Anda di halaman 1dari 50

Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura

TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

BAB IV
PENDEKATAN PERANCANGAN PROYEK

A. Lokasi dan Tapak RUSUNAWA

1. Pemilihan Lokasi
a) Dasar Pertimbangan Pemilihan Lokasi
Dalam pemilihan Lokasi tapak, perancangan dan perencanaan
Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) kelas menengah ke
bawah yang akan dibangun, perioritasutama pemilihan lokasi
perencanaan ditujukan pada Daerah-daerah yang mempunyai
kesesuaian dengan rencana umum tata ruang kota dan ketataan
lingkungan daerah tingkat I Jayapura berdasarkan criteria pemilihan
lokasi.
Adapun beberapa pertimbangan lokasi antara lain :
1) Sesuai dengan Rencana Induk Kota.
2) Berada pada area pusat kota sehingga dapat menjangkau
kebutuhan akan tempat tinggal bagi masyarakat kelas menegah
kebawah yang masih belum memiliki tempat tinggal yang layak.
3) Berda pada daerah (Zone) pelayanan jasa, perdagangan, hiburan,
pendidikan, peribadatan dan permukiman.
4) Factor kemudahan pencapaian baik dari seluruh jaringan
transportasi kota, pejalan kaki dan transportasi kendaraan umum
dan pribadi.
5) Luasan tapak yang cukup menampung semua kegiatan.
6) Struktur dan kondisi tanah yang memadai serta memungkinkan
untuk mendukung bangunan yang akan didirikan dalam hal ini
adalah RUSUNAWA untuk kelas menengah bawah di Jayapura.
7) Tersedia sarana utilitas kota (Listrik, air bersih, telepon dan
drainase).

97
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

b) Lokasi Site Terpilih


Lokasi site terpilih terletak di daerah Kota Jayapura dengan
pertimbangan faktor-faktor yang mendasari preferensi masyarakat
terhadap pemilihan atribut tempat tinggal, yaitu factor aksesebilitas,
kondisi dan keamanan lingkungan, kondisi kelengkapan hunian,
kenyamanan, hubungan kekeluargaan, fasilitas sosial ekonomi,
fasilitas sosial budaya, dan identitas lingkungan.
Secara Spesifik Pemilihan tapak Lokasi Site perencanaan
Rumah Susun Sederhana sewa berada di Jalan Raya Abepura,
Kelurahan Entrop, Distrik Jayapura Selatan, yaitu di batas BWK B
Kota Jayapura yang mempunyai fungsi utama yakni : Pemerintahan,
perkantoran, perdangan dan serta jasa perhubungan. Sedangkan
kegiatan penunjang adalah fasilitas pendidikan, perumahan dan
parawisata.
Pada lokasi ini berdasarkan peraturan peruntukan kegiatan tata
ruang kota lokasi ini dapat digunakan sebagai tempat hunian Vertical
atau RUSUNAWA,karena terletak di antara Kota dan Kabupaten
Jayapura., dan mempunyai akses penujang yang baik juga luasan
lahan yang cukup luas untuk Pembanguan Rusunawa.
Hal-hal pertimbangan utama tersebut yang mendukung
diantaranya :
1) Sangat mudah di akses pencapainnya (Transportasi lancar), baik
pejalan kaki maupun kendaraan umum dan pribadi.
2) Kondisi lahan yang mendukung dengan situasi lingkungan lokasi.
3) Daya dukung stuktur tanah yang cukup baik.
4) Luas lahan pada lokasi ini sangat memadai.
5) Jaringan utilitas yang baik yang menunjang pembangunan
RUSUNWAdi lokasi ini, antara lain: Jaringan Listrik, air bersih,
telepon, dan drainase.
6) Berada ditengah-tengah Kota dan Kabupaten Jayapura dan
merepakan daerah Pusat pelyanan Kota Jayapura.

98
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

JAYAPURA

PETA PROVINSI PAPUA

Distrik Jayapura Selatan

Kelurahan Entrop

DISTRIK JAYAPURA SELATAN

PETA WIALAYAH KOTA JAYAPURA

PETA PEMBAGIAN WILAYAH


JAYAPURA SELATAN

Gambar 4.1.Peta Ilustrasi Lokasi Perencanaan

KETERANGAN;
A. PETA PROVINSI PAPUA
B. PETA WILAYAH KOTA JAYAPURA
C. PETA PEMBAGIAN WILAYAH DISTRIK JAYAPURA SELATAN

99
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Distrik Jayapura Selatan

Kelurahan Entrop

Distrik Jayapura Selatan

PETA DISTRIK
JAYAPURA SELATAN

PETA PEMBAGIAN WILAYAH


JAYAPURA SELATAN

SITE TERPILIH

PETA LOKASI SITE

Gambar 4.2 Peta Ilustrasi Lokasi Perencanaan

KETERANGAN;
C. PETA PEMBAGIAN WILAYAH DISTRIK JAYAPURA SELATAN
D. PETA DISTRIK JAYAPURA SELATAN
E. PETA LOKASI SITE (KELUARAHAN ENTROP JAYAPURA)
F. SITE TERPILIH

100
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

KOTA JAYAPURA

Distrik Jayapura Selatan

Kelurahan Entrop

Distrik Jayapura Selatan

Keterangan Gambar ;
A. Peta Provinsi Papua B. Peta Kota Jayapura
C. Peta Distrik Jayapura Selatan D. Peta Kelurahan Entrop
E. Peta Lokasi Site Jln. Raya Abepura F. Lokasi Tapak

Gambar 4.3.Peta Ilustrasi Lokasi Perencanaan

101
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2. Pemilihan Tapak
Dalam pemilihan lokasi tapak Rusunawa di Kota Jayapura, Kondisi
fisik tapak site yangterletak di Distrik Jayapura Selatan Jln. Raya
Abepura – Entrop adalah sebagai berikut :

a) Batas Administrasi :
 Sebelah Utara : Jalan Walikota
 Sebelah Timur : Jalan Raya Abepura, Jayapura Trade Center &
Polsek Jayapura Selatan
 Sebelah Selatan : Terminal Penumpang – Entrop
 Sebelah Barat : Gereja Kristen Kalam Kudus, Bank BPR,
Adira Finace, dan Toko kelontongan

Jl. Walikota GKI Kalam Kudus


Terminal Entrop

SITE

Adira Finance

BANK BPR
Jln. Raya Abepura

PapuaTrade Center POLSEKTA


PTC Waterpark

Gambar 4.4.Lokasi Tapak Terpilih

102
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

b) Potensi Tapak Site


1) Kondisi Lahan (Topografi) dan Luas lahan
 Tanah di lokasi merupakan tanah Keras, siap bangun.
 Luasan Site adalah 180 m x 120m atau sekitar ± 21.600m².
Merupakan sebuah luasan yang cukup untuk Perencanaan
RUSUNAWA.
2) Peraturan Bangunan Rusunawa
 KDB 50 – 60%
 KLB 3- 4 lantai
3) Fasilitas Pendukung Kawasan Lokasi site (Sarana dan
Prasarana)
 Fasiliitas Jalan;
Jalur kendaraan yang melewati lokasi site pada Jalan Raya
Abepura merupakan jalur satu arah dan merupakan jalan
utama selian itu juga mempunyai jalur alternatif yang dapat
mengurangi kepadatan apabila terjadi kemacetan. Keadaan ini
menguntungkan dan mempermudah perencanaan enterance
pada bangunan. Sedangkan hal lain yang mendukung adalah
seperti pertimbangan pola parkir serta sirkulasi baik orang dan
kendaraan yang beraktifitas dalam site.
 Fasiliitas Transportasi;
Sarana Transportasi umum Terminal Entrop, berada d selatan
Lokasi site, sehingga mudah di jangkau.
 Fasilitas Perdagangan, Hiburan dan Rekreasi
Sarana Pusat perbelanjaan yaitu Mall PTC dan pasar Entrop
yang berlokasi di sebelah Mall PTC, sehingga muda di
jangkau dengan berjalan kaki dari Lokasi site,.selain itu
adapun Wahana Rekserasi keluarga PTC Water Park.
 Fasilitas Peribadatan;
Gereja GKI Kalam Kudus, yang terletak di sebelah barat
lokasi site.

103
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

 Fasiliitas Pelayanan dan Jasa


Bank BTN Nusa intim, dan Adira Finance yangterletak di
sebelah barat lokasi site. Adapun Pos Pelayanan keamanan,
yaitu POLSEK Jayapura selatan yang berlokasi di sebelah
timur lokasi site atau di seberang jalan dari lokasi site,
sehingga muda di jangkau dengan berjalan kaki.
 Saarana Utillitas
Sarana utilitas kota yang tersedia pada lokasi dapat terlihat
dari jaringan listrik, jaringan telepon, dan air bersih (PDAM)
yang melalui site. Dengan adanya failitas ini maka kebutuhan
utilitas bangunan dapat mudah diperoleh. Pada site terdapat
sebuah saluran pusat draenase yang terletak disebelah kanan
dan kiri site. Saluran ini cukup lebar sehingga dapat
menampung dan mengalirkan air dengan mudah.

GKI Kalam Kudus


Jln. Walikota
Adira Finance
Terminal Entrop

BANK BPR

Polsekta
PapuaTrade Center Jayapura Selatan

PTC Waterpark

Jln. Raya Abepura

Gambar 4.5.Rencana Tapak Site Terpilih

104
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

3. Pengolahan Tapak (Analisa Tapak)


a) Analisa View

Baik

Cukup Baik

Cukup Baik

Sangat Baik

Keterangan:

A. View Baik; berhadapan dengan C. View Cukup baik; berhadapan


Lahan Kosong dan Jalan Walikota dengan tampak belakang bangunan
Gereja GKI, Adira finance, dan Bank
B. View Cukup baik; berhadapan BPR
langsusng dengan Terminal D. View Sangat Baik: berhadapan
Angkutan Umum Entrop – Abepurra langsung dengan PTC dan Polsekta
Jayapura Selatan

Gambar 4.6 Orientasi View Bangunan

Analisa view bertujuan untuk mengarahkan posisi ideal dari


muka bangunan atau penampilan bangunan yang memanfaatkan
view baik dari arah luar maupun dalam site. Situasi atau kondisi
view sekitar lingkungan tapak sengai berikut;
 View dari dalam site berhadapan delangsung dengan jalan
utamabaik depan maupun dari arah belakang juga bangunan-
bangunan di seberang jalan utama.Di depan jalan utama
terdapat banguan Pos Polisi dan Papua Trade center, disamping
kiri terdapat Terminal angkutan umum ( terminal taxi) dan
disamping kanan terdapat Ruko, Warung, dan Bank Nusa,
sehingga view dari dalam site berhadapan langsung dengan
bangunan-bangunan lainnya.
 View dari luar site memperlihatkan susunan bangunan yang
berada di kanan dan depan site.

105
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

b) Analisa Entrance

Jln. Walikota

Jln. Raya Abepura

Gambar 4.7. Penempatan Main Entrance dan Site Entrance

Penentuan perletakan Enterance bangunan berguna untuk


menentukan sirkulasi pengunjung ataupun pengelola bangunan.
Berdasarkan fungsi dan jenisnya, maka enterance dibedakan menjadi
3 (tiga) yaitu :
1) Main Enterance;Yaitu pintu masuk / gerbang utama bagi
pengguna dan harus menampilkan ekspresi yang memikat, kesan
terbuka dan memiliki pencapaian yang mudah. Pada potensi
Existing tapak, maka main enterance terletak pada sisi-sisi
disekitar site, dengan pertimbangan bahwa, untuk memudahkan
akses keluar dan masuk untuk para pengunjung.
2) Site Enterance; Yaitu jalan masuk maupun jalan keluar
penunjang bagi pengguna sehingga memudahkan pengunjung
yang datang dari berbagai arah. Dengan melihat kondisi jalan
utama yang digunakan untuk mengakses bangunan Rusunawa ini
memiliki lalu lintas satu arah dan lalu lintas dua arah terletak
pada bagian belakang site maka mein enterance diletakan pada
sisi belakang bangunan yakni melalui jalan raya abepura, dimana
pintu masuk tersebut diperuntukan bagi pejalan kaki dan
pengguna kendaraan bermotor dan site enterance diletakan di
sebelah selatan.

106
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

3) Service Enterance; Yaitu jalan sirkulasi service yang


diperuntukan bagi pengelola bangunan dengan pertimbangan
untuk mempermudah kegiatan service terhadap penyediaan
barang-barang dan kegiatan service lainnya.

c) Analisa Orentasi Matahari pada Bangunan


Analisa matahari bertujuan untuk menganalisa keadaan
orientasi matahari yang menyinari di sekitar tapak dan bangunan,
dengan pertimbangan sebagai berikut;
 Pertimbangan terhadap iklim tropis di Kota Jayapura yang
merupakan tempat di mana lokasi site berada.
 Lama penyinaran matahari maksimum di Kota Jayapura 95%
dengan suhu tertinggi 36ºc. arah datangnya sinar matahari yang
frontal uncul dari depan site akan mempengaruhi penetuan arah
bengunan dalam site.Pertimbangan terhadap arah matahari yang
mempengaruhi penentuan arah tapak bangunan dalam site, serta
panas yang ditimbulkan oleh matahari menentukan kondisi yang
berada di dalam dan di sekitar bangunan.
 Orientasi sinar matahari yang mendukung penyinaran bagi
keadaan ruang luar khususnya tanaman dan pepohonan di sekitar
tapak.

Gambar 4.8. Orentasi Matahari pada Tapak Bangunan

107
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Berdasarkan kondisi ekseting, tapak akan menerima cahaya


pagi mulai pukul 07.00 hingga pukul 10.00 dan tapak akan menerima
cahaya siang mulai pukul 10.00 hingga pukul 15.00, dan pukul
15.00hingga pukul 17.00 tapak akan menerima cahaya sore
yangmenyilaukan namun hal tersebut dapat diminiimkan
dengan pembayangan.

Gambar 4.9 Analisis matahari


Sumber : Hasil analisis, 2017

d) Analisa Angin dan Sirkulasi Udara


Arah angin sangat penting didalam proses perancangan
dan mempengaruhi pola letak bangunan yang untuk
memaksimalkan pemanfaatan penghawaan secara alami sesuai
tema arsitekturhijau.
Kawasan dalam site merupakan tempat tinggal yang harus
menghasilkan kondisi udara yang baik untuk itu bagi penghuni

108
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

maupun lngkungan sekitar, untuk itu kenyamanan dapat dicapai


dengan pemanfaatan pergerakan angin terhadap bukaan maupun
pengurangan beban bergerak pada bangunan.
Analisa Site :
 Udara sejuk berasal dari arah perbukitan (utara).
 Udara panas yang dibawa oleh aktifitas kendaraan/ traportasi dan
adanya pantulan cahaya matahari dari jalan dan bengunan sekitar
site.
 Kurang adanya vegetasi alami (pohon) yang berguna sebagai
penyaring udara kotor dan berdebu yang berasal dari luar site.
 Penghawaan alami diperlukan untuk ruangan-ruangan yang
bersifat terbuka ( open stage ).

Gambar 4.10 Analisis Angin


Sumber : Hasil analisis, 2017

109
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

e) Analisa Kebisingan
Faktor kebisingan merupakan salah satu faktor yang harus di
perhatikan dalam perancangan, karena dapat mempengaruhi
peletakan massa bangunan dan zoning pada tapak, sumber kebisingan
tapak bersumber dari bangunan dan Jalur lalulintas disekitar view
sebagai berikut;

CukupTinggi Cukup Tinggi

Sedang
Tinggi
Tinggi
Treminal Entrop

Rendah
Gambar 4.5 Tingkan kebisingan
Sumber : Hasil analisis, 2012

Sedang
Rendah

Gambar 4.11. Orentasi Kebisingan pada Tapak Bangunan

Keterangan :
A. Jalur kenderaan satu arah dengan tingkat kebisingan cukup tinggi
B. Jalur pintu masuk dan keluar di sisi depan dan blakang Terminal
penumpang entrop dengan tingkat kebisingan tinggi
C. Jalur kenderaan satu arah dengan tingkat kebisingan sedang
D. Blok Banguan Gerja, Adira finace dan Bank BPR, mengurangi
tingkat tapak.

Untuk mereduksi sumber bising yang masuk ke dalam tapak,


Dapat disiasati dengan membuat alternative analisa kebisingan
sebagai berikut :

110
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Gambar 4.12 Analisis Kebisingan


Sumber : Hasil analisis, 2017

111
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

B. Program Ruang
1. Pelaku dan Kegiatan
a) Pelaku
Analisis pelaku dan aktivitas pada perancangan rumah susun
sederhana ini digolongkan berdasarkan klasifikasi fungsi bangunan
serta jenis penggunanya. Pengguna dalam rumah susun dibagi atas
dua kelompok, kelompok pengguna tersebut antara lain:
1) Pengguna Utama (fungsi primer), Kegiatan utama bangunan
sebagai hunian tempat tinggal, sehingga pengguna utama adalah
penghuni rusunawa
2) Pengguna Pendukung (fungsi sekunder dan tersier) Pengguna
pendukung sangat berperan dalam terlaksananya kegiatan utama,
yakni pengelola yang merupakan pengatur dalam hal keberadaan
rumah susun . Dalam hal ini pengelolah bertugas pengawas
penggunaan bagian bersama (benda bersama dan tanah bersama)
serta melakukan pemeliharaan, pemeriksaan dan perbaikan
keadaan satuan rumahsusun.
Dari hasil pengelompokan di atas, jenis aktivitas dan pengguna
dapat diketahui untuk memperoleh kebutuhan ruang yang diperlukan.
Analisis aktivitas ini kelompokkan menurut fungsi, yaitu berdasarkan
fungsi primer, sekunder dan tersier. Adapun table pengguna
berdasarkan fungsisebagai berikut :

112
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Tabel 4.1. Analisa Pelaku


No. Pelaku Keterangan
1. Penghuni/Pemilik  Memiliki unit ataupun menyewa daripemilik
Rumah Susun  Memiliki hak untuk menggunakan semuafasilitas
yangtersedia
2. Pengunjung Rumah  Orangyangdatangkerumahsusun
Susun  Biasanya famili ataupun teman dari orang yang tinggal
di rumah susun, baik datang untukbertamu maupun
menggunakan fasilitas di dalam rumah susun tersebut.
4. Pengelola Rumah  Pihak perusahaan pemilikbangunan
Susun  Bekerja sama dengandeveloper
 Terdiri dari 3 kelompok: admin istrasi, operasional
pengawasan, dan operasional perawatanpelayanan
5. Servis  Para pelaku yang tidak terlibat secaralangsung
terhadap kegiatan yang terjadi di dalam Rumah susun,
sebagai contoh : TeknisiM &E, cleaning service,
pengangkut sampah, dll.

b) Analisa Kegiatan (Aktivitas)


Aktivitas pengunjung diklasifikasikan menjadi 3 aktivitas utama
diantaranya aktifitas dengan tujuan kebutuhan penghuni single, penghuni
cuple(berpasangan), dan pihak pengelola
Tabel 4.2. Analisa Kegiatan

No. Pelaku Kegiatan Jenis kegiatan


1. Kelompok  dilakukan oleh penghuni Rumah Susundalam
kegiatan pribadi pemenuhan kebutuhan masing –masing atau individual
(berhubungan dengan kegiatan sehari – hari), seperti
makan, tidur, mandi, nonton dll
2. Kelompok kegiatan  dilakukan secara bersama, dalam hal ini berkaitan
bersama dengan penggunaan fasilitas yang tersedia dirumah
susun, contohnya : olahraga, dll
3. Kelompok  dilakukan oleh penghuni rumah susundengan
kegiatan sosial sesama penghuni atau pengunjung rumah susun (tamu dari
si penghuni)
4. Kegiatan pengelola  berhubungan dengan kegiatanadministrasi
penghuni, pendataan penghuni, serta keamanan dan
kebersihan dari rumah susun.
5. Kegiatan servis  meliputi kegiatan yang dilakukan olehpengelola
rumah susun dalam rangka maintenance dan pengawasan
terhadap rumah susun tersebut

113
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

1) Aktifitas Penghuni

DATANG Parkir ENTRANCE

Berangkat Bekerja
 Jalankaki Kegiatan dalam rumah:
 Berkendara  Menerimatamu
 Keperluansantai
 Istirahat
Kegiatan luar rumah:  Makan &minum
 Berkumpul,mengobrol  Keperluanmetabolisme
 Kerja bakti,rapat
 Olahraga,senam
 Sholat, pengajian

Skema 4.1 Pola aktivitas penghuni (Suami)


Sumber : Hasil analisis, 2017

DATANG Parkir

Kegiatan dalam rumah:


 Menerimatamu Berangkat Bekerja
ENTRANCE  Istirahat  Jalankaki
 memasak  Berkendara
 Makan &minum
 Mencuci,menjemurpakaian

Kegiatan luar rumah:


 Berkumpul,mengobrol
 PKK
 Olahraga,senam
 Sholat, pengajian

Skema 4.2 Pola aktivitas penghuni (Istri)


Sumber : Hasil analisis, 2017

114
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2) Aktifitas Pengelola

DATANG
Ruang masing-masing;
 Membuat program kegiatan
Pulang  Membuat laporan kegiatan
 Melaporkan kegiatan
Parkir  Istirahat
 Lavatory

ENTRANCE
Kegiatan luar kantor:
 Mengawasi lingkungan dan
kegiatan
 Memelihara
 Memeriksa
 Memberikan Penyuluhan
 Berdiskusi dengan Penghuni

Skema 4.3 Pola aktivitas Pengeelola


Sumber : Hasil analisis, 2017

2. Pendekatan Kebutuhan dan Besaran Ruang


a) Pendekatan Fasilitas Hunian Rumah Susun
1) Kebutuhan Ruang Unit Hunian
Dalam menetapkan tipe unit pada RUSUNAWA yang di
peroleh berdasarkan kriteria jumlah keluarga. Tipe unit yang di
sediakan adalah tipe golongan kecil didasarkan pada kemampuan
bayar sewa dan jumlah penghasilan yang dikhususkan bagi
Masyarakat berpenghasilan rendah. Sasaran Penghuni rumah
susun adalah pasturi ( pasangan suami istri) atau yang
berkeluarga. Dengan jenis tipe hunian yang di buat seragam yaitu
tipe 36 dengan kapasitas hunian maksimal 4 jiwa/ unit hunian.
Unit rumah yang cukup luas disesuaikan dengan kebutuhan dari
penghuninya, terdiri dari:
- Kamar tidur - Kamar mandi - Dapur
- Ruang Tamu - Balkon

115
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2) Kapasitas Total Penghuni


Berdasarkan hasil perhitungan calon penghuni yang di
dapatkan, jumlah penghuni yang diperoleh adalah 82.760 jiwa
yang terdiri dari 207 KK (kepala keluarga). Untuk mengetahui
jumlah keseluruhan calon penghuni dan anggota keluarga yang
dapat diakomodasi dalam hunian adalah sebagai berikut
Tabel 4.3 Kapasitas Penghuni Rumah Susun

Tipe Unit Kapasitas Jumlah kepala Jumlah Total


Hunian Penghuni Keluarga Penghuni
Tipe 30 & 36 @4 Jiwa 207 KK 207 x 4 = 82.760

Jumlah Total Penghuni 82.760 jiwa


Jumlah Total Unit Huian 207 KK

(sumber; Analisa Penulis 2018)

3) Besaran Ruang Unit Hunian


Ketentuan Ruag dalam unit hunian berdasarkan standar
minimum Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.60/PRT/1992
tentang persyaratan tekns Rumah susun yaitu;
Table 4.4 Ketentuan Tata Bangunan pada Rumah Susun
Lebar Sisi Luas
Jenis Ruang Minimum Minimum
Ruang Keluarga 2,7 m 9,5 m2
Ruang Makan 2,1 m 5,5 m2
Rang Makan dan Dapur 2,7 m 7,5 m2
Ruang Keluarga dan Ruang Makan 2,7 m 12 m2
Ruang Keluarga,Makan dan Dapur 2,7 m 17 m2
Ruang Tidur Double 2,1 m 6,5 m2
Ruang Tidur single 2,1 m 4 m2
(sumber; Peraturan Mentri Pekerjaan Umum NO.60.1992)

Penetapan ukuran setiap ruang dalam unit hunian tidak


boleh lebih kecil dari standarisasi luasan minimum yang sudah
ditetapkan. Berdasarkan tipe unit yang akan di bangun maka
Spesifikasi unit hunian Tipe 30 dan tipe 36 sebagi berikut;

116
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Table 4.5 Besaran Tipe Ruang

Tipe 30 & 36
Jumlah
Jenis Ruang Standar Luas Ruang
Ruang
2
Ruang Tidur 1 1 6,5 m 6,5 m2
Ruang Tidur 2 1 4 m2 4 m2
Ruang Tamu 1 5 m2 6 m2
Ruang Keluarga dan Ruang
Makan 1 7,5 m2 11,5 m2
Ruang Dapur 1 4 m2
KM/WC 1 1,5 m2 2 m2
Balkon 1 1,5 m2 2 m2
Total 36
(sumber; Analisa Penulis, 2018)

Gambar 4.13; Contoh Unit Hunian Tipe 30 dan Tipe 36

Dari kebutuhan ruang yang terpapar diatas, dapat ditentukan


besar modul unit huni masing masing kepala keluarga. Besaran
ruang nanti masih ditambah dengan ruang untuk sirkulasi. Besaran
ruang yang ada hendaknya mempertimbangkan ukuran manusia
yang akan menempatinya, karena kenyamanan tinggal juga
ditentukan oleh faktor perbandingan ukuran ruang dengan
manusianya sendiri. Berikut data ukuran manusia serta besaran
ruang yang dapat mewadahinya, (data arsitek jilid 1, ernst neuvert)

117
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Gambar 4.14; Manusia dan Ukuran


(sumber; buku data arsitek jilid I)

118
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Berikut adalah ulistrasi pola jenis ruang dan besarannya dalam tiap
unit hunian rumah susun;
a) Kamar Tidur
Luas ruang kamar tidur dapat mengambil ukuran dasar terkecil,
yaitu tempat tidur Karena privasi merupakan elemen budaya dan
kebiasaan yang umum dalam masyarakat lokal, maka ruang tidur
ditutup/ menjadi ruang tertutup yang berdiri sendiri. Ukuran minim
untuk dewasa adalah 80 x 180 dan untuk anak anak sebesar 70.

Gamba 4.15r; Manusia dan Ukuran


(sumber; buku data arsitek jilid I)

119
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

b) Ruang Serbaguna (Ruang Tengah)


Ruang serbaguna merupakan ruang yang dapat menjalani
berbagai fungsi. Ruang ini menjadi penting dalam unit huni, karena
luas yang terbatas, ruang ini sering digunakan untuk berkumpul,
makan, bercengkrama dengan keluarga, belajar anak dan berbagai
fungsi lain. Ukuran dasar manusia merentangkan tangan dipakai
sebagai ukuran dasar. Besar ruang minimal untuk ruang tengah
(diasumsikan keluarga beranggotakan 3 orang) adalah 3 x 1,75 m x
1,75 m = 9,1875 m2.

Gamba 4.16 Konfigurasi Ruang Gambar4.17 ; Manusia dan Ukuran


Sumber; Buku data arsitek jilid I Sumber; Buku data arsitek jilid I

c) Dapur
Keberadaan dapur dalam unit huni harus benar benar
diperhatikan mengingat besaran total unit huni yang minimal. Hal ini
berkaitan dengan penghawaan, pencahayaan, kebersihan, aliran udara
dan estetika ruang. Letak dapur memungkinkan pembersihan yang
mudah, tidak mengganggu penghawaan, kelembaban maupun suhu
ruang. Besaran flow dapur adalah 1,2 meter dari titik perabotan, dan
membutuhkan space kurang lebih 60 cm dar dinding untuk perabotan
itu sendiri. Luasan dapur minimal dapat dihitung, yaitu (1,2 + 0,6) x 1
meter = 1.8 m2.

120
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Gambar 4.18; Dapur dan ukuran


Sumber; Buku data arsitek jilid I

d) Kamar Mandi/ WC
Kamar mandi dalam rumah susun bisa mejadi satu dengan
unit huni maupun terpisah dan berperan sebagai MCK umum. Jika
unit huni berukuran besar, maka kamar mandi bisa di letakan di
dalam unit hunian dan menjadi kamar mandi dan WC pribadi. Namun
jikan unit hunian berukuran kecil kamar mandi/ WC berada diluar unit
hunian, dalam satu komplek rusun. Ukuran kamar mandipun tentunya
menjadi berbeda.

121
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Gambar4.19 ; Kamar mandi/ WC


(sumber; buku data arsitek jilid I)

b) Pendekatan Fasilitas Lingkungan (Fasilitas Penujang)


Fasilitas lingkungan rumah susun merupakan fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk penyelengaraan dan pengembangan
kehidupan ekonomi, social dan budaya bagi penggunanya

1) Ketentuan Kebutuhan Fasilitas Lingkungan


Proporsi lahan untuk pengembangan rumah susun menurut
Dirjen Cipta Karya Pekerja Umum adalah sebagai berikut;
Tabel4.6
Proporsi pengunaan lahan untuk Fasilitas lingkungan Rumah Rusun
Fasilitas Peruntukan Proporsi Luasan
Banguanan Rusun 50% 50%x
Komersial 5% 5%
Fasilitas Sosial 10% 10%
Open Space 5% 10%
Vegetasi 10% 20%
Sirkulasi 20% 5%
Sumber; Penulis 2018

122
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Pada dasarnya Fasilitas Lingkungan terbagi Menjadi dua,


yaitu Fasilitas Fungsi Sekunder dan Fasilitas Fungsi Tersier,
yang memiliki fungsi masing-masing antara lain;
 Fasilitas Fungsi Sekunder; Dipergunakan untuk bersosialisasi,
bermain anak- anak, dan berkumpul. Fasilitas-fasilitas ini terdiri
dari: Lapangan, Taman Bermain. Musolah dan Gedung
Serbaguna
 Fasilitas Fungsi Tersier; Fasilitas yang melengkapi kebutuhan
penggunnyaa dan bersifat memberikan pelayanan, baik sosial
maupun ekonomi terhadap penggunanya. Fasilitas tersebut
antaralain: Kantor Pengelola, Pos Keamanan, Klinik, Parkir

2) Besaran Ruang
Besaran ruang berdasarkan teori tentang sarana prasarana rumah
susun dan dilakukan pendekatan terhadap fasilitas lingkungan oleh BPS
Provinsi Papua, maka daya tampung rusunawa yang ditujukan bagi
penduduk atau masyarakat berpenghasilan rendah meliputi: unit couple
atau keluarga yaitu tipe 30 dan 36, dengan 4-blok massa bangunanan,
Sedangkan massa pendukung yaitu untuk unit musholla, gedung
serbaguna, klinik, kantor pengelola dan pos keamanan.
Tabel 4.7. Analisa Fasilitas Fungsi Sekunder

Jenis Aktivitas Nama Ruang Jum. Luas Kapasitas Sumber


Mimbar 1 1 orang 2 m²/orang A
S
Ruang Sholat 1 160 org 0,85 m²/org NAD
u
Serambi 1 40 org 0,4 m²/orang A
Musholla Tempat whudu 1 8 orang 0,85 m²/org NAD
KM/WC 4 1 orang 1,2 m²/org A
Ruang Takmir 1 1 12 m²/unit A
Gudang 1 1 6 m²/unit A
Sirkulasi 20 m2 NAD
Total 203,6 m²
Teras 1 5 org 4 m² A
Hall 1 200 org 1,2 m²/org A
Gedung
Gudang 2 5 org 8 m²/unit A
Serbaguna
Sirkulasi 25,6 m2 NAD
Total 153,6 m²

123
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Tabel 4.8. Analisa Fasilitas Fungsi Tersier


`Jenis Aktifitas Nama Ruang Jum. Luas Kapasitas Sumber
Teras 1 4 m² A
Ruang tunggu 1 5 org 0,8m²/org A
Ruang periksa 1 3 org 12 m²/unit A
Ruang Dokter 1 3org 12 m²/unit A
Klinik Apotek 1 4 org 9 m²/unit A
Guadng 1 5org 8 m²/unit A
Toilet 1 1org 3 m²/unit A
Sirkulasi 10,45 m2 NAD
Total 62,7 m²
Teras 1 4 m² A
Ruang Tamu 1 5org 0,65 m²/org NAD
R. Administrasi 1 5org 1,5 m²/org NAD
R.Costomer service 1 2org 1,5 m²/org NAD
Kantor
Pantry 1 8org 1 m²/org A
Pengelola
Gudang 1 5org 8 m²/org A
Toilet 3 1org 1,2 m²/org A
Sirkulasi 4,74 m2 NAD
Total 28,44 m²
Teras 1 2 m² A
Ruang Jaga 1 2org 4 m² A
Pos Keamanan SToilet 1 1org 1,2m²/unit A
u Sirkulasi 1,44 m2 NAD
m Total 8,64 m²
S
Sumber : Hasil analisis, 2018

2. Pola Hubungan dan Organisasi Ruang


Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar ruangnya
sehingga akan menghasilkan keyamanan bagi pengguna.
Polahubunganantarruangpadaperancanganrumahsusuniniterdiri dari
hubungan antar antar massa bangunan, meliputi unit hunian single, unit
hunian couple, unit hunian family, unit hunian suites,musholla, geung
serbaguna, klinik, unit pertokoan, koperasi, kantor pengelola, lapangan,
taman dan parkir.

124
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Tabel 4.9Hubungan Ruang Rusunawa (makro)

Unit Rusun

Serbaguna

Pengelola
Lapangan
UnitToko

Koperasi
Mushola
Gedung

Kantor

Taman

Parkir
Ruang

Klinik
Unit Couple &
Keluarga
Mushola
Gedung
Serbaguna
Klinik
Koperasi
Kantor
Pengelola
Lapangan
Taman
Parkir
(Sumber: Hasil Analisis,2017)

Tabel 4.10 Hubungan Ruang Mikro Unit Rusun


KM/WC
R.Tamu

R.Tidur

Dapur
Teras

Ruang Keterangan Tabel:


: Berhubungan Langsung
Teras
R. Tamu : Berhubungan
R. Tidur Tidak Langsung

Dapur : Tidak Ada Hubungan


KM/WC
(Sumber: Hasil Analisis,2017)

Tabel 4.11 Hubungan Ruang Mikro Kantor Pengelola


R.Admin.

Gudang
R.Tamu

Toilet
Panty
Teras

R.CS

Ruang

Teras
R. Tamu
R. Customer Service
R. Administrasi
Pantry
Gudang
Toilet
(Sumber: Hasil Analisis,2017)

125
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Tabel 4.12 Hubungan Ruang Mikro Gedung Serbaguna

Gudang
Keterangan Tabel:

Teras
Ruang

Hall
: Berhubungan Langsung
Teras : Berhubungan
Hall Tidak Langsung
Gudang
: Tidak Ada Hubungan
(Sumber: Hasil Analisis,2017)

Tabel 4.13 Hubungan Ruang Mikro Klinik

R.Administrasi
R.Periksa
R.tunggu

Ruang

Gudang
Apotek

Toilet
Teras

Teras
R. tunggu
R. Periksa
R. Administrasi
Apotek
Gudang
Toilet
(Sumber: Hasil Analisis,2017)

Tabel 4.14 Hubungan Ruang Mikro Musholla


R.Takmir
R.Wudhu

KM/WC
R.Sholat
Serambi

Mimbar

Gudang

Ruang

Serambi
R. Wudhu
R. Sholat
Mimbar
KM/WC
R. Takmir
Gudang
(Sumber: Hasil Analisis,2017)

Tabel 4.15 Hubungan Ruang Mikro Pos Keamanan


R.jaga

Toilet
Teras

Ruang Keterangan Tabel:


: Berhubungan Langsung
Teras
R.jaga : Berhubungan
Tidak Langsung
Toilet
: Tidak Ada Hubungan
(Sumber: Hasil Analisis,2017)

126
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

3. Persyaratan Ruang
Pada hasil pengamatan studi banding serta beberapa teori dan
literature, analisis karakteristik dan persyaratan rauang dilakuakan untuk
memperoleh tingkat kenyamanan pengguna ruang. Analisis persyaratan
ruang meliputi pencahayaan, peghawaan, aksebilitas, view, dan akustik
serta sifat dan kapasitas ruang yang dibutuhkan. Jenis ruang yang
tersedia akan disesuaikan dengan jenis aktivitasnya sehingga karakter
kebutuhan ruang akan muncul dengan baik.

4. Sirkulasi antar Ruang


Sirkulasi pada rusunawa terdiri dari dua bagian yaitu sirkulasi
horizontal (koridor) dan Sirkulasi Vertikal (lif/ tangga). Sirkulasi ini
membantu penghuni mengakses seluruh bagian Rusunawa setiap
lantainya. Fungsi koridor yang ada tidak hanya digunakan sebagai
sirkulasi namun nantinya akan didesain sebagai ruang komunal dimana
penghuni dapat saling berkomunikasi.

Tabel 4.16 Sirkulasi Antar Ruang


Tipe Koridor Kelebihan Kekurangan
1. Koridor Tengah - Lebih efesien dan - Pencahayaan Alami
(Inner Corridor Type) ekonomis dalam Kurang baik
pembangunan - Ventilasi Silang tidak
- Lebih Privat dapat berfungsi
- Lebih Aman - Tidak ada special
bhavor seperti
berkumpul dan
HUNIAN
komunikasi bagi
KORIDOR
penghuninya
TANGGA

2. Koridor Satu Sisi - Memungkinkan - Pembangunan Kurang


(Single Corridor) view dua arah efesien dan ekonomis
- Ventilasi Silang - Feksibilitas
dapat berfungsi pemanfaatan lahan
dengan baik kurang
- Open space dapat - Kurang privat
HUNIAN
di kembangkan - Kenyamanan audio
KORIDOR
sebagai area hobi kurang baik
TANGGA
- Memungkinkan
interaksi yang baik
anatr penghuni

127
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Tipe Koridor Kelebihan Kekurangan


3. Koridor Terpusat - Sefty baik - Pembangunan Kurang
(Court Corridor Type) - Ventilasi Silang dapat efesien dan ekonomis
berfungsi dengan baik - Feksibilitas pemanfaatan
- Open space dapat di lahan kurang
kembangkan sebagai area - Kurang privat
hobi - Kenyamanan audio kurang
- Memungkinkan interaksi baik
yang baik anatr penghuni
HUNIAN
KORIDOR
TANGGA

4. Koridor Tengah - Memungkinkan untuk - Area komunal terpisah-


(Inner Corridor Type) dijadikan sebagai area pisah sehingga kurang
komunal sebagai wadah guyub
interaksi dan komunikasi - Kurang efektif saat proses
anatr penghuninya konstruksi
- Ventilasi Silang dapat - Tidak aman jika terjadi
berfungsi dengan baik banjir
- Privasi penghuni cukup
terjaga
HUNIAN
- Open space dapat di
KORIDOR
kembangkan sebagai area
TANGGA
hobi

5. Koridor Satu Sisi - Memungkinkan view dua - Perlu pertimbangan


(Single Corridor) arah peletakan massa
- Ventilasi Silang dapat - Kurang efisien ketika
berfungsi dengan baik terjadinya kebakaran
- Open space dapat di - Struktur tidak ekonomis
kembangkan sebagai area
hobi
- Lebih Privat, Lebih Aman
HUNIAN
KORIDOR
TANGGA

Sumber; Swarmini (2000)

128
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2. Gubahan Massa
a) Tata Massa
Tata massa adalah peletakan massa bangunan majemuk pada
suatu tapak yang di tata berdasarkan zona. Untuk menunjang tata
letak massa harus dibuat berdasarkan zonasi dan alur sirkulasi yang
saling terkait. Massa sebagai elemen tapak dapat disusun dari
beragam bentuk bangunan baik secara individual maupun kelompok.
Gambar; Penataan Massa Bangunan
a. Penataan massa bangunan b. Penataan dengan order relasi 90o
yang acak

c. Garis imajinier bangunan d. Penataan masa bangunan dengan


order relasi 90o dan penambahan
maju mundur massa

e. Relasi massa overlap e. Relasi massa sudut bertemu sudut.

Gambar 4.20. Pendekatan Tata Massa bangunan


(Sumber: penulis 2018)

129
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

b) Gubahan Massa
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum,
2007 persyaratan penampilan bangunan gedung, yakni:
1) Bentuk denah bangunan gedung rusun bertingkat tinggi sedapat
mungkin simetris dan sederhana, guna mengantisipasi kerusakan
yang diakibatkan oleh gempa.
2) Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk I, H, L, atau U,
atau panjang lebih dari 50 m, maka harus dilakukan pemisahan
struktur atau delatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan
akibat gempa atau penurunan tanah.
3) Denah bangunan gedung berbentuk sentris (bujur sangkar, segi
banyak, atau lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan yang
berbentuk memanjang dalam mengantisipasi terjadinya
kerusakan akibatgempa.
4) Atap bangunan gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan
yang ringan untuk mengurangi intensitas kerusakan akibat
gempa.

Pemisahan Struktur Pemisahan Struktur

Pemisahan Struktur
Pemisahan Struktur

Gambar 4.21. Penekatan Gubahan Massa bangunan


(Sumber: penulis 2018)

130
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

c) Bentuk Massa Bangunan


Alternatif Bentuk massa bangunan yang di pakai dalam
perencanaan RUSUNAWA ini adalah bentuk H dan I. Pengabungan
antara dua massa banguan persegi panjang dan satu bangunan segi
empa di tengahnya.

1. 1) Bentuk H

Pemisahan Struktur Bentuk Massa

2. 2) Bentuk I / Persegi Panjang

Pemisahan Struktur Bentuk Massa

Gambar 4.22. Alternetif Bentuk Massa bangunan


Sumber: Analisa penulis

d) Sirkulasi Antar Bangunan


Sirkulasi adalah elemen yang sangat kuat dalam membentuk
struktur lingkungan .3 prinsip utama dalam pengaturan teknik
sirkulasi:
1) Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak
visual yang positif.
2) Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan
membuat lingkungan menjadi jelas terbaca.
3) Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama.
Perencanaan blok masa didasarkan pada jumlah KK calon
penghuni yaitu 216 KK. Sehingga unit yang akan disediakan adalah
sejumlah 216. Diasumsikan dengan 4 jumlah lantai, Empat blok

131
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

masa yang terbagi Empat massa, disusun secara secara vertikal dan
horisontal untuk menciptakan ruang komunal di tengah blok yang
bersifat lebih semi privat. Perletakkan dibagi menjadi 4 blok yang
dipisahkan oleh open space, dan meeting point di antara 4 blok
banguanan beserta Bangunan Fasilitas Penunjang

P. Keluar

P. Masuk

Parkir
Pengunjung

P. Masuk
P. Keluar P. Keluar Utama

Keterangan:
Sirkulasi Lalulintas (Jalan & Kendaraan) dalam Rusunawa
Sirkulasi Pengunjung Pintu Masuk
Sirkulasi Penghuni Pintu Keluar
Gambar 4.23. sirkulasi antar bangunan

132
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

3. Pendekatan Tata Ruang Luar


a) Pengolahan Ruang Antar bangunan
Pengolahan Ruang antar Bangunan Rumah Susun di bentuk
oleh penyusunan Zonasi Ruang, yaitu Bangunan dalam rumah susun
dan Lingkungan luar rumah susun, yang keduannya saling berkaitan.
Untuk mencapai tatanan yang terwujud dalam ruang luar,
maka perlu pendekatan zooning, sehingga jelas batasan-batasan
ruangnya dan peletakanya, berikut dijelaskan pada diagram

Diagram; Rencana Tatanan Kawasan

Gambar 4.24. Pengelolaan ruang antar bangunan


Sumber; Analisa penulis

133
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

b) Analisa Vegetasi
Vegetasi merupakan cara alami yang efektif dalam
mengatasi cahaya berlebih yang masuk ke dalam bangunan. Vegetasi
di depan bangunan dapat berfungsi untuk menyaring cahaya sehingga
tidak berlebihan. Perletakkan vegetasi tidak hanya dapat
dimanfaatkan di luar bangunan saja namun juga di dalam bangunan.
1) Vegetasi Ruang Luar Rusunawa (RTH)
Vegetasi pada ruang luar di letakan di samping dan tenggah
bangunan. Selain berfungsi untuk mengatasi paparan cahayaha
yang masuk kedalam bangunan, juga dapat meberikan sirkulasi
udara yang baik di sekitar bangunan. Adapun jenis Tanaman dan
Pohon yang sering di gunakan untuk vegetasi luar banguanan
antara lain; Palem Raja, Glodokan dan Bunga Bougenvile,dll.
Selain itu pada perkerasaan jalan, area parkir atau taman, baiknya
menggunakan Grass block atau paving rumput karena dapat
menyerap radiasi sinar matahri langsung

Skema Peletakan

Grass Block Palem Raja Glodokan Bougenvile

Gambar 4.25 Alternatif Penerapan Vegetasi Ruang Luar Rusunawa


(Sumber: Analisa penulis 2018)

134
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2) Vegetasi Bangunan Rusunawa


Penambahan Vegetasi pada fasade banguan rusunawa dapat
di tempatkan pada Balkon ataupun dinding tiap unit hunian, hal
ini sanggat bermanfat untuk menciptakan udara segar masuk
kedalam ruangan, melalui jendela dan ventilasi di sekitar balkon.
Selain itu penempatan vegetasi pada balkon dan dinding unit
hunian juga dapat menghalau cahaya matahari yang masuk
kedalam ruangan dan juga vegetasi pada balkon dapat memperasri
tampilan interior bangunan.

Adapun contoh jenis tanaman Vegetasi yang sering di pakai pada


fasade bangunan antaralain tanaman the-tehan yang dapat di
jadikan tanaman pagar, tanaman menjalar seperti Ficu Rapsen,
daun sirih, dan tanaman bunga lainnya seperti Tembelekan
(lantana cemara), tapak dara, petunia dan masih banyak lagi.

Tapak Darah
The-Tehan

Daun sirih Ficu Rapsen Tembelekan

Gambar 4.26: Penerapan Vegetasi pada Bangunan Rusunawa


(Sumber: Analisa penulis 2018)

135
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

4. Pendekatan Teknis
a) Analisa Pendekatan Sistem Struktur
Sistem struktur bangunan terbagi menjadi :
1. Sub-Struktur
Sub-structure adalah bagian bawah bangunan yang
berfungsi untuk menerima dan menyalurkan beban dari atas ke
bawah. Berikut adalah beberapa alternatif pondasi yang
digunakan untuk bangunan bertingkat tinggi.

Tabel 4.17 Alternatif Sub-Struktur


Jenis Pondasi Kelebihan (+) kekurangan(-)
Pondasi Tiang Pancang Waktu pelaksanaan cepat, Dapat merusak lingkungan
pelaksanaan mudah, Kuat akibat get aran yang
pada banguan bertingkat ditimbulkan oleh pengeboran,
(dapat menahan beban sambungan
yang besar), cocok untuk antar pondasi memerlukan
jenis tanah yang bergerak ukuran tertentu (hasil kurang
(tanah Lumpur) baik), menimbulkan
kebisingan selama
pemancangan.
P
PondasiaFootplate:
Lebih Kuat untuk Waktu pengerjaan Lama
d bangunan bertingkat, tahan karena harus ada perakitan
terhadap getaran gempa. pada besi foot plat terlebih
a System pondasi lajur dan dahulu.
titik, dengan jenis pondasi
batukali, Footplate (untuk
kedalaman 1-2 m) dan
sumuran, karena murah
dan beban langsung,
telapak pondasi langsung
bertumpu pada tanah.:

(Sumber; Analisa Penulis, 2018)

Kesimpulan :
Pondasi yang akan digunakan untuk sub-structure adalah
pondasi tiang pancang agar dengan pertimbangan bangunan
merupakan bangunan bertingkat menengah (4 lantai).

136
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2. Super Struktur
Structure terdiri dari kolom dan plat lantai yang berfungsi
untuk menyalurkan beban dari bangunan ke pondasi.

Tabel 4.18 Alternatif Super-Struktur


Jenis Struktur Kelebihan (+) kekurangan(-)
Rigid Frame Titik hubung yang Waktu pengerj aannya
(struktur rangka) menghubungkan balok dan relatif cukup lama.
kolom cukup kaku sehingga
mampu memikul beban
vertikal/ gravitasi; dapat
diterapkan pada bangunan
tingkat rendah atau pun
gedung bertingkat tinggi;
dapat membentuk ruang
secara flksibel; bentangan
relatif besar ± 10m.
Bearing Walls Ruangan yang dihasilkan Bukaan yang dihasil-
(struktur dinding pemikul bebas kolom dan kekakuan kan relatif kecil; tidak
beban) yang dihasilkan cukup fleksibel dalam penem-
tinggi;bentangan rel atif besar patan ruang karena
> 8m; mampu menahan adanya bidang masif;
beban lateral maupun penggunaan material
menerima beban vertikal; cukup banyak dan biaya
mengurangi penyerapan pelaksana-annya relati f
panas dan meredam suara. mahal untuk bangunan
dibawah 10 lantai.
(Sumber; Analisa Penulis, 2018)

Kesimpulan;
Berdasarkan 2 alternatif yang ada maka Pada bangunan
rumah susun, konsep struktur yang paling tepat digunakan
adalah sistem struktur rigid frame, karena rigid frame cocok
diterapkan pada bangunan yang menggunakan sistem modular.
Besaran sistem modular ini paling kecil adalah 6x6, oleh sebab
itu struktur dibuat dengan besaran modul tersebut dengan
pertimbangan fleksibilitas dalam penataan ruang dan faktor
biaya (bangunan disediakan bagi kelas menengah kebawah)
selain itu bukaan yang dihasilkan relatif lebih besar
dibandingkan bukaan pada struktur bearing walls sehingga
memungkinkan untuk pemanfaatan energi matahari dan
terjadinya cross ventilation.

137
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Alternatif bahan konstruksi yang akan dipakai antara lain :

Tabel 4.19 Alternatif Bahan Konstruksi


Bahan Struktur Kelebihan (+) kekurangan(-)
Tahan terhadap api; bebas Hanya ku at menahan
Beton bertulang korosi; bentuk dapat kaku beban tekan; pelaksanaan
maupun fleksibel; bahan Dilakukan secara bertahap;
struktur mudah didiapat; jika bentangan besar maka
terkesan kaku, keras dan dimensinya semakin besar.
kokoh.
Bersifat lentur; terkesan Hanya ku at menahan
Baja kokoh, keras dan kasar; gaya tarik; tidak fleksibel; tahan
proses pem asangan api namun jika terkena terlalu
singkat. lama maka akan melengkung;
korosi
Kuat terhad ap gaya tarik Struktur relatif berat dan bahan
Komposit dan tekan; tahan terhadap pelaksan aan mahal
(gabungan antara api; bebas korosi; terkesan
baja dengan beton) kaku, keras, dan kokoh;
proses pemasangan singkat.
(Sumber; Analisa Penulis, 2018)

Kesimpulan :
Dari 3 alternatif yang ada maka dipilih bahan beton
bertulang dengan pertimbangan mudah didapat, fleksibel dan
tahan api. Selain itu tidak memerlukan energi yang besar dalam
pembuatannya dan dapat digunakan kembali (sebagai bahan
urugan atau reklamasi tanah) bila masa pakai telah habis tanpa
mengeluarkan energi dalam prosesnya.

138
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

b) Analisa Utilitas
1) Analisis Sistem pengelolaan Limbah
Jaringan air kotor dalam bangunan terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
 Limbah cair, berupa air kotor yang berasal dari floor
drain kamar mandi, wastafel, dll.
 Limbah padat, yang berasal dari kloset kamar
mandi.
 Air hujan.
Pada penanganan limbah cair, air kotor yang berasal dari
floor darain kamar mandi, wastafel, tempat cuci piring dsb pada
tiap lantai disalurkan ke bawah melalui pipa menuju ke lantai
dasar, lalu disalurkan menuju bak kontrol. Kemudian air
dialirkan menuju sumur resapan sebelum dibuang ke saluran
kota.
Pada penanganan limbah padat, kotoran yang berasal dari
kloset tiap lantai disalurkan melalui pipa limbah padat secara
vertikal menuju ke lantai dasar yang kemudian langsung
disalurkan ke dalam septic tank. Pipa limbah padat yang
melintang secara horizontal harus memiliki kemiringan minimal
5% tiap 1 meter untuk meminimalkan resiko tersumbat. Karena
hal ini, penempatan septic tank juga perlu diperhatikan, apabila
jaraknya semakin jauh dari letak kloset lantai dasar, maka
penempatan septic tank akan membutuhkan kedalaman yang
semakin besar. Pada septic tank, limbah kemudian ditampung
dan diendapkan, lalu air yang tersisa dialirkan ke sumur resapan.
Untuk penempatan septic tank beserta resapannya, diletakkan
berjauhan dengan sumur artesis maupun gorund water tank,
minimal berjarak 15 meter. Hal ini dilakukan agar jaringan air
bersih tidak tercemar limbah dari septic tank.

139
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Untuk penanganan air hujan, digunakan talang yang


disesuaikan dengan bentuk atap, yang kemudian dialirkan secara
vertikal melalui pipa menuju ke bak kontrol yang sama dengan
yang digunakan pada penanganan limbah cair di lantai dasar.

1. Diagram Pembuangan Limbah


Air Hujan
Gambar 4.29
Diagram Pembuangan Limbah Cair
Talang

Limbah Cair
(Wastafel, Floor Pipa Vertikal Bak Kontrol
Drain)

Sumur Resapan

Pembuangan Kota
Limbah Padat Pipa Vertikal Bak Kontrol
(Kloset)

Resapan
Gambar 4.30
Diagram Pembuangan Limbah Padat

2. Skema Pembuangan Limbah Cair

Gambar 4.31 Skema Pembuangan Limbah Cair

Gambar 4.32 Skema Pembuangan Limbah Padat


Sumber: http://tropicalarchitectblog.wordpress.com./utilitas-bangunan -rusunawa.

140
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2) Alasisis Sistem Pembuangan Sampah


Pada bangunan bertingkat banyak, dibutuhkan shaft sampah
agar dapat mempermudah pengumpulan sampah tanpa harus
naik-turun tiap lantai. Shaft sampah biasanya diletakkan di ujung
bangunan. Sampah yang telah dipilah – pilah sesuai jenisnya dan
telah dimasukkan kedalam kantung sampah kemudian dibawa ke
shaft sampah yang ada di tiap lantai. Sampah dimasukkan
melalui pintu shaft sampah yang biasanya berukuran 50 x 50 cm,
Lalu turun melalui saluran shaft sampah hingga mencapai bak
penampungan sampah di lantai dasar. Bak penampungan sampah
ini harus dapat diakses oleh mobil, agar pengambilan sampah
dapat dilakukan dengan mudah yang selanjutnya dibawa menuju
ke TPA.

Kantung Shaft Bak Sampah


Sampah Sampah

TPA

Gambar Diagram 4.33. Alur Pembuangan Sampah


Sumber: Analisis, 2018

Gambar 4.34 Contoh Denah Peletakan Shaft Sampah


Sumber: http://tropicalarchitectblog.wordpress.com./utilitas-bangunan -rusunawa.

3) Analisis Sistem Penanggulangan dan pencegahan Kebakaran

141
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Sistem pemadam kebakaran berfungsi sebagai


pencegahan pertama bila terjadi musibah kebakaran. Beberapa
perangkat pemadam kebakaran atau pencegahan kebakaran yang
terdapat pada bangunan Rusunawa yaitu:
1. Pendeteksi gejala kebakaran (detektor) antara lain; Alaram
atau sirine kebakaran, Spinkler,Hidrant.
2. Pendeteksi gejala kebakaran yang diperluka berupa
:Detektor asap, Detektor panas Detektor Api

Tabel 4.18 Analisa Sistem Pencegahan Kebakaran


(Sumber; Analisa Penulis, 2018)

No. Jenis Alat Fungsi Peletakkan Bentuk


1. Fire break Alarm kebakaran Menempel pada
glass alarm dinding
(BGA) bangunan pada
tiap area.

2. Fire control Mendeteksi panas pada Dipasang pada


system suhu tertentu kemudian plafon pada
(springkler) menyemburkan air ke area-area hotel
seluruh ruangan resor
3. Portable fire Menanggulangi masalah Pada setiap area
extinguisher kebakaran tahap awal hotel resor
(berupa Tabung gas
pemadam berwarna
merah)

4. Hidrant dan Memadamkan kebakaran Terlihat, mudah


selang yang sudah terjadi dengan dibaca, mudah
kebakaran air, terdapat selah dijangkau, tidak
kebakaran terhalang,
berwarna merah

Berikut ini merupakan persyaratan material dan sistem


untuk mencegah kebakaran pada bangunan Rusunawa di Kota
Jayapura yaitu:

 Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem

142
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

automatic smoke, dan heat ventilating.


 Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api.
 Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di
sebelahnya atau terhadap lingkungannya.
 Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir.
 Hidran diletakkan 1 buah/1000 m² (penempatan hidran harus
terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau, dan tidak
terhalang oleh benda-benda/barang- barang lain yaitu pada
selasar), terdapat sprinkler karena bangunan Rusunawa
merupakan bangunan 4 lantai.
 Tangga kebakaran harus dilengkapi pintu tahan api, minimum 2 jam
dengan arah bukaan ke arah ruangan tangga dan dapat menutup
kembali secara otomatis, dilengkapi lampu dan tanda petunjuk serta
ruangan tangga yang bebas asap. Tangga dalam ruang efektif
mempunyai jarak maksimum 25 m dengan lebar tangga minimum
120 cm dan tidak boleh menyempit ke arah bawah. Tangga kebakaran
tidak boleh berupa tangga puntir/melingkar. Semua bahan finishing
dari tangga terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan api.

Gambar 4.34 Contoh Skema Instalasi Pemadaman Kebakaran


Sumber: http://tropicalarchitectblog.wordpress.com./utilitas-bangunan -rusunawa.

c) Pendekatan Penghawaan dan Pencahayaan

143
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Pada perencanaan dan perancangan Rusunawa Jayapura


mengunakan Pendekatan Konsep Arsitektur Ekologis dalam
Desainnya. Yang mana pada penerapan unsuk ekologis yang di
adaptasi adalah pendalaman system hemat energi pada bangunan
dimana system ini di terapkan mulai dari pencahayaan dan
pengudaraan/ penghawaan alami.

1) Pendekatan Aplikasi Sistem Penghawaan Alami


Penghawaan/ Pengudaraan alami didapatkan pada ventilasi
yang tepat pada suatu bangunan. Ada beberapa jenis ventilasi
yang dapat digunakan pada bangunan, yaitu:
 Seingle sided ventilation
Ruang dengan satu sisi bukaan, udara digin akan masuk
melalui bukaan, kemudian udara panas akan keluar melalui
lubang bukaan yang sama.
 Cross Ventilation
Penerapan system pengudaraan paling efektif, yaitu system
cross ventilation, yaitu cara kerja pertukaran udaranya cukup
baik, udara dingin yang masuk akan menyebar kedalam ruang
lalu kemudian keluar di bukaan yang berbeda. Cara ini cukup
efektif untuk memberikan kesejukan di dalam ruang.
 Passive cloning
Slab lantai dapat menyerap panas yang lebih ketika siang hari
melalui kombinasi energy solar, peralatan elektronik dan
pengunaan penghuni. Ketika temperature udara turun pada
malam hari, bangunan akan menjadi dingin dengan cara
membuka sebagian bukaan disekeliling bangunan.

144
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

- Sistem Single Sided Ventilation - Sistem Cross Ventilation - Sistem Passive Cooling
Gambar 4.30 Jenis Sistem Ventilasi pada Bangunan.
(Sumber; http://wiki.aia.org/20Ventilation.aspx.)

Beberapa solusi akan digunakan untuk mengatasi


masalah-maslah yang akan timbul, misalnya debu, angin yang
terlalu besar, dan masalah lainya. Solusi-solusi tersebut antara
lain;
 Mengatur besarnya bukaan
 Menyusun massa bangunan dengan tepat sehingga udara
yang masuk bias teratur
 Memasang penghalang angin pada jendela, khususnya di
lantai atas yang kapasitas anginya cukup besar.

2) Pendekatan Aplikasi Sistem Pencahayaan Alami

Pencahayaan Alami pada bangunan dilakukan dengan cara


memberikan bukaan-bukaan yang bisa memberi ruang masuk
cahaya matahari untuk masuk kedalam ruang.
 Orientasi. Mengorientasikan bangunan kearah utara – selatan,
yang merupakan arah datangnya cahaya matahari dengan
intensitas yang cukup baik.
 Bentuk. Bentuk yang tepat agar bangunan mendapatkan
cahaya alami yang banyak adalah bentuk persegi panjang.

59% Zona pencahayaan alami penuh


41% Pencahayaan alami sebagian
0% Tanpa pencahayaan alami

145
Rumah Susun Sederhana Sewa Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

 Perencanaan Ruang. Organisasi furniture interior perunit


sangat berpengaruh terhadap banyak masuknya cahaya
kedalam unit. Perencanaan ruang terbuka sangat
menguntungkan untuk membawa cahaya kedalam interior.

 Warna. Mengunakan warna ringan untuk ruang luar dan


rauang dalam guna memantulkan lebih banyak cahaya pada
bangunan dan lebih jauh lagi kedalam interior.

Gambar4.31 Sistem pencahayaan alami dalam unit hunian


Sumber; Analisis, 2018

146

Anda mungkin juga menyukai