Oleh :
ARNADI
No. BP. 1411216012
kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga
junjungkan kepada baginda nabi besar Muhamad SAW, yang telah membawa umat
banyak dukungan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu pada
1. Bapak Prof. Dr. Tafdil Husni, SE, MBA selaku Rektor Universitas
Andalas.
3. Ibu Ade Suzana Eka Putri, SKM, M.Comm Health Sc, PhD selaku
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan fikiran dalam penulisan skripsi
ini.
i
5. Ibu Septia Pristi Rahmah, SKM, MKM selaku pembimbing II yang telah
6. Bapak Dr. Aria Gusti, SKM, M.Kes Selaku Penguji I yang telah
skripsi ini.
7. Bapak Luthfil Hadi Anshari, SKM, MSc Selaku Penguji III yang telah
skripsi ini
8. Ibu Vivi Triana, SKM, MPH selaku Pembimbing Akademik yang selalu
selama perkuliahan.
penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PENGESAHAN
iii
2.2 Puskesmas ..................................................................................................... 10
iv
2.3.15 Ebola ................................................................................................... 24
v
4.2 Komponen Masukan (Input) Kegiatan Klinik Sanitasi Puskesmas ................. 44
vi
5.1.4 Sarana dan Prasarana .............................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
x
BAB 1 : PENDAHULUAN
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemapuan hidup sehat bagi
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
mutu dan daya saing manusia Indonesia. Sehubungan dengan itu diselenggarakan
sektor kesehatan, yang menggunakan indikator Umur Harapan Hidup (UHH), Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita
Sumatera Barat sebesar 74.70 dengan kisaran IPM per Kabupaten/Kota 69,26-79,07
dengan kategori sedang. Umur Harapan Hidup secara nasional masih rendah
yakni69,76, angka kematian bayi 27/1000 kelahiran hidupdan balita masih tinggi
yakni 34/1000 kelahiran hidup sementara target MDGs tahun 2015 (≤ 23 /1000
kelahiran hidup).(3)
1
2
oleh faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana dan pra sarana, melainkan juga dipengaruhi oleh
faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan, keturunan dan faktor lainnya. Salah satu
contoh dengan kondisi persentase rumah tanggayang memiliki akses air minum layak
Hasil kajian morbiditas diare, Depkes tahun 2012 secara rata-rata nasional
malaria pada tahun 2012 sebanyak 417.819 kasus dan Anual Parasit Incident
Malaria di Indonesia sebesar 1,69 orang 1000 penduduk. Demam berdarah Dengue
pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 orang
(IR=37,11 dan CFR=0,9). Sedangkan penemuan pneumonia balita pada tahun 2012
cakupannya sebesar 22,12 %. Angka kesakitan diare pada semua umur menurun
tidak signifikan dari 423 per 1000 penduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000
penduduk tahun 2010, hasil survey morbiditas tahun 2006 s/d 2010 memperlihatkan
secara ringkas keempat faktor tersebut antara lain keturunan, lingkungan, perilaku
dan pelayanan kesehatan, selain berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal
bilamana keempat faktor ini secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal
pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan tidak optimal, maka status
hidup bersih dan sehat serta membina kesehatan lingkungan masyarakat di wilayah
optimal. Oleh sebab itu dapat diperkenalkan dan dikembangkan suatu alternatif
klinik sanitasi.(7)
manusia (IPM).
lingkungan. Pelayanan klinik sanitasi tediri dari kegiatan didalam gedung seperti
lingungan dan perilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian penyakit. Sedangkan
petugas konseling dengan pasien atau kliennya, agar klien memperoleh pengertian
yang lebih baik tentang dirinya dan permaslahan yang dihadapi, sehingga mampu
4
atau klinik sanitasi di Puskesmas salah satu diantaranya konseling yang diberikan
Barat tahun 2014 di temui kasus DBD di Provinsi Sumatera Barat 2.282orang dari
kasus tersebut Kabupaten Pesisir Selatan merupakan peringkat II terbesar (lebih dari
10%) di banding kabupaten/kota lainnya di Sumatera Barat. Selain itu juga ditemui
kasus diare 106.205 orang penderita yang ditangani petugas kesehatan dan lebih 12%
Provinsi Sumatera Barat maka Kabupaten Pessisir Selatan merupakan 5 besar kasus
lingkungan dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015
antara lain; cakupan akses air bersih sebanyak 79.000 jiwa (80,62%). Penduduk
dengan akses terhadap fasilitas Jamban Sehat sebanyak 364.953 orang (79,97 %).
Dari 98.124 rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 76.629 rumah
(78,1%). Kemudian sarana pengolahan sampah yang memenuhi syarat dari 85.575
5
sarana yang diperiksa yang memenuhi syarat sebanyak 78.671 (80,2%) dan Sarana
(80,16%).(11)
tahun 2015 dari 18 Puskesmas yang ada 10 Puskesmas yang mengirim laporan
Pesisir Selatan. Dari data yang dihimpun didapat pasien klinik sanitasi dari 10
lingkungan terdiri dari penyakit kulit 30 orang, diare 44 orang, ISPA 522 orang,
Malaria 1 orang, DBD 5 orang, TB paru 22 orang dan penyakit berbasis lingkungan
Kabupaten Pesisir Selatan. Dari laporan bulanan Puskesmas Pasar Kuok ditemui
kasus penyaki berbasis lingkungan rata-rata 62% dari jumlah pasien KIA yang terdiri
Survei pada data sekunder ini di lihat dari buku registrasi jumlah pengunjung selama
dilakukan rangkap jabatan oleh profesi kesehatan lain. Anggaran kegiatan klinik
lainnya di Puskesmas. Begitu juga sarana dan prasarana antara lain tidak semua
Puskesmas. Sehubungan dengan itu maka permasalahan klinik sanitasi tersebut perlu
digali secara mendalam dan kegiatan Klinik Sanitasi Puskesmas perlu dilakukan
evaluasi. Maka dari permasalahan tersebut calon peneliti tertarik menggali secara
mendalam permasalahan kegiatan klinik saniutasi melalui usulan penelitian ini yang
sanitasi Puskesmas.
sanitasi.
(FKM) Unand.
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015, yang meliputi varibel input, proses dan aut
put yang akan mempengaruhi hasil dan tujuan kegiatan klinik sanitasi.
8
penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas. Klinik sanitasi bukan
sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagaiu bagian integral dari
kegiatan Puskesmas.(8)
antara lain; sebagai pusat informasi, pusat rujukan, fasilitator di bidang kesehatan
masyarakat melalui upaya preventif, promotif, kuratif yang dilakukan secara terpadu,
memberdayakan masdyarakat.
9
kesehatan lingkungan.
Puskesmas.
kunjungi rumahnya.
diluar gedung yaitu pada waktu kunjungan rumah atau kunjungan lapangan. Ruang
lingkup konseling adalah hubungan antara dua orang yaitu petugas klinik sanitasi
dengan pasien atau klien yang memutuskan untuk bekerjasama sehingga pasien/klien
dapat mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang meliputi :(9)
10
d. Pengamatan pestisida
2.2 Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang dikembangkan atas dasar kemitraan dengan lintas sektor dan lintas program
yang terkait. Dalam hal ini Puskesmas mampu mengemnbangkan kegiatan dan
kesehatan yang efektif dan efisien, merata, bermutu, terjangkau dan memenuhi
kebutuhan masyarakat.(14)
bermutu dan hidup dalam lingkungan sehat, sehingga memiliki derajad kesehatan
11
yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat guna mendukung
program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan
penyakit.
