Anda di halaman 1dari 40

I.

Judul Percobaan : Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah


Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Kuat
II. Tanggal Percobaan : Rabu, 17 Oktober 2018 ; pukul 07.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Rabu, 17 Oktober 2018 ; pukul 09.30 WIB
IV. Tujuan Percobaan :
1. Menentukan orde reaksi dan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah
2. Menentukan orde reaksi dan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat

V. Dasar Teori
a. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi
kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH-) melalui suatu proses kimia.
Hidrolisis juga dapat didefinisikan sebagai terurainya garam dalam air yang
menghasilkan asam atau basa. Etil asetat merupakan senyawa organik dengan
rumus CH3COOC2H5. Senyawa etil asetat merupakan ester dari etanol dan asam
asetat. Senyawa ini berwujud cairan tidak berwarna, memiliki aroma khas.
Biasanya etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut. Pada proses
hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan larutan yang bersifat asam
atau basa (Tony, 1987).
Persamaan reaksi pada proses hidrolisis etil asetat adalah:

O H2
+ H2O  CH3COOH + H3 C C OH
H3C C H2
O C CH3

Etil asetat merupakan pelarut polar yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Senyawa ini merupakan penerima ikatan
hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak
adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif). Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3% dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.Kelarutan etil asetat meningkat pada suhu

1
yang lebih tinggi.Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang
mengandung basa atau asam (Endah, 1990).

Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan
asam asetat dan etanol. Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat
hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan dari hidrolisis yaitu reaksi
esterifikasi.Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya digunakan asam
kuat dengan proporsi stoikiometri, misalnya natrium hidroksida.Reaksi ini
menghasilkan etanol dan natrium asetat yang tidak dapat bereaksi lagi dengan
etanol.

Reaksi yang terjadi pada percobaan ini:

CH3COOC2H5 + H2O C2H5OH + CH3COOH

CH3COOH + NaOH C2H5OH + CH3COONa

b. Kinetika Kimia

Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu Kimia Fisika yang


mempelajari tentang kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi
yang bersangkutan.Tidak semua reaksi kimia dapat dipelajari secara kinetik.Laju
reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per
satuan waktu. Satuan laju reaksi M/s (Molar per detik). . Laju reaksi
menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan
tiapdetik reaksi.Sebagaimana diketahui, reaksi kimia berlangsung dari arah
reaktan menuju produk. Hal ini berarti, selama reaksi kimia berlangsung reaktan
digunakan (dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan sejumlah produk.
Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan konsentrasi
reaktan maupun peningkatan konsentrasi produk. Secara umum, laju reaksi
dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

A B

2
Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau
hasil reaksi terhadap perubahan waktu. Laju reaksi dipelajari oleh cabang ilmu
kimia yang disebut kinetika kimia. Misalnya untuk reaksi kimia dibawah ini :

dengan a, b, p, dan q adalah koefisien reaksi, dan A, B, P, dan Q adalah


zat-zat yang terlibat dalam reaksi, laju reaksi dalam suatu sistem tertutup adalah
:

dimana [A], [B], [P], dan [Q] menyatakan konsentrasi zat-zat tersebut
(Underwood, 1987).
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Menurut (Keenan, 1999). Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
a. Luas permukaan sentuhan
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam
banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila
semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan
yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik
kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan
itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan
semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi.

3
b. Suhu

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu
pada suatu reaksi yang berlangusng dinaikkan, maka
menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi
semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila
suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin
kecil.
Suhu merupakan properti fisik dari materi yang kuantitatif
mengungkapkan gagasan umum dari panas dan dingin.

c. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan
reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap
pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang
lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya
reaksi.
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan
utama: katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis
yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya,
sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama.
Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis
menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk
sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian
sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis
lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi
untuk membentuk suatu perantara kimia yang selanjutnya bereaksi membentuk

4
produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini
merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:

... (1)
... (2)
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya
dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya
menjadi :

Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis


Ziegler-Natta yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen.
Reaksi katalitis yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis
amonia menggunakan besi biasa sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat
menghancurkan produk emisi kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat
dari platina dan rodium.

d. Molaritas

Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat
pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas
suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada
molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas
yang tinggi.

e. Konsentrasi

Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi


reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya.
Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang
tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga
sehingga kecepatan reaksi meningkat. Jadi semakin tinggi konsentrasi, semakin
cepat pula laju reaksinya.

5
Persamaan Laju Reaksi
Untuk reaksi kimia :

Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah :

dengan:

- V = Laju reaksi
- k = Konstanta laju reaksi
- m = Orde reaksi zat A
- n = Orde reaksi zat B

- Orde reaksi zat A dan zat B hanya bisa ditentukan melalui


percobaan.
Dalam rumusan tersebut, lambang [A][B] merupakan konsentrasi molar.
Pangkat m,n merupakan angka-angka bulat yang kecil. Pangkat-pangkat
dalam persamaan laju dinamakan orde reaksi. Laju reaksi biasa dinyatakan
dalam satuan mol per liter persatuan waktu. Satuan k tergantung orde reaksi.
f. Hukum Laju Reaksi
Hukum laju reaksi (TheRate Law) menunjukkan kolerasi antara laju
reaksi (v) terhadap konstanta laju reaksi(k) dan konsentrasi reaktan
dipangkatkan dengan bilangan tertentu (orde reaksi).
Ada beberapa cara untuk mengukur laju reaksi :

1. Jumlah pereaksi yang digunakan persatuan waktu


2. Jumlah hasil reaksi yang terbentuk persatuan waktu

Hukum laju reaksi (The Rate Law) menunjukkan korelasi antara laju
reaksi (V) terhadap konsentrasi laju reaksi (k) dan konsentrasi reaktan yang
dipangkatkan dengan bilangan tertentu (orde reaksi). Hukum laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai berikut:

6
aA + Bb Cc + Dd

v = k [A]x [B]y

x dan y adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat


ditentukan melalui eksperimen. Nilai x maupun y tidak sama dengan koefisien
reaksi a dan b.

g. Penentuan Orde Reaksi

Bilangan perpangkatan x dan y memperlihatkan pengaruh konsentrasi


reaktan A dan B terhadap laju reaksi. Orde total (orde keseluruhan) atau tingkat
reaksi adalah jumlah orde reaksi reaktan secara keseluruhan. Orde reaksi adalah
ukuran konstribusi setiap konsentrasi pereaksi atau zat yang berperan dalam laju
reaksi. Pada umunya orde reaksi merupakan bilangan bulat dan kecil namun
dalam beberapa hal pecahan atau nol. Penentuan orde reaksi adalah hal yang
essensial daripada penelitian - penelitian terhadap proses kimia yang
menyangkut analisis hubungan konsentrasi dan waktu. Dalam hal ini, orde total
adalah x + y.

A. Berikut ini beberapa cara penentuan orde reaksi menurut (Laidler, 1982).
1. Bentuk Differensial
a. Metode variasi atau metode differensial non grafik
A + B  hasil/produk
Dengan persamaan : r = k[A]x[B]y
dimana x = orde reaksi untuk reaktan A, y merupakan orde reaksi untuk
reaktan B dan [A] dan [B] merupakan konsentrasi reaktan A dan B. Orde
reaksi dapat ditentukan dengan metode isolasi, dimana dengan mencari
konsentrasi yang sama. Misalnya, untuk mencari orde reaksi B dapat
ditentukan dengan mencari konsentrasi A yang sama. Berikut ini
persamaan laju reaksi bentuk differensial, yaitu :
 Orde 0

7
 Orde 1

( )

 Orde 2
Satu pereaksi = ( )

Dua pereaksi = ( )( )

 Orde 3

( )

 Orde n

( )

b. Metode differensial grafik


Persamaan
dx/dt = r = k (a-x)n
diubah ke dalam bentuk ln r = ln k + n ln (a-x)t

2. Bentuk Integral
a. Merupakan suatu metode trial and error. Yakni perubahan konsentrasi
dengan waktu yang diukur, dan harga k dihitung dengan menggunakan
orde reaksi akan diperoleh persamaan yang memberikan harga k yang
konsisten.

8
Berikut ini persamaan yang dapat digunakan;
Orde 0
dx
k
dt

Orde 1
dx

dx  k (a  x)
 k (a  x) dt
dt dx
 k dt
(a  x)
dx
  k  dt
(a  x)
 ln (a  x)  kt  c

t = 0, x= 0 maka:
a
k t  ln
ax

Orde 2
kt =
()

Orde 3
kt =
()

b. Integral Grafik
Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data
eksperimen

1. Metode integral grafik


Untuk dapat menggunakan metode ini perlu diperhatikan data yang akan
diplotkan pada grafik.

9
a. Orde 1

y = kx + b
ln (a-x)

b. Orde 2
t

1/(a-x) y = kx + b

c. Orde 3

1/(a-x)2 y = kx + b

t
Untuk dapat menentukan orde dapat kita analisis dari nilai regresi (R2)
pada setiap persamaan garis linier yang didapat.Orde reaksi ditentukan dari nilai
R2 yang paling mendekati 1.

10
VI. Alat dan Bahan
a. Alat-Alat
1. Erlenmeyer 12 buah
2. Stopwatch 1 buah
3. Gelas ukur 50 mL 1 buah
4. Gelas ukur 10 mL 1 buah
5. Gelas kimia 100 mL 1 buah
6. Buret dan statif 1 buah

b. Bahan-Bahan
1. Larutan Asam asetat 2M
2. Larutan NaOH 0,2M
3. Aquades
4. Indikator pp
5. Larutan HCl 2M
6. Larutan Etil asetat

11
VII. Alur Percobaan
1. Hidrolisisi asam asetat dalam suasana asam lemah
 Erlenmeyer A

50 mL asam asetat 0,5 M


- Dimasukkan kedalam
erlenmeyer
- Diberi label A pada erlenmeyer
- Ditambahkan 45 mL air
- Didiamkan dalam suhu ruang
15 menit

Larutan asam asetat

 Erlenmeyer B

5 mL etil asetat
- Dimasukkan kedalam
erlenmeyer
- Diberi label B pada erlenmeyer
- Didiamkan dalam suhu ruang
15 menit

Larutan etil asetat

Larutan etil asetat


- Diambil sebanyak 5 mL
- Dimasukkan kedalam
erlenmeyer A
- diaduk

Campuran larutan A +B

12
10mLCampuran larutan A
- Diambil dengan selang waktu 5,
10, 20, 30, 50, dan 60 menit
- Dimasukkan kedalam erlemneyer
yang sudahberisi 50mL aiquades
dingin

Erlenmeyer C berisi larutan


- Dititrasi dengan menggunakan
larutan NaOH 0,2 M

Hasil pengamatan

2. Hidrolisis asam asetat dalam suasana asam kuat


 Erlenmeyer A
50 mL HCL 0,5 M
- Dimasukkan kedalam
erlenmeyer
- Diberi label A pada erlenmeyer
- Ditambahkan 45 mL air
- Didiamkan dalam suhu ruang
15 menit

Larutan HCL

 Erlenmeyer B
5 mL etil asetat
- Dimasukkan kedalam
erlenmeyer
- Diberi label B pada erlenmeyer
- Didiamkan dalam suhu ruang
15 menit

Larutan etil asetat

13
Larutan etil asetat
- Diambil sebanyak 5 mL
- Dimasukkan kedalam
erlenmeyer A
- diaduk

Campuran larutan A +B

10mLCampuran
10mLCampuran larutan
larutan A
A +B
+B
-- Diambil
Diambil dengan
denganselang
selangwaktu
waktu5, 5,
10,
10, 20,
20, 30,
30, 50,
50, dan
dan 60
60 menit
menit
-- Dimasukkan
Dimasukkan kedalam
kedalamerlemneyer
erlemneyer
yang sudahberisi 50mL
yang sudahberisi 50mLaiquades
aiquades
dingin
dingin

Erlenmeyer
Erlenmeyer C
C berisi
berisi larutan
larutan
-- Dititrasi
Dititrasi dengan
dengan menggunakan
menggunakan
larutan
larutan NaOH
NaOH 0,2
0,2 M
M

Hasil pengamatan

14
VIII. Hasil Pengamatan

No. Prosedur pengamatan Hasil pengamatan Dugaan/reaksi kesimpulan


perc
1 Erlenmeyer A Sebelum :  CH3COOH(aq) + Pada hidrolisis etil
50 mL asam asetat 0,5 M - Asam asetat : larutan tidak H2O(l) → asetat diketahui
berwarna CH3COOH(aq) bahwa semakin
- Dimasukkan kedalam - Aquades : larutan tidak berwarna  CH3COOH(aq) + kuat asam yang
erlenmeyer - Etil asetat : larutan tidak berwarna NaOH (aq) → digunakan
- Diberi label A pada erlenmeyer - Indikator PP : larutan tidak CH3COONa(aq) + semakin cepat
- Ditambahkan 45 mL air berwarna H2O(l) pembentukan
- Didiamkan dalam suhu ruang - NaOH : larutan tidak berwarna  CH3COOC2H5(aq) hidrolisis etil
15 menit Sesudah : + H2O(l) → asetat.
- Asam asetat + aquades : larutan C2H5OH(aq) +
Larutan asam asetat tidak berwarna CH3COOH(aq)
- Larutan asam asetat + larutan etila  Terjadi
Erlenmeyer B setat : larutan tidak berwarna pembentukan etanol
5 mL etil asetat - + indikator PP : larutan tidak dan asam asetat
berwarna kembali karena
- Dimasukkan kedalam - + NaOH : larutan berwarna soft reaksinya
erlenmeyer pink reversible.
- Diberi label B pada erlenmeyer - Volume NaOH yang dibutuhkan
- Didiamkan dalam suhu ruang titrasi :
 V5menit : 15mL
15 menit
 V10menit : 15,5 mL
 V20menit :16 mL
Larutan etil asetat  V30menit :16,5 mL
 V50menit : 17,9 mL
 V60menit : 18 mL

15
Larutan etil asetat

- Diambil sebanyak 5 mL
- Dimasukkan kedalam
erlenmeyer A
- diaduk

Campuran larutan A +B

10mLCampuran larutan A +B

- Diambil dengan selang waktu 5,


10, 20, 30, 50, dan 60 menit
- Dimasukkan kedalam erlemneyer
yang sudahberisi 50mL aiquades
dingin

Erlenmeyer C berisi larutan

- Dititrasi dengan menggunakan


larutan NaOH 0,2 M

Hasil pengamatan

16
2  Erlenmeyer A 50 Sebelum :  HCL(aq) + H2O(l)
mL HCL 0,5 M - HCL : larutan tidak berwarna → HCL(aq)
- Aquades : larutan tidak berwarna  CH3COOH(aq) +
- Dimasukkan kedalam - Etil asetat : larutan tidak berwarna NaOH (aq) →
erlenmeyer - Indikator PP : larutan tidak CH3COONa(aq) +
- Diberi label A pada erlenmeyer berwarna H2O(l)
- Ditambahkan 45 mL air - NaOH : larutan tidak berwarna  CH3COOC2H5(aq)
- Didiamkan dalam suhu ruang Sesudah : + H2O(l) →
15 menit - HCL + aquades : larutan tidak C2H5OH(aq) +
berwarna CH3COOH(aq)
Larutan HCL - Larutan HCL + larutan etil asetat :
larutan tidak berwarna
 Erlenmeyer B - + indikator PP : larutan tidak
berwarna
5 mL etil asetat - + NaOH : larutan berwarna soft
pink
- Dimasukkan kedalam - Volume NaOH yang dibutuhkan
erlenmeyer titrasi :
- Diberi label B pada erlenmeyer  V5menit : 11,6mL
- Didiamkan dalam suhu ruang  V10menit : 12,5 mL
15 menit  V20menit :15 mL
 V30menit :16 mL
Larutan etil asetat  V50menit : 17 mL
 V60menit : 17,1 mL

17
Larutan etil asetat

- Diambil sebanyak 5 mL
- Dimasukkan kedalam
erlenmeyer A
- diaduk

Campuran larutan A +B

10mLCampuran larutan A +B

- Diambil dengan selang waktu 5,


10, 20, 30, 50, dan 60 menit
- Dimasukkan kedalam erlemneyer
yang sudahberisi 50mL aiquades
dingin

Erlenmeyer C berisi larutan

- Dititrasi dengan menggunakan


larutan NaOH 0,2 M

Hasil pengamatan

18
IX. Analisis dan Pembahasan
Pada praktikum kimia fisika III yang telah dilakukan pada hari Rabu tanggal 17
Oktober 2018 di Laboratorium Kimia Fisika berjudul “Hidrolisis Etil Asetat Dalam
Suasana Asam Lemah dan Hidrolisis Etil Asetat Dalam Suasana Asam Kuat”
dengan tujuan untuk menentukan orde reaksi dari hidrolisis etil asetat dalam suasana
asam kuat dan dalam suasana asam lemah. Menurut Tony (1987) Hidrolisis merupakan
reaksi pemecahan molekul air menjadi kation hidrogen dan anion hidrogen yang terurai
menjadi garam asam atau basa. Etil asetat merupakan pelarut polar yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun,dan tidak higroskopis. Senyawa ini merupakan penerima
ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak
adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif). Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3% dan larut dalam air hingga
kelarutan 8% pada suhu kamar.Kelarutan etil asetat meningkat pada suhu yang lebih
tinggi.Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau
asam (Endah, 1990). Pada percobaan ini, laju hidrolisis etil asetat secara teori
merupakan reaksi berorde 2, artinya setiap penambahan konsentrasi pereaktan sebesar 2
kali semula, maka laju reaksi akan bertambah 2 pangkat 2 kali laju semula dan begitu
seterusnya untuk penambahan pereaktan sebesar n kali (Laidler, 1982). Pada percobaaan
ini, langkah – langkah pertama yang harus dilakukan yaitu melakukan menghitung
rentang volume NaOH yang akan dipakai saat titrasi dalam waktu t=0 sampai t=~
dengan menggunakan persamaan :
Mol eq basa = Mol eq asam
Dari persamaan tersebut didapatkan rentang volume NaOH yang digunakan untuk
titrasi dalam waktu t=0 sampai t=~ yaitu dalam rentang 12,5 mL - 17,5 mL. setelah
didapatkan rentang volume NaOH kemudian menyiapkan alat dan bahan. Kemudian
tahapan yang harus dilakukan, yaitu :
1. Hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah

Percobaan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah bertujuan untuk
menentukan orde reaksi dari hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah
(CH3COOH). Langkah pertama yang dilakukan adalah 50 mL asam asetat yang berupa

19
larutan tidak berwarna, dimasukkan ke dalam erlenmeyer, diberi label A, ditambahkan
45 mL Aquades yang berupa larutan tidak berwarna, Asam asetat akan memberikan
suasana asam lemah dalam hidrolisis etil asetat sedangkan etil asetat, jika direaksikan
dengan air akan terjadi proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan
larutan yang bersifat asam atau basa. Reaksi yang terjadi, yaitu :

CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l) → CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq)


Kemudian diletakkan pada suhu ruang selam 15 menit. Langkah kedua yang
dilakukan adalah 5 mL etil asetat yang berupa larutan jernih tidak berwarna,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, diberi label B, dan diletakkan pada suhu ruang
selama 15 menit. Langkah ketiga yang dilakukan adalah ambil 5 mL etil asetat dari
larutan erlenmeyer B, dituangkan ke dalam erlenmeyer A, diaduk hingga homogen.
Kemudian, campuran pada erlenmeyer A diambil 5 mL selang 5 menit pencampuran,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer C yang berisi 50 mL Aquades dingin. Reaksinya
ditunjukkan sebagai berikut :
CH3COOC2H5(aq) + H2O(l) C2H5OH(aq) + CH3COOH(aq)
Tujuan ditambahkan aquades dingin adalah untuk memperlambat terjadinya
reaksi. Lalu, campuran pada erlenmeyer C, ditambahkan 2 tetes indikator PP yang
jernih tak berwarna, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,2 M, diamati dan dicatat
perubahannya. Diulangi langkah tersebut dengan selang waktu 10; 20; 30; 50; dan 60
menit.
Fungsi Asam asetat (CH3COOH) pada percobaan ini yaitu untuk memberikan
suasana asam lemah dalam hidrolisis etil asetat sedangkan etil asetat jika direaksikan
dengan air akan terjadi proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan
larutan yang bersifat asam atau basa. Penambahan indikator PP yaitu untuk mengetahui
titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari tak berwarna
menjadi merah muda. Reaksinya ditunjukkan sebagai berikut :

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)

Setelah dititrasi menggunakan NaOH larutan mengalami perubahan yaitu larutan


berwarna merah muda dengan volume NaOH yang diperlukan yaitu 12,5 ml (larutan

20
blanko). Hasil data percobaan volume NaOH yang diperlukan pada setiap waktu adalah
:

No Waktu (menit) V NaOH (ml)


1 5 15
2 10 15,5
3 20 16
4 30 16,5
5 50 17,9
6 60 18

Dari data tersebut diketauhi pada menit ke 50 dan 60 sudah melewati rentang yang
digunakan dalam titarsi yaitu antara 12,5 mL – 17,5 mL maka pada menit tersebut
konsentrasi pereaksi telah habis dan tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan orde
reaksi sehingga yang dapat digunakan dalam perhitungan yaitu pada menit ke 5, 10, 20,
dan 30. Sehingga dapat dihitung orde dengan penentuan orde dengan metode grafik dan
non grafik. Pada metode grafik didapatkan grafik orde sebagai berikut :

grafik orde 1
0
0 500 1000 1500 2000
-0.0005 y = 9E-07x - 0.0023
R² = 0.8505
-0.001
ln a-x

In a-x
-0.0015 Linear (In a-x)

-0.002

-0.0025
t(s)

21
grafik orde 2
6

5 y = 0.0019x + 1.2797
R² = 0.9167
4

1/a-x
3
In a-x
2
Linear (In a-x)
1

0
0 500 1000 1500 2000
t(s)

2. Hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat


Percobaan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat bertujuan untuk
menentukan orde reaksi dari hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat
(HCl). Langkah pertama yang dilakukan adalah 50 mL asam klorida yang
berupa larutan tidak berwarna, dimasukkan ke dalam erlenmeyer, diberi label A,
ditambahkan 45 mL Aquades yang berupa larutan tidak berwarna, Reaksi
pengencerannya sebagai berikut :
HCl(aq) + H2O(l) → HCl(aq)
HCl akan memberikan suasana asam kuat dalam hidrolisis etil asetat sedangkan
etil asetat jika direaksikan dengan air akan terjadi proses hidrolisis, garam akan
terurai oleh air menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa. Setelah itu,
diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit. Langkah kedua yang dilakukan
adalah 5 mL etil asetat yang berupa larutan tidak berwarna, dimasukkan ke
dalam erlenmeyer, diberi label B, dan diletakkan pada suhu ruang selama 15
menit. Langkah ketiga yang dilakukan adalah ambil 5 mL etil asetat dari larutan
erlenmeyer B, dituangkan ke dalam erlenmeyer A, diaduk hingga homogen.
Kemudian, campuran pada erlenmeyer A diambil 5 mL selang 5 menit
pencampuran, dimasukkan ke dalam erlenmeyer C yang berisi 50 mL Aquades
dingin. Tujuan ditambahkan air dingin adalah untuk memperlambat terjadinya

22
reaksi / proses hidrolisis. Memasukkan campuran A ke dalam Erlenmeyer C.
Reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOC2H5(aq) + H2O(l) → CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq)
Lalu, campuran pada erlenmeyer C, ditambahkan 2 tetes indikator PP yang
jernih tak berwarna, dititrasi dengan larutan NaOH 0,2 M, diamati dan dicatat
perubahannya. Diulangi langkah tersebut dengan selang waktu 10; 20; 30; 50;
dan 60 menit.
Fungsi Asam Klorida (HCl) pada percobaan ini yaitu untuk memberikan
suasana asam kuat dalam hidrolisis etil asetat sedangkan etil asetat, jika
direaksikan dengan air akan terjadi proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air
menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa. Penambahan indikator PP
yaitu untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan dari
tak berwarna menjadi warna merah muda. Reaksi yang terjadi, yaitu :

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)


Setelah dititrasi menggunakan NaOH larutan mengalami perubahan yaitu
larutan berwarna merah muda dengan volume NaOH yang diperlukan yaitu 11,6
mL (larutan blanko).

Hasil data percobaan volume NaOH yang diperlukan pada setiap waktu
adalah :
No Waktu (menit) V NaOH (ml)
1 5 11,6
2 10 12,5
3 20 15
4 30 16
5 50 17
6 60 17,1
Dari data tersebut diketauhi pada menit ke 5 dan 10 tidak termasuk
volume yang digunakan dalam rentang waktu t = 0 sampai t=~ volume NaOH
titrasi yaitu antara 12,5 mL – 17,5 mL, maka pada menit tersebut konsentrasi

23
tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan orde reaksi sehingga yang dapat
digunakan dalam perhitungan yaitu pada menit ke 20, 30, 50, dan 60. Sehingga
dapat dihitung orde dengan penentuan orde dengan metode grafik dan non
grafik. Pada metode grafik didapatkan grafik orde sebagai berikut :

grafik orde 1
0
0 500 1000 1500 2000
-0.0002

-0.0004

-0.0006
ln a-x

In a-x
-0.0008
Linear (In a-x)
-0.001

-0.0012 y = -7E-07x + 0.0001


R² = 0.9347
-0.0014
t(s)

grafik orde 2
9
8
y = 0.0046x - 1.2169
7
R² = 0.8937
6
5
1/a-x

4 In a-x
3
Linear (In a-x)
2
1
0
0 500 1000 1500 2000
t(s)

Berdasarkan kedua hasil dari volume NaOH yang dibutuhkan pada


beberapa menit tertentu yang tidak sesuai rentang dan juga dari hasil grafik orde
reaksi dalam suasana asam kuat dan asam lemah didapatkan yaitu orde reaksi
pada laju hidrolisis etil asetat pada suasana asam lemah adalah orde 2 dengan
regresi mendekati 1 namun, pada suasana asam kuat didapatkan orde 1. Hasil

24
tersebut pada orde reaksi etil asetat dalam suasana asam kuat tidak sesuai teori
yang didapatkan yaitu pada laju hidrolisis etil asetat adalah orde 2, hal tersebut
dapat dikarenakan kurang tepatnya pada saat titrasi yang seharusnya ketika telah
dimasukkan larutan campuran etil asetat aquades harus dalam keadaan dingin
karena keterlambatan tersebut membuat adanya faktor pengaruh suhu ruang yang
dapat mengubah suhu dari aquades sehingga tujuan dari penambahan aquades
dingin adalah memperlambat reaksi sehingga suhunya menjadi naik sehingga
mempengaruhi laju reaksi sehingga pada saat titrasi didapatkan volume NaOH
titrasi tidak sesuai rentang yang telah ditentukan, akibatnya mempengaruhi
perhitungan orde reaksi yang didapatkan sehingga tidak sesuai dengan orde
reaksi secara teori.

X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Didapatkan orde reaksi laju hidrolisis etil asetat secara praktikum dengan
penentuan orde secara grafik dan non grafik pada suasana asam lemah yaitu
orde 2, namun pada suasana asam kuat didapatkan orde 1 yang tidak sesuai
secara teori.
2. Pada hidrolisis etil asetat diketahui bahwa semakin kuat asam yang digunakan
semakin cepat pembentukan hidrolisis etil asetat.
XI. Jawaban Pertanyaan
Jika dilihat dari hasil percobaan, apa yang membedakan antara percobaan 3A dan
percobaan 3B ? Berikan penjelasan dan kaitkan dengan kajian pustakan anda !
Jawab :
Yang membedakan antara hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah dan
asam kuat adalah volume NaOH yang dibutuhkan dalam suasana asam lemah
lebih sedikit daripada volume NaOH yang dibutuhkan dalam susana asam kuat.
Hal ini dikarenakan dalam suasana asam kuat, H+ yang dikeluarkan lebih banyak
daripada H+ dalam suasana asam lemah sehingga untuk menetralkannnya
dibutuhkan volume NaOH yang lebih banyak dalam suasana asam kuat.

25
XII. Daftar Pustaka
Bird,Tony. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. Gramedia : Jakarta.

Day,R.A dan Underwood. 1987. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta.

Endah, Soepi dan Suyono. 1990. Kinetika Kimia. Surabaya : University Press

IKIP Surabaya.

Keenan, C.W. 1999. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Laidler, Keith J. and Meister, John H. 1982. Physical Chemistry. California :

The Benjamin//CumingPublishingCompany,Inc.

Suyono dan Bertha Yonata. 2018. Panduan Praktikum Kimia Fisika III. Surabaya
: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya.

26
LAMPIRAN FOTO

Hidrolisis asam asetat dalam suasana asam lemah

Persiapan bahan-bahan 50 mL asam asetat

45 mL air Didiamkan dalam suhu ruang selama


15 menit

Diambil aquades dingin didalam lemari


es
Diambil 50 mL aquades dingin

27
Dilakukan titrasi dengan menggunakan Dilakukan proses titrasi pada waktu 5,
NaOH 0,2 M 10, 20, 30, 50 dan 60 menit

Hasil titrasi pada menit ke 5 Hasil titrasi pada menit ke 10

Hasil titrasi pada menit ke 20 Hasil titrasi pada menit ke 30

28
Hasil titrasi pada menit ke 50 Hasil titrasi pada menit ke 60

Hidrolisis asam asetat dalam suasana asam kuat

50 mL HCl 0,5 M 45 mL air

Larutan HCl
Didiamkan dalm suhu ruang selama 15
menit

29
Aquades dimasukkan kedalam lemari es

Diambil aquades sebanyak 50 mL

Dilakukan titrasi menggunakan NaOH Proses titrasi pada selang waktu 5, 10,
0,2 M 20, 30, 50 dan 60 menit

Hasil titrasi pada menit ke 10


Hasil titrasi pada menit ke 5

30
Hasil titrasi pada menit ke 30
Hasil titrasi pada menit ke 20

Hasil titrasi pada menit ke 50 Hasil titrasi pada menit ke 60

31
Lampiran perhitungan
CH3COOC5H5 + H2O ↔ CH3COOH + C2H5OH
5mL 45mL 50mL = 100mL
1 9 10 = 20
 Pengambilan 10 mL campuran
Etil asetat = x 10 mL = 0,5 mL

H2O = x 10 mL = 4,5 mL

H+ = x 10 mL = 5,0 mL

 mmolek CH3COOC2H5 = Vetil asetat x N etil asetat


= 0,5 mL x 2 x 1 ekivalen

= 1 mmol
 mmolek H+ = Vetil asetat x N etil asetat
= 5 mL x 0,5 x 1 ekivalen

= 2,5 mmol
 reaksi saat titrasi
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
- t=0
mmolek NaOH = mmolek H+
VNaOH x NNaOH = VH+ x NH+
VNaOH x 0,2 mmol/mL x 1 ek = 5mL x 0,5 mmol/mL x 1 ekivalen
VNaOH = 12,5 mL
- t=2
mmolek NaOH = mmolek H+
VNaOH x NNaOH = VH+ x NH+
VNaOH x 0,2 mmol/mL x 1 ek = (2,5 +1) mmol ekivalen
VNaOH = 17,5 mL
Rentang volume NaOH untuk titrasi adalah 12,5 mL ≤ VNaOH ≤ 17,5 mL

32
1. perhitungan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah

diketahui :

CH3COOC5H5 + H2O ↔ CH3COOH + C2H5OH


5mL 45mL 50mL 100mL
1: 9: 10
Volume dalam campuran :

Etil asetat = x 10 mL = 0,5 mL

H2O = x 10 mL = 4,5 mL

H+ = x 10 mL = 5,0 mL

Ditanya : apakah ordereaksi hidrolisis etil asetat merupakan reaksi orde2?

Jawab :

 penentuan konsentrasi CH3COOH


mol eq NaOH = mol eq CH3COOH
VNaOH x NNaOH x e- = V CH3COOH x N CH3COOH x e-
12,5mL x 2N x 1 = 5mL x N CH3COOH x 1
N CH3COOH = 0,5N
Mol eq CH3COOC2H5 = V x N

= 0,5 mL x 2 mmol/mL x 1

= 1 mmol eq

molek CH3COOH = V x N

= 5 mL x 0,5 N x 1

=2,5 mmol eq

 Reaksi pada saat titrasi : CH3COOH(aq) + NaOH (aq) → CH3COONa(aq) +


H2O(l)
- t=0
mmolek NaOH = mmolek H+
VNaOH x NNaOH = VH+ x NH+

33
VNaOH x 0,2 mmol/mL x 1 ek = 5mL x 0,5 mmol/mL x 1 ekivalen
VNaOH = 12,5 mL
- t=~
mmol eq NaOH = mmol eq H+ + mol eq CH3COOH
VNaOH x NNaOH 1 eq = (VH+ x NH+) + (Vetil asetat + Netil asetat)
VNaOH x 0,2 mmol/mL x 1 eq = (5mL x 0,5 mmol/mL) + (0,5 x 2 N)
VNaOH = = 17,5

Rentang teoritis volume NaOH untuk titrasi adalah 12,5 mL ≤ VNaOH yang
dibutuhkan ≤ 17,5 mL
t (menit) Volume NaOH (mL)
5 15
10 15,5
20 16
30 16,5
50 17,9
60 18
Penentuan non grafik
1.) t = 5 menit → mmol CH3COOH = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 15 mL) – 2,5 Mmol
= 0,5 mmol
2.) t = 10 menit → mmol CH3COOH = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 15,5 mL) – 2,5 Mmol
= 0,6 mmol
3.) t = 20 menit → mmol CH3COOH = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 16 mL) – 2,5 Mmol
= 0,7 mmol
4.) t = 30 menit → mmol CH3COOH = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 16,5 mL) – 2,5 Mmol
= 0,8 mmol
5.) t = 50 menit → mmol CH3COOH = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 17,9 mL) – 2,5 Mmol
= 1,08 mmol
6.) t = 60 menit → mmol CH3COOH = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 18 mL) – 2,5 Mmol

34
= 1,1 mmol

Didapatkan sisa etil asetat (a-x), sbb:

t(menit) Etil asetat (mmol) awal x a-x


5 1 0,5 0,5
10 1 0,6 0,4
20 1 0,7 0,3
30 1 0,8 0,2
50 1 1,08 0
60 1 1,1 0
Perhitungan orde 1 : kt = ln a-x – ln a

t = 5 menit ( 300s) = k.300 = ln 0,5 – ln 1

= - 0,0023

t = 10 menit ( 600s) = k.600 = ln 0,4 – ln 1

= - 0,0015

t = 20 menit (1200s) = k.1200 = ln 0,3 – ln 1

= - 0,001

t = 30 menit (1800s) = k.1800 = ln 0,2 – ln 1

= - 0,0008

Metode grafik :

grafik orde 1
0
0 500 1000 1500 2000
-0.0005 y = 9E-07x - 0.0023
R² = 0.8505
-0.001
ln a-x

In a-x
-0.0015 Linear (In a-x)

-0.002

-0.0025
t(s)

35
Perhitungan orde 2 : kt = -

t = 5 menit ( 300s) = k.300 = -

= 1/300 = 3 x 10-3

t = 5 menit ( 300s) = k.300 = -

= 1/300 = 3 x 10-3

t = 10 menit (600s) = k.600 = -

= 1,5/600 = 2,5 x 10-3

t = 20 menit (1200s) = k.1200 = -

= 2,3/1200 = 1,9 x 10-3

t = 30 menit (1800s) = k.1800 = -

= 1/1800 = 2,2 x 10-3

Metode grafik

grafik orde 2
6

5 y = 0.0019x + 1.2797
R² = 0.9167
4
1/a-x

3
In a-x
2
Linear (In a-x)
1

0
0 500 1000 1500 2000
t(s)

36
2. perhitungan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat
 penentuan konsentrasi HCL
mol eq NaOH = mol eq HCL
VNaOH x NNaOH x e- = V HCL x N HCL
11,6mL x 0,2N x 1 = 5mL x N HCL
N HCL = 0,464N
Mmol eq HCL = V x N

= 5 mL x 0,464 mmol/mL

= 2,32 mmol eq

molek CH3COOH = V x N

= 5 mL x 0,5 N x 1

=2,5 mmol eq

t (menit) Volume NaOH (mL)


5 11,6
10 12,5
20 15
30 16
50 17
60 17,1
Penentuan non grafik
1.) t = 5 menit → mmol HCL = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 11,6 mL) – 2,32 Mmol
= 0 mmol
2.) t = 10 menit → mmol HCL = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 12,5 mL) – 2,32 Mmol
= 0,18 mmol
3.) t = 20 menit → mmol HCL = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 15 mL) – 2,32 Mmol
= 0,68 mmol
4.) t = 30 menit → mmol HCL = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 16 mL) – 2,32 Mmol
= 0,88 mmol

37
5.) t = 50 menit → mmol HCL = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 17 mL) – 2,32 Mmol
= 1,08 mmol
6.) t = 60 menit → mmol HCL = (M x V) NaOH – mmol katalis
= (0,2 mmol/mL x 17,1 mL) – 2,32 Mmol
= 1,1 mmol

Didapatkan sisa etil asetat (a-x), sbb:

t(menit) Etil asetat (mmol) awal x a-x


5 1 0 1
10 1 0,18 0,82
20 1 0,68 0,32
30 1 0,88 0,12
50 1 1,08 0
60 1 1,1 0

Perhitungan orde 1 : kt = ln a-x – ln a

t = 5 menit (300s) = k.300 = ln 1 – ln 1

=0

t = 10 menit ( 600s) = k.600 = ln 0,82 – ln 1

= - 0,00033

t = 20 menit (1200s) = k.1200 = ln 0,32 – ln 1

= -0,00094

t = 30 menit (1800s) = k.1800 = ln 0,12 – ln 1

= - 0,0011

38
Metode grafik :

grafik orde 1
0
0 500 1000 1500 2000
-0.0002

-0.0004

-0.0006
ln a-x

In a-x
-0.0008
Linear (In a-x)
-0.001

-0.0012 y = -7E-07x + 0.0001


R² = 0.9347
-0.0014
t(s)

Perhitungan orde 2 : kt = -

t = 5 menit ( 300s) = k.300 = -

=0

t = 5 menit ( 300s) = k.300 = -

= 0,3 x 10-3

t = 10 menit (600s) = k.600 = -

= 0,3 x 10-3

t = 20 menit (1200s) = k.1200 = -

= 1,7 x 10-3

t = 30 menit (1800s) = k.1800 = -

=4 x 10-3

39
Metode grafik

grafik orde 2
9
8
y = 0.0046x - 1.2169
7 R² = 0.8937
6
5
1/a-x

4 In a-x
3
Linear (In a-x)
2
1
0
0 500 1000 1500 2000
t(s)

40

Anda mungkin juga menyukai