO4 2H2O sehingga
kristal mengalami disolusi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pasta gigi nano hidroksiapatit memerlukan waktu yang
lama untuk menghasilkan remineralisasi yang efektif.

Selain faktor waktu terpapar yang terkait dengan komposisi


hidrogen, faktor individual juga mempengaruhi remineralisasi
khususnya ion Ca dan P, faktor buffer, dan penggunaan fluoride.
Faktor-faktor ini mengatur proses perlawanan secara natural
terhadap perkembangan lesi dan dapat merubah keseimbangan
ke arah remineralisasi.

Pada kelompok email demineralisasi yang diaplikasikan dengan


pasta gigi yang mengandung n-HAp terlihat destruksi
permukaan email yang menunjukkan permukaan yang sangat
berbeda dengan email lain dan juga menunjukkan pola
permukaan yang iregular. Pada permukaan email juga terlihat
banyaknya area gelap yang menandakan banyaknya elemen
dengan nomor atom rendah pada area ini. Pada email normal
terlihat permukaan yang halus dan regular, tanpa adanya prisma
dan interprisma email yang terekspos. Hal ini berbeda dengan

20
email yang dipengaruhi oleh larutan demineralisasi, larutan pasta
gigi, ataupun keduanya.

Mineralisasi dan Komposisi Utama Email


Mekanisme remineralisasi yang dihasilkan adalah suatu proses
terlokalisasinya ion kalsium dan ion fosfat pada permukaan gigi.
untuk menjaga berlangsungnya proses buffer oleh saliva. Oleh
karena itu dengan mengetahui profil komposisi utama Email
akan sangat membantu untuk mempertahankan keadaan netral
pada email gigi yang kemudian akan menurunkan proses
demineralisasi.

Demineralisasi yang didefinisikan sebagai hilangnya mineral gigi


akibat paparan asam dan rentan terjadi pada Email sebaliknya
remineralisasi merupakan proses setelah demineralisasi dimana
ion kalsium dan ion fosfat akan kembali membentuk kristal
apatit pada Email. Komposisi Email yang terdiri dari 96%
material anorganik yang berupa kristal hidroksiapatit
mengandung komposisi utama berupa kalsium dan fosfor. Rasio
antara demineralisasi dan remineralisasi merupakan bagian
terpenting yang berpengaruh pada kekuatan dan kekerasan
struktur gigi dimana kesehatan dari gigi dipengaruhi oleh rasio
kedua hal tersebut. Ketika terjadi demineralisasi maka komposisi
kandungan utama yang terdapat pada Email juga ikut berubah
dan akan meningkatkan risiko karies.

Proses demineralisasi dapat dihambat dengan meningkatkan


proses remineralisasi yang merupakan proses alami dimana
mineral anorganik dalam saliva terakumulasi pada daerah yang
mengalami disolusi email dan menggantikan mineral yang hilang
dari gigi. Remineralisasi terjadi ketika pH, ion Ca dan P
meningkat dalam saliva.

Kalsium dan fosfor sering ditampilkan dalam bentuk


perbandingan atau rasio untuk mengetahui kadar mineral pada
suatu gigi. Rasio Ca/P pada gigi bervariasi antara 1.67 hingga

21
2.17. Hidroksiapatit yang diketahui terdiri dari kalsium dan
fosfor sebagai unsur utamanya. Persentase kedua unsur tersebut
ternyata sangatlah bervariasi. Unsur kalsium bervariasi mulai dari
25.68% hingga 35.8%. Demikian pula halnya dengan unsur
fosfor mulai dari 12.58% hingga 19.40%. Kalsium dan fosfor
berpengaruh terhadap pembentukan kristal hidroksiapatit. Jika
kalsium yang diperlukan tidak mencukupi maka akan
mengganggu keadaan fisiologis pada saat proses amelogenesis.
Hal tersebut juga akan mempengaruhi unsur fosfor karena
kalsium bekerja sama dengan fosfor dalam membentuk kristal
hidroksiapatit. Rasio Ca/P tersebut juga akan berpengaruh
terhadap kekerasan Email. Studi SEM/ EDX terdahulu
menyebutkan bahwa persentase kandungan kalsium dalam Email
adalah 35.8% sedangkan kandungan fosfatnya berjumlah 17.4%.
Hasil penelitian awal menunjukkan persentase komposisi Email
sebagai berikut: Kalsium (Ca) 25.68%; Fosfor (P) 19.40%;
Oksigen (O) 44.9%; Klor (Cl) 2.47%; Karbon (C) 5.68%;
Natrium (Na) 1.53%; dan Fluor (F) 0.31%.

Perbandingan kehilangan atau penurunan Ca/P email normal


dengan email yang mengalami demineralisasi menunjukkan
perubahan sebesar 51%. Untuk perbandingan kehilangan atau
penurunan Ca/P pada email yang aplikasikan pasta gigi n-HAp
yang dibandingkan dengan email yang mengalami demineralisasi
yang diaplikasikan pasta gigi n-HAp menunjukkan perubahan
sebesar 26% serta perbandingan kehilangan atau penurunan
Ca/P email yang mengalami demineralisi dengan email
demineralisasi yang diaplikasikan pasta gigi yang mengandung n-
HAp yang mengalami perubahan sebesar 23%.

Berdasarkan rasio tersebut, pasta gigi n-HAp yang merupakan


gold standard di Jepang terbukti belum mampu melakukan
remineralisasi kurang dari 90 menit pertama. Padahal, ukuran
partikel hidroksiapatit telah dikembangkan yang awalnya
berukuran mikrometer hingga sekarang telah tersedia dalam
ukuran nanometer. Namun ternyata belum terbukti

22
meningkatkan remineralisasi. Hal tersebut berbeda dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa remineralisasi
dapat terjadi dalam rentang waktu 30-60 menit. Sumber lain
menyebutkan remineralisasi masih dapat terjadi pada waktu 90
menit. Pada menit ke 180. Rasio Ca/P pada email normal
menurun dibandingkan 90 menit pertama sedangkan rasio Ca/P
di email yang diaplikasikan pasta gigi n-HAp naik drastis. Pada
waktu ini telah terjadi remineralisasi namun belum maksimal.
Hal ini dibuktikan oleh rasio Ca/P yang tinggi pada email yang
diaplikasikan pasta gigi n-HAp tidak konstan karena pada 90
menit selanjutnya kembali turun drastis yaitu dari 2.81 turun
menjadi 1.24.

Sebagaimana diketahui, gigi selalu mengalami demineralisasi dan


remineralisasi yang berpengaruh terhadap jumlah mineral pada
gigi. Demineralisasi dapat terjadi akibat pH rongga mulut yang
turun yang disebabkan oleh adanya asam. Sehingga meskipun
rasio Ca/P meningkat namun ion hidrogen masih menjalankan
perannya dalam proses demineralisasi. Hal tersebut berbeda
dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa
remineralisasi maksimal dapat terjadi pada menit ke 180.

Pada menit 270 terjadi remineralisasi namun belum sebaik email


normal. Hal tersebut dilihat dari rasio Ca/P di email yang
diaplikasikan pasta gigi n-HAp lebih rendah dibandingkan
dengan rasio Ca/P email normal. Rasio Ca/P yang menurun
dibandingkan 90 menit sebelumnya diduga akibat pertahanan
yang dilakukan untuk melawan asam yang terjadi pada menit
tersebut. Serangan asam sangat mempengaruhi proses
demineralisasi. Hal tersebut berbeda pada email demineralisasi
yang diaplikasikan pasta gigi n-HAp dimana rasio Ca/P
meningkat dibandingkan 90 menit sebelumnya.

Keadaan tersebut menandakan telah terjadi remineralisasi


dibandingkan 90 menit sebelumnya. Email demineralisasi yang
diaplikasikan pasta gigi n-HAp menunjukkan simulasi

23
pertahanan pasta gigi nano hidroksiapatit pada gigi yang telah
mengalami demineralisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pasta
gigi nano hidroksiapatit ini telah dapat melawan asam pada
menit ke 270.

Pada menit ke 360, rasio Ca/P pada email yang diaplikasikan


pasta gigi n-HAp meningkat dibandingkan 90 menit sebelumnya.
Pada waktu inilah telah terjadi remineralisasi maksimal oleh
pasta gigi nano hidroksiapatit ini. Hasil tersebut berbanding
terbalik dengan rasio Ca/P di email demineralisasi yang
diaplikasikan pasta gigi n-HAp yang menurun drastis.

Hal tersebut menunjukkan ketidakmampuan pasta gigi dalam


melawan asam di menit 360 karena persentase Ca dan P hanya
tinggal sedikit. Hal tersebut dapat disebabkan oleh unsur
hidrogen (H) yang persentasenya lebih banyak dibandingkan 90
menit sebelumnya dan tidak ada dukungan buffer yang mampu
mempertahankan pH.

Sebagaimana diketahui remineralisasi dapat dipengaruhi oleh


bebagai faktor. seperti kualitas dan kuantitas saliva yang
mencakup laju aliran saliva. pH saliva serta ion Ca dan P. Pada
kondisi fisiologis rongga mulut, saliva memiliki kalsium dan
fosfat dalam konsentrasi jenuh dan secara terus menerus akan
terjadi deposit ion kalsium maupun ion fosfat pada permukaan
Email. Redeposit akan terjadi jika kedua ion tersebut hilang pada
permukaan gigi sehingga akan terus terjadi pertahanan alami
yang dipicu oleh saliva.

Pada penelitian ini peran saliva digantikan oleh NaCl (salin).


