“SEDIAAN SUSPENSI”
Disusun Oleh :
KELOMPOK
LUFI 154820103047
MARIA ULFA 1548201030
MISIRTI MAULIDIA 1548201030
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat,
setiap bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai
dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari
obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak
larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan
secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk
pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga
ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui
mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan
penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat
yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan,
suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog
dan dituang.
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata
dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah
disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan
farmasetik lainnya.
Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar
menerima tablet atau kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa
obat yang tidak enak atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet,
dan obat dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul
dikarenakan luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat.
Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi. Pembuatan suspensi ini pula didasarkan
pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak diminati oleh masyarakat luas.
Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian dalam proses
pembuatan sehingga kestabilannya dapat terjaga.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan
sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak
stabil dalam air.
Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan,
memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi)
terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk
memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah
tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam
bentuk cair dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi
hanya terdispersi secara merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat
larut dapat dibuat dalam bentuk suspensi.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk
mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai
dengan persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat
diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan suspensi ini diantaranya adalah :
1. Membuat formulasi suspensi
2. Membuat sediaan suspensi yang baik dan benar
3. Mengevaluasi sediaan suspensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi
kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan
obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau
tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :
1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi
Macam-macam suspensi.
1. Suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit.
3. Suspensi tetes telinga.
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada bagian telinga luar.
4. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Suspensi berdasarkan istilah
1. Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk
penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2. Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan
konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3. Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi berdasarkan sifatnya
1. Suspensi deflokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi kuat
b. Partikel dispersi mudah mengendap
c. Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras
2. Suspensi flokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras
B. Data Praformulasi
1. Zat Aktif :
Rumus bangun :
Pemerian : Serbuk amorf atau serbuk hablurrenik, sangat halus. Warna kuning
pucat, tidak berbau, dan tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbon
disulfide, sukar larut dalam minyak zaitun, praktis tidak larut dalam etanol.
Stabilitas : Sulfur bereaksi dengan logam seperti tembaga dan besi, menghasilkan
warnadengan logam.
Dosis :
Pengobatan jerawat : 1-8% dalam bentuk cream, gel, lotion, atau sabun yang
digunakan secara topical untuk pengobatan jerawat.
Pengobatan kudis/jamur : 5-10% untuk salep sulfur yang digunakan secara merata.
Pengobatan ketombe : Untuk kulit kepala yang berketombe 2-5% sulfur dan
sering dikombinasi dengan asam salisilat digunakan untuk shampoo.
OTT :-
2. Zat Tambahan
Bahan Pembasah
Rumus bangun :
Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan ; Dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform, larut dalam eter,
dalam beberapa minyak essensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak.
Khasiat : Bersifat antimikrioba, desinfektan, pelembab, plasticizer, pelarut,
stabilitas untuk vitamin.
3. Bahan Pengawet
Rumus bangun :
4. Suspensi agent
C. Formulasi (Formula E)
R/ Sulfur 6,6 % (Zat aktif)
Propilenglikol 1,5 % (Pembasah)
Tragakan 0,65 gram (Suspending agent)
Natrium Benzoat 0,1 % (Pengawet)
Oleum rosae 0,3 % (Pengaroma)
Aquadest Ad 60 ml (Pelarut)
BAB III
METODOLOGI
Alat :
Beaker glass,
Tabung sedimentasi
Gelas ukur
Batang pengaduk
Spatula
Sudip
Timbangan
Pipet tetes
Kertas perkamen
Botol 60ml
Bahan :
Sulfur precipitatum
Propilenglikol
Natrium benzoat
Tragakan
Oleum Rosae
Aquades
Perhitungan :
:20 x 0,65= 13 mL
: 60 ml – 5,57
: 54,43ml
Campur :
Kalibrasi Taburkan,
Tuangkan air panas biarkan
botol 60 ml
sebanyak 20 kali berat mengembang
Penimbangan
tragakan kedalam
lumpang
B. Prosedur Percobaan
Tambahan
propilenglikol
, gerus
homogen
Gerus, lalu
tuangkan Ad aquades
kedalam botol sampai 600
Tambahkan Na. ml Masukkan massa 1
Benzoat, gerus sedikit demi sedikit
ad. homogen. kedalam massa 2
Tambahkan oleum
rosae gerus homogen
Gerus sulfur
sampai halus
(massa 2)
DAFTAR PUSTAKA
Kemas, beri
etiket & label
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas
Press