12
preventif.
Pelayanan Kesehatan.
rujukan.
tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan
dirinya dalam bekerja. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus
13
2. Dokter gigi.
3. Perawat
4. Bidan
8. Tenaga gizi
9. Tenaga kefarmasian
b. Puskesmas pedesaan
tenaga kesehatan.
aksesibilitas.
a. Kepala Puskesmas.
kesehatan.
rendah Sarjana dan memiliki kompetensi manajemen kesehatan masyarakat dan telah
memiliki masa kerja di Puskesmas minimal 2 tahun serta telah mengikuti pelatihan
manajemen Puskesmas. Untuk daerah terpencil dan sangat terpencil apabila tidak
d. Pelayanan gizi
kuman dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal di tubuh host kemudian
Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat kondisi linglkungan yang buruk
seperti ISPA, TBC, diare, DBD, malaria, kecacingan dan penyakit kulit.(16)
disadari, seperti dikemukakan Blum dalam Planning for health, development and
appplication of social chang theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar
masyarakat yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga dipengaruhi oleh
pemamfaatan jamban yang masih rendah , tercemarnya tanah, air dan udara karena
limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, dan sarana transportasi serta
dengan lingkungannya, seperti dalam aspek hiegene industri makanan dan minuman
keracunan makanan.(9)
jejuni, cryptospondium.(9)
berkembangbiak dalam tinja dan masuk kedalam tubuh manusia melalui oral
makanan yang tercemar pestisida atau tempat makanan yang tercemar pestisida.
Asap dapur dan sirkulasi udara/debu yang tidak sehat dan tempat berkembang biak di
saluran pernapasan.(9)
melalui udara seperti penderita TBC berbicara, meludah, batuk dan bersin maka
kuman-kuman TBC yang berada di paru-paru menyebar ke udara terhirup oleh orang
lain. (9)
2.3.4 Malaria
Malaria adalah demam menggil secara berkala yang disebabkan oleh parasit
yaitu:(9)
yang sakit malaria lalu parasit didalam tubuh manusia masuk kedalam tubuh
nyamuk. Parasit tersebut berkembang biak dalam tubuh nyamuk dan menjadi matang
selama waktun 10-14 hari. Setelah parasit matang, jika nyamuk menggigit manusia
18
yang sehat maka parasit malaria masuk kedalam tubuh manusia sehat . Masa
inkubasi bibit malaria dalam hati manusia 9-30 hari. Kemudian orang yang sehat
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dengan cara seseorang yang dalam
darahnya mengandung Virus Dengue bila di gigit nyamuk akan terhisap masuk
kedalam lambung nyamuk dan berkembang biak, keudian masuk kedalam kelenjar
air liur nyamuk setelah satu minggu dalam tubuh nyamuk, bila menggigit orang sehat
akan menularkan virus dengue, virus ini tetap berada dalam tubuh nyamuk sehingga
rumah antarab lain tempat penampungan air bersih, bak mandi/WC, tempat minum
burung, vas bunga, kaleng bekas yang berisi air, lubangf pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, potongan bambu yang biaa menampung air hujan dan lain-
2.3.6 Kecacingan
Ada tiga macam jenis cacing yang banyak diderita oleh anak-anak , yaitu:(9)
1) Cacing Gelang
dalam tubuh manusia dan tinja. Menular dengan cara telur cacing masuk kedalam
mulut, melalui makanan yang tercemar atau tangan yang tercemar kemudoian
adalah dengan menelan telur cacing yang telah dibuahi melalui debu, makanan
19
atau jari tangan (kuku) . Pencegahan dapat dilakukan dengan menutup makanan,
menggunakan air bersih, buang air besar di jamban sehat, menggunting kuku,
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar, tidak
berkembang biaknya di dalam perut manusia dan tinja. Penularan terjadi dimana
telur cacing dalam tinja di tanah yang lembab atau lumpur menetas menjadi
larva, larva masukke tubuh manusia melalui kulit, biasanya melalui kaki,
menghirup telur melalui udara, menggaruk anus telur masuk kedalam kuku, jatuh
ke seprei atau alas tidur dan terhisap oleh mulut, pencegahan dapat dilakukan
dengan menggunakan alas kaki, mncuci serta menjmur celana di panas mata hari,
menjemur alas temnpat tidur, buang air besar di jamban sehat, menjaga
2.3.7 Scabies
Penyakit kulit atau sering disebut dengan kudis/Scabies/gudik/budukan yang
disebabkan oleh tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes scabies),
tempat berkembang biaknya adalah dilapisan tanduk kulit dan membuat terowongan
di bawah kulit sambil bertelur, penularannya dapat melalui kontak lansung d3engan
penderita dan dapat pula di tularkan melalui perantara seperti baju, handuk, seprei,
bantal yang digunakan oleh penderita kemudian diguanakn oleh orang yang sehat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindar tukar menukar baju dan handuk,
menjaga kebersihan lingkungan dan membuka jendela agar sinar matahari masuk. (9)
tidak, melepuh, dan terasa gatal. Masa inkubasi virus penyebab cacar ini sekitar 2-3
Penularan :
1. Cacar air dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita. Seperti
pecah.
2. Cacar air juga dapat menular melalui udara. misalnya, saat penderita cacar
bernapas, bersin, atau batuk dan terhirup oleh udara ke arah kita, kita dapat
Cara Pencegahan :
2.3.9 Tifus
Tifus adalah penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri
hingga membuat pendeita menggigil. Biasanya demam terjadi di malam hari dan
mereda, kemudian akan naik lagi di malam berikutnya. Gejala yang lain dapat berupa
sakit kepala, sakit di bagian perut, denyut jantung menurun, sampai kehilangan
nafsu makan.(17)
Penularan
1. Melalui makanan yang tercemar bakteri salmonella. Ini bisa terjadi karena
sumber makanan yang tidak sehat ataupun pembersihan yang tidak baik
sebelum bahan makanan tersebut dimakan. Bahkan pada sebagian kasus, ada
21
di tinja atau kotoran milik penderita tifus. Akhirnya lalat tersebut menjadi
2. Melalui tangan dan kuku yang tidak bersih, sehingga tanpa kita sadari bakteri
salmonella yang bisa saja terdapat pada tangan dan kuku kita masuk ke dalam
mulut.
3. Melalui air yang digunakan untuk minum atau mencuci piring dan gelas dan
4. Melalui kulit. Bakteri ini dapat masuk lewat kulit yang terkoyak akibat luka.
Cara Pencegahan
2.3.10 Campak
Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang termasuk
berupa naiknya suhu tubuh, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri otot, hingga ruam pada
kulit. Gejala ini muncul sekitar 7-14 hari setelah terinfeksi virus.(17)
22
Penularan
Campak menular melalui cairan ludah dari penderita ketika batuk ataupun
bersin.
Cara Pencegahan
2.3.11 Pneumonia
Pneumonia atau radang paru-paru adalah suatu peradangan yang disebabkan
oleh bakteri, virus, maupun parasit lainnya. Peradangan terjadi pada pulmonary
alveolus (alveoli) yang seharusnya bertugas untuk menyerap oksigen dari atmosfer.
Akan tetapi karena terjadinya peradangan, organ ini menjadi terisi cairan
Penularan
Melalui udara yang tercemar oleh bakteri, virus, atau parasit penyebab
pneumonia. Begitu juga udara yang terpapar penyebab pneumonia yang berasal dari
penderita.
Cara Pencegahan
2. Menjaga daya tahan tubuh agar tetap kuat melawan semua virus atau bakteri
2.3.12 Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit menularyang menyerang organ hati pada manusia.
Disebabkan oleh bakteri serta virus dan tidak bersihnya lingkungan sekitar, sehingga
Penularan
3. Melalui kulit, seperti pemakaian jarum suntik bekas, alat tattoo, atau jarum
Cara Pencegahan
2. Hindari pertukaran cairan tubuh, seperti ludah atau transfusi darah yang
tikus dan hewan pengerat lainnya yang disebabkan oleh bakteri dan dapat ditularkan
pada manusia. Kutu tikus adalah yang paling sering menjadi perantara dalam
penularan penyakit ini. Pada manusia, PES dapat dibedakan menjadi . Yaitu PES
Kelenjar Getah Bening, PES Infeksi Luas, Dan PES Pneumonik atau PES Paru-
paru.(17)
Penularan
1. Terkena gigitan kutu tikus yang sebelumnya telah menghisap darah tikus
Cara Pencegahan :
2. Hindari kontak langsung dengan penderita PES, atau penggunaan masker dan
dapat mengakibatkan pelemahan otot yang bersifat permanen. Akhirnya tubuh dapat
mengalami kelumpuhan bahkan hingga kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus
Penularan
4. Bepergian ke daerah yang masih banyak terjadi polio dengan sistem daya
Cara Pencegahan
2.3.15 Ebola
Penyakit yang belakangan ini menjadi perbinacangan hangat adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus mematikan dari genus ebolavirus. Gejala yang terjadi
biasanya adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah, dan pada akhirnya akan
25
secara drastis. Sampai saat ini vaksin untuk ebola belum dapat ditemukan. (17)
Penularan
Cara Pencegahan
3. Jika terpaksa harus kontak angsung dengn penderita, gunakan pengaman tubuh
dan diselenggarakannya dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu dan mampu
penyakit.(20)
pengertian yang lebih baik tentang dirinya dan permasalahan yang di hadapi,
didalamnya.(9)
perhatian dan penerimaan melalui tingkah laku verbal dan non verbal yang akan
yang mengatur, mengkritik atau membuat keputusan yang memungkinkan tidak dapt
partner/rekan, tetapi klien/pasienlah yang paling tahu dunianya sehingga dia yang
perasaan pasien/klien dan sikap terhadap situasi dirinya. Selama proses ini petugas
4) Mengutarakan isi nhatinya terutama hal-hal yang bersifat sensitif dan sangat
pribadi.
perilaku.
kesehatan keluarganya.
Konseling di adakan untuk mencapai tujuan tertentu antara lain membantu klien
c. Konseling bukan berarti memberi nasehat atau instruksi pada klien untuk sesuatu
”ahli” dan memikul tanggung jawab yang lebih besar terhadap tingkah laku atau
klien/pasien memilih cara pemecahan masalah yang paling cocok atau sesuai dengan
berbagai masalah yang timbul seperti masalah yang muncul dari pasien/klien bahkan
konteks pembicaraan dam menilai mengapa hal ini terjadi, leboh baik
yang dapat dilakukan adalah menunggu beberapa saat. Petugas konseling dari
1) Petugas Konseling meyakini tidak ada jalan keluar untuk mengatasi masalah
mengambil keputusan.
terus terang kepada pasien/klien bahwa belum dapat menjawab, tetapi akan
2.6 Evaluasi
Evaluasi sebagai riset untuk mengumpulkan, menganalisa dan menyajikan
1) Riset
Seperti telah dijelaskan diatas, evaluasi merupakan salah satu jenis riset. Sebagai
2) Objek evaluasi
Objek evaluasi adalah apa yang akan di evaluasi – Steward I. Donaldson dan
evaluand dan evaluee jika objeknya orang adalah apa yang diteliti dalam
Contoh:
1) Kebijakan kesehatan
2) preogram kesehatan
3) proyek kesehatan
3) Informasi
Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan informasi yang bermanfaat mengenai
objek evaluasi . sebagai contoh kegiatan klinik sanitasi yang memiliki tujuan dan
indikator keberhasilannya.
31
4) Menilai.
Evaluasi melakukan penilaian kualitas baik buruknya atau tinggi rendahnya
bermanfaat tinggi atau rendahnya program dalam kaitan dengan suatu tujuan atau
standar tertentu.
Jika keberhasilannya tidak sesuai dengan tolak ukur yang ditentukan , maka perlu
dengan tolak ukur yang ditentukan, maka kegiatan akan diteruskan atau
suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian
suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
evaluasi tersebut.
program, target, sasaran, dan ruang liungkup kegiatan program, sunber daya seperti
1. Input terdiri petugas kesehatan, dana, sarana dan prasarana serta pedoman
petunjuk teknis.
Perencanaan
Pengendalian
EVALUASI
Kabupaten Pesisir Selatan yang meliputi: proses kegiatan, petugas, sarana dan
prasarana, dana, jumlah penyakit yang berbasis lingkungan, jumlah pasien klinik
Puskesmas dan kerja sama dengan lintas program serta lintas sektor.
Puskesmas, 4 orang petugas sanitasi, 4 orang petugas BP, maka total informan dalam
terdapat pada input, proses dan output, guna menghindari perbedaan pengertian.
35
36
3.4.1 Input
1. Petugas Klinik Sanitasi adalah tenaga yang melaksanakan kegiatan klinik
3. Dana adalah jumlah anggaran dan sumber anggaran yang diperuntukan pada
4. Juklak dan juknis adalah buku pedoman pelaksanaan dan teknis kegiatan
klinik sanitasi
berbasis lingkungan (ISPA, diare, TBC, DBD, kecacingan, penyakit kulit dan
9. Klinik sanitasi luar gedung adalah kunjungan rumah pasien/klien yang telah
10. Kerja sama Lintas Program adalah kerja sama petugas klinik sanitasi dengan
profesi lain (dokter, perawat dan bidan) yang terintegrasi dalam pelayanan
pasien.
37
11. Kerja sama Lintas sektor adalah suatu kegiatan koordinasi dengan sektor
12. Kegiatan klinik sanitasi adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
3.4.2 Proses
1. Perencanaan kegiatan klinik sanitasi adalah bagian dari perencanaan
dan rencana jadwal kegiatan klinik sanitasi baik kegiatan dalam gedung
Kepala Puskesmas.
3.4.3 Output
1. Klinik sanitasi berfungsi apabila tersedianya unsur-unsur input dan terlaksananya
2. SOP klinik sanitasi adalah Standar pelayanan klinik sanitasi yang diterbit oleh
univariat untuk mengevaluasi kegiatan klinik sanitasi terdiri dari input, proses dan
output yang diperoleh melalui trianggulasi metode dan trianggulasi teori terhadap 12
wilayah 5.749,9 Km2 memiliki topografi yang tidak rata, disebelah barat pada
umumnya dataran rendah sementara dibagian timur merupakan dataran tinggi dengan
jajaran penggunungan bukit barisan. Kabupaten yang memiliki 53 buah pulau dan 27
buah sungai secara geografis terletak pada posisi 0059’ sampai dengan 2028,6’
Lintang Selatan dan 100019’ sampai dengan 101 018’ Bujur Timur. Adapun batas-
Secara umum daerah ini beriklim trofis dengan temperatur bervariasi antara
220 C – 320C. Kabupaten ini memanjang dari utara ke selatan dengan panjang garis
pantai 234 Km2 di sebelah Barat Pulau Sumatera dan sebelah timur di pagari oelh
Bukit Barisan dengan Taman nasional Kerinci Seblat (TNKS). Kawasan hutan
73,12% dari luas wilayah Kabupaten Pesisir Selatan, areal pertanian 15,93%,
tidak berdiri sendiri melainkan berintegrasi dengan Bidang Pelayanan (BP) dan
didukung oleh kebijakan Kepala Puskesmas. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti
selaku pengambil kebijakan dan yang bertanggung jawab secara manajemen dalam
informan, yang terdiri 1 (satu) orang pemegang program Dinas Kesehatan Kabupaten
Pesisir Selatan, 4 (empat) orang kepala puskesmas, 4 (empat) orang tenaga sanitarian
Puskesmas Air haji untuk melihat kegiatan klinik sanitasi secara langsung baik
kegiatan dalam gedung maupun luar gedung sebagaimana hasil obseravasi yang
Ket:
I = Puskesmas IV Koto Mudik
II = Puskesmas Kambang
III = Puskesmas Balai Selasa
IV = Puskesmas Air Haji
Berdasarkan tabel diatas ditemui adanya SDM namun rata-rata 1 orang setiap
Puskesmas kecuali Puskesmas Air haji 2 orang. Dana pada umumnya ada yang
bersumber dari BOK, DAU dan JKN di lengkapi dengan sarana dan prasarana walaupun
belum lengkap dan menumpang di ruangan lain namun kegiatan dalam gedung dan
kegiatan luar gedung aktif walaupun belum sepenunya dilakukan sesuai dengan petunjuk
dan pedonan pedoman pelaksanaan. Pada proses klinik sanitasi masih dsitemukan
42
INPUT
1 Kebijakan √ √ √ √
2 Sumber Daya Manusia (SDM)
- Sertifikat/ pelatihan √ − − √
- SK fungsional √ √ − √
- Ijazah/ SK penempatan √ √ √ √
- Surat Penugasan √ √ √ √
- Dokumen komitmen - - - -
3 Dana
Perencanaan Operasional Anggaran √ √ √ √
(POA)
Surat bukti pembayaran dana program √ √ √ √
Laporan perjalanan √ √ √ √
4 Petunjuk dan Pedoman Pelaksanaan
Permenkes No.13 tahun 2015 √ √ √ √
Buku Petunjuk Pelaksanaan klinik √ √ − √
sanitasi.
Buku pedoman pelaksanan klinik √ √ − √
sanitasi
Sarana dan Prasarana
5 - √ √ √
Ruangan kegiatan dalam gedung
√ √ - √
Alat peraga
- − - √
Alat Pengukur Lingkungan √ √ √ √
Pencatatan dan pelaporan √ √ √ √
Buku registrasi √ √ √ √
Kendaraan dinas − √ − √
PROSES
9 Keaktifan
- Adanya arsip administrasi kegiatan √ √ √ √
dalam gedung
- Adanya arsip administrasi kegiatan √ √ √ √
luar gedung
Ket:
I = Puskesmas IV Koto Mudik
II = Puskesmas Kambang
III = Puskesmas Balai Selasa
IV = Puskesmas Air Haji
Berdasarkan telaah dokumen diatas, terlihat bahwa pelaksanaan program klinik sanitasi
bagi Puskesmas yang mengirim laporan bulanan memang sudah berjalan namun belum
sesuai dengan standar yang ada. Dokumen kebijakan tentang program klinik sanitasi
secara tertulis tidak ada, pengelola belum pernah mengikuti pelatihan teknis kegiatan
klinik saanitasi yang ada hanya pertemuan rutin tahunan petugas sanitasi dalam
mengevaluasi kegiatan kesehatan lingkungan baik dalam gedung maupun luar gedung.
Komitmen lintas program hanya secara lisan baik penyampaian melalui perorangan dan
juga disampaikan melalui pertemuan bulanan Puskesmas, ini terlihat dokumen komitmen
pelaksanaan klinik sanitasi tidak ada. Sarana dan prasarana belum lengkap, Sumber dana
program klinik sanitasi tersedia bersumber dari BOK, DAU dan JKN namun masih perlu
di tingkatkan lagi jumlahnya baik untuk kegiatan dalam gedung maupun kegiatan luar
Kebijakan baik dalam bentuk peraturan dan pedoman akan memudahkan pelaksanaan
program klinik sanitasi. Kebijakan program klinik sanitasi ini dikeluarkan karena
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.13 tahun 2015, serta sesuai dengan
bentuk surat edaran, untuk melaksanakan program klinik sanitasi dan melaporkannya
wawancara mendalam dan telaah dokumen yang telah dilakukan, sumber daya
manusia program klinik sanitasi di puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan
sanitasi. Hal ini disebabkan karena dari 18 puskesmas yang ada hanya 11 puskesmas
kesehatan lingkungan sehingga ilmu klinik sanitasi sudah didapat sejak di bangku
kuliah, sedangkan puskesmas yang tidak mempunyai tenaga sanitarian, tugas sanitasi
di pegang tenaga non kesling yang rangkap jabatan dan memiliki tugas pokok pada
program lain seperti tenaga perawat dan ilmu klinik sanitasi didapatnya baru sebatas
informasi penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke klinik sanitasi, seperti yang
“....8 Puskesmas belum ada tenaga kesling dan 10 puskesmas rata -rata 1
orang kecuali 4 Puskesmas lebih dari 1 orang .” (Informan 2)
“karena tenaga sanitasi 2(dua)orang di puskesmas, petugas yang
namanya sarni selain memegang sanitasi juga memegang Bendahara JKN
….dalam hal menyingkapi tugas rangkap petugas mempunyai jadwal
tersendiri...(Informan 12).
“....mungkin lah jenuh di klinik sanitasi sekian lamobahkan orang
mungkin lah bosan mancaliak awak ”(Informan 7)
“ dilakukan tiap hari namun masihbelum maksimalkarena hanya 1(satu)
orang tenaga apalagi selain dalam gedung ada kegi atan lapangan,”
(Informan 2, 3, 4, 8, 9, 10)
manusia yang mengelola program klinik sanitasi telah memahami tugas pokok dan
4.4.3 Dana
Dana merupakan biaya operasional yang dibutuhkan untuk
gedung dalam hal ini kunjungan rumah, inspeksi sanitasi dan melakukan intervensi.
sanitasi pada tahun 2015 tidak ada masalah, seperti yang diungkapkan oleh informan
berikut ini:
khusus untuk pelaksanaan program klinik sanitasi baik di dalam gedung maupun luar
yang merupakan serangkaian tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan
petunjuk berupa pedoman pelaksanaan dan bagi yang memiliki telah melaksanakan
sesuai dengan pedoman atau standar prosedur operasional klinik sanitasi puskesmas.
pekerjaan. Berdasarkan informasi dari informan diatas, diketahui bahwa sarana dan
prasarana untuk pelaksanaan program klinik sanita baru berupa ruangan, untuk
“....terkait alat pengukur linkungan baru 2 puskesmas yang ada yaitu Air
Haji dan Inderapura kita bisa menganggarkan bertahap setiap
tahunnya,” (Informan 1,10)
.... minim sekali, masih gabung denga n BP untuk konseling... buku
petunjuk udah cukup..punya standar operasional, buku pedoman
pelaksanaan klinik sanitasi, lembar balik...poster.. buku registrasi dan
formulirpelapoan, namun alat ujkur lingkungan belum ada pembagian
dari dinas kesehatan memfasilitasinya... (Informan 2, 3, 4)
“.....kendaraan sendiri(Informen 2,3,4,8,9,10)
“...kendaraan dinas untuk petugas sanitasi ada,”(Informan 7)
“ ruangan dan alat peraga ada namun pengukur lingkungan belum
ada...”(Informan 3,5,6,7,9).
”...ruangannya juga diatas..... disebelah.... karena dibawah sudah tidak
memungkinkan ,....yang dilengkapi sarana pendukungnya seperti alat
peraga, meja dan kursi, alat pengukur lingkungan,”(Informan 8, 9)
“......ruangannya ada gabung dengan program surveilan...guna
memaksimalkan ruangan yang ada apalagi ruangan terbatas (Informan 8
dan 10)
“....seharusnyapetugas sanitasimemiliki kendaraan dinas ....kan sering
kelapangan...mau,”(Informan10)
“....seperti yang bapak lihat ruangan klinik sanitasi kami semuanya
cukup,” (Informan 11.,12, 13)
Telahan dokumen yang dilakukan, diketahui bahwa sarana dan prasarana
kegiatan klinik sanitasi puskesmas terkait ruangan dan alat peraga , alat pengukur
kendaraan sendiri kemudian buku register, laporan bulanan dan tahunan klinik
sanitasi ada.
50
sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program dan menyusun langkah
praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan wawancara yang
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, telah dibuat bersamaan
dengan perencanaan diawal tahun, mencakup kegiatan dalam gedung dan luar
gedung puskesmas, telah dilakukan dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
tetapi belum dilaksanakan secara maksimal dan terpadu antara lintas program dan
lintas sektor. Hal ini disebabkan karena keluarnya Permenkes No.13 tahun 2015 di
sanitasi dalam bentuk POA di puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Pesisir Selatan dan tidak semua petugas kesehatan paham dengan
4.5.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan
dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas dan wewenang seseorang
pengorganisasian program klinik sanitasi yang ada sebatas Surat Keputusan Kepala
Puskesmas berupa penugasan sesuai alur klinik sanitasi, dibuat secara terintegrasi
dapat dilihat pada struktur puskesmas, tugas pokok dan fungsi serta uraian tugas,
pengelola program klinik sanitasi yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan
berjalan, tetapi belum menunjukan hasil yang maksimaldan belum sepenuhnya sesuai
53
dengan standar klinik sanitasi, walaupun dukungan pimpinan puskesmas sudah ada,
terkait kegiatan kegiatan dalam ngedung seperti yang disampaikan dibawah ini:
adanya pelaporan cakupan kegiatan klinik sanitasi dan adanya register, komitmen
lintas program baru berupa lisan baik secara lansung maupun dalam loka karya mini,
namun kegiatan sudah jalan sesuai standar walaupun perlu pengaturan njadwal
karena sebagian besar puskesmas memiliki tenaga1(satu) orang dan tugas rangkap.
Selain kegiatan dalam gedung juga dilakukan kegiatan luar gedung yang
terdiri dari kegiatan intervensi serta kegiatan inspeksi sanitasi yang melibat lintas
sektor baik terlibat secara langsung maupun dalam bentuk koordinasi , berikut
dalam pelaksanaan program klinik sanitasi puskesmas sudah terjalin dengan baik
namun ada sedikit hambatan, koordinasi dari masing-masing lintas sektor terlihat
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan namun juga oleh kepala Puskesmas
berjalan tidak hanya oleh dinas juga oleh para Kepala Puskesmas namun masih perlu
di maksimal.
berikut ini:
dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan sudah berjalan
pelaksanaan program klinik sanitasi adalah adanya ruangan, sumber daya manusia
yang berpendidikan sanitasi, dana yang cukup untuk kegiatan baik dalam maupun
luar gedung puskesmas, sarana dan prasarana yang menunjang, dan adanya
kerjasama lintas program dan lintas sektor namun masih perlu ditingkatkan.
57
program klinik sanitasi dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir
Selatan sudah berjalan tetapi hasilnya belum maksimal. Hambatan yang dirasakan
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir selatan, seperti yang disampaikan oleh
pencapaian program klinik sanitasi adalah kurangnya tenaga dan skill petugas, masih
ada puskesmas belum memiliki ruangan khusus untuk pelayanan pasien klinik
58
sanitasi, tidak semua puskesmas memiliki alat pengukur lingkung, tidak semua
petugas sanitasi memiki kendaraan dinas padahal sering kelapangan serta masih
puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan telah
dilakukan dalam bentuk instruksi tertulis dan lisan disertai dengan sosialisasi kepada
oleh sebab itu tidak semua lintas program di Puskesmas yang paham dengan kegiatan
klinik sanitasi sebagiamana yang di atur oleh Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Permenkes No.13 tahun 2015 yang mewajibkan setiap puskesmas melakukan pelayanan
puskesmas. (10)
yang bersifat mengikat, mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai
baru dalam masyarakat. Kebijakan nasional tentang pelaksanaan program klinik sanitasi
terpadu berbasis wilayah. Klinik sanitasi merupakan upaya untuk menggabungkan tiga
upaya pelayanan kesehatan yaitu upaya promosi (promotif), pengobatan (preventif) dan
pencegahan (kuratif) yang difokuskan pada kelompok resiko tinggi penyakit yang
bersangkutan. (7)
60
sanitarian 3 puskesmas yang memiliki tenaga sanitarian 2 orang dan 1 Puskesmas yang
memiliki tenaga 1 orang, sementara 8 puskesmas yang tidak memiliki tenaga sanitarian
TENAGA SANITASI
NO UNIT KERJA (KESEHATAN LINGKUNGAN)
L P L+P
1 Barung2 belantai 0 1 1
2 Tarusan 0 0 0
3 Pasar baru 1 1 2
4 Koto berapak 0 1 1
5 Asam Kumbang 0 0 0
6 Salido 0 2 2
7 Lumpo 1 1 2
8 Pasar kuok 0 0 0
9 IV koto mudik 0 1 1
10 Surantih 0 0 0
11 Kambang 0 1 1
12 Koto baru 0 0 0
13 Balai selasa 0 1 1
14 Air haji 0 2 2
15 Indera pura 0 3 3
16 Tapan 0 0 0
17 Tanjung beringin 0 0 0
18 Tanjung Makmur 0 0 0
Sub 1 Jumlah (Puskesmas) 2 14 16
Sub 2 RSUD M. Zein painan 0 4 4
Sub 3 Dinas kesehatan 0 1 1
Jmlh (wilayah kerja Dinkes) 2 19 21
Rasio Tng/100.000 penduduk 4,7
lingkungan, serta tenaga pendukung adalah tenaga lainnya seperti perawat, bidan,
dan gizi yang telah ditunjuk oleh Kepala Puskesmas dalam pelaksanaan program
61
dan menjelang formasi tambahan tenaga kesehatan tersebut keluar, diharapkan kepada
kepala puskesmas agar memanfaatkan tenaga kesehatan yang telah dibekali dengan ilmu
tenaga kesehatan di puskesmas dibebani tugas rangkap oleh Kepala Puskesmas termasuk
puskesmas selain menjalankan tupoksi sebagai seorang sanitasi juga dibebani dengan
program lain seperti surveilans, promkes, bendahara, dan lain sebagainya. Kondisi
petugas sanitasi yang tugas rangkap ini terjadi di 3 (tiga) Puskesmas dari 4 puskesmas
yang menjadi sampel. Pada keadaan tertentu jika volume kerja tugas rangkap tersebut
banyak ditambah lagi dengan kegiatan klinik sanitasi dalam gedung, sehingga kegiatan
Tugas rangkap tenaga klinik sanitasi, apalagi tenaga klinik sanitasi yang masih
kurang di puskesmas, sehingga petugas sanitasi mengatur jadwal keluar gedung setelah
luar gedung juga dilakukan diluar jam kerja dengan menyesuaikan dengan kondisi
sudah memadai untuk menjalankan program klinik sanitasi. Hal ini disebabkan karena
11 puskesmas dari 17 puskesmas yang ada, tenaga pengelola program klinik sanitasinya
sanitarian, tugas sanitasi di pegang oleh tenaga perawat dan bidan. Sedangkan tenaga
pendukung pelaksanaan klinik sanitasi tersebut, ilmu tentang klinik sanitasi mereka
dapatkan dari pengelola klinik sanitasi puskesmas lain. Pada umumnya belum pernah
klinik sanitasi.
lingkungan, disamping kuantitas, kualitas sumber daya manusia dalam suatu organisasi
sangat diperlukan sekali. Pelatihan secara teknis di dinas kesehatan dan juga perlu
koordinasi terkait jenis penyakit yang perlu dirujuk pada klinik sanitasi dan
sanitasi puskesmas terutama terkait penyakit yang perlu dirujuk pada klinik sanitasi.
seseorang.
63
5.1.3 Dana
Pendanaan untuk pelaksanaan program klinik sanitasi harus diupayakan
dengan berbagai macam sumber dana dan untuk penyelenggaraan klinik sanitasi
dana dapat diperoleh dari dana operasional puskesmas APBN, APBD, Propinsi dan
puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan tersedia
namun masih belum sesuai dengan kebutuhan kegiatan, termasuk dana untuk pembinaan
(JKN) namun proporsi dana JKN untuk kegiatan konseling di Puskesmas belum
memadai karena tidak semua pasien yang berbasis lingkungan di rujuk pada klinik
sanitasi sementara dana JKN dibiayai berdasarkan jumlah pasien yang dilayani.
Kegiatan luar gedung seperti tindak lanjut ke rumah pasien, sebagian di danai
dengan dana Biaya Operasional Kesehatan (BOK) dan dana Dana Alokasi Umum
(DAU) puskesmas yang dikelola Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan. Bantuan
Operasional Kesehatan yang disingkatkan dengan BOK adalah bantuan dana dari APBN
Pembantuan Dana BOK. Anggaran ini hanya boleh digunakan untuk upaya kesehatan
yang bersifat promotif dan preventif di puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan
posyandu.
situasi dan kondisi wilayah kerja yaitu; jumlah penduduk, luas wilayah, kondisi
jumlah poskesdes dan posyandu, dan parameter lain yang ditentukan kepala dinas
Alokasi dana BOK puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Pesisir Selatan sangat terbatas sementara pada rapat loka karya mini terkait anggaran
64
terlalu jauh jumlah anggaran kegiatan sanitasi dibandingkan dengan program lain seperti
KIA, walaupun anggaran klinik sanitasi belum maksimal namun petugas berupaya
ruangan klinik sanitasi yang dipergunakan untuk penyuluhan dan konsultasi, bengkel
sarana dan prasarana pelaksanaan program klinik sanitasi puskesmas dalam wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, khusus ruangan sudah tersedia di
puskesmas, namun untuk perlengkapan sarana dan prasarana belum memadai, hanya
dilengkapi dengan buku pedoman petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanan program
klinik sanitasi, itupun tidak semua petugas sanitasi paham dan mempunyai kemauan
untuk mempelajarinya.
dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan selama ini cenderung
belum maksimal, karena adanya hambatan atau masalah terhadap keterbatasan sarana
dan prasarana sanitasi. Kualitas sarana dan prasarana yang baik akan menghasilkan
kualitas pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi juga baik. Kurangnya sarana dan prasarana
sebagai media promosi tentang kesehatan lingkungan seperti lembar balik, poster, dan
terganggu. Ruang klinik sanitasi belum dilengkapi dengan peralatan sanitasi dan
kelancaran proses konsultasi di klinik sanitasi menjadi terhambat, seperti water test kit,
dll sebagainya.
klinik sanitasi saat ini sangat lemah, Jadi untuk melaksanakan program klinik sanitasi
diperlukan sarana dan prasarana, serta pedoman pelaksana bagi petugas. Berkenaan
dengan standarisasi kualitas sarana dan prasarana dalam pelaksana kegiatan, komponen
ini sebagai pendukung namun sangat menunjang tercapai tidaknya mutu suatu kegiatan
Sarana dan prasarana kegiatan organisasi juga mencakup alat-alat bantu dalam
kelancaran proses kegiatan. Misalnya meja, kursi, besar ruangan, lampu penerangan,
media penyuluhan perlu ditetapkan dengan standar untuk setiap jenis permasalahan yang
ditemui dalam kegiatan klinik sanitasi. Agar pelaksanaan program klinik sanitasi dapat
berjalan dengan optimal petugas sanitasi harus menguasai serta memajang lembaran
standar prosedur operasional pelaksanaan klinik sanitasi dilengkapi oleh buku petunjuk
teknis pelaksanaan klinik sanitasi, alat peraga sanitasi, alat pengukur lingkungan serta
kendaraan dinas yang sesuai dengan jumlah puskesmas yang ada dalam wilayah kerja
puskesmas, pedoman teknis klinik sanitas, dan standar prosedur operasinal klinik
penyakit malaria, pedoman peberantasan penyakit diare, deman berdarah, dan lain-
lain (7)
puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan adalah SOP
klinik sanitasi yang merupakan lampiran Permenkes No.13 tahun 2015 tentang upaya
Penyehatan Lingkungan (P2PL). Kegiatan Klinik Sanitasi pada tahun 2015 di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan sudah dilaksanakan oleh 10 puskesmas
yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, adapun
sanitasi. Di dalam ruang klinik sanitasi petugas klinik sanitasi mewawancarai pasien
tentang penyakit yang dideritanya dan dikaitkan dengan lingkungan. Hasil wawancara
dicatat dalam kartu status kesehatan lngkungan, setelah itu dilakukan konseling tentang
penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya dengan lingkungan, dan membuat
janji kunjungan rumah dengan pasien dan keluarganya apabila diperlukan. Setelah
konseling di ruang klinik sanitasi, pasien dapat mengambil obat di apotik puskesmas,
suatu respon yang positif dari pasien/klien untuk bertindak menjaga lingkungan yang
bersih dan sehat. Karena melalui konseling terjadi pendekatan secara persuasif dan
67
pasie/klien lebih dapat mengerti dan memahami tujuan dari kegiatan klinik sanitasi
dan upaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan terbebas dari penyakit
Komunikasi antara dua orang atau lebih antara petugas kesehatan dengan
dengan bantuan pihak lain. Diharapkan jika nantinya timbul masalah kesehatan
sanitasi. (26)
Dalam kegiatan konseling ini peranan komunikasi sangat penting sekali, untuk
pengelola program klinik sanitasi dengan melaksanakan pelatihan khusus tentang cara
berkomunikasi yang efektif dalam klinik sanitasi sehingga pelaksanaan program klinik
2. Kunjungan rumah pasien bisa dilakukan sendiri atau bersama bidan jika
3. Bila penyakit pasien berdampak pada masyarakat sekitar seperi penyakit DBD
4. Intervensi merupakan rencana tindak lanjut dari kunjungan rumah dan Inspeksi
harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang
dan dinamika organisasi atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan yang sah
ditetapkan.
Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan dibuat di awal tahun berupa kegiatan dalam gedung
dan luar gedung. Perencanaan anggaran dalam gedung terkait dengan perencanaan
Nasional (JKN). Sementara perencanaan luar gedung dibuat pada awal tahun dalam
bentuk Perencanaan Operasional Anggaran (POA) yang dirembuk pada pertemuan loka
anggaran puskesmas termasuk kegiatan klinik sanitasi ditetapkan oleh Kepala Puskesmas
Suatu rencana dapat berjalan dengan baik, jika dilakukan analisa masalah
kesehatan dengan melibatkan lintas program maupun lintas sektor terkait dengan
perilaku pasien.klien. Hasil dari analisa tersebut akan diperoleh rumusan masalah, yang
akan diperioritaskan menjadi masalah yang akan diatasi, kemudian dicari penyebabnya
kegiatan, jika perencanaan tidak matang maka tentu pelaksanaannya, juga tidak akan
baik. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan perencanaan, harus ada misi yang dianut oleh
organisasi, rumusan masalah yang ingin diselesaikan, rumusan tujuan yang ingin dicapai
syaratnya, rumusan kegiatan yang akan dilaksanakan, strategi pendekatan yang akan
dipergunakan, organisasi serta susunan tenaga yang akan melaksanakan, uraian tentang
kecamatan, maupun tingkat kenagarian dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Pesisir Selatan, perlu disusun rencana kegiatan tindak lanjut ke ke lapangan sebagai
tindak lanjut penetapan upaya mengatasi masalah kesehatan yang ada, dengan membuat
Operasional Anggaran, yang diajukan ke rapat angaran, perencanaan ini di buat oleh
5.2.2 Pengorganisasian
Sistem pengorganisasian yang dilakukan di klinik sanitasi sudah memenuhi
perilaku yang berkaitan dengan penyakit yang berbasis lingkungan. Pengetahuan dan
klinik sanitasi sehingga dapat secara benar dan cepat menangani masalah lingkungan
dan perilaku yang berkaitan dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan. (26)
tergabung pada struktur puskesmas dalam bentuk alur pelayanan Puskesmas dan pada
puskesmas hanya 1 (satu) orang, malahan ada puskesmas yang tidak mempunyai tenaga
sanitarian. Salah satu instrumen manajemen puskesmas yang dapat digunakan untuk
kerja yang telah disepakati pada penggalangan tersebut selanjutnya menjadi pedoman
kerja p eran organisasi dalam sebuah program sangatlah penting, karena instititusi
didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan untuk mencapai tujuan tersebut
dibutuhkan aktifitas, kerja sama, dan tentu saja orang yang melakukan aktifitas tersebut
atau sumber daya manusia, yang ketiga unsur ini terdapat dalam sebuah organisasi.
batasan kerja petugas sanitarian sehingga tidak mengganggu kegiatan program yang
71
lain., baik dalam maupun luar gedung puskesmas Selain itu struktur organisasi juga
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.
dengan prinsip klinik sanitasi, dan diketahui tingkat kemajuan petugas klinik sanitasi
mutu dan pelayanan yang sudah ada. Organisasi yang cocok untuk program klinik
sanitasi puskesmas adalah organisasi fungsional, karena tenaga pengelola klinik sanitasi
Organisasi ini disusun atas dasar fungsi yang harus dilaksanakan. Dengan organisasi
fungsional ini, pembagian tugas pengelolanya dapat dibedakan dengan jelas, spesialisasi
pengelola lebih efektif dijalankan dan dikembangkan, solidaritas kerja serta semangat
kerja pengelola tinggi, bahkan koordinasi berjalan lancar dan tertib, sehingga
5.2.3 Pelaksanaan
Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi
sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas yang berarti bahwa kegiatan klinik
bersamaan menjadi satu kesatuan yang utuh, bekerja sama dengan lintas program di
Pesisir Selatan sudah berjalan klinik sanitasinya namun belum maksimal. Hal ini
disebabkan karena masih ada pasien berpenyakit berbasis lingkungan yang tidak
terujukan pada klinik sanitasi dan pelaksanaannya belum sesuai dengan yang diharapkan,
72
komitmen pelaksanaan belum terealisasi walaupun dukungan dari pimpinan selalu ada,
begitu juga dengan keterlibatan lintas program baik di dalam gedung maupun di saat
Komitmen untuk melaksanakan program klinik sanitasi telah ada walau hanya
secara lisan baik perorangan maupun melalui loka karya mini yang dilakukan di
lebih lanjut agar petugas yang terintegrasi pelayananklinik sanitasi untuk merujuk setiap
pasien dengan penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanita serta perlu suatu komitmen
sanitasi, akan mendorong pengelola program klinik sanitasi untuk bekerja lebih giat.
Seorang pimpinan puskesmas menginginkan agar pegawainya tetap puas dan termotivasi
untuk memberikan usaha terbaik mereka setiap hari. Dukungan pimpinan yang diberikan
dapat berupa ucapan terima kasih langsung pada pengelola program klinik sanitasi yang
telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cukup membuat pegawai itu menjadi
gesit, pernyataan terima kasih atas penyelesaian tugas khusus, merupakan dorongan
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, harus disertai dengan penilaian
terhadap pencapaian program klinik sanitasi dan mengupayakan petugas yang terkait
secara bersamaan dengan kegiatan lainnya sehingga menjadi satu program yang utuh dan
di dalam lingkungan kerjanya berkat rujukan atau kiriman dari lintas program yaitu
Disamping itu, juga perlu membina hubungan yang baik dengan lintas sektor
karena bermanfaat untuk meningkatkan jumlah kunjungan pasien dan klien, lintas sektor
meningkatkan peran serta aktif masyarakat , sehingga kasus penyakit tersebut dapat
segera ditangani, juga mendukung pencapaian target suatu program. serta mau menerima
Masalah penyakit yang ditimbulkan akibat lingkungan yang tidak sehat dapat
lingkungan tidak dapat ditangani sendiri oleh sektor kesehatan. Penaganan faktor
klinik sanitasi sedapat mungkin mengikutsertakan perawat atau bidan desa untuk
dilaksanakan tiap bulan saat mini lokakarya puskesmas, hasil mini lokakarya dipakai
untuk perbaikan pelaksanaan klinik sanitasi sebagai bahan untuk peningkatan kinerja
Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu
program dengan tujuan yang direncanakan. Tanpa adanya evaluasi, sulitt kiranya
untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang telah direncanakan tersebut telah
mencapai tujuan atau sesuai harapan. Evaluasi dibedakan menjad dua yaitu evaluasi
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten pesisir selatan sudah berjalan baik oleh kepala
puskesmas penanggung jawab program yang ada di dinas kesehatan kabupaten namun
kedepan hendaknya perlu di intensifkan lagi mengingat klinik sanitasi puskesmas telah
diatur oleh Permenkes No.13 tahun 2015 dimana pelayanan klinik sanitasi merupakan
bagian dari pelayanan prima puskesmas yang wajib dilaksanakan terintegrasi dengan
Perlu dilakukan pemantauan dan penilaian terhadap kegiatan klinik sanitasi dan
dampaknya bagi kelanjutan program klinik sanitasi baik itu dari Dinas Kesehatan
dan penilaian merupakan suatu komponen penting dalam pelaksanaan program klinik
program klinik sanitasi dan tingkat keberhasilan suatu program yang dilakukan, di
puskesmas dapat diketahui. Pemantauan dan penilaian ini dapat dilakukan disaat
air ke puskesmas, pada pertengahan tahun untuk melihat sejauh mana kemajuan kegiatan
Mengingat kegiatan klinik sanitasi hasilnya kelihatan dalam waktu yang lama,
maka perlu adanya pemantauan dan penilaian yang rutin, untuk itu diharapkan ketegasan
dari Kepala Dinas Kesehatan dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
melakukan penilaian kinerja terhadap semua pejabat terutama yang memegang program
klinik sanitasi di kabupaten setiap bulannya, karena setiap pencapaian program yang
Pejabat Pemerintahan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan sehingga jika ditemui masalah
atau kendala dalam pelaksanaan program klinik sanitasi dapat segera dibahas dalam
pertemuan rutin. Disamping itu perlu melibatkan pihak masyarakat dan setiap penilaian
harus diikuti dengan tindak lanjut, agar kegiatan ini berkesinambungan dan menjadi
meningkatnya cakupan dan jumlah sarana air bersih dan sanitasi yang memenuhi
Pesisir Selatan lebih rendah dari kunjungan penyakit berbasis lingkungan ke puskesmas.
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman, dan perlu dilakukan evaluasi.
Hal ini disebabkan karena belum semua pasien berpenyakit berbasis lingkungan
dari ruang periksa, baik itu dari BP maupun di KIA terkonsulkan ke klinik sanitasi,
sebagian pasien ada yang tidak bersedia dikonsulkan ke klinik sanitasi, dan ada petugas
yang lupa merujuknya ke klinik sanitasi. Selain itu juga karena komitmen pelaksanaan
program klinik sanitasi puskesmas belum berjalan dengan baik dan belum adanya
kerjasama yang baik dengan petugas lain untuk merujuk pasien dengan penyakit berbasis
konseling, penyuluhan, telah dilakukan di luar gedung puskesmas, agar kunjungan klien
Paradigma baru perlu dibuat untuk merujuk setiap pasien dengan penyakit
merujuk pasien/klien ke klinik sanitasi sudah ada dari kepala puskesmas namun
sanitasi di puskesmas ditambah lagi belum ada kesadaran petugas BP dan KIA untuk
kerjasama yang baik antara lintas sektor di wilayah kerja puskesmas. Dengan adanya
terhadap kesehatan lingkungan sebenarnya sudah cukup besar. Hal ini merupakan
kesempatan bagi lintas program maupun lintas sektor terkait serta jajarannya dalam
77
berjalan dengan baik dalam menerapkan kebersihan lingkungan yang sehat pada tatanan
rumah tangga.
Hasil wawancara peneliti dengan informan mulai dari input, proses dan output
pelaksanaan program klinik sanitasi puskesmas dalam wilayah kerja Kabupaten Pesisir
Selatan tahun 2015 dan berdasarkan hasil wawancara dengan penanggungjawab program
1. Masalah pada masukan (input) meliputi jumlah tenaga sanitasi yang masih
kurang dan penyebaran tenaga yang tidak merata, biaya operasional yang
terbatas untuk kegiatan luar gedung, sarana prasarana yang kurang memadai.
2. Masalah pada proses meliputi pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi dalam gedung
belum terlaksana dengan baik karena tidak semua pasien yang berbasis
lingkungan dirujuk pada klinik sanitasi dengan dalih petugas BP dan KIA lupa,
pemantauan dan penilaian terhadap program klinik sanitasi dilakukan oleh kepala
sementara instruksi dan penekanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Pesisir Selatan secara tertulis maupun lisan melalui setiap pertemuan atau pembinaan
dan bimbingan teknis di puskesmas masih belum diiringi sanksi yang tegas, untuk
puskesmas yang tidak melakukan pelayanan klinik sanitasi secara terintegrasi. Padahal
upaya kesehatan lingkungan yang berintegrasi dengan pelayanan lainya sebagai bagian
pelayanan paripurna Puskesmas. Seharusnya kalau sudah berbicara kewajiban tentu ada
Selatan, tidak terlepas dari keterbatasan segi input maupun proses kegiatan program
klinik sanitasi, maka upaya peningkatan manajemen pelaksanaan program klinik sanitasi
untuk tahun selanjutnya perlu mendapat perhatian, terutama oleh Dinas Kesehatan dan
lingkungan. .
Daerah, dan menentukan prosentase kuota anggaran untuk dana BOK pada
mini puskesmas.
6.1 Kesimpulan
Pelaksanaan program Klinik Sanitasi Puskesmas di wilayah kerja Dinas
input, proses dan output berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti. Dari hasil ini
sesuai dengan standar namun tidak semua Kepala Puskesmas yang menindaklanjuti
sanitasi puskesmas tidak merata dan masih jauh dari harapan baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.
6.1.1.3 Dana
Dana kegiatan klinik sanitasi puskesmas memiliki sumber dana dari JKN, BOK
sesuai dengan standar prosedur operasional program klinik sanitasi puskesmas, namun
pelaksanaannya masih menemui beberapa kendala antara lain; jumlah tenaga, skill,
terjalin koordinasi lintas program dan hanya berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas.
6.1.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian program klinik sanitasi puskesmas masih menempel pada alur
6.1.2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi puskesmas, belum terlaksana sesuai standar
telah dilakukan oleh kepala puskesmas beserta penaggungjawab program sanitasi Dinas
6.2 Saran
6.2.1 Dinas Kesehatan
a. Distribusi tenaga sanitarian puskesmas perlu pemerataan .
b.Perlu sosialisasi program klinik sanitas kepada seluruh kepala puskesmas dan
e. Mengusulkan pengadaan sarana pendukung (maket rumah sehat, water tes kitt,
f. Selain instruksi tertulis dan penyampaian secara lisan, sangat perlu sangsi
6.2.2 Puskesmas
a. Selain mengusulkan penambahan tenaga kesehatan di puskesmas, dapat
diatasi.
kabupaten.
c. Kepala puskesmas perlu mengevaluasi kinerja petugas klinik sanitasi yang terkait
3. BPS. Indek Pembangunan Manusia Tahun 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;
2012.
4. Savitri R. Profil Dinas Keshatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2013. Padang: Dinkes
Provinsi Sumbar; 2013.
7. Achmadi UF. Pedoman Teknis Klinik Sanitasi Untuk Puskesmas. Jakarta: Direktorat
Jenderal PPM&PLP Departemen Kesehatan; 2000.
8. Achmadi UF. Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi Untuk Puskesmas. Jakarta:
Direktorat Jenderal PPM&PL; 2004.
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 13 tahun 2015 tentang Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas, (2015).
11. Dinkes. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015.
Painan: Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, 2015.
12. Dinkes. Laporan Tahunan Klinik Sanitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan
Tahun 2015. Painan: Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, 2015.
13. Puskesmas. Pasien Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Pelayanan KIA Puskesmas Pasar
Kuok Pasar Kuok: Kesling Pasar Kuok, 2013.
16. Fahmi U. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas. Jakarta: Dit.
Jen PPM dan PLP; 2002.
17. Kadinkes. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2015. Lubuk Basung: Dinkes
Kab. Agam; 2015.
19. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.