Sehingga jika dibandingkan dengan kondisi fisiologis rongga
mulut yang sebenarnya tidak terjadi redeposit jika masih terdapat
serangan asam. Salin digunakan sebagai kontrol positif karena
salin merupakan larutan fisiologis dengan pH netral sehingga
diharapkan tidak terjadi proses demineralisasi. Jika digunakan
larutan yang memiliki pH dibawah pH netral maka akan terjadi

24
proses demineralisasi sehingga email normal tidak bisa dijadikan
acuan remineralisasi.

Secara keseluruhan rasio Ca/P berpengaruh terhadap


remineralisasi. Rasio Ca/P pada Email normal yang diaplikasikan
pasta gigi nanohidroksiapatit menunjukkan bahwa telah terjadi
remineralisasi, sedangkan pada email demineralisasi yang
diaplikasikan pasta gigi nanohidroksiapatit walau terjadi
remineralisasi namun hasilnya belum mampu menyamai hasil
kelompok email yang diaplikasian dengan n-HAp. Hasil juga
menunjukkan bahwa penggunaan pasta gigi n-HAp ini
disarankan penggunaannya setiap 6 jam sekali untuk Email
normal. Untuk keadaan karies penggunaan pasta gigi n-HAp ini
kurang disarankan.

Mineralisasi dan Buffer Saliva


Salah satu hal yang dapat mendukung terjadinya remineralisasi
adalah dengan adanya kapasitas buffer saliva. Kapasitas buffer pada
saliva berfungsi untuk mencegah perubahan pH dan dapat
membantu terjadinya remineralisasi. hal ini membuat para
produsen pasta gigi menggunakan buffer sebagai bagian dari
formulasi pasta gigi mereka untuk menjaga pH.

Buffer merupakan larutan yang terdiri dari asam lemah (donor


proton) dan basa konjugatnya (akseptor proton) atau basa lemah
dan asam konjugatnya. Sifat utama dari larutan buffer adalah daya
tahannya terhadap perubahan pH akibat penambahan sejumlah
kecil asam kuat atau basa kuat.

Larutan Buffer merupakan larutan yang terdiri dari asam lemah


(donor proton) dan basa konjugatnya (akseptor proton) atau
basa lemah dan asam konjugatnya. Sifat utama dari larutan buffer
adalah daya tahannya terhadap perubahan pH akibat
penambahan sejumlah kecil asam kuat atau basa kuat sehingga
larutan buffer harus memiliki dua komponen. Salah satu
komponennya berfungsi untuk mentralkan asam dan komponen

25
lainnya menetralkan basa. Namun kedua komponen tersebut
tidak boleh saling menetralkan.

Larutan buffer bekerja berdasarkan prinsip Le Châtelier dimana


ketika suatu sistem kesetimbangan dipengaruhi oleh perubahan
suhu, tekanan, atau konsentrasi spesies yang bereaksi. Sistem itu
merespon dengan mencapai kesetimbangan baru yang secara
parsial menghilangkan dampak tersebut. Larutan buffer selalu
memiliki pasangan dan akan menghasilkan senyawa pasangannya
apabila terjadi penambahan asam atau basa dalam reaksi
kesetimbangan.

Buffer pada Pasta gigi Nano hydroxyapatite (n-HAp)


Silikon jika dalam bentuk silika dan sodium silikat dapat
berfungsi sebagai buffer. sehingga dapat menetralkan rongga
mulut. Pada pasta gigi n-HAp terdapat kandungan silika dan
sodium silikat yang dapat menjadi larutan buffer. Larutan buffer
biasanya terdiri dari asam lemah atau basa lemah dengan
pasangan konjugasi yang dihasilkan dari garamnya.

Pada pasta gigi n-HAp ini, silika berfungsi sebagai asam lemah
dan sodium silikat sebagai garamnya. Pada produksi detergen
sodium silikat dengan sifat basanya sering digunakan sebagai
buffer untuk mempertahankan pH yang diinginkan ketika adanya
senyawa atau cairan asam. Jika sodium silikat mempertahankan
pH saat adanya asam maka silikat mempertahankan pH ketika
adanya tambahan basa.

Silikon (Si) pada kandungan pasta gigi n-HAp menunjukkan


hubungan yang cukup lemah dan searah antara email normal dan
email yang mengalami demineralisasi. Ini menginterpretasikan
bahwa saat Si pada email normal naik maka Si di email yang
mengalami demineralisasi juga mengalami kenaikan. Begitu pula
sebaliknya dimana saat Si pada email normal turun maka Si pada
email yang mengalami demineralisasi mengalami penirunan pula.

26
Jika dibandingkan antara Si pada email normal dengan Si yang
terdapat pada email yang diaplikasikan pasta gigi n-HAp terlihat
hubungan yang kuat dan searah, artinya adanya kandungan Si
pada pasta gigi memberikan dampak yang hampir mirip dengan
email normal terhadap adanya Si pada email. Perbandingan
antara Si pada email normal dengan email demineralisasi yang
diaplikasikan pasta gigi memperlihatkan hubungan yang kuat dan
searah. Artinya pasta gigi masih mampu membuat kandungan Si
yang sama persis seperti pada email normal sewaktu terjadinya
demineralisasi.

Meskipun tidak sama halnya dengan kemampuan pasta gigi yang


diaplikasikan pada kondisi normal dengan frekuensi pemakaian
yang sama. Email yang mengalami demineralisasi jika
dibandingkan dengan email yang diaplikasikan pasta gigi n-HAp
memperlihatkan hubungan yang cukup lemah dan tidak searah.

Pada email demineralisi yang dibandingkan dengan email


demineralisasi yang diaplikasikan dengan pasta gigi n-HAp
terlihat hubungan yang searah dan kuat. Artinya pasta gigi yang
diaplikasikan pada email demineralisasi akan membuat
kandungan Si yang cenderung lebih sama seperti email
demineralisasi daripada email normal.

Hubungan Silikon Pada Berbagai Kondisi Email


EMAIL HUBUNGAN EMAIL
SILIKON
Normal 0.305 Demineralisasi
Normal 0.573 n-HAp
Normal 0.540 Demineralisasi+n-HAp
Demineralisasi -0.407 n-HAp
Demineralisasi 0.723 Demineralisasi+n-HAp
Pasta Gigi n- 0.281 Demineralisasi+n-HAp
HAp

27
Perbandingan antara email yang diaplikasikan dengan pasta gigi
n-HAp dengan email demineralisasi yang diaplikasikan pasta gigi
n-HAp memperlihatkan hubungan yang cukup lemah dan
searah. Keadaan ini hampir sama dengan perbandingan email
normal dengan email yang mengalami demineralisasi.

Silikon (Si) mampu membuat kristal email lebih resisten


terhadap asam. Sejatinya, silikon berusaha melawan asam akan
tetapi nilai asam (diwakili oleh unsur hidrogen) tetap lebih tinggi.
Pada keadaan asam, silikon akan berusaha menutupi daerah
terkena asam tersebut namun tidak mampu berpenetrasi terlalu
dalam. Hal ini menyebabkan silikon hanya ada pada permukaan
email yang terdapat porus tidak begitu kecil sehingga porus lain
yang terbentuk akan membuat asam maupun unsur lain masuk
ke dalamnya. Keberadaan silikon pada Email normal dan email
demineralisasi tidak begitu berbeda dan hubungannyapun
searah. Keadaan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan silikon tidak jauh berbeda antara email normal dan
email demineralisasi. Silikon mulai tampak tinggi persentasenya
pada penggunaan pasta gigi n-HAp yang diaplikasikan pada
email normal maupun email demineralisasi.

Silikon dan Natrium memiliki hubungan yang bermakna dalam


mempengaruhi kondisi asam dan basa. Natrium jika berbentuk
Na+ akan bersifat asam. Namun dalam bentuk NaF akan
berfungsi sebagai agen anti demineralisasi. Silikon seharusnya
mampu menstabilkan Na dan F sehingga membentuk NaF.
Silikon pada email yang diaplikasian dengan n-HAp diketahui
tidak memberi efek berarti terhadap Na dikarenakan F dalam
konsentrasi yang kecil dalam meningkatkan proses
remineralisasi. Silikon yang seharusnya dapat berfungsi buffer
yang seharusnya bisa membuat keadaan yang stabil terhadap
serangan asam sehingga dapat mendukung F dalam mencegah
demineralisasi namun menjadi tidak efektif dengan
ketidakmampuannya menstabilkan Natrium. Buffer pada pasta
gigi ini hanya dapat menstabilkan keadaan asam pada siklus

28
ketiga 90 menit. Tidak optimumnya fungsi buffer pada pasta gigi
ini bergantung pada potensi silikon sebagai unsur utama buffer
berhubungan dengan potensi hidrogen dan natrium yang
mempengaruhi fluor dalam pasta gigi.

Selain konsentrasi Fluor yang minim, banyak faktor yang


mempengaruhi kinerja silikon sebagai buffer sehingga membuat
tidak menunjukkan kinerja optimal. Buffer merupakan hal
penting dalam melawan serangan asam. Secara alami buffer
diperankan oleh saliva di dalam rongga mulut. Saliva dengan
kandungan mineralnya seperti natrium bikarbonat; fosfat; dan
mineral lain dapat membuat keadaan rongga mulut netral dan
membantu proses remineralisasi.

Saat asam datang dibutuhkan waktu 30-60 menit untuk


remineralisasi ada juga yang mengatakan dibutuhkan waktu 90-
180 menit untuk remineralisasi. Sehebat apapun buffer yang kita
gunakan untuk melawan asam, jika asam lebih banyak dan
datang secara terus menerus tanpa memberikan waktu untuk
remineralisasi maka buffer akan kalah. Buffer hanya mampu
melawan keadaan asam pada siklus ketiga 90 menit. Hasil terbaik
tanpa ada peran saliva pada penelitian ini adalah menyikat gigi
dalam rentang 6 jam setelah terpapar asam. Pada keadaan email
masih normal, penggunaan pasta gigi n-HAp ini dapat
direkomendasikan kepada masyarakat bahwa harus menyikat gigi
setiap 6 jam sekali dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung n-HAp. Pada keadaan karies atau demineralisasi,
penggunaan pasta gigi ini disarankan dilakukan setiap 3.5 jam
sekali.

Fluor
Salah satu cara lainnya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan proses remineralisasi adalah dengan
menambahkan fluor. Fluor dalam bentuk fungsi dan manfaatnya
dalam meningkatkan remineralisasi dan mempertahankan
mineral gigi dari proses demineralisasi. Ini sering digunakan

29
untuk mencegah dalam menangani proses karies yang kemudian
digunakan dalam bentuk salah satu aplikasi topikal pasta gigi.

Fluor yang merupakan unsur kimia dalam tabel perodik dengan


nomor atom 9 dan termasuk golongan halogen ini mempunyai
sifat non logam elektronegatif dan sangat reaktif. Sehingga unsur
fluor tersebut sering bereaksi dengan unsur yang lain untuk
membentuk senyawa stabil salah satunya natrium yang bersifat
elektropositif. Fluor yang juga bereaksi dengan asam akan
membentuk hidrogen fluorida yang kemudian berdifusi ke dalam
sel sehingga menghambat aktivitas penting enzim bakteri.

Ca10(PO4)6(F2) + H 10Ca2+ + 6PO43- + 2HF

Pada email gigi, fluor termasuk sebagai salah satu komponen


dari kristal hidroksiapatit. Komponen utamanya yaitu kalsium
dan fosfor Ca10(PO4)6(OH)2 yang mengandung material
anorganik 96 %. Material organik 1% dan air sebanyak 3 %.
Sebagaimana diketahui fluor mampu untuk menggantikan ion
hidroksil pada komponen kristal hidroksiapatit. Ketika sebagian
ion hidroksil digantikan oleh ion fluor maka akan terbentuk
fluorhidroksiapatit dan jika digantikan secara penuh maka akan
terbentuk fluoroapatit.

Interaksi ion fluor pada kristal hidroksiapatit menjadi


fluoroapatit dapat meningkatkan remineralisasi dan sekaligus
menghambat proses demineralisasi. Dalam mempertahankan
mineral gigi, fluor mempunyai tingkatan derajat ambang batas
keasaman pada pH 4.5. Fluor tahan terhadap asam karena
mampu bersubtitusi dengan mineral email gigi sehingga
mempunyai ikatan yang lebih stabil daripada komponen
utamanya.

Berdasarkan fakta yang ada, pH kritis yang terjadi bergantung


pada jumlah ion kalsium dan fosfat pada cairan rongga mulut.
pH kritis merupakan pH larutan jenuh yang mempengaruhi

30
mineral pada email gigi. Jika pH larutan di atas pH kritis, maka
larutan tersebut akan mengalami supersaturasi (konsentrasi
larutan di atas nilai larutnya) yang menyebabkan banyaknya
mineral yang berpartisipasi. Sebaliknya, jika pH larutan lebih
rendah dari pH kritis maka larutan akan mengalami ansaturasi
sehingga mineral yang ada akan mengatasinya hingga kondisi
larutan kembali menjadi jenuh.

Pada pemeriksaan EDX, email normal memiliki konsentrasi


fluor pada permukaan hingga mencapai 2.81%. Namun,
konsentrasi fluor ini menurun secara drastis terutama pada email
yang mengalami demineralisasi yang pada mulanya mengandung
1.19% fluor namun kemudian menurun di menit ke 180, 270,
dan 360 menjadi 0%.

Tabel 6. Konsentrasi Unsur Fluor pada Permukaan Email Gigi


Waktu Unsur Fluor
Normal Demineralisasi n-HAp n-HAp
+
demineralisasi
90 2.81 1.19 0.86 -
180 - - 0.65 -
270 - - 0.16 0.39
360 - - - 0.07
Konsentrasi Unsur Fluor dalam %

Perbedaan terjadi pada email demineralisasi yang diaplikasikan


dengan n-HAp. Konsentrasi fluor mengalami peningkatan
diperiode waktu ketiga. pada menit ke 270 sebesar 0.39% lalu
mengalami penurunan dimenit ke 360 menjadi 0.07%. Ini
membuktikan bahwa konsentrasi fluor di permukaan email
dapat dipengaruhi oleh waktu.

Remineralisasi diketahui dapat terjadi dengan adanya gugus ion


kalsium dan fosfor yang cukup dan juga dipengaruhi oleh ion
fluor. Rata-rata perbandingan kalsium dan dan fosfor pada

31
permukaan email adalah 1:2. Namun seiring berjalannya waktu,
fluor menurun sedikit demi sedikit disetiap menitnya dan unsur
kalsium dengan fosfor sama-sama mengalami penurunan
sehingga dapat disimpulkan pada menit ke 180. 270 dan 360
fluor pada email gigi tidak dapat meningkatkan remineralisasi
seiring dengan perubahan rasio Ca/P. Waktu juga diketahui
sangat mempengaruhi peran fluor. Waktu yang diperlukan untuk
remineralisasi adalah sekitar 30-60 menit. Penelitian lain juga
menyebutkan waktu akhir terjadinya remineralisasi adalah 90
menit.

Peran fluor diketahui pula menjadi tidak efektif pada email yang
mengalami demineralisasi walaupun sudah diupayakan dengan
pengiaplikasian dengan pasta gigi yang mengandung n-HAp.
Fluor yang tidak terbentuk pada email demineralisasi sejak menit
ke 90 dan 180 ini dipengaruhi oleh unsur silikon yang mana
unsur tersebut dapat menghambat peran fluor. Pada menit ke
360 fluor menurun dengan tidak mampu lagi untuk
mempertahankan mineral gigi. Ini diiringi dengan unsur kalsium
dan fosfor yang menurun juga pada menit yang sama.

Faktor waktu yang semakin lama tanpa penambahan


peningkatan remineralisasi akan memberikan pengaruh kepada
ion fluor untuk terlarut dan semakin lama semakin menghilang.
Waktu yang diperlukan untuk pH kembali normal adalah 30-60
menit.

Ini didukung jika pH menurun jauh di bawah pH kritis tanpa


sehingga akan memberikan daya larut terhadap fluor. Proses
hilangnya mineral-mineral email akan terus terjadi jika
menurunnya ion fluor. Ini akan mengakibatkan terbentuknya
porositas dalam permukaan email dan mengarah kepada
terjadinya keadaan patologis seperti karies dan erosi.

Untuk mengembalikan kembali mineral email gigi dapat


dipengaruhi oleh adanya faktor saliva. Suasana rongga mulut

32
yang asam akan menstimulasi buffer dalam saliva untuk
menetralkan kembali pH saliva yang rendah. Perubahan pH
saliva dipengaruhi oleh rata-rata laju saliva dan kapasitas
buffernya. Meningkatnya pH saliva akan diikuti dengan proses
remineralisasi. Di dalam saliva juga terkandung komponen ion
kalsium, fosfor, hidroksi, fluor yang diketahui berfungsi sebagai
unsur yang dapat meningkatkan remineralisasi.

Email, bahan herbal dan S. mutans


Bahan herbal sering memiliki kandungan antibakteri yang berupa
flavonoid, fenol, tannin, aloin, aloe-emodin dan saponin.
Antibakteri pada bahan herbal tersebut diketahui dapat
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Namun,
potensi ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh S. mutans untuk
tetatp bertahan dan melajutkan etiologi dari karies pada
penjamu.

Faktor utama yang berperan dalam hal mengapa bahan herbal


yang sudah banyak mulai digunakan untuk berbagai terapi adalah
waktu. Interaksi bahan herbal pada email lebih dari 30 menit
akan malah akan meningkatkan kekasaran email dan menjadi
faktor yang berkontribusi pada kejadian karies yang perannya
banyak dilakukan oleh S. mutans. Peran dari S. mutans ini ada
kaitannya dengan potensi bahan herbal dan hubungannya
dengan enzim yang dihasilkan S. mutans dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya.

Bahan herbal yang bersifat antibakteri dibantu oleh faktor waktu


ternyata dapat meningkatkan kekasaran email. Dari hasil
penelitian menunjukkan faktor yang memberikan efek utama
pada penurunan kekasaran email adalah pemaparan waktu 30
menit bahan ekstrak herbal yang mengandung polisakarida dan
memiliki konsistensi semi padat seperti gel. Sebagaimana
diketahui, polisakarida merupakan senyawa polimer karbohidrat
kompleks yang dapat melapisi permukaan email dan melekat
pada pori-pori email. Adanya penurunan efek antibakteri bahan

33
herbal memberi peluang kepada S. mutans memanfaatkan potensi
kandungan utama yaitu polisakarida sebagai nutrisinya.

Streptococcus mutans mensintesis karbohidrat kompleks


(polisakarida) menjadi molekul karbohidrat yang lebih sederhana
yaitu glukan dengan bantuan enzim Glucosyltransfase (Gtf).

Kekasaran Email Terinfeksi S. mutans pada Analisis AFM

Streptococcus mutans yang bertahan dengan kolonisasinya ini


diketahui tidak dapat memetabolisme glukan secara sempurna.
Streptococcus mutans memecah glukan menjadi molekul yang lebih
sederhana lagi yairu dextran. Proses menyebabkan S. mutans
memproduksi asam laktat. Kondisi ini akan menyebabkan pH
menjadi menurun. Konsekuensinya akan terlarutnya kristal-
kristal penyusun email.

Glucosyltransfase (Gtf) dikenal sebagai adhesin selektif S. mutans


pada pelikel gigi yang mensintesis glukan sebagai inisiator

34
kolonisasi S. mutans untuk membentuk plak pada pelikel. Di
samping itu, S. mutans juga memiliki Glucan binding protein (Gbp)
yang merupakan protein dinding sel. Protein ini berperan
mengikat glukan dan membantu kolonisasi bakteri. Setelah
pembentukan koloninya, matriks glukan yang kaya tekanan
ekologis seperti pH akan menentukan bakteri S. mutans yang
dapat bertahan dan mendominasi dalam pH rendah.

Kekasaran permukaan email dapat diartikan sebagai kelarutan


kristal hidroksi apatit. Selain derajat keasaman (pH), durasi
perendaman dan frekuensi paparan asam juga menjadi faktor
untuk terjadinya proses demineralisasi email.

Larutnya kristal Hidroksi Apatit (HA) diketahui secara dua sisi


baik asam yang terdapat pada kandungan bahan herbal maupun
asam hasil metabolit Streptococcus mutans akan membuat
ketidakseimbangan pada kristal HA. Asam (H+) bereaksi dengan
kelompok fosfat dimana proses ini dapat dideskripsikan sebagi
konversi PO43- menjadi HPO42- melalui adisi H+ dan pada saat
H+ didapar. Dengan demikian HPO42- tidak bisa berkontribusi
lagi menjaga keseimbangan normal HA karena mengandung
HPO42- bukan PO43- sehingga kristal mengalami disolusi.

35
Email 5 menit 15 menit 30 menit.
Bahan herbal

Ra 0.08 µM 0.10 µM 0.09 µM


Streptococcus
mutans dan
Bahan herbal

Ra 0.14 µM 0.10 µM 0.25 µM

Kekasaran Email Normal pada Analisis AFMKet: Ra= Nilai kekasaran permukaan

36
Namun, struktur email memiliki kristal yang berbeda arah
pergerakannya pada setiap email sehingga tidak semua
permukaan email mengalami disolusi. Sebagaimana diketahui,
kristal HA menyusun prisma email yang merupakan struktur
dasar email yang terorganisir dengan baik. Pada pertengahan
kepala prisma email, kristal-kristal apatit berjalan paralel atau
sejajar terhadap sumbu longitudinal prisma email tersebut.
Semakin menjauhi pertengahan kristal-kristal apatit tersebut
akan semakin membelok hingga tepi lateral prisma email.

Ini membuktikan, arah kristal Hidroksi Apatit (HA) yang


menyusun prisma email dapat mempengaruhi sifat email secara
keseluruhan seperti kekuatan dan daya tahannya terhadap asam.
Adanya perbedaan arah kristal HA pada bagian prisma email
dengan interprisma merupakan faktor penyebab perbedaan
kelarutan terhadap asam. Asam (ion H+) yang datang pada arah
sejajar dengan sumbu kristal akan lebih mudah melakukan
substitusi ion OH- yang terletak pada sumbu kristal HA
dibandingkan apabila datang dari arah tegak lurus sisi panjang
kristal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Biologi Oral FKGUI. Buku Ajar Biologioral (3rd ed). Jakarta:
FKGUI. 2001. 100-20.
2. Gunawan HA. Pengaruh Perubahan Kristal Apatit Tingkat
Retensi dan Intrusi Flour Terhadap Kelarutan Email Setelah
Perlakuan Larutan Ikan Teri Jengki (S. Insularis). Disertasi. Program
Doktor Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jakarta,
2006. 53-106.
3. Avery, James K. Chiego DJ. Essential of Oral Histology and
Embriology. A Clinical Approach. 3rd ed. Missouri: Mosby Elsevier.
2006. p.108-113.
4. Balogh MB, Fehrenbach MJ. Dental Embryology, Histology, and
Anatomy. 2ndEd. St.Louis, Missouri: Elsevier Saunders; 2006.
p.179-180; p.185; p.186-189.

37
5. Elliott JC, Wilson RM, Dowker SEP. Apatite Structure.
International Centre for Diffraction Data. 2002; 45:172.
6. Tschoppe P, Zandim DL, Martus P, Kielbassa AM. Enamel and
dentine remineralization by nano-hydroxyapatite toothpastes.
Journal of Dentistry 2011;39(6):430-7.
7. Comar LP, Souza BM, Gracindo LF, Buzalaf MAR, Magallhaes
AC. Impact of experimental Nano-HAP Pastes on Bovine
Enamel and Dentin Submitted to a pH Cycling Model. Brazilliaan
Dental Journal 2013:273.
8. Susan Higham B, PhD, CBiol, MSB. Caries Process and
Prevention Strategies: Demineralization/Remineralization. 2011.
9. Kunin AA, Belenova IA, Ippolitov YA, Moiseeva NS, Kunin DA.
Predictive research methods of enamel and dentine for initial
caries detection. The EPMA Journal 2013;4(19).
10. Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure.
2nd ed. Queensland: Knowledge Books and Software; 2005:25-26.
11. Simmer JP, Papagerakis P, Smith CE, Fisher DC, Rountrey AN,
Zheng L, et al. Regulation of Dental Enamel Shape and Hardness.
Journal of Dental Research and Scientific Development 2010.
12. Smith TM. Dental hard Tissue Laboratory. Germany: Max Planck
Institute for Evolutionary Anthropology; 2005.
13. Hicks J, Garcia-Godoy F, Flaitz C. Biological factors in dental
caries enamel structure and the caries process in the dynamic
process of demineralization and remineralization (part 2). The
Journal of Clinical Pediatric Dentistry 2004;28(2).
14. Melfi RC, Alley KE. Permar’s Oral Embryology and Microscopic
Anatomy. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2000:81-101.
15. Calderynl L.. Stott MJ.. Rubio A.Electronic and
Crystallographic Structur of Apatite. Physical Reviews. B67.
1341-1346.

38
DENTIN
Dentin merupakan bagian yang terluas dari struktur gigi yang
meliputi seluruh panjang gigi mulai dari mahkota hingga akar.1
Dentin terletak di bawah enamel pada bagian mahkota dan
terletak di bawah sementum pada bagian akar serta mengelilingi
pulpa.

Dentin dibentuk dari odontoblast yang berasal dari


ektomesenkim. Sejumlah 70% bahan anorganik dentin berupa
kristal kalsium hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Sebesar 20%
dentin teridir dari serat kolagen dan 10% air. Kristal
hidroksiapatit ini mirip dengan yang ditemukan pada enamel
tetapi dengan persentase yang lebih rendah sehingga dentin lebih
lunak dibandingkan enamel.

Dentin pada mahkota gigi dilapisi oleh enamel sedangkan


dentin pada akar gigi dilapisi oleh sementum. Proses
pembentukan dentin disebut dentinogenesis. Berdasarkan waktu
pembentukannya dentin dapat dibagi atas tiga macam yaitu:
dentin primer. dentin sekunder dan dentin tertier.

Dentin Primer adalah dentin yang dibentuk sewaktu masih


dalam kandungan. Bagian ini. merupakan bagian dentin yang
paling keras belum termineralisasi dan berada langsung di bawah
lapisan email. Pada bagian ini terdapat mantel dentin yang
dibawahnya terdapat sirkumpulpa. Dengan ketebalan sekitar 6-8
mm pada area mahkotanya, dentin sirkumpulpa menjadi bagian
terbesar dentin primer.

Dentin Sekunder (irregular dentin) merupakan dentin yang mengisi


sepanjang dinding terluar dari pulpa. Pembentukan dentin
sekunder lebih lambat dan termineralisasi lebih sedikit
dibandingkan dentin primer. Pada beberapa gigi seperti pada gigi
molar, dentin sekunder terdeposisi lebih banyak pada atap dan
lantai kamar pulpa dibandingkan pada sisi sampingnya. Hal ini
dikarenakan untuk melindungi pulpa dari tekanan oklusal. Proses

31
pembentukan dentin sekunder menyebabkan ruang saraf
berubah volumenya menjadi semakin kecil.

Dentin tertier (reparative dentin) adalah dentin yang terbentuk


karena proses pelubangan gigi yang perlahan mencapai dentin
dan merusaknya dentin tersier terbentuk untuk mengganti
jaringan dentin yang dirusak oleh proses pelubangan gigi
tersebut. Pada kasus pelubangan yang cepat dentin tersier ini
tidak dapat mengimbanginya maka terbentuklah lubang gigi pada
bagian dentin yang selanjutnya mengarah ke pulpa/ ruang saraf
gigi. Dentin Tertier juga dapat terbentuk karena adanya
rangsangan terhadap odontoblast pada perawatan endodontic
seperti pulp capping direct atau amputasi vital.

Secara makroskopis, dentin memiliki relasi yang kuat dengan


pulpa dan membentuk pulp-dentin complex. Apabila dentin
terekspos ke lingkungan yang salah satunya dapat disebabkan
oleh karies yang telah mencapai dentin maka gigi akan sensitif
terhadap perubahan suhu (misalnya pada saat berkontak dengan
makanan panas/ dingin) dan akan terasa nyeri. Hal ini
disebabkan karena tubuli dentin (kanal pada dentin) yang berisi
cairan yang berkesinambungan dengan cairan ekstraseluler
jaringan pulpa sehingga mempengaruhi ujung saraf gigi.
Akibatnya saraf gigi akan teraktivasi dan mengirimkan sinyal ke
otak.

Struktur Mikroskopis Dentin


Tubulus Dentin, yaitu kanal yang terdapat pada jaringan
dentin. Kanal ini berjalan dari pulpa ke perifer. Jumlah tubulus
dentin tidak berubah selama hidup, tetapi seiring waktu,
penampang melintangnya semakin kecil dan pada daerah-daerah
tertentu dapat tersumbat. Pada bagian lain, tampak seperti
retzius pada email, cross sections dalam tubulus dentin disebut
dengan garis Owen/Ebner.

32
Diameter tubulus dentin diketahui sekitar 3.413(±0.
0.954) µm.
Ukuran diameter tubulus dentin terbesar yang perna
rnah diteliti
adalah 4.41 µm. Beberapa penelitian sebelumnyaa diketahui
bahwa ukuran diameter tubulus dentin normal dii aarea dekat
dinding pulpa adalah 3-4 µm.

Gambaran Permukaan Dentin Normal

Tampilan tubulus dentin pada analisis Atomic Force


rce Microscopy
(AFM) memperlihatkan gambaran irreguler dan tidak ak simetris.
Analisis AFM menunjukkan terdapat beberapa tubul bulus dentin
yang menutup dan beberapa tubulus dentin yang masih
asih terbuka.
Keadaan ini tergantung pada aplikasi yang diber berikan. Di
kedokteran gigi, pengaplikasian etsa terbukti dapatt m
membuka
tubulus dentin.

Tubulus dentin diketahui menunjukkan penurunan an diameter


seiring dengan meningkatnya waktu pemaparan fluorid ride. Hal ini
sangat terkait dengan substitusi kalsium hidroksi apatiatit menjadi
fluoroapatit. Kristal fluorapatit dapat terbentuk secara
ra signifikan
dan terdeposit dalam porus substrat buatan walau pad ada 1 menit
pengaplikasian. Pembentukan kristal ini akan semakin nm meningkat
seiring dengan peningkatan durasi pengaplikasian.

Meskipun telah terjadi penurunan dari ukuran diametmeter secara


signifikan pada dentin yang diaplikasikan dengan an fluoride,
namun aplikasi NaF (Natrium Fluoride) 1500 ppm yangyan dikenal
sebagai bahan untuk pengobatan hipersensitivitas denti
ntin terbukti
tidak memberikan hasil yang optimal. Penyebab hal ini diketahui

33
karena waktu pemaparan yang kurang. Respon hipersensitivitas
dentin diyakini masih akan timbul sehingga dapat disimpulkan
bahwa untuk penutupan tubulus dentin yang efektif dibutuhkan
aplikasi pemakaian fluoride yang berkesinambungann.

Penurunan diameter tubulus dentin menunjukkan adanya


perubahan pada tubulus dentin akibat pengaruh dari fluoride.
Ion fluoride dalam larutan dapat berinteraksi dengan mineral
dentin dalam beberapa cara yang berbeda. Salah satu adalah,
interaksi antara ion fluoride dengan kalsium dalam tubulus
dentin yang dapat membentuk kalsium fluoride (CaF2).
Pembentukan ini akan menurunkan permeabilitas dari tubulus
dentin sehinggat menjadi faktor penurunan diameter tubulus
dentin. Pembentukan kalsium fluoride juga diketahui dapat
memicu proses remineralisasi hidroksiapatit sebagai bahan dasar
dentin. Pembentukan kalsium fluoride dimungkinkan ketika
konsentrasi ion fluoride lebih dari 100 ppm dan jumlah kalsium
fluoride yang terbentuk akan meningkat sejalan dengan
peningkatan aktifitas ion fluoride.

Skala Pauling untuk fluoride adalah 3.98 dimana menempatkan


Fluoride sebagai ion yang sangat reaktif. Hal ini membuat
fluoride memiliki sifat elektronegativitas yang paling tinggi.
Dampaknya, akan menimbulkan gaya tarik terhadap ion kalsium
yang terdapat di susunan kristal dentin. Selain itu, secara
fisikokimia, fluoride dapat mengendap ke dalam struktur kristal
dentin. Seperti yang dijelaskan di atas mengenai substitusi yang
mungkin terjadi, Fluoride dapat menggantikan gugus hidroksida
(OH-) pada kristal hidroksiapatit yang terdapat pada dentin.
Penggantion ion OH- dengan ion F- pada hidroksiapatit dapat
mengubah sifat parameter kisi, morfologi, dan kelarutan. Gugus
hidroksida akan digantikan oleh fluoride untuk membentuk
fluorohidroksiapatit atau fluoroapatit serta mampu memicu
proses remineralisasi.

34
Sama halnya dengan penggantian gugus hidroksi pada aplikasi
fluoride di email. Penggantian gugus OH- dengan F-
menimbulkan perubahan pada aksis c. Hal ini terjadi karena
posisi ion fluoride pada aksis c lebih tinggi dibandingkan posisi
hidroksida pada kristal hidroksiapatit. Posisi OH pada aksis c
adalah ¼-⅓ aksis c, sedangkan posisi ion F adalah ¼ di atas
segitiga Ca sentral. Posisi ion F yang lebih tinggi ini
mengakibatkan pemanjangan aksis c pada struktur apatit.
Terjadinya peningkatan panjang aksis c struktur kristal apatit
sejalan dengan peningkatan kandungan fluoride dalam struktur
gigi tersebut. Dengan demikian penetrasi ion fluoride ke dalam
tubulus dentin akan mengubah struktur kristal pada tubulus yang
akan mempengaruhi sifat dan morfologi tubulus dentin.

Perubahan bentuk dan peningkatan densitas kristal apatit pada


dentin yang dipaparkan fluoride ini diduga juga ikut
mempengaruhi perubahan diameter tubulus dentin. Di sisi lain,
Fluoroapatit memiliki densitas yang lebih tinggi dan sifat
kelarutan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan
hidroksiapatit. Oleh karena itu, kristal fluoroapatit membuat
dentin lebih stabil dibandingkan kalsium fluoride di dalam
tubulus dentin yang belum terbentuk.

Di bagian dalam tubulus dentin akan dijumpai suatu massa


protoplasma yang selain berfungsi sebagai sumber nutrisi dentin
juga dapat menghindarkan rangsangan-rangsangan dari
permukaan gigi ke arah pulpa. Setiap rangsangan mekanis, panas,
kimia (bisa juga produk bakteri yang mengenai ujung-ujung
odontoblas) akan dihantarkan ke pulpa dan menimbulkan rasa
sakit.

Interglobular Space, merupakan bagian dentin yang tampak sebagai


bercak-bercak hipokalsifikasi. Sediaan gosok dentin
memperlihatkan bercak hitam yang berderet pada daerah di
sekitar dentino enamel junction.

35
Tabel Ukuran rerata diameter tubulus dentin

Diameter tubulus dentin (± SD)


NaF 1 menit NaF 3 menit NaF 5 menit NaF 8 menitnit NaF 10 menit
3,53 (± 0,36) 3,26 (± 0,38) 2,93 (± 0,67) 2,69 (± 0,52)
2) 2,63 (± 0,35)

Gambar Tampilan permukaan dentin spesimen pada aplikasi NaF.

Hasil gambar Atomic Force Microscopy (AFM) dari permukaan dentin tiap-tiap spesimen diukur diu diameter tubulus
dentinnya menggunakan software Gwyddion v.2.30. Hasil pengukuran diameter tubulus dentin in pada dentin yang tidak
dipaparkan larutan natrium fluoride 1500 ppm memiliki nilai rerata yang paling tinggi yaitu seb
sebesar 4,41 µm. Nilai ini
berbeda dengan rerata email yang diaplikasikan fluoride dalam berbagai variasi waktu, yait aitu antara 2,63-3,53 µm
seperti yang terdapat pada di bawah ini. Nilai rerata diameter tubulus dentin cenderung ng mengalami penurunan
sejalan dengan kenaikan durasi perendaman.

36
Tome’s Granular, yaitu bintik-bintik hipokalsifikasi halus pada
daerah-daerah perbatasan antara dentin dengan sementum.
Bagian tubulus dentin yang menonjol ke email disebut ujung-
ujung serat Tome’s.

Sifat Fisik Dentin


Jaringan ini lebih lunak dibandingkan email dikarenakan lebih
banyak komposisi material organiknya dibandingkan email, akan
tapi lebih keras dari tulang dan sementum. Dentin berwarna
kuning terang yang terlihat radiolusen dari email. Pada bagian
tertentu, dentin memiliki kemampuan tetap tumbuh dan
memperbaiki diri.

Sifat Kimia Dentin


Kandungan organik yang terkandung di dalam dentin mencapai
20% diaman 85% kandungan organiknya ini terdiri dari kolagen.
Sisanya adalah air sebanyak ± 10%. Material anorganik
penyusun dentin adalah Kristal apatit sebesar 70 %.

Sifat Mekanis Dentin


Dentin memiliki
Mechanical Property Unit
elastisitas yang
rendah. Dentin Densitas (g/ cm3) 1.9
memiliki tahanan Elastisitas (GPa) 13.8
kompresi dan
tensilnya yang lebih Kompresi (MPa) 138
rendah dari email. Tensile (MPa) 11-61
Hasil penelitian
menunjukkan nilai Hardness (VHN) 47-58
kekerasan dentin
adalah 47-58 VHN.

37
Dentin dan Sodium Lauryl Sufate
Sodium Lauryl Sufate (SLS) memiliki struktur formula CH3-
(CH2)11-O-SO3-Na+. SLS terdiri atas rantai hidrokarbon
hidropobik yang mengandung 12 karbon lipofilik (memiliki
kecenderungan mengikat lemak). Satu grup sulfat (SO4)
hidrofilik non polar dan satu ion natrium akan terlepas dari
ikatan molekulnya apabila dilarutkan dalam air. Sodium Lauryl
Sufate (SLS) diketahui dapat menurunkan kekasaran permukaan,
menurunkan ukuran diameter tubulus dentin dan memperlebar
dentin intertubular. Analisis AFM menunjukkan, SLS berperan
dalam fluktuasi ukuran diameter tubulus dentin:

Tabel SLS dan Kekasaran Permukaan Dentin


3 menit 5 menit 8 menit 10 menit
1.453(±0.115) 1.633(±0.493) 1.473(±0.283) 1.413(±0.179)
nm nm nm nm

Gerakan mekanis yang diterima oleh dentin akibat dari


penyikatan dapat menyebabkan abrasi pada permukaan dentin.
Oleh karena itu. penggunaan SLS dalam pasta gigi perlu
diperhatikan lebih seksama karena walaupun akibat yang
disebabkan oleh SLS tidak terlalu signifikan, namun apabila
dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan abrasi gigi
yang dapat memicu hipersensitivitas dentin.

American Dental Association (ADA) menyarankan durasi


penyikatan gigi yang optimal adalah selama 3 (tiga) menit per
sekali sikat, namun berdasarkan temuan di atas dimana telah
terjadi kerusakan permukaan dentin yang disebabkan oleh
penggunaan pasta gigi yang mengandung SLS yang dilakukan
lebih dari 3 (tiga) menit maka saran tersebut perlu direview lagi.

38
Permukaan Dentin pada Aplikasi SLS
Durasi: 3, 5, 8, dan 10 menit

39
Ukuran diameter tubulus dentin pada Aplikasi SLS
3 menit 5 menit 8 menit 10 menit
1.644µm 1.566µm 1.811µm 1.688 µm

SLS dapat merusak struktur dentin dan matriks dentin dengan


berpenetrasi ke dalam kristal hidroksi apatit. Gugusan hidroksi
apatit yang bereaksi dengan natrium pada SLS akan membentuk
senyawa natrium hidroksi apatit (NaHA). Natrium akan
bersubstitusi menggantikan ion kalsium dan menyebabkan gugus
hidroksi apatit terlepas. Seiring bertambahnya natrium, ion OH-
pada hidroksi apatit juga menurun sampai hilang dan akan
terbentuk air.

Substitusi ionik pada umumnya mempengaruhi lattice parameter di


dalam kristal hidroksi apatit berdasarkan ukuran ion. Natrium
memiliki ukuran ion yang lebih besar daripada ion kalsium.
Proses ini memungkinkan terjadinya peningkatan lattice parameter
dan ukuran volum unit sel heksagonal seiring dengan masuknya
ion natrium ke dalam HA. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa penyikatan dentin menggunakan Sodium Lauryl Sulfate
dapat meningkatkan nilai kekasaran permukaan, menurunkan
ukuran diameter tubulus dentin, dan menurunkan ketinggian
dentin intertubuler.

Dentin Akar Gigi dan chelating agent


Pengaplikasian chelating agent ke dalam saluran akar gigi diketahui
akan mengakibatkan perubahan dimensi saluran akar dan
peluruhan dari dinding saluran akar. Peristiwa ini
mengindikasikan telah terjadinya peningkatan regangan mikro
(microstrain). Terjadinya peningkatan regangan mikro diketahui
akan beresiko terhadap terjadinya fraktur pada dentin saluran
akar.

Bahan khelasi (chelating agent) adalah larutan yang terdiri dari


asam amino sintetik yang dapat membantu pelebaran saluran

40
akar dengan baik karena dapat melunakkan jaringan keras dan
memberikan efek negatif yang sangat sedikit terhadap jaringan
periapikal. Menurut definisinya, zat organik yang disebut
pengkhelasi (khelator) akan membuang ion metal (seperti
kalsium) dengan cara mengikatnya secara kimia. Agen ini telah
dipromosikan sebagai produk komersial. biasanya dalam
kombinasi dengan agen pelumas atau pembuih (yang
mengeluarkan oksigen). Fungsi dari bahan chelating agent adalah
menghilangkan smear layer dan melunakkan jaringan dentin
sehingga membantu preparasi saluran akar yang kecil. Larutan
chelating yang sering digunakan adalah EDTA dan RC-Prep.

EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid )


Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) adalah chelating agent yang
paling sering digunakan. EDTA mengandung 4 grup asam asetat
yang terikat dengan etilendiamin. Dikenal dalam kedokteran gigi
untuk membersihkan dan melebarkan saluran akar karena relatif
tidak toksik dan sedikit mengiritasi jaringan. EDTA akan
mengikat kalsium dari gigi sehingga menyebabkan dekalsifikasi
pada dentin terutama unsur anorganiknya.

Rc-Prep
Karakteristik dari RC-Prep adalah bahan ini tidak larut dalam air
dan bila digunakan dengan NaOCL akan menimbulkan
gelembung yang efektif untuk membersihkan debris. Bahan RC-
prep digunakan untuk mempermudah prosedur pengisian
saluran akar dan juga menghilangkan smear layer. Bahan RC-prep
pada umumnya sering disebut sebagai bahan khelasi yang efektif
dengan sifat-sifat pelumas yang menonjol. Fungsinya untuk
memperbesar saluran akar. menghilangkan smear dan sebagai
lubrikan selama instrumentasi.

Bahan khelasi dan regangan mikro dentin akar gigi


Microstrain diartikan sebagai regangan mikro yang terjadi pada
kristal apatit dentin karena perubahan struktur atau kedudukan
atom. Pengaplikasian bahan-bahan khelasi ke dalam saluran akar

41
gigi akan mengakibatkan perubahan dimensi saluran dan
peluruhan dari dinding saluran akar tersebut. Peristiwa ini
mengindikasikan regangan mikro semakin meningkat. Sehingga
perlu diketahui, aplikasi bahan-bahan khelasi apakah dapat
memebri dampak fraktur dentin akar gigi. Fraktur dentin dapat
disebabkan oleh microstrain.

Microstrain juga dihasilkan selama obturasi oleh beberapa pengisi


saluran akar, baik dengan kontak langsung melalui dinding
saluran akar atau melalui gutta-percha sehingga microstrain yang
dihasilkan di dentin dapat memungkinkan menjadi penyebab
terjadinya mikro-fraktur pada dentin.

Microstrain tertinggi terdapat pada spesimen yang diaplikasikan


EDTA diikuti oleh microstrain RC-Prep dan microstrain terendah
terdapat pada email normal. Hasil microstrain masing-masing
spesimen dapat dilihat pada Tabel.

Tabel Nilai Microstrain EDTA dan Rc-Prep


Microstrain
NORMAL EDTA RC-Prep
0.89 0.97 0.90

Berdasarkan analisis statistik terhadap nilai-nilai microstrain di


atas, diketahui bahwa microstrain pada dentin akar gigi berbeda
nyata dengan microstrain EDTA dan Rc-Prep. Dengan kata lain,
penggunaan EDTA dan Rc-Prep dapat mempengaruhi
microstrain dentin akar gigi normal. Walau demikian hubungan ini
termasuk ke dalam kategori hubungan yang rendah. Faktor
determinasi EDTA dan Rc-Prep yang ada adalah sebesar 37-
38% .

Dentin Akar Gigi dan Analisis XRD


Dentin merupakan salah satu bagian tubuh yang merupakan
jaringan keras. Jaringan ini disusun atas kristal apatit. Jaringan ini

42
tersusun pula oleh beberapa protein seperti kolagen. Struktur
yang terbentuk. akan menyebabkan pola difraktogram yang lebih
amorf dengan pola grafik XRD spesimen yang berasal dari
dentin. Hasil ini seperti ditunjukkan oleh grafik dimana pola
grafik menunjukkan gambaran antar kurva yang kurang memiliki
pola pemisahan kurva yang jelas. Ini dapat dilihat dari pola grafik
XRD yang sama antara kelompok EDTA, RC-Prep, dan normal.
Pola yang sama dapat dilihat pada 2θ dengan intensitas yang
tinggi yang menandakan bahwa spesimen pada kedua kelompok
merupakan bentuk dari apatit.

Fase kristal dentin akar gigi normal menunjukkan hidroksi apatit


dari jenis apatite (Ca-Cl). Kelompok dentin akar gigi yang
diaplikasikan EDTA menunjukkan fasa dari jenis hydroxylapatite-
dental sedangkan kelompok dentin akar gigi yang diaplikasikan
RC-Prep dari calcium tris (phosphate) fluoride (fluorapatite). Hal ini
menunjukkan bahwa setiap mineral mempunyai pola
difraktogram yang spesifik.

Kelompok spesimen dentin akar gigi yang diaplikasikan Rc-Prep


menunjukkan pola grafik kristalinitas yang lebih baik daripada
email normal. Pada grafik dentin akar gigi yang diaplikasikan
EDTA menunjukkan terjadinya pelebaran kurva Full witdh at
Half Maximum (FWHM). Berdasarkan temuan ini, dapat
disimpulkan bahwa dentin akar gigi yang diaplikasikan RC-Prep
menunjukkan pola material yang lebih baik dibandingkan
dengan kontrol dan EDTA.

Kristalinitas dipengaruhi oleh lebar atau rampingnya kurva


FWHM. Semakin lebar sebuah kurva sebuah kristal pada
tampilan grafik XRD menunjukkan kristalinitas kristal tersebut
tidak lebih baik daripada kristal yang menunjukkan kurva yang
lebih ramping. Dari tabulasi ini diketahui dentin akar gigi yang
diaplikasikan dengan Rc-Prep memiliki kristalinitas yang paling
baik diikuti oleh spesimen yang diaplikasikan dengan EDTA dan
normal. Hasil ini diperkuat oleh hasil pengukuran ukuran butiran

43
kristal dari setiap kelompok. Hasil analisis menunjukkan ukuran
kristal perlakuan mengalami perubahan dari ukuran kontrol.
Ukuran butiran kristal terbesar terdapat pada dentin akar gigi
yang diaplikasikan dengan EDTA. Kristal apatit (Ca5(PO4)6(X)
yang merupakan dari jenis heksagonal yang memungkinkan
terjadinya substitusi unsur (X) dengan unsur lain. Substitusi ini
mengakibatkan lattice antar unit kristal berubah yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap ukurannya.
Ukuran
Nilai rata-rata ukuran Butiran kristal
kristal yang dihitung
dengan menggunakan Normal EDTA RC-Prep
persamaan Scherrer. (nm) (nm) (nm)
D= KλRad/ βr Cos θ 8.2 8.9 8.8
menunjukkan terdapat peningkatan ukuran kristal dari ukuran
kontrol. Ukuran butiran kristal terbesar terdapat pada dentin
akar gigi yang diaplikasikan dengan EDTA.

Hasil analisis data microstrain dentin akar gigi menunjukkan


bahwa bahan khelasi seperti EDTA dan RC-Prep dapat
mempengaruhi microstrain dentin akar gigi. Pernyataan ini sejalan
dengan pernyataan bahwa pengaplikasian bahan khelasi ke
dalam saluran akar akan menyebabkan perubahan struktural
berkurangnya kekuatan dentin dalam menerima tekanan
perubahan kekerasan dan kekasaran permukaan dentin serta
meningkatkan regangan mikro pada kristal penyusun dentin.

Peningkatan regangan mikro yang disebabkan oleh EDTA


dikarenakan EDTA mampu melarutkan kalsium yang
merupakan mineral yang terdapat pada bahan penyusun dentin.
Kalsium ditarik keluar dari kristal yang memberikan efek pada
struktur kristal. Penggunaan EDTA yang berlebihan dapat
menyebabkan dentin kekurangan Ca dan mineral lain. Hal ini
disebabkan karena EDTA sangat efektif dalam mengkhelasi ion
logam. EDTA sering digunakan untuk melunakkan dentin akibat
dari pengerasan dinding saluran akar yang disebabkan oleh

44
beberapa faktor. termasuk penumpukan kalsium. Pengaplikasian
EDTA dapat menyebabkan berkurangnya kalsium pada posisi
kristal sehingga dapat mempengaruhi regangan pada kristal
tersebut. Begitu juga halnya dengan adanya urea peroksida pada
RC-Prep mempunyai fungsi untuk membersihkan saluran akar
sekaligus sebagai bahan pemutih yang biasa dipakai dalam
kedokteran gigi. Urea peroksida menyebabkan berkurangnya
kandungan mineral dari gigi. Dengan demikian dapat dikatakan
EDTA dan RC-Prep dapat merubah kalsium pada susunan
kristal baik pada posisi kolom maupun pada posisi triangular.

Microstrain normal dengan microstrain dentin yang diaplikasikan


RC-Prep menunjukkan hubungan yang signifikan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan regangan mikro
dipengaruhi oleh pengaplikasian EDTA dan RC-Prep. Sejalan
dengan itu didapatkan hubungan yang mengindikasikan
bahwasanya peningkatan penggunaan bahan khelasi seperti
EDTA dan RC-Prep diprediksi dapat meningkatkan regangan
mikro dentin akar gigi. Semakin meningkatnya konsentrasi yang
diberikan dan juga lamanya waktu pemaparan chelating agent akan
mengakibatkan peningkatan pada microstrain dari dentin tersebut.

Microstain merupakan regangan mikro yang terjadi pada kristal


apatit dentin karena perubahan struktur atau kedudukan atom
yang mempunyai pengaruh terhadap ketahanan dentin akar gigi
dalam menerima tekanan. Jika ukuran butir kristal besar dan nilai
microstrainnya rendah maka otomatis kerentanan suatu dentin
untuk fraktur sangat kecil. Sebaliknya jika ukuran butir kristal
kecil tetapi memiliki nilai microstrain yang besar maka dentin akar
gigi akan rentan terhadap fraktur karena regangan yang
ditimbulkan besar dan tidak mampu menahan adanya tekanan.
Hal ini menunjukkan bahwa pengaplikasian RC-Prep merupakan
bahan khelasi yang dapat meningkatkan risiko dentin akar gigi
mengalami fraktur.

45
DAFTAR PUSTAKA
1. Mjor, Ivar A. Ole Feejerskov. Human Oral Embriology and Histology.
Alih bahasa Fazwishni Siregar. Jakarta: Widya Medika. 1991. p.81-
92.
2. Avery, James K. Chiego DJ. Essential of Oral Histology and
Embriology. A Clinical Approach. 3rd ed. Missouri: Mosby Elsevier.
2006. p.108-113.
3. Balogh MB, Fehrenbach MJ. Dental Embriology, Histology, and
Anatomy. 2nd ed. Missouri: Evolve Elsevier, 2006.p.192-201.
4. Brand RW, Isselhard DE. Enamel, dentin, and pulp. In: Anatomy
of Orofacial Structure. 7th ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2003.p.
271-273
5. Ritter AV, Dias W, Miguez P, Caplan DJ, Swift EJ. Treating cervical
dentin hypersensitivity with Fluoride varnish. A randomized clinical study.
JADA 2006; 137:1013-1020
6. Akca AE, Gokce S. Kurkcu M, Ozdemir A. Clinical Assessment of
Bond and Fluoride in Dentin Hypersensitivity. Gulhane Military Medical
Academy Center of Dental Sciences Department of
Periodontology 2006; 30(4):92-100.
7. McCabe.John F. Angus W.G.Walls. Applied dental materials.9th
ed.New York : Black well publishing.Ltd. 2008.p.16-18
8. Bence R: Endodontik Klinik (terj.). 1990. Jakarta:
Universitas Indonesia.
9. G. De-Deus. S. Paciornik & M. H. P. Mauricio. Evaluation of the
effect of EDTA. EDTAC and citric acid on the microhardness of
root dentine. International Endodontic Journal 2006; 39. 401–407.
10. Craig dan Dental Materials and Their Selection - 3rd Ed. (2002) by
William J. O'Brien.
11. Wanatabe.Satoshi.dkk. Dentin Strain Induced by Laser
Irradiation. Australian Endodontic Journal. Aus Endod J. 2010;
36 : 74-78.
12. Powers. John M.. Ronald L. Sakaguchi. Craig.s. Restorative dental
material.2006. Mosby Elsevier.
13. Nalla RK. Kinney JH. Ritchie RO. On The Fracture Of
Human Dentin : Is it stress-or strain-controlled? J Blomed Mater
Res 2003;67 : 484-95.
14. Saw LH. Messer HH. Root Strains Associated With
Different Obturation Techniques. J.Endod. 1995;21:314-
200.

46
15. Calderynl L.. Stott MJ.. Rubio A.Electronic and
Crystallographic Structur of Apatite. Physical Reviews. B67.
1341-1346.
16. Langenati. Ratih. Futichah. Regangan Mikro dan Pengaruhnya
Terhadap Morfologi Mikrostruktur Hasil Oksidasi Gagalan Pelet
Sinter UO2. J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 5 No. 2 Juni 2009: 53–105.

47
SEMENTUM
Sementum disekresikan oleh sel sementoblas di akar gigi hingga
ujung akar berfungsi sebagai tempat perlekatan ligamentum
periodontal ke gigi. Fungsi sementum lainnya adalah tempat
perlekatan collagen fibers dari periodontal membran pelindung
dentin pada akar gigi yang memungkinkan terjadinya erupsi gigi.
Sementum mempunyai kesamaan struktur dengan tulang
kompakta. Lapisan sementum sangat tipis pada daerah servikal
akar dan tebalnya bertambah pada daerah apikal.

Secara seluler, sementum terdiri dari 3 tipe, yaitu cellular sementum,


acellular sementum, dan intermediate sementum. Sementum seluler
mengandung sementosit yang berada dalam lacuna, sehingga
berhubungan melalui suatu sistem anastomosa kanalikuli.
Sementum seluler ini ditemukan di daerah apikal dan region
furkasi gigi. Sementum aseluler terletak pada lapisan paling
dalam dan tidak memiliki sel. Sementum ini menutupi apikal ½-
⅔ dari akar gigi Sementum Aseluler adalah sementum yang
menutupi semua bagian dari permukaan akar gigi berupa lapisan
hyaline tipis. Sementum ini mempunyai garis incremental yang
berjalan secara paralel pada permukaan akar gigi. Sementum ini
menutupi ⅓-½ akar gigi yang merupakan pertemuan antara akar
gigi dengan cemento dentinal junction (CDJ). Sementum
intermediate ditemukan pada bagian sementodentinal junction.
sehingga dapat bersifat sebagai sementum maupun dentin.
Bagian yang dekat email karakteristiknya seperti aprismatik
email.

Berdasarkan lokasinya. sementum terbagi atas: Sementum


radikular (dijumpai pada akar gigi) dan Sementum koronal yang
terbentuk di atas email yang membalut mahkota gigi).
Berdasarkan keberadaan fibril kolagen, sementum terbagi atas:
Sementum fibrilar (matriksnya mengandung fibril kolagen tipe I)
dan Sementum afibrilar (matriksnya tidak mengandung kolagen
tipe I). Berdasarkan sumber serabut matriksnya sementum
terdiri atas: Sementum serabut ekstrinsik (mengandung serat

48
Sharpey yang di hasilkan oleh sementoblas ligamen periodontal
yang fungsinya sebagai penjangkaran). Sementum serabut
intrinsik (mengandung serabut intrinsik yang dihasilkan
sementoblas

Sifat Fisik Sementum


Ketebalan sementum pada bagian ½ koronal tebalnya 10-60
mikron dan pada bagian ⅓ apikal tebalnya 150-200 mikron.
Seiring dengan meningkatnya usia, ketebalan sementum juga
semakin meningkat. Ketebalan sementum terbesar terjadi pada
apeks dan pada daerah furkasi. Dengan adanya atrisi seperti
terjadi ausnya permukaan oklusal gigi, deposisi kompensasi dari
sementum apikal akan berlangsung bersamaan dengan deposisi
tulang pada puncak tulang alveolar dan pada fundus soket untuk
mempertahankan dimensi vertikal wajah.

Sementum berwarna kuning dan sedikit lebih terang daripada


dentin. Semetum juga sangat permiabel pada berbagai macam
material. Ini terbentuk terus menerus sepanjang hidup karena
lapisan barunya mempertahankan perlekatan dengan lapisan
superficialnya

Sifat Kimia Sementum


Sementum terdiri dari kristal yang sama dengan tulang yaitu
hidroksiapatit dengan rata-rata panjangnya 55nm dan luas 8nm.
Sementum terdiri dari serabut kolagen yang tertanam di dalam
matriks organik yang terkalsifikasi.

Ada dua sumber serat kolagen dalam sementum yaitu Sharpey’s


fiber dan kelompok serat yang merupakan bagian matriks
sementum yang dibentuk oleh sementoblast. Kandungan kristal
apatit sebagai bahan anorganik sementum lebih sedikit dari yang
terdapat pada tulang yaitu hanya sekitar 45-50 % (tulang 65%,
dentin 70%, email 97%) dan 50-55% kandungan anorganik
berupa kristal apatit.

49
Sifat Mekanis Sementum
Sementum juga
bersifat getas Mechanical Property Unit
(brittle) karena Densitas (g/ cm3) 1.36
elastisitasnya Kompresi (MPa) 0.4
rendah. Sementum
memiliki tahanan Hardness ( VHN ) 20
kompresi dan tensil
yang lebih rendah daripada dentin dan email. Oleh karena itu
sifat fisiknya tidak lebih keras daripada email dan dentin.

Cementum Email Junction


Ada tiga bentuk batas sementum dengan email (cemento enamel
junction): Sementum menindih (overlapped) email (60-65%). ujung
sementum bertemu (meet) dengan ujung email (30%). Ujung
sementum tidak bertemu (Gap) dengan ujung email (5-10%)

Ilustrasi bentuk cementum enamel junction


Sumber: Daniel SJ dan Harfst, 2004

50
DAFTAR PUSTAKA

1. Balogh MB. Fehrenbach MJ. Dental Embryology. Histology. and


Anatomy. 2ndEd. St.Louis. Missouri: Elsevier Saunders; 2006.
p.179-180; p.185; p.186-189.
2. Avery JK. Oral Development and Histology. 3rdEd. New York: Thieme
Medical Publishers; 2002. p.169.
3. Elliott JC. Wilson RM. Dowker SEP. Apatite Structure.
International Centre for Diffraction Data. 2002; 45:172.
4. Atkinson ME. White FH. Principle of Anatomy and Oral Anatomy for
Dental Students. London: Churchill Livingstone; 1992. p.422.
5. Slootweg PJ. Dental Pathology: A Practical Introduction. New York:
Springer; 2007. p.7.
6. Daniel SJ dan Harfst. Mosby’s dental Hygiene: Concept, cases, and
competencies, 2004 update, p. 288, St.Louis, 2004, Mosby

51
GLOSSARY
Amorf, tidak menghablur dan tidak mempunyai bentuk geometri
tertentu
Ameloblas, sel yang terlibat dalam pembentukan gigi.
Amelogenesis imperfecta, kelainan perkembangan gigi
Asam konjugat sisa asam yang mempunyai kemampuan untuk
bertindak sebagai bas
Atomic Force Microscopy (AFM), Jenis mikroskop untuk deteksi
fitur skala atom pada berbagai permukaan bahan yang mencakup
keramik, sampel biologis, dan polimer
Augmentasi, proses pengeluaran zat sisa yang tidak diperlukan oleh
tubuh
As, Arsen
Basa konjugat, akseptor proton
Basa lemah, basa yang hanya sedikit mengionisasi pada larutan berair
Bioavailabilitas tingkat sejauh mana suatu obat atau zat lain diserap
dan beredar dalam tubuh
Biokompatibel, sifat material yang dapat memberikan performa pada
respon
Bioaktif, senyawa kimia yang menghasilkan aktivitas biologis dalam
tubuh
Ba, Barium
Br, Brom
Ca, Calsium
Cd. Kadmium
Cr, Krom
CO3, Karbonat
Cl, Klorida
Densitas, nilai kepadatan suatu bahan dengan satuan g/ cm3
Dentinogenesis, proses embriogenesis pertumbuhan gigi geligi
Edentolus, tidak ada gigi
Elongasi, pemanjangan
Elastisitas, kemampuan suatu zat padat untuk kembali ke bentuk awal
setelah mendapat gangguan luar yang diterapkan dan kemudian
dihilangkan, satuan adalah GPa
F, Fluor
Ge, Germanium
Hardness (VHN), satuan nilai kekerasan material yang diukur dengan
vicker
HCL, Asam klorida
Heksagonal, salah satu susunan simetris kristal
Hidrokarbon, senyawa yang terdiri dari unsur atom karbon (C) dan
atom hidrogen (H).
Hidropobik, sifat tidak menyukai air
I, Yodium
Jaringan periodontal, jaringan penyokong gigi
Kristalinitas, sifat kristal baik itu ukuran, regangan dll
K, Kalium
Kristal, susunan khas atom-atom yang dibangun oleh sel unit, tersusun
secara 3D secara periodik berulang dalam suatu kisi
Lattice, kisi
Le Châtelier, asas yang digunakan dalam memprediksi pengaruh
perubahan kondisi pada kesetimbangan kimia.
Lubrikan, cairan pelumas
Mastikasi, pengunyahan
Microvickers Hardness, alat untuk menghitung kekerasan suatu material
Mg, Magnesium
Nanometer, satuan 10-9 meter
Na, Natrium
Nano hidroksiapatit, jenis pasta gigi yang mengandung hidroksiapatit
dalam ukuran nano
Nukleasi, pembentukan nukleat, propagasi (pertumbuhan kristal), dan
pematangan (penyempurnaan kristal dan/atau pertumbuhan lanjutan
OH, Hidroksi
O, Oksigen
Piezzo elektrik, daya yang dapat mengubah energi kinetik menjadi
energi listrik
Pyro elektrik, kemampuan untuk menarik kemudian melemparkan
energi listrik akibat menumpuknya muatan listrik pada permukaan
Plak, lapisan tipis yang berasal dari mikroorganisme, sisa makanan dan
bahan organik yang terbentuk di gigi,
pH, derajat keasaman, potential of Hydrogen
Pb, Timbal
P, Fosfor
Probiotik, mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai suplemen
makanan atau minuman
Porus, memiliki rongga atau pori
Skala Pauling, skala dalam pengukuran elektronegativitas suatu unsur.
Sr, Stronsium
S, Sulfur
Si, Silikon
SEM (Scanning Electron Microscopy), mikroskop yang berfungsi
melakukan scanning pada permukaan spesimen yang diamati dengan
menggunakan electron beam sehingga menghasilkan sebuah gambar
sebagai hasil akhir dari pengamatan. Pada penggunaan untuk
menentukan komposisi kimia, SEM dapat dipadukan dengan Energy
Dispersive X-Ray (EDX)
INDEX

Brushite, 15
Buffer, 19, 26, 29, 30, 31
Ca, 14, 20, 25, 26, 48, 49, 54, 58
Ca/P, 26, 27, 28, 29, 37, 38
Demineralisasi, 15, 18, 20, 21, 22, 23, 25, 28, 32, 33, 36, 38
Dentino Enamel Junction, 10
Fluor 7, 9, 20, 33, 34, 35, 37, 38, 47, 48, 49, 57
Kristal hidroksiapatit 2, 11, 13, 14, 15, 20, 24, 25, 35, 42, 45, 54, 56,
57, 58, 59, 64
Microvickers Hardness, 9
Nano hidroksiapatit/ n-HAp 17, 18, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32,
OH, 14, 20, 24, 25,4 2, 48, 49, 54
Parameter kisi, 13
PO4, 14, 20, 25, 26, 48, 49
Protein email 7,8,
Prisma email 10, 11, 12, 13, 15, 17
Regangan mikro 8, 54 ,55, 56, 58, 59
Remineralisasi, 15, 19, 20, 26, 28, 38
S. mutans 38, 39, 40
Sodium Lauryl Sufate (SLS) 52, 53, 54
Tubulus Dentin, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai