Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI

“SEDIAAN SUSPENSI”

Disusun Oleh :
KELOMPOK
LUFI 154820103047
MARIA ULFA 1548201030
MISIRTI MAULIDIA 1548201030

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
‘AISYIYAH PALEMBANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat,
setiap bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai
dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari
obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak
larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan
secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk
pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga
ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui
mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan
penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat
yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan,
suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog
dan dituang.
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata
dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah
disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan
farmasetik lainnya.
Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar
menerima tablet atau kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa
obat yang tidak enak atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet,
dan obat dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul
dikarenakan luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat.
Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi. Pembuatan suspensi ini pula didasarkan
pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak diminati oleh masyarakat luas.
Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian dalam proses
pembuatan sehingga kestabilannya dapat terjaga.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan
sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak
stabil dalam air.
Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan,
memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi)
terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk
memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah
tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam
bentuk cair dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi
hanya terdispersi secara merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat
larut dapat dibuat dalam bentuk suspensi.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk
mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai
dengan persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat
diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan suspensi ini diantaranya adalah :
1. Membuat formulasi suspensi
2. Membuat sediaan suspensi yang baik dan benar
3. Mengevaluasi sediaan suspensi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi
kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan
obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau
tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :
1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi

Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :

- Terbentuk dua fase yang heterogen


- Berwarna keruh
- Mempunyai diameter partikel > 100 nm
- Dapat disaring dengan kertas saring biasa
- Akan memisah jika didiamkan

Macam-macam suspensi.

Suspensi berdasarkan kegunaanya

1. Suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit.
3. Suspensi tetes telinga.
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada bagian telinga luar.
4. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Suspensi berdasarkan istilah
1. Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk
penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2. Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan
konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3. Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi berdasarkan sifatnya
1. Suspensi deflokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi kuat
b. Partikel dispersi mudah mengendap
c. Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras

2. Suspensi flokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras

Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :

Menurut FI edisi III adalah :

 Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap


 Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
 Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
 Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama

Menurut FI edisi IV adalah :

 Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal


 Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus
mengandung anti mikroba
 Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.

Cara pembuatan suspensi


Suspensi dapat dibuat dengan cara :
1. Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya
sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting
adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan
serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena
adanya udara, lemak yang terkontaminasi pada permukaan serbuk. Serbuk dengan
sudut kontak 900C disebut hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan
magnesium karbonat. Untuk menurunkan tegangan antar muka, antara partikel
padat dan cairan pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil
lipofil balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut
kontak jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula
menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel
padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).
2. Metode presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :
a. Metode presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu dengan
pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan
adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan
dari metode ini adalah control ukuran partikel yang terjadi bentuk polimorfi
atau hidrat dari Kristal.
b. Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
c. Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila
suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur
atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan
didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi terkontrol agar tidak
terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali. Untuk membentuk
flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.

Bentuk suspensi yang diinginkan


- Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan
- Partikel-partikel yang mengendap harus mudah didispersikan kembali
- Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang
terdeflokulasi.
- Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan
sedimentasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi adalah :
1) Kecepatan sedimentasi (hokum stokes)
Untuk sediaan farmasi, tidak mutlak dipakai untuk sediaan farmasi
biasanya dimana bentuk suspensorik tidak teratur, tetapi dapat dipakai sebagai
pegangan supaya suspensi stabil sehingga tidak cepat mengendap. Maksudnya
akan terbentuk cacking dan homogenitas kurang.
2) Pembahasan serbuk
Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak antara medium pendispersi
dan medium terdispersi dimana permukaan padat udara digantikan oleh padat
cair. Untuk menurunkan tegangan permukaan digunakan wetting agent atau
surfaktan (zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan) misalnya span
dan tween.
3) Floatasi
Floatasi atau trafung disebabkan oleh :
- Perbedaan densitas
- Partikel padat hanya terbasahi dan tetap pada permukaan
- Adanya absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan humektan
4) Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi
perubahan suhu akan terjadi pertumbuhan kristal ini dapat dicegah dan
penambahan surfaktan.
5) Pengaruh gula
- Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan
fiskositas suspensi naik.
- Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya
kristalisasi dengan cepat Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri
hingga diperlukan pengawet
- Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi
- Pemilihan metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi
Komponen sediaan suspensi :
Komposisi sediaan suspensi yaitu :
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
- Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk
golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc.
Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa,
hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat
misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat, hectocrite,
veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer,
carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
- Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin,
propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
- Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya
sorbitol dan sukrosa.
- Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya
vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
- Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut
mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer
(karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet
diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang.
Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben,
asam benzoat, chlorbutanol, dan senyawa ammonium.
- Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon,
asam galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
- Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial
pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat,
dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
- Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan
suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan
kelarutan. Misalnya asam sitrat.
- Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu
partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau
floc. Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer
hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).

Kriteria suspensi yang ideal :


o Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dan tidak
mengendap cepat dalam wadah.
o Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan harus terdispersi
dengan cepat dengan sedikit pengocokan.
o Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan
mikroba
o Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat
hilang ketika digunakan serta cepat kering.

Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi


a. Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama
anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
4. kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
5. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
6. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
b. Kerugian :
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi)
2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi
terutama jika terjadi perubahan temperatur
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.

B. Data Praformulasi

1. Zat Aktif :

Sulfur Praecipitatum ( FI IV hal.771)

Nama lain : Belerang endap, Sulfur

Bobot Atom : 32,06

Rumus bangun :

Pemerian : Serbuk amorf atau serbuk hablurrenik, sangat halus. Warna kuning
pucat, tidak berbau, dan tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbon
disulfide, sukar larut dalam minyak zaitun, praktis tidak larut dalam etanol.

Khasiat : Untuk pengobatan jerawat, bakterisid, dan fungisid lemah, dan


bersifat keratolisis yang melarutkan kulit tanduk.

Stabilitas : Sulfur bereaksi dengan logam seperti tembaga dan besi, menghasilkan
warnadengan logam.
Dosis :

Pengobatan jerawat : 1-8% dalam bentuk cream, gel, lotion, atau sabun yang
digunakan secara topical untuk pengobatan jerawat.

Pengobatan kudis/jamur : 5-10% untuk salep sulfur yang digunakan secara merata.

Pengobatan ketombe : Untuk kulit kepala yang berketombe 2-5% sulfur dan
sering dikombinasi dengan asam salisilat digunakan untuk shampoo.

OTT :-

Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Zat Tambahan

Bahan Pembasah

Propilen glikol ( FI IV hal.712, Excipient hal.624 )

Nama lain : Propylenglykolum, 1-2 propanadiol

Rumus Kimia : CH3CH(OH)CH2OH

Rumus Molekul : C3H8O2

Bobot Molekul : 76,09

Rumus bangun :

Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan ; Dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform, larut dalam eter,
dalam beberapa minyak essensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak.
Khasiat : Bersifat antimikrioba, desinfektan, pelembab, plasticizer, pelarut,
stabilitas untuk vitamin.

Konsentrasi : Pelembab = sekitar 15 %

Pelarut atau pelarut pembantu = 5-80%

Stabilitas ; Higroskopis dan harus disimpandalam wadah tertutup rapat, lindungi


dari cahaya, ditempat dngin dan kering. Pada suhu yang tingi akan troksidasi menjadi
propionaldehid asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Stabil jika dicampur
dengan etanol, gliserin, atau air.

OTT : Dengan zat pengoksidasi seperti potassium permanganate.

Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

3. Bahan Pengawet

Natrium Benzoat ( FI IV hal.584, Excipient hal.433)

Rumus Kimia: C7H5NaO2

Rumus bangun :

Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak

berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut

dalam etanol, lebih mudah larut dalam etanol 90 %.

Khasiat : Sebagai pengawet/ antimikroba.


OTT : Tidak bercampur dengan komponen kuarterner, gelatin,
garam Ferri, garam kalsium, dan garam logam berat
termasuk perak, timah dan merkuri, aktivitas pengawer
dapat berkurang dengan adanya interaksi dengan kaolin
atau surfaktan non-ionik.

Konsentrasi : 0,02 – 0,5 %.

Wadah : Dalam wadah tertutup baik.

4. Suspensi agent

Tragakan (Handbook of pharmaceutical excipient,744,FI IV,799)


Struktur kimia : -
Struktur molekul : -
Pemerian :Tidak berbau, mempunyai rasa tawar, sepeerti
lendir
Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air, etanol (95%) dan
pelarut organic walaupun tidak larut dalam air, tragakan
mengembang cepat dalam 10 detik dalam larutan dingin atau panas
menghasilkan koloid kental atau semi gel.
Stabilitas :Serpihan dan serbuk dari tragakan stabil, gel
trgakan cenderung menunjukkan kontaminasi mikroba dengan
spesies enteroluakterial dan larutan harus ditambahkan bahan
pengawet antimikroba yang cocok, pada emulsi gliserin dan
propilenglikol digunakan sebagai bahan pengawet , pada formulasi
gel, tragakan biasanya ditambahkan bahan pengawet dengan 1%
w/v Asam benzoate atau Natrium benzoate. Kombinasi dari ,17%
b/v metil paraben dan 0,03% b/v propilparaben adalah bahan
pengawet yang cocok untuk gel tragakan
Titik leleh : -
Titik didih : -
Titik beku : -
Bobot jenis :1,250-1,385
Ph larutan :5-6 untuk 1% cairan dispersi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Inkompatibilitas :Pada Ph 7 tragakan mengurangi keberhasilan
bahan pengawet antimikroba benzalkonium klorida, klorobutanol,
dan metil paraben, dan lebih sedikit menurun pada fenol dan
fenilmerkum asetat, bagaimana pada ph <5 tragakan tidk
mengurangi keberhasilan bahan pengawet klorobutanol, asam
benzoate atau metil paraben. Penambahan mineral kuat dan asam
organic dapat mengurangi viskositas dispersi tragakan . viskositas
dapat dikurangi dengan penambahan alkali dan natrium klorida,
terutama jika disperse dipanaskan tragakan cocok dengan garam,
berkonsentrasi tinggi dari bahan alami dan bahan pensuspensi
sintetik seperti akasia, karboksimetil selulosa, amilum, dan sukrosa
Fungsi : Bahan pensuspensi
5. Bahan Pengharum
Oleum Rosae ( FI III hal.459)
Pemerian : Tidak berwarna tau kuning, bau menyerupia bunga
mawar, rasa khas, pada suhu 25o kental, bila didinginkan perlahan-
lahan berubah menjadi masa hablur beningmyang jika dipanaskan
mudah melebur.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan jernih
Khasiat : Pengharum
Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Konsentrasi : 0,0625%
6.pelarut
Air suling/aquadest (Farmakope Indonesia III halaman 96)
BM : 18,02.
Rumus molekul : H₂O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas
Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es, air,
dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat
penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi
partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan
konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari
partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan
merusak fungsi air.
OTT/Inkompabilitas : Dalam formula air dapat bereaksi dengan
bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.

C. Formulasi (Formula E)
R/ Sulfur 6,6 % (Zat aktif)
Propilenglikol 1,5 % (Pembasah)
Tragakan 0,65 gram (Suspending agent)
Natrium Benzoat 0,1 % (Pengawet)
Oleum rosae 0,3 % (Pengaroma)
Aquadest Ad 60 ml (Pelarut)

BAB III

METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat :

Beaker glass,

Tabung sedimentasi
Gelas ukur

Batang pengaduk

Mortir dan Stamper

Spatula

Sudip

Timbangan

Pipet tetes

Kertas perkamen

Botol 60ml

Bahan :

Sulfur precipitatum

Propilenglikol

Natrium benzoat

Tragakan

Oleum Rosae

Aquades

Perhitungan :

- Sulfur : 6,6 % x 60 ml = 3,96 g → 3960 mg

- Propilenglikol : 1,5 % x 60 ml = 0,9 g ≈ 0,9 ml

- Tragakan : 0,65 gram

Mucilago tragakan : 20 bagian aqua x berat tragakan

:20 x 0,65= 13 mL

Jadi, air untuk tragakan 13 mL


- Natrium Benzoat : 0,1 % x 60 ml = 0,06 g

- Oleum Citrus : 0,3% x 60 ml = 0,18 ml ≈ 3 tetes

- Aquadest : 60 ml – (3,96 + 0,9 + 0,06+ 0,65)

: 60 ml – 5,57

: 54,43ml
Campur :
Kalibrasi Taburkan,
Tuangkan air panas biarkan
botol 60 ml
sebanyak 20 kali berat mengembang
Penimbangan
tragakan kedalam
lumpang

B. Prosedur Percobaan

Siapkan alat dan Setarakan Menimbang


bahan timbangan bahan
Gerus
homogeny
(massa 1)

Tambahan
propilenglikol
, gerus
homogen

Gerus, lalu
tuangkan Ad aquades
kedalam botol sampai 600
Tambahkan Na. ml Masukkan massa 1
Benzoat, gerus sedikit demi sedikit
ad. homogen. kedalam massa 2

Tambahkan oleum
rosae gerus homogen
Gerus sulfur
sampai halus
(massa 2)

DAFTAR PUSTAKA
Kemas, beri
etiket & label
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas
Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .


Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .


Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi
2 .Jakarta : Dekpes RI

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai