Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
“ Kultur Organ Tanaman (Pengembangan Tanaman Mini In Vitro)”

Disusun oleh :

Nama : Arditya Wahyu Pratama


Nim : D1B1 16 184
Kelas : AGT-D
Kelompok : IV (Empat)
Sheet : II (Dua)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI

UNIT IN VITRO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kultur organ merupakan salah satu cara untuk menghasilkan varietas baru

yang lebih unggul. Kultur organ merupakan hal yang berkaitan dengan bahan –

bahan kimia untuk mendukung teknologi pemuliaan. Ada bermacam–macam cara

kultur jaringan, salah satunya adalah dengan kultur organ. kultur organ dimulai

dengan bagianyang terorganisir dari suatu tanaman, tetapi yang paling sering

digunakan adalah bagian tunas.

Arah perkembangan eksplan dalam kultur in-vitro dikontrol oleh ratio zat

pengatur tumbuh auksin dan sitokinin. Ratio auksin sitokinin yang relatif tinggi

akan menginduksi pembentukan akar, sementara ratio yang rendah akan memacu

pembentukan tunas. Pembentukan tunas yang di dahului dengan terbentuknya kalus

disebut organogenesis tak langsung. Sedangkan bila pembentukan tanpa kalus

disebut organogenesis langsung. Organogenesis dalam kalus diinisiasi dengan

pembentukan kelompok sel-sel meristematik yang mampu merespon faktor-faktor

yang dapat menghasilkan primordium. Tergantung pada sifat faktor internal,

stimulus dapat menginisiasi akar, tunas atau embrioid.

Kultur organ merupakan salah satu cara perbanyakan dalam ilmu

Bioteknologi. kultur organ yang disebut juga dengan perbanyakan mikro dimulai

dengan bagian yang terorganisir dari suatu tanaman, paling sering digunakan adalah

tunas dan proses pengkulturan ini menjaga keadaan terorganisir sambil

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kearah perbanyakan dan regenerasi

tanaman baru yang lengkap.


Ada berbagai jenis kultur tanaman yang berguna untuk berbagai tujuan

diantaranya kultur embrio, kultur organ, kultur kalus dan kultur sel. Dalam kultur

sel, massa sel yang disebut kalus merupakan materi yang pertama dibutuhkan.

Selanjutnya kalus disuspensikan dalam media cair yang mengandung berbagai

nutrisi dan senyawa-senyawa yang dibutuhkan pertumbuhan optimal yang

menyebabkan sel menjadi tidak terdiferensiasi. Berdasarkan pemahaman serta

uraian tersebut maka penting melakukan praktikum Kultur Organ Tanaman agar

pada saat praktikum selanjutnya sudah dapat memahami serta mengerti

pengembangan tanaman mini in vitro.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini yaitu untuk membuat tanaman mini in vitro unik

yang memiliki daya jual dan mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan

perbanyakan tanaman jarak pagar melalui teknik kultur organ.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Aseptik dalam kultur organ merupakan salah satu tahap yang dilakukan agar

bahan terbebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari

mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa

eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan

memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling

kuat, untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Yusnita,

2005). Eksplan yang digunakan dalam kultur jaringan berupa mata tunas yang

diambil dari jaringan muda bibit tanaman/seedling melalui biji yang dikultur secara

aseptik (Janarthanam, 2011).

Faktor-faktor yang menyebabkan ekplan terkontaminasi adalah faktor

lingkungan yang kurang mendukung seperti kelembaban, suhu dan cahaya, alat

yang digunakan tidak steril, media yang tidak steril serta teknik pada saat

pembuatan media yang kurang menjaga keberhasilan. Pengambilan meristem

sebagai eksplan harus dilakukan dalam ruang steril (aseptik) agar tidak

terkontaminasi (Rahardja, 2010).

Perbedaan komposisi media, komposisi zat pengatur tumbuh dan jenis

media yang digunakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi

eksplan yang dikulturkan. Perbedaan komposisi media, seperti jenis dan komposisi

garam-garam anorganik, senyawa organik, zat pengatur tumbuh sangat

mempengaruhi respon eksplan saat dikulturkan (Andini, 2009).

Kultur in-vitro adalah suatu teknik untuk mengisolasi sel, protoplasma,

jaringan dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang
mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-

bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman

sempurna kembali (Sumarni, 2017). Untuk mendapatkan kultur yang bebas dari

kontaminasi, eksplan harus disterilisasi. Sterilisasi merupakan upanya untuk

menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang menempel di permukaan

eksplan. Beberapa bahan kimia yang digunakan untuk mensterilkan permukaan

eksplan adalah NaOCI, CaOCI2, etanol dan HgCI2 (Zulkamain, 2009).

Propagasi secara konvensional telah dilakukan diantaranya melaui stek

pucuk dan stek akar, akan tetapi persen keberhasilannya masih rendah. Dewasa ini

beberapa teknik alternatif propogasi tumbuhan melalui kultur jaringan telah banyak

dan bahkan sudah lazim digunakan. Salah satu teknik kultur jaringan yang banyak

digunakan adalah melalui kultur tunas aksiler (Surata, 2006). Kultur tunas aksiler

adalah kultur jaringan yang menggunakan eksplan yang berasal dari organ

tumbuhan yang berupa pucuk bagian aksiler atau mata tunas. Penggunaan mata

tunas aksiler karena bagian ini termasuk bagian yang juvenil dan sel-selnya masih

aktif membelahsehingga diharapkan eksplan lebih mudah diinduksi (Gunawan,

2007).

Pembentukan tunas dan akar pada perbanyakan tanaman dipengaruhi oleh

rasio konsentrasi auksin dan sitokinin. Rasio konsentrasi auksin dan sitokinin yang

tinggi akan mendorong pembentukan akar, sedangkan rasio konsentrasi sitokinin

dan auksin yang tinggi akan memacu pembentukan tunas. Menurut

Badriah etal (2009) pada kultur gladiol, pemberian IBA konsentrasi tinggi akan
menghambat pemanjangan akar, sedangkan konsentrasi yang lebih rendah

menghasilkan akar yang lebih panjang (Drew, 2008).

Kultur organ mawar dapat digunakan untuk penggandaan kultivar secara

komersial, memproduksi tanaman sehat dan bebas penyakit dan sumber eksplan

untuk regenerasi sebagai prasyarat untuk perubahan regenerasi. Perbanyakan

mawar secara in vitro merupakan praktek yang umum, khususnya untuk

perbanyakan melalui pot mawar. Kultur mawar Rosa multiflora secara in vitro

pertama kali oleh Elliot tahun 1970 (Folta, 2009)

Pemilihan media pada informasi awal biasanya mulai dengan media MS

(Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung kosentrasi garam dan nitrat

yang lebih tinggi dibandingkan media lain dan telah sukses digunakan pada

berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D ditambahkan ke media dengan

kosentrasi 1-5 mgL-1. Untuk multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan

juga diberi auksin, seperti NAA pada kosentrasi yang rendah. Untuk inisiasi akar,

IBA pada kosentrasi 1-2 mgL-1 ditambahkan serta air kelapa merupakan hormon

alami kelompok auksin dan sitokinin. Dalam kultur jaringan, auksin berperan

memacu pembentukan kalus, menghambat kerja sitokinin, membentuk klorofil

dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, membentuk akar dan

mendorong proses embriogenesis (Surachman, 2011).


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis,11 Oktober 2018 pada pukul

13.00 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit In

Vitro Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah laminar flow

cabinet, pisau scalpel, pinset, botol kultur, lampu bunsen, gunting, petridish, hands

prayer, tisu dan label.

Bahan yang pada praktikum kali ini adalah bahan tanaman (eksplan)

bonggol dan jantung pisang, (MS+BAP), (MS+NAA) dalam botol kultur, sterilant

(alkohol 96% dan 70%, larutan sublimat dan bayclin) dan aquadestilata.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur pelaksanaan pada praktikum ini sebagai berikut:


3.3.1 Sterilisasi Eksplan

1. Persiapan alat dan bahan.

2. Merendam dalam larutan alkohol 70% selama 15 menit

3. Membilas dengan aquadest steril sebanyak 3 kali selama 5 menit.

3.3.2 Penanaman Eksplan

1. Menanam di dalam LAF yang telah disterilkan dengan sinar UV dan dilap

dengan larutan alkohol 70%.


2. Menanam eskplan yang telah steril dalam botol kultur yang berisi media tanam.

3. Mengisi setiap botol dengan 3/2 eksplan.

4. Saat menanam dilakukan gunakan pingset yang senantiasa disterilkan dalam

larutan alkohol 96% dan dibakar pada lampu bunsen.

5. Mengusahakan mulut botol kultur agar selalu dekat dengan lampu bunsen.

6. Menutup botol kultur kembali setelah penanaman dan memberi label.

7. Eksplan dalam botol kultur di simpan dalam rak kultur di ruang inkubasi.

3.3.3 Pengamatan eksplant

1. Dilakukan pengamatan visual eksplant setiap hari.

2. Di jaga agar suhu udara, kelembaban udara dan cahaya konstan.

3. Setelah eksplan tumbuh dan bertunas, di lakukan multiplikasi (pemisahan

tunas) dan ditumbuhkan dalam media tanam baru (sub kultur).

4. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan memperhatikan pertumbuhan

eksplaan, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, jumlah akar, bentuk daun

dan warna duun.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Hasil pengamatan untuk praktikum preparasi media kultur jaringan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

a. Persentase pertumbuhan eksplan

Ulangan Persentase Pertumbuhan


Ket
Eksplan
1 HST 4 HST 5 HST 6 HST 7 HST 8 HST
1 0 0 - - - - kontam

2 0 1 1 1 1 1

3 0 0,5 0 - - - Kontam

4 0 0,5 0 - - - Kontam

5 0 0 - - - - Kontam

6 0 1 1 1 1 1

7 0 1 1 1 1 1

8 0 0,5 0 Kontam

9 0 0 - - - - Kontam

10 0 1 1 1 1 1

b. Jumlah Daun

Ulangan Jumlah daun


Ket
Eksplan
1 HST 4 HST 5 HST 6 HST 7 HST 8 HST
1 0 - - - - - kontam
2 0 3 3 3 4 4
3 0 2 - - - - Kontam
4 0 0 - - - - Kontam
5 0 - - - - - Kontam
6 0 1 2 4 4 4
7 0 0 0 0 0 1
8 0 1 0 - - - Kontam
9 0 - - - - - Kontam
10 0 1 1 1 1 1

c. Warna Daun

Ulangan Warna daun


Ket
Eksplan 1 HST 4 HST 5 HST 6 HST 7 HST 8 HST
1 - - - - - - kontam
2 - Hijau muda Hijau muda Hijau muda hijau hijau
3 - Kuning - - - - Kontam
kehijauan
4 - 0 - - - - Kontam
5 - - - - - - Kontam
6 - Hijau muda Hijau muda hijau hijau hijau
7 - - - - - hijau
8 - Hijau muda Hijau muda - - - Kontam
9 - - - - - - Kontam
10 - Kuning Kuning Kuning hijau hijau
kehijauan kehijauan kehijauan

B. Pembahasan

Kultur organ merupakan salah satu cara untuk menghasilkan varietas baru

yang lebih unggul. Kultur organ merupakan hal yang berkaitan dengan bahan –

bahan kimia untuk mendukung teknologi pemuliaan. Ada bermacam–macam cara

kultur jaringan, salah satunya adalah dengan kultur organ. kultur organ dimulai

dengan bagianyang terorganisir dari suatu tanaman, tetapi yang paling sering

digunakan adalah bagian tunas.

Arah perkembangan eksplan dalam kultur in-vitro dikontrol oleh ratio zat

pengatur tumbuh auksin dan sitokinin. Ratio auksin sitokinin yang relatif tinggi

akan menginduksi pembentukan akar, sementara ratio yang rendah akan memacu
pembentukan tunas. Pembentukan tunas yang di dahului dengan terbentuknya kalus

disebut organogenesis tak langsung. Sedangkan bila pembentukan tanpa kalus

disebut organogenesis langsung. Organogenesis dalam kalus diinisiasi dengan

pembentukan kelompok sel-sel meristematik yang mampu merespon faktor-faktor

yang dapat menghasilkan primordium. Tergantung pada sifat faktor internal,

stimulus dapat menginisiasi akar, tunas atau embrioid.

Praktikum ini diawali dengan mengecambahkan biji jarak pagar (Jatropha

curcas L.) secara aseptik. Proses perkecambahan biji secara in vitro mulai terlihat

pada empat hari setelah ditanam pada media pertunasan yang ditandai dengan kulit

biji akan pecah. Hal yang sama juga dilaporkan Hasnam dan Mahmud (2006)

pada perkecambahan benih jarak pagar di lapang, jika kelembaban cukup

perkecambahan akan terjadi dalam 4-7 hari. Biji jarak pagar memiliki tipe

perkecambahan yang disebut epigeal yaitu kotiledon muncul ke atas permukaan dan

berkembang menyerupai daun yang mengandung klorofil, dan daun sebenarnya

terbentuk setelah kotiledon.

Tunas mulai terbentuk pada senin ke 4 setelah tanam. Pembentukan tunas

terjadi pada semua tingkat konsentrasi BAP yang diuji. Dari formulasi media yang

digunakan terlihat bahwa media MS + BAP 2.0 ppm menghasilkan jumlah tunas

dan daun lebih banyak dibandingkan kontrol dan formulasi media lainnya. Inisiasi

tunas dari mata tunas jarak pagar yang diperoleh di lapang memperlihatkan muncul

tunas dari buku-buku pada hari ke empat setelah perlakuan pada media pertunasan.

Buku buku merupakan eksplan yang baik untuk menginduksi tunas dan akar pada

kultur jaringan, di mana calon calon tunas dan akar banyak ditemukan. Jumlah
tunas yang terbentuk dari eksplan mata tunas tidak berbeda untuk semua formulasi

media, sedangkan untuk jumlah daun penggunaan formulasi media MS + BAP 2.0

ppm menghasilkan jumlah daun yang cenderung lebih banyak dibandingkan kontrol

dan formulasi media lainnya. Hanya saja empat hari setelah terbentuk tunas daun

menjadi layu dan akhirnya gugur. Pengaruh daya induksi berbagai formulasi media

terhadap tunas jumlah daun dan persentase daun layu dari mata tunas jarak pagar.

Bahwa perlakuan BAP 2.0 ppm pada medium MS merupakan konsentrasi

yang paling efektif dalam menginduksi tunas, baik pada eksplan asal biji maupun

mata tunas. Hal ini karena hormon BAP adalah salah satu sitokinin sintetis yang

mempunyai peran fisiologis untuk mendorong pembelahan sel, sehingga

penambahan BAP ke dalam media dapat merangsang pembentukan tunas majemuk.

Pengaruh sitokinin pada berbagai proses fisiologis diduga pada tingkat pembuatan

protein mengingat kesamaan struktur sitokinin dengan adenine yang merupakan

komponen dari DNA dan RNA. Sitokinin merangsang pembelahan sel melalui

peningkatan laju sintesis protein, beberapa di antara protein ini dapat berperan

sebagai enzim yang dibutuhkan untuk terjadinya mitosis.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan bahwa tunas mulai terbentuk pada senin ke 4

setelah tanam. Pembentukan tunas terjadi pada semua tingkat konsentrasi BAP

yang diuji. Dari formulasi media yang digunakan terlihat bahwa media MS + BAP

2.0 ppm menghasilkan jumlah tunas dan daun lebih banyak dibandingkan kontrol

dan formulasi media lainnya. Perlakuan BAP 2.0 ppm pada medium MS merupakan

konsentrasi yang paling efektif dalam menginduksi tunas, baik pada eksplan asal

biji maupun mata tunas. Hal ini karena hormon BAP adalah salah satu sitokinin

sintetis yang mempunyai peran fisiologis untuk mendorong pembelahan sel,

sehingga penambahan BAP ke dalam media dapat merangsang pembentukan tunas

majemuk. Pengaruh sitokinin pada berbagai proses fisiologis diduga pada tingkat

pembuatan protein mengingat kesamaan struktur sitokinin dengan adenine yang

merupakan komponen dari DNA dan RNA. Sitokinin merangsang pembelahan sel

melalui peningkatan laju sintesis protein, beberapa di antara protein ini dapat

berperan sebagai enzim yang dibutuhkan untuk terjadinya mitosis.

5.2 Saran

Semoga para praktikum dapat memahami tentang kultur organ tanaman dan

memahaminya secara keseluruhan. Semoga praktikum berikutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Andini. 2009. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan


Tumbuhan. (PAU). IPB. Bogor.
Badriah, D. S., T.M. Nurita dan T. Sutater. 2009. Tanggap Dua Kultivar Gladiol
Terhadap Zat Pengatur Tumbuh pada Perbanyakan In Vitro. Jurnal
Hortikultura. 8(2): 1048-1059.

Drew, 2008. Rapid Clonal Propagation Of Papaya In Vitro From Mature Field
Grown Trees. Hort. Sci. 23(3): 609-611.

Folta M. 2009. Geneticsand Genomicsof Rosaceae. New York. Springer.

Gunawan, L.W. 2007. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur


Jaringan Tanaman, Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Janarthanam, I. 2011. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Melalui Kultur In Vitro.


Jurnal Litbang Pertanian. 20(1): 1-7.

Rahardja PC. 2010. Kultur Jaringan, Teknik Perbanyakan Tanaman Secara


Modern. Jakarta. Penebar swadaya.

Surachman. 2011. Teknik Pemanfaatan Air Kelapa untuk Perbanyakan Nilam


secara In-Vitro. Jurnal buletin teknik pertanian. 16(1).

Surata, I. K. 2006. Dukungan Hasil Litbang dalam Penyiapan Bibit dan Penanaman
Cendana. Promosi hasil-hasil penelitian dan temu karya cendan. Balai
Litbang Kehutanan Bali dan Nusra. Kupang.

Yusnita. 2005. Kultur Organ Tanaman Eksplan. Balai Pengakajian Ilmiah.


Universitas Sudirman. Yogyakarta.

Zulkamain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman Solusi Perbanyak Tanaman Budi


Daya. Bumi aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai