A. PENDAHULUAN
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam
upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (1981:19) menegaskan bahwa pengawasan
atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan,
terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki
kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan
pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada
segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada
perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus
berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan
acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada
upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-
benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan
situasi belajar mengajar.
Pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional berstatus PNS yang diangkat
dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang
untuk melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial melalui kegiatan pemantauan,
penilaian, pembinaan, pelaporan dan tindak lanjut .(Nana Sujana,2006) Hal ini dilakukan pengawas
disekolah yang merupakan binaannya.
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditandaskan pada
Pasal 55 ayat 1, Pengawasan satuan Pendidikan memiliki peran dan tugas untuk Pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan yang harus dilakukan secara teratur dan
kesinambungan. Lebih lanjut pada Pasal 57 ditegaskan, bahwa tugas supervisi meliputi: Supervisi
akademik dan manajerial terhadap keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan pendidikan disekolah.
Selama ini profesi Pengawas Sekolah kurang mendapatkan perhatian secara serius dan hanya
dianggap sebagai tenaga kependidikan yang sama kedudukannya dengan tenaga kependidikan lainnya,
sehingga relatif kurang mendapatkan perhatian dalam pengembangannya. Bahkan nyaris tidak tersentuh
pembaharuan-pembaharuan pendidikan, meskipun ia memiliki peran yang amat vital dalam
mensukseskan pembaharuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Bahkan pengawas
sekolah dianggap sebagai jabatan non job, diisi orang-orang tua, memperpanjang usia pensiun, diisi para
suami/isteri pejabat. Sehingga apakah berkompetensi sebagai pengawas pendidikan di sekolah? Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah sehingga dapat sebagai
tolak ukur dan acuan untuk membentuk karakter pengawas sekolah yang professional dan akuntabel.
B. PEMBAHASAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan
pengawas sangat strategik di dalam melakukan fungsi supervisi
akademik dan manajerial di sekolah/madrasah. Sebagai
supervisor akademik, ia dituntut untuk memiliki pengetahuan,
sikap, dan keterampilan di bidang proses pembelajaran
sehingga ia dapat memainkan peranan dan fungsinya
membantu guru dalam meningkatkan proses dan strategi
pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, ia
dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan
di bidang manajemen dan leadership sehingga ia dapat
memainkan peranan dan fungsinya dalam membantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola sumberdaya
sekolah/madrasah secara efisien dan efektif. Seorang
pengawas juga harus dapat memainkan peranan dan fungsinya
di dalam membina kepala sekolah/madrasah untuk mampu
membawa berbagai perubahan di sekolah/madrasah.
Kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dalam
mentransformasikan perubahan organisasi sekolah/madrasah
merupakan peranan yang sangat penting. Dengan
demikian,pengawas sekolah/madrasah dituntut memiliki
pengetahuan dan wawasan untuk membina kepala
sekolah/madrasah di bidang leadership yang dapat
menciptakaniklim dan budaya sekolah/madrasah yang kondusif
bagi proses pembelajaran sehingga mencapai kinerja
sekolah/madrasah, kinerja kepala sekolah/madrasah, dan
prestasi siswa yang maksimal.
Rekomendasi
Peranan-peranan dan fungsi-fungsi pengawas
sekolah/madrasah di atas tentu saja masih dalam tataran
teoritis. Oleh karena itu, direkomendasi kepada para pengawas
sekolah/mandrasah untuk mengujicobanya di lapangan
sehingga dapat diketahui peranan dan fungsi mana yang cocok
dan tidak cocok. Untuk peran dan fungsi yang tidak cocok,
pengawas dapat merevisinya agar dapat diterapkan di
lapangan sehingga kinerja kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan lainnya semakin meningkat dan pada gilirannya
dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dan mutu
pendidikan di sekolah/madrasah.
DAFTAR RUJUKAN
Getzels, J.W. 1967. Administration as a Social Process, in
Administrative Theory in Education. New York: Macmillan.
Oleh :
Surya Dharma
Direktur Tenaga Kependidikan
(Dalam Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 3, No. 1, April 2008)
BAB I...
PENDAHULUAN
Kalau kita analisa bersama kenyataannya dilapangan masih perlu dibenahi dalam hal
supervisi pendidikan yang dilakukan oleh para pengawas. Cukup banyak para pengawas kita dalam
menjalankan tugasnya belum maksimal memberikan pelayanan dan bimbingan kepada guru
disekolah, dikarenakan keahlian dan keterampilan pengawas tersebut masih pas-pasan, hal inilah
yang sering dikeluhkan oleh para dewan guru. Idealnya seorang pengawas harus lebih pintar dan
mampu dari dalam hal pembinaan, bimbingan, pemberdayaan.
Namun kenyataannya masih ada pengawas yang belum begitu terampil, meskipun ada juga
yang sudah terampil hal ini masih belum memadai.
Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah kurangnya pembinaan terhadap guru
disekolah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diharapkan adanya rekruetmen para calon
pengawas yang memang masih muda kaya pengalaman, serta lemahnya keterampilan pengawas
dalam pembimbingan terhadap guru perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan,
seminar, workshop, simpusiom. Solusi yang perlu kita lakukan adalah pengawas sekolah/
madrasah harus benar- benar orang yang ahli dalam bidang kepengawasan kalau hal demikian
adanya maka kita yakini bersama kualitas ( mutu ) pendidikan semakin lebih baik.
BAB III...
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengawas...
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa
semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan
kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan
mengganggu pencapaian tujuan (Robbins dalam Sudjana (2006:5).
Selanjutnya Burhanuddin (2004:284) mengartikan pengawasan atau supervisi pendidikan
tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-
guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan
hasil pembelajaran.[[1]]
Dalam perkembangan berikutnya supervisi selanjutnya dikenal istilah penilikan dan
pengawasan mempunyai pengertian suatu kegiatan yang bukan hanya mencari kesalahan objek
pengawasan itu semata-mata, tetapi juga mencari hal-hal yang sudah baik, untuk dikembangkan
lebih lanjut. Pengawas bertugas melakukan pengawasan, dengan memperhatikan semua
komponen sistem sekolah/madrasah dan peristiwa yang terjadi sekolah/ madrasah ( Piet Sehartian
; 1997 ).
Pengawasan identik dengan supervisi, menurut Good Carter dalam Suhertian (2000:18)
mengartikan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin dan
membimbing guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan-jabatan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
Selanjutnya Syaiful ( 2010:90 ) dalam bukunya supervisi pembelajaran mengartikan
supervisi mempunyai arti khusus yaitu “membantu dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan
dan meningkatkan mutu baik personel maupun lembaga. Dalam dunia pendidikan memandang
guru sebagai bagian penting dari manajemen yang diharapkan melaksanakan tugas sesuai fungsi-
fungsi manajemen dengan baik dan terukur”.
Dari beberapa pengertian yang penulis sebutkan diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa pengawasan atau supervisi erat kaitanya dengan kegiatan membimbing, membina,
memonitoring dan member pelayanan dalam membantu guru terhadap kegiatan proses
pembelajaran agar tetap berjalan seperti yang diharapkan.
Lucio dan McNeil ( 1989 ) mendifinisikan supervisi meliputi :
a. Tugas perencanaan, yaitu untuk menetapkan kebijaksanaan dan program.
b. Tugas administrasi, yaitu pengambilan keputusan serta pengkoordinasian melalui konsultasi
dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran.
c. Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum.
d. Melaksanakan demonstrasi mengajar guru- guru .
e. Serta melaksanakan penelitian.
Sergiovanni dan Starrat ( 1980 ) berpendapat bahwa tugas utama supervisi adalah
perbaikan situasi pembelajaran disekolah/ madrasah.
Dari definisi tersebut, kelihatannya ada kesepakatan umum, bahwa kegiatan supervisi
pengajaran ditujukan untuk perbaikan pengajaran ( pembelajaran ). Perbaikan itu
dilakukan melalui peningkatan kemampuan profesioanl guru dalam melaksanakan tugasnya.
Untuk memudahkan kita dalam memahami supervisi pengajaran, supervisor diupayakan untuk
memberikan bantuan kepada guru-guru dalam memperbaiki proses pembelajaran. Proses
pembelajaran agar berjalan dengan baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Kualitas guru dari segi keilmuan.
b. Kemampuan dalam melaksanakan metode pembelajaran dengan baik.
c. Variasi model-model pembelajaran hendaknya dapat menyentuh dan
memberdayakan kreativitas siswa baik secara individual maupun secara kelompok.
d. penilaian seyogyanya dilakukan secara terus-menerus agar gambaran tingkat keberhasilan siswa
semakin jelas. Oleh karena itu bagi seorang guru harus dapat melaksanakan persyaratan yang
dimaksud.
a. Prinsip Ilmiah maksudnya : Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang
diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses pembelajaran. Setiap kegiatan supervisi
dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan kontinu.
b. Prinsip Demokratis maksudnya : Layanan/bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan
hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman dalam
mengembangkan tugasnya.
c. Prinsip Kerjasama maksudnya : Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah
supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi support/ mendorong, menstimulasi
guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
d. Prinsip Konstruksi dan Kreatif maksudnya : Setiap guru akan termotivasi dalam mengembangkan
potensi kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan
melalui cara-cara menakutkan ( Piet Sehartian, 2008).
G. Pengertian Guru...
Guru atau pendidik menurut Hadari Nawawi dalam Ramayulis (2006:58) adalah orang-
orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Lebih
khususnya diartikan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut
bertanggungjawab dalam membentuk anak-anak mencapai kedewasaan. Dalam undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaran pendidikan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru atau pendidik adalah orang yang
bekerja memberi pengajaran kepada seseorang atau anak didik kearah kedewasaan.
H. Profesionalisme Guru...
Untuk menjadi guru yang professional harus memiliki beberapa kompetensi. Menurur
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyakan bahwa guru profesional
harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen
dan Guru, yakni:
a. kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
b. kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
c. kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
d. kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Menjadi guru yang profesional guru harus memiliki kompentensi profesional, Menurut
Sanjaya (2010:18 ) kompentensi tersebut adalah :
I.
J. ...Usaha Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Guru
Usaha untuk memberi kemampuan) (Oxfort English Dictionary). Makna tersebut
mensyiratkan bahwa konsep peningkatan kualitas pendidikan belum mengoptimalkan pada
pemberdayaan kinerja guru, yang memiliki peran dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pem-
berdayaan tenaga pendidik merupakan perwujudan capacity building yang bernuansa pada
pemberdayaan sumber daya manusia tenaga pendidik melalui pengembangan berbagai
kemampuan (kinerja) dan tanggungjawab serta suasana sinergis antara pemerintah dalam
pengembangan berbagai kemampuan (kinerja) dan tanggungjawab serta suasana sinergis antara
pemerintah (government) dengan guru. Upaya optimalisasi kinerja guru yang berkelanjutan
merupakan faktor yang penting dibanding faktor lainnya dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Hal ini telah disadari dan dilakukan oleh pemerintah melalui penugasan studi lanjut, berbagai
training dan penataran pada guru. Studi lanjut diperuntukkan bagi guru-guru Sekolah Dasar yang
belum memiliki kualifikasi SDM yang menguasai iptek cenderung memanfaatkan teknologinya
untuk menguasai SDA .[[7]]
Menurut