Anda di halaman 1dari 16

TUGAS POKOK DAN PERAN PENGAWAS

(TUGAS POKOK, TANGGUNG JAWAB, KEWAJIBAN, DAN SASARAN


KEPENGAWASAN)

TUGAS DAN FUNGSI PENGAWAS SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR


PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam
upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (1981:19) menegaskan bahwa pengawasan
atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan,
terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki
kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan
pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada
segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada
perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus
berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan
acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada
upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-
benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan
situasi belajar mengajar.
Pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional berstatus PNS yang diangkat
dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang
untuk melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial melalui kegiatan pemantauan,
penilaian, pembinaan, pelaporan dan tindak lanjut .(Nana Sujana,2006) Hal ini dilakukan pengawas
disekolah yang merupakan binaannya.

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditandaskan pada
Pasal 55 ayat 1, Pengawasan satuan Pendidikan memiliki peran dan tugas untuk Pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan yang harus dilakukan secara teratur dan
kesinambungan. Lebih lanjut pada Pasal 57 ditegaskan, bahwa tugas supervisi meliputi: Supervisi
akademik dan manajerial terhadap keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan pendidikan disekolah.
Selama ini profesi Pengawas Sekolah kurang mendapatkan perhatian secara serius dan hanya
dianggap sebagai tenaga kependidikan yang sama kedudukannya dengan tenaga kependidikan lainnya,
sehingga relatif kurang mendapatkan perhatian dalam pengembangannya. Bahkan nyaris tidak tersentuh
pembaharuan-pembaharuan pendidikan, meskipun ia memiliki peran yang amat vital dalam
mensukseskan pembaharuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Bahkan pengawas
sekolah dianggap sebagai jabatan non job, diisi orang-orang tua, memperpanjang usia pensiun, diisi para
suami/isteri pejabat. Sehingga apakah berkompetensi sebagai pengawas pendidikan di sekolah? Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah sehingga dapat sebagai
tolak ukur dan acuan untuk membentuk karakter pengawas sekolah yang professional dan akuntabel.
B. PEMBAHASAN

2. Kompetensi Pengawas Sekolah


Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 12 tanhun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah disebutkan beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh pengawas sekolah
khususnya kompetensi supervisi sebagai berikut :
a. Kompetensi Supervisi Managerial
1) Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah menengah yang sejenis.
2) Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi tujuan dan program
pendidikan sekolah menengah yang sejenis.
3) Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi
pengawasan di sekolah menengah yang sejenis.
4) Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan
program pengawasan berikutnya di sekolah menengah yang sejenis.
5) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan
berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah menengah yang sejenis.
6) Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah menengah yang
sejenis..
7) Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan
kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah menengah yang sejenis.
8) Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya
untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah menengah yang sejenis.
b. Kompetensi Supervisi Akademik
1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
2. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses
pembelajaran /bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
menengah yang sejenis.
3. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di sekolah menengah yang sejenis berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan
kompetensi dasar, dan prinsip- prinsip pengembangan KTSP.
4. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai
potensi siswa melalui mata- mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan
di sekolah menengah yang sejenis.
5. Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk
tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
6. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan
atau di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
menengah yang sejenis.
7. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan
dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan
di sekolah menengah yang sejenis.
8. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran/ bimbingan tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaan yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.

Peranan dan Fungsi Pengawas


Sekolah/Madrasah

Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu


tenaga pengawas sekolah/madrasah antara lain adalah
penyempurnaan sejumlah unsur mulai dari rumusan konsep
dasar pengawasan, peranan dan fungsi pengawas, kompetensi
kualifikasi dan sertifikasi, rekrutmen dan seleksi, penilaian
kinerja, pengembangan karir, pendidikan dan pelatihan,
penghargaan dan perlindungan sampai pada pemberhentian
dan pensiun. Mengingat banyaknya unsur-unsur yang harus
ditingkatkan pembinaannya dan dibahas, maka pada
kesempatan ini pembahasan dibatasi pada peranan dan fungsi
pengawas sekolah/madrasah saja.

Masalahnya adalah pengawas sekolah/madrasah selama ini


masih banyak yang belum mengetahui dan memahami peranan
yang harus dimainkannya serta fungsi yang diembannya.
Terlebih-lebih melaksanakan peranan dan fungsi
tersebut.Permasalahan ini muncul karena sejak
diberlakukannya otonomi daerah, banyak bupati/walikota
mengangkat pengawas sekolah bukan berasal dari guru dan
atau kepala sekolah. Ada pengawas sekolah yang diangkat dari
mantan pejabat atau staf dinas dengan maksud untuk
memperpanjang masa pensiunnya, pada hal mereka belum
pernah menjadi guru atau kepala sekolah. Bahkan ada pula
yang diangkat sebagai balas budi “tim sukses” bupati/walikota
terpilih. Ironisnya, setelah mereka dilantik sebagai pengawas
sekolah, mereka tidak pernah mendapatkan pelatihan
pengawas sekolah. Pengangkatan dengan cara tersebut
sebenarnya bertentangan dengan pendapat Wiles & Bondi
(2007) yang menyatakan:
Selection criteria for supervisors, based on their training and
experience.
Experience:
A. Minimum of two years of classroom teaching experience.
B. Minimum of one year of leadership experience (such as
principal).
C. Cerification as a teacher.

Tetapi, yang lebih parah lagi adalah pengangkatan tersebut di


atas telah melanggar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 39 yang berbunyi:
(2) Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan
pendidikan meliputi:
a. berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan)
tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat)
tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan
pendidikan yang diawasi,
b. memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas
satuan pendidikan,
c. lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.
Atas dasar itu hakikat dari pengawasan pendidikan pada
hakikat adalah bantuan profesional kesejawatan kepada
stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada
perbaikan-perbaikan dan pembinaan kualitas pembelajaran.
Bantuan profesional yang diberikan kepada guru harus
berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan
penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan
perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses
bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas
proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang
diberikan benar-benar tepat sasaran sehingga mampu
memperbaiki dan mengembangkan situasi pembelajaran yang
lebih bermutu dan berdaya guna.

Atas dasar uraian di atas, maka kegiatan pengawasan


pendidikan harus berfokus pada: (1) standar dan prestasi yang
harus diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa di sekolah
(keefektivan belajar mengajar, kualitas program kegiatan
sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas
bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan dan manajemen
sekolah. Jadi, keutamaan supervisi adalah membantu guru
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi siswa
sebagaimana yang diungkapkan oleh Wiles &

Bondi (2007), “Supervision is first about helping people grow


and develop. It is the job of the supervisor in education to work
with others to provide an improved process for aiding the
growth and development of students.”

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan
pengawas sangat strategik di dalam melakukan fungsi supervisi
akademik dan manajerial di sekolah/madrasah. Sebagai
supervisor akademik, ia dituntut untuk memiliki pengetahuan,
sikap, dan keterampilan di bidang proses pembelajaran
sehingga ia dapat memainkan peranan dan fungsinya
membantu guru dalam meningkatkan proses dan strategi
pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, ia
dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan
di bidang manajemen dan leadership sehingga ia dapat
memainkan peranan dan fungsinya dalam membantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola sumberdaya
sekolah/madrasah secara efisien dan efektif. Seorang
pengawas juga harus dapat memainkan peranan dan fungsinya
di dalam membina kepala sekolah/madrasah untuk mampu
membawa berbagai perubahan di sekolah/madrasah.
Kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dalam
mentransformasikan perubahan organisasi sekolah/madrasah
merupakan peranan yang sangat penting. Dengan
demikian,pengawas sekolah/madrasah dituntut memiliki
pengetahuan dan wawasan untuk membina kepala
sekolah/madrasah di bidang leadership yang dapat
menciptakaniklim dan budaya sekolah/madrasah yang kondusif
bagi proses pembelajaran sehingga mencapai kinerja
sekolah/madrasah, kinerja kepala sekolah/madrasah, dan
prestasi siswa yang maksimal.

Rekomendasi
Peranan-peranan dan fungsi-fungsi pengawas
sekolah/madrasah di atas tentu saja masih dalam tataran
teoritis. Oleh karena itu, direkomendasi kepada para pengawas
sekolah/mandrasah untuk mengujicobanya di lapangan
sehingga dapat diketahui peranan dan fungsi mana yang cocok
dan tidak cocok. Untuk peran dan fungsi yang tidak cocok,
pengawas dapat merevisinya agar dapat diterapkan di
lapangan sehingga kinerja kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan lainnya semakin meningkat dan pada gilirannya
dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dan mutu
pendidikan di sekolah/madrasah.

DAFTAR RUJUKAN
Getzels, J.W. 1967. Administration as a Social Process, in
Administrative Theory in Education. New York: Macmillan.

Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia Nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan
Administrasi

Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1996


tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas
dan

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 020/U/1998 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


118/1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Keputusan Mendikbud Nomor 020/U/1998 tentang Petunjuk


Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya.

Lipham, J.M. & Hoeh, J.A. 1974. The Principalships:


Foundations and Functions.New York: Harper & Row, Publisher.

Mantja, W. 2001. Organisasi dan Hubungan Kerja Pengawas


Pendidikan. Makalah,disampaikan dalam Rapat Konsultasi
Pengawasan antara Inspektorat Jendral Departemen
Pendidikan Nasional dengan Badan Pengawasan Daerah di
Solo,tanggal 24 s/d 28 September2001.

Pokja Tenaga Pengawas. 2006. Manajemen Pengembangan


Tenaga Pengawas Satuan Pendidikan. Jakarta: Direktorat
Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional.
Robins, S.P. 1984. Management: Concepts and Practices.
Englewood Cliffs: Prentice-Hall

Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi


Pendidikan. Jakarta: Bineka Cipta.

Staf Tenaga Kependidikan. 2006. Laporan Rapat Kordinasi


Pengembangan Kebijakan Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional.

Stoner, J.A.F. & Freeman, R.A. 2000. Management. Englewood


Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall International Editions.

Surya Dharma. 2006. Kepemimpinan Pengawas Sekolah:


Mengembangkan Budaya Tanggung Jawab. Dalam Jurnal
Tenaga Kependidikan.

Vol. 1, No. 2-Agustus, hal. 9.

Wiles, J. & Bondi. 2007. Supervision A Guide to Practice.


Second Edition. London:

Charles E. Merril Publishing Company.

Oleh :
Surya Dharma
Direktur Tenaga Kependidikan
(Dalam Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 3, No. 1, April 2008)

PERAN PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN MUTU


GURU

BAB I...

PENDAHULUAN
Kalau kita analisa bersama kenyataannya dilapangan masih perlu dibenahi dalam hal
supervisi pendidikan yang dilakukan oleh para pengawas. Cukup banyak para pengawas kita dalam
menjalankan tugasnya belum maksimal memberikan pelayanan dan bimbingan kepada guru
disekolah, dikarenakan keahlian dan keterampilan pengawas tersebut masih pas-pasan, hal inilah
yang sering dikeluhkan oleh para dewan guru. Idealnya seorang pengawas harus lebih pintar dan
mampu dari dalam hal pembinaan, bimbingan, pemberdayaan.
Namun kenyataannya masih ada pengawas yang belum begitu terampil, meskipun ada juga
yang sudah terampil hal ini masih belum memadai.
Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah kurangnya pembinaan terhadap guru
disekolah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diharapkan adanya rekruetmen para calon
pengawas yang memang masih muda kaya pengalaman, serta lemahnya keterampilan pengawas
dalam pembimbingan terhadap guru perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan,
seminar, workshop, simpusiom. Solusi yang perlu kita lakukan adalah pengawas sekolah/
madrasah harus benar- benar orang yang ahli dalam bidang kepengawasan kalau hal demikian
adanya maka kita yakini bersama kualitas ( mutu ) pendidikan semakin lebih baik.

BAB III...

PEMBAHASAN

PERAN PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN MUTU GURU

A. Pengertian Pengawas...
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa
semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan
kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan
mengganggu pencapaian tujuan (Robbins dalam Sudjana (2006:5).
Selanjutnya Burhanuddin (2004:284) mengartikan pengawasan atau supervisi pendidikan
tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-
guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan
hasil pembelajaran.[[1]]
Dalam perkembangan berikutnya supervisi selanjutnya dikenal istilah penilikan dan
pengawasan mempunyai pengertian suatu kegiatan yang bukan hanya mencari kesalahan objek
pengawasan itu semata-mata, tetapi juga mencari hal-hal yang sudah baik, untuk dikembangkan
lebih lanjut. Pengawas bertugas melakukan pengawasan, dengan memperhatikan semua
komponen sistem sekolah/madrasah dan peristiwa yang terjadi sekolah/ madrasah ( Piet Sehartian
; 1997 ).
Pengawasan identik dengan supervisi, menurut Good Carter dalam Suhertian (2000:18)
mengartikan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin dan
membimbing guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan-jabatan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
Selanjutnya Syaiful ( 2010:90 ) dalam bukunya supervisi pembelajaran mengartikan
supervisi mempunyai arti khusus yaitu “membantu dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan
dan meningkatkan mutu baik personel maupun lembaga. Dalam dunia pendidikan memandang
guru sebagai bagian penting dari manajemen yang diharapkan melaksanakan tugas sesuai fungsi-
fungsi manajemen dengan baik dan terukur”.
Dari beberapa pengertian yang penulis sebutkan diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa pengawasan atau supervisi erat kaitanya dengan kegiatan membimbing, membina,
memonitoring dan member pelayanan dalam membantu guru terhadap kegiatan proses
pembelajaran agar tetap berjalan seperti yang diharapkan.
Lucio dan McNeil ( 1989 ) mendifinisikan supervisi meliputi :
a. Tugas perencanaan, yaitu untuk menetapkan kebijaksanaan dan program.
b. Tugas administrasi, yaitu pengambilan keputusan serta pengkoordinasian melalui konsultasi
dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran.
c. Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum.
d. Melaksanakan demonstrasi mengajar guru- guru .
e. Serta melaksanakan penelitian.

Sergiovanni dan Starrat ( 1980 ) berpendapat bahwa tugas utama supervisi adalah
perbaikan situasi pembelajaran disekolah/ madrasah.
Dari definisi tersebut, kelihatannya ada kesepakatan umum, bahwa kegiatan supervisi
pengajaran ditujukan untuk perbaikan pengajaran ( pembelajaran ). Perbaikan itu
dilakukan melalui peningkatan kemampuan profesioanl guru dalam melaksanakan tugasnya.
Untuk memudahkan kita dalam memahami supervisi pengajaran, supervisor diupayakan untuk
memberikan bantuan kepada guru-guru dalam memperbaiki proses pembelajaran. Proses
pembelajaran agar berjalan dengan baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Kualitas guru dari segi keilmuan.
b. Kemampuan dalam melaksanakan metode pembelajaran dengan baik.
c. Variasi model-model pembelajaran hendaknya dapat menyentuh dan
memberdayakan kreativitas siswa baik secara individual maupun secara kelompok.
d. penilaian seyogyanya dilakukan secara terus-menerus agar gambaran tingkat keberhasilan siswa
semakin jelas. Oleh karena itu bagi seorang guru harus dapat melaksanakan persyaratan yang
dimaksud.

B. Ladasan Hukum Pengawas


Adapun yang menjadi kekuatan hukum dari pengawas adalah Peraturan Pemerintah nomor
19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan , pasal 29 ayat 1 menyatakan pengawasan pada
pendidikan formal dilaksanakan oleh pengawas stuan pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 40 ayat
1 menyebutkan bahwa pengawasan pada pendidikan nonformal dilakukan oleh penilik satuan
pendidikan. ( PP nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan ).Selanjutnya untuk
memperkuat kedudukan pengawas diterbitkan peraturan menteri Pendidikan Nasional no. 12 tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

C. Tujuan dan Prinsip Supervisi Pendidikan


Tujuan supervisi pendidikan ialah memberikan layanan atau bantuan untuk meningkan
kualitas mengajar guru di dalam kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar
siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk pengembangan potensi
kualitas guru. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Olive bahwa sasaran ( domain )
supervisi pendidikan ialah :

1). Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan disekolah/ madrasah.


2). Meningkatkan proses belajar mengajar disekolah/ madrasah.
3). Mengembangkan seluruh staf di sekolah/ madrasah.
Permasalahan yang sering muncul kepermukaan bahwa bagaimana melaksanakan
supervisi di lingkungan pendidikan baik di sekolah ataupun di madrasah yang terpenting adalah
agar pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu
sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima
sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan
berdasarkan data, fakta yang objektif. Bila demikian, maka prinsip supervisi dilaksanakan adalah :

a. Prinsip Ilmiah maksudnya : Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang
diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses pembelajaran. Setiap kegiatan supervisi
dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan kontinu.
b. Prinsip Demokratis maksudnya : Layanan/bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan
hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman dalam
mengembangkan tugasnya.
c. Prinsip Kerjasama maksudnya : Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah
supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi support/ mendorong, menstimulasi
guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
d. Prinsip Konstruksi dan Kreatif maksudnya : Setiap guru akan termotivasi dalam mengembangkan
potensi kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan
melalui cara-cara menakutkan ( Piet Sehartian, 2008).

D. Pengertian Pengawas Sekolah


Kepengawasan dalam istilah lain disebut juga dengan supervisi, menurut Azhari
menyebutkan bahwa: “supervisi secara etimologis berasal dari Bahasa Inggris “supervision” yang
artinya pengawasan atau kepengawasan. Sedangkan secara morfologis supervisi terdiri dari dua
kata Super berarti atas atau lebih danVisi berarti lihat, tilik, awasi[[2]]. Seorang supervisor
memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang
disupervisinya. Atau setidaknya seorang supervisor harus memiliki pengalaman dan ilmu lebih
dibandingkan dengan guru dan kepala sekolah dalam binaaanya. Berhubungan dengan
kepengawasan, Sagala mengartikan “pengawas sekolah identik dengan supervisi pendidikan yang
mempunyai arti khusus yaitu membantu dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan dan
meningkatkan mutu baik personal atau lembaga”[[3]].
Pada pengertian di atas Sagala melihat secara detil pada fungsi kepengawasan yaitu
membantu lembaga dan personal yang bekerja pada lembaga tersebut supaya melaksanakan tugas
sesuai dengan visi dan misi. Untuk mencapai itu semua tentu perlu dilakukan pembinaan dan
bimbingan agar mutu personal mampu memenuhi keinginan lembaga tersebut. Dalam kaitan
dengan pendidikan tentu tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan lainya harus memiliki mutu
dan bekerja secara profesional untuk tercapainya visi, misi dan tujuan dari lembaga pendidikan
tersebut.
Pengawasan identik dengan supervisi, bila dilihat dari makna kepengawasan yang penulis
sebutkan di atas kepengawasan pendidikan dan supervisi pendidikan merupakan satu kesatuan
maksud, kepengawasan dan supervisi merupakan usaha membimbing, membina mengarahkan
personil atau lembaga sehingga mencapai mutu personil dan lembaga yang diinginkan agar tetap
bekerja dalam bingkai prosedur yang telah ditetapkan. Carter (Daryanto) mengartikan bahwa
supervisi adalah “usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin dan membimbing guru-
guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir,
menyeleksi pertumbuhan jabatan-jabatan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan
pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran”[6].Dari
pengertian diatas, supervisi dimaksud adalah peran dari petugas kepengawasan dalam
membimbing pelaku pendidikan seperti guru dan kepala sekolah sehingga kegiatan belajar
mengajar berjalan seperti yang diharapkan.

G. Pengertian Guru...
Guru atau pendidik menurut Hadari Nawawi dalam Ramayulis (2006:58) adalah orang-
orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Lebih
khususnya diartikan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut
bertanggungjawab dalam membentuk anak-anak mencapai kedewasaan. Dalam undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaran pendidikan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru atau pendidik adalah orang yang
bekerja memberi pengajaran kepada seseorang atau anak didik kearah kedewasaan.

H. Profesionalisme Guru...
Untuk menjadi guru yang professional harus memiliki beberapa kompetensi. Menurur
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyakan bahwa guru profesional
harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen
dan Guru, yakni:
a. kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
b. kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
c. kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
d. kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Menjadi guru yang profesional guru harus memiliki kompentensi profesional, Menurut
Sanjaya (2010:18 ) kompentensi tersebut adalah :

a. Kemampuan untuk nmenguasai landasan pendidikan


b. Pemahaman akan bidang psikologi pendidikan
c. Kemampuan dalam penguasaan materi... pelajaran
d. Kemampuan dalam mengaplikasikan... metodelogi dan strategi pembelajaran
e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan media dan sumber belajar
f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
g. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang seperti administrasi sekolah, bimbingan
dan penyuluhan
h. Kemampuan melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah

I.
J. ...Usaha Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Guru
Usaha untuk memberi kemampuan) (Oxfort English Dictionary). Makna tersebut
mensyiratkan bahwa konsep peningkatan kualitas pendidikan belum mengoptimalkan pada
pemberdayaan kinerja guru, yang memiliki peran dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pem-
berdayaan tenaga pendidik merupakan perwujudan capacity building yang bernuansa pada
pemberdayaan sumber daya manusia tenaga pendidik melalui pengembangan berbagai
kemampuan (kinerja) dan tanggungjawab serta suasana sinergis antara pemerintah dalam
pengembangan berbagai kemampuan (kinerja) dan tanggungjawab serta suasana sinergis antara
pemerintah (government) dengan guru. Upaya optimalisasi kinerja guru yang berkelanjutan
merupakan faktor yang penting dibanding faktor lainnya dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Hal ini telah disadari dan dilakukan oleh pemerintah melalui penugasan studi lanjut, berbagai
training dan penataran pada guru. Studi lanjut diperuntukkan bagi guru-guru Sekolah Dasar yang
belum memiliki kualifikasi SDM yang menguasai iptek cenderung memanfaatkan teknologinya
untuk menguasai SDA .[[7]]
Menurut Sutaryat, 67: 2005 mengatakan bahwa masalah-masalah umum yang yang
dihadapi dalam tugas mengajar dan mendidik mencakup :
1. Membantu guru dalam menterjemahkan kurikulum kedalam makna sebuah pendidikan.
2. Membantu guru-guru dalam meningkatkan program belajar mengajar yakni membantu merancang
bangun program pembelajaran, membantu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, serta
membantu dalam menilai proses dan hasil belajar mengajar.
3. Membantu guru dalam menghadapi kesulitan dalam mengajarkan tiap mata pelajaran.
4. Membantu guru dalam memecahkan masalah- masalah pribadi ( personal problem ).

Oleh karena itu betapa pentingnya supervisi yang diberikan kepada guru-guru dalam tugas
mengajar dan mendidik sampai saat ini masih bersifat umum (general supervision). Yang
dibicarakan menyangkut masalah kegiatan belajar mengajar yang bersifat umum. Usaha
meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar, perlu pemahaman ulang.
Mengajar tidak sekadar mengkomunikasikan pengetahuan agar diketahui subjek didik, tetapi
mengajar harus diartikan menolong si pelajar agar mampu memahami konsep- konsep dan dapat
menerapkan konsep yang dipahami. Selain itu mengajar harus dipersiapkan dengan baik. Guru
perlu menyediakan waktu untuk mengadakan persiapan yang matang termasuk persiapan batin.
Guru-guru dimotivasi agar selalu berusaha untuk merancangkan apa yang akan disajikan.
Mempersiapkan diri agar tampil dalam mengajar dan menilai dengan tepat serta bertanggung
jawab atas tugas mengajarnya. Bantuan yang diberikan dalam hal sebagai berikut :

a. Merancangkan program belajar mengajar.


b. Melaksanakan proses belajar mengajar.
c. Menilai proses belajar mengajar.
d. Mengembangkan manajemen kelas .

Sebenarnya kalau kita melihat dilapangan tentang bagaimana guru sekarang dalam hal
indikator kinerja serta pembinaan nilai-nilai peningkatan kualitas siswa antara lain :

a. Masih ada guru dalam melaksanakan tugas tidak sepenuhnya, dikarenakan dengan beberapa
alasan; sibuk, urusan rumah tangga, arisan dan lain-lain.
b. Dengan terbitnya Undang- undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 yang sangat
menjanjikan dan memiliki kekuatan hukum yang kuat bahwa guru dan dosen sudah memiliki nilai
tambah yang luar biasa maksudnya guru dan dosen dalam melaksanakan tugasnya diatur oleh
Undang- undang dan mereka berhak mendapatkan sertifikat pendidik, dengan melalui potofolio
dan juga lulus pendidikan dan latihan (PLPG).
c. Cukup banyak para guru yang belum diberikan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan dilingkungan tempat mereka bekerja. Kemudian masih ada diantara mereka belum
termotivasi untuk peran serta dalam kegiatan workshop, KKG,MGMP, seminar. Hal ini
dikarenakan berbagai macam alasan dan sebagainya.
Oleh karena itu mari kita bersama- sama untuk memberikan motivasi kepada guru-guru
kita kedepan agar selalu memperkaya diri dengan keilmuan serta mampu meningkatkan kinerjanya
dengan baik demi terlaksanya SDM yang berkualitas sehingga akan melahirkan siswa/ siswi yang
berkualitas juga.

K. Peningkatan Proses Pembelajaran...


Menurut Budimansyah, 47 : 2003 memperbaiki proses pembelajaran harus dilakukan
secara terencana dan berkesinambungan. Hal ini peran dari supervisor ( pengawas dan kepala
sekolah ) sangat diharapkan karena dia merupakan orang yang harus memikirkan kemajuan
pendidikan di tingkat sekolah/ madrasah.
Kegiatan belajar siswa yang dilaksanakan di bawah bimbingan guru. Guru bertugas
merumuskan tujuan- tujuan yang hendak dicapai padfa saat pembelajaran. Untuk mencapai tujuan
itu guru merencangkan sejumlah pengalaman belajar. Yang dimaksud pengalaman belajar adalah
segala yang diperoleh siswa sebagai hasil dari belajar ( learning experience ). Belajar ditandai
mengalami perubahan tingkah laku, karena memperoleh pengalaman baru ( Peit Sehartian, 2008
).
Melalui perolehan pengalaman pembelajaran peserta didik memperoleh pengertian, sikap
penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lainnya. Agar peserta didik memperoleh sejumlah
pengalaman belajar, maka mereka harus melakukan sejumlah kegiatan pembelajaran. Mari kita
cermati bersama beberapa kegiatan belajar menurut Paul B. Diedrich yakni :
a. Kegiatan mengamati ( visual activities ) maksudnya adalah kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan indera penglihatan ( membaca, melihat).
b. Kegiatan mendengarkan ( listening activities ) maksudnya kegiatan mendengarkan.
c. Kegiatan menggambarkan ( drawing activities ) maksudnya adalah melakukan kegiatan
menggambar atau melukis membuat grafik.
d. Kegiatan melalui gerak/ motor ( motor activities ) maksudnya kegiatan yang menggunakan gerak
tubuh, misalnya role playing, dramatisasi, dan simulasi.
e. Kegiatan mental ( mental activities ) maksudnya kegiatan yang banyak menggunakan pikiran/
mental seperti menanggapi, menganalisis, memecahkan masalah, mengambil keputusan.
f. Kegiatan emosional yaitu kegiatan yang menggunakan perasaan seperti merasakan indahnya
pemandangan , gembira, tenang, menghayati sesuatu.
Dengan berbagai kegiatan siswa akan memperoleh sejumlah pengalaman belajar ( learning
experience ). Belajar bukan saja menguasai sejumlah materi pengetahuan, tapi memperoleh
sejumlah pengalaman belajar. Bagaimana cara menciptakan suasana belajar mengajar yang
menyenangkan adalah salah satu usaha perbaikan proses belajar mengajar. Selain itu juga perlu
dikembangkan kemampuan dan menilai hasil belajar dan proses belajar. Setiap guru yang selesai
mengajar bertanya pada dirinya apakah bahan yang disajikan dapat dikuasai oleh subjek didik.
Supervisor dapat mendorong guru- guru untuk mengembangkan berbagai model rancangan
pembelajaran.
BAB IV
PENUTUP...

[1] Daryanto, H.M. Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal. 170
[2] Azhari, Ahmad. Supervisi Rencana Program Pembelajaran, ( Jakarta, Depag, 2008) hal.1
[3] Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran..., hal. 89
[4] Dharma, Surya. Peranan dan Fungsi Pengawas Sekolah/ Madrasah. Dalam Jurnal Tenaga Kependidikan. ( Jakarta,
depdiknas,2008), hal. 14
[5] https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/08/tugas-pokok-fungsi-hak-dan-wewenang-
pengawas-sekolahsatuan-pendidikan/
[6] Sudjana, Nana. Standar Mutu..., hal. 17
[7] http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=93

. Hakekat Pengawas Sekolah


Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000:19) menegaskan
bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada
stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara
kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin
(1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi
hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada
stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan
aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan
program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya
peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-
benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan
mengembangkan situasi belajar mengajar.
Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan mutu dan efektifitas sekolah dapat (dan
memang tepat) dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar itu maka kegiatan pengawasan harus
difokuskan pada perilaku dan perkembangan siswa sebagai bagian penting dari: kurikulum/mata
pelajaran, organisasi sekolah, kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan,
kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen, bimbingan dan konseling, peran dan tanggung
jawab orang tua dan masyarakat (Law dan Glover 2000). Lebih lanjut Ofsted (2005) menyatakan
bahwa fokus pengawasan sekolah meliputi: (1) standard dan prestasi yang diraih siswa, (2) kualitas
layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam
memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan dan
manajemen sekolah.
Kiprah supervisor menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah
yang dimaksud dapat dijelaskan dalam visualisasi Gambar 1 tentang Hakikat Pengawasan. Dari
visualisasi Gambar 1. tersebut tampak bahwa hakikat pengawasan memiliki empat dimensi: (1)
Support, (2) Trust, (3) Challenge, dan (4) Networking and Collaboration.
Dimensi pertama dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Support. Dimensi ini menunjuk
pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mendukung
(support kepada) pihak sekolah untuk mengevaluasi diri kondisi existing-nya. Oleh karena itu,
supervisor bersama pihak sekolah dapat melakukan analisis kekuatan, kelemahan dan potensi serta
peluang sekolahnya untuk mendukung peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan pada
sekolah di masa yang akan datang.
Dimensi kedua dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Trust. Dimensi ini menunjuk pada
hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu membina
kepercayaan (trust) stakeholder pendidikan dengan penggambaran profil dinamika sekolah masa
depan yang lebih baik dan lebih menjanjikan.
Dimensi ketiga dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Challenge. Dimensi ini menunjuk
pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu memberikan
tantangan (challenge) pengembangan sekolah kepada stakeholder pendidikan di sekolah.
Tantangan ini harus dibuat serealistik mungkin agar dapat dan mampu dicapai oleh pihak sekolah,
berdasarkan pada situasi dan kondisi sekolah pada sat ini. Dengan demikian stakeholder tertantang
untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam rangka pengembangan mutu sekolah.
Dimensi keempat dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Networking and Collaboration.
Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus
mampu mengembangkan jejaring dan berkolaborasi antar stakeholder pendidikan dalam rangka
meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan di sekolah.
Berdasarkan rumusan di atas maka kepengawasan adalah aktivitas profesional pengawas
dalam rangka membantu sekolah binaannya melalui penilaian dan pembinaan yang terencana dan
berkesinambungan. Pembinaan diawali dengan mengidentifikasi dan mengenali kelemahan
sekolah binaannya, menganalisis kekuatan/potensi dan prospek pengembangan sekolah sebagai
bahan untuk menyusun program pengembangan mutu dan kinerja sekolah binaannya. Untuk itu
maka pengawas harus mendampingi pelaksanaan dan pengembangan program-program inovasi
sekolah. Ada tiga langkah yang harus ditempuh pengawas dalam menyusun program kerja
pengawas agar dapat membantu sekolah mengembangkan program inovasi sekolah. Ketiga
langkah tersebut adalah :
a. Menetapkan standar/kriteria pengukuran performansi sekolah (berdasarkan evaluasi diri dari
sekolah).
b. Membandingkan hasil tampilan performansi itu dengan ukuran dan kriteria/benchmark yang
telah direncanakan, guna menyusun program pengembangan sekolah.
c. Melakukan tindakan pengawasan yang berupa pembinaan/pendampingan untuk memperbaiki
implementasi program pengembangan sekolah.
d. Dalam melaksanakan kepengawasan, ada sejumlah prinsip yang dapat dilaksanakan pengawas
agar kegiatan kepengawasan berjalan efektif.

Anda mungkin juga menyukai