ALpnrah",,
C= ................................................................................... (3)
Lo
4 - 4 ..................................................................................
c =- (4)
4
Batas luluh (yield strength) meuunjukan batas daerah yang mengalami
deformasi elastis dan deformasi plastis.
p, ....................
0Y -- - ........ ............................................................
(5)
A"
Proses pengecoran meliputi pembuatan cetakan, persiapan, peleburan,
penuangan logam cair ke dalam cetakan, dan proses lanjutan logam hasil coran
(Surdia, 1990). Sehubungan dengan itu, temperatur cairan sebaiknya tidak terlalu
tinggi. Jika terlalu tinggi, kadar seng hilang karena penguapan. Titik cair standar
paduan kuningan car berbeda-beda berdasarkan komposisi bahau: jika komposisi
bahan 85% Cu-15% Zn, titik cair 1150-1200 OC; jika komposisi 70% Cu-20% Zn,
titik cair 1080-1130 OC;jika komposisi bahan 60% Cu-40% Zn, titik cair 1030-1080
OC (Ditter, 1998).
Titik cair standar paduan kuningan cor berdasarkan ketebalan juga berbeda-
beda: jika ketebalan kurang dari 12 mm, titik cair 1030-1050 OC; jika ketebalan 12-
15 mm, titik cair 1000-1030 OC ; jika ketebalan lebih dari 35 mm, titik cair 980-
1000 OC.
Untuk menghasilkan berbagai bentuk cetakan dengan rongga yang seragam,
digunakan suatu alat yang disebut model. Model diberi warna tertentu dan
dilengkapi dengan kotak inti (Surdia, 1990). Model yang sudah siap dihaluskan dan
dicat. Suatu model harus memiliki syarat, antara lain sederhana dalam
pembuatannya; tidak merusak rongga cetak; membentuk kemiringan model
236 INTEK NO.3flAHUN 13/OKTOBER2007
sewaktu diambil dari cetakan; membentuk radius pada sudut-sudut yang tajam;
kedudukan kuat pada saat dipasang (Surdia, 1990).
METODE PENELITIAN
Secara garis besar, penelitian ini diawali dengan pengujian material cetakan,
kemudian pendesainan, pembuatan cetakan, dan pengujian produk (baling-baling)
hasil pengecoran dengan cetakan logam. Pengecoran dan pembuatan spesimen uji
material dilakukan sesuai dengan standar ASME untuk mendapatkan data yang
akurat. Dalam pengujian material dengan uji komposisi, digunakan alat Poertaspec
X-Ray Spectrograph Model 2501 (nondestruktif test).
Pengujian kekuatan tarik bahan dilakukan dengan mengunakan peralatan uji
tarik Model WP 310 Gunt Hamburg, sedangkan pengujian kekerasan permukaan
hardness test dilakukan dengan menggunakan peralatan uji kekerasan tipe OM150
Albert Gneham. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan data perubahan
kekerasan permukaan tiap-tiap bahan uji, baik bahan yang mendapat perlakuan
panas maupun yang tidak. Proses perlakuan panas diberikan pada suhu 500°C
dengan waktu tunggu 1 jam, kemudian spesimen uji dicelupkan pada media yang
berbeda (udara, air, dan minyak).
Pengujian material dilakukan pada 5-10 sampel sehingga diperoleh akurasi
data yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, dilakukan pengujian
bahan has11 indushi besar dan bahan hasil pengecoran industri kecil (mmah tangga)
serta pengujian impak. Data yang diperoleh dianalisis tentang perlu-tidaknya
penambahan unsur pada material. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan cetakan
yang sesuai dengan standar yang ada. Setelah material cetakan diperoleh, dilakukan
perencanaan dan pembuatan cetakan logam. Komposisi bahan cetakan logam
disesuaikan dengan panas yang dikehendaki. Pengujian terhadap cetakan meliputi
pengujian ketahanan panas dan kapasitas produksi cetakan, dan pengujian produk
hasil pengecoran yang menggunakan cetakan logam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uutuk mengatasi masalah material cetakan logam, dimanfaatkanlah bahan
paduan tembaga-seng. Paduan ini memiliki titik cair yang lebih tinggi daripada
alumunium dan mudah dibuat menjadi cetakan logam. Material ini merupakan
bahan daur ulang dari material bekas dan sisa pembubutan paduan tembaga-seng.
Untuk mengetahui kandungan unsur kimia yang ada dalam paduan tersebut,
dilakukan pengujian komposisi yang merupakan salah satu indikator untuk
menentukan ketahanan material terhadap panas (Suhariyanto, 2007). Komposisi
unsur kimia sangat berpengaruh terhadap sifat mekanis dan sifat fisis suatu
material. Sifat fisis paduan tembaga-seng terlihat jelas pada wama material;
semakiu tinggi kadar seng, semakin cerah wama paduan (Suhariyanto, 2007).
Proses pengujian komposisi dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur kimia
Taufikurrahman, Pembuatan Cetakan Logam dengan Menggunakan Paduan Tembaga Seng 237
material yang akan dijadikan bahan cetakan. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut.
Sampel (dlm %)
Unsw 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-Rafa
Ni 0.85 0.88 0.7 0.95 0.83 0.72 0.93 0.9 0.86 0.71 0.833
Fe 0.45 0.6 0.47 0.45 0.36 0.27 0.4 0.54 0.33 0.29 0.4 16
Cu 74.76 76.61 79.76 84.3 79.8 74.6 70.34 70.62 80.78 76.75 76.832
Sn 7.2 6.32 8.19 6.33 7.2 6.35 7.3 8.23 6.4 5.2 6.872
Zn 11.7 12.4 9.6 10.8 8.93 7.62 13.2 17.2 10.8 15.3 11.755
Pb 3.3 4.5 6.45 3.6 5.2 4.4 6.5 5.3 5.5 6.3 5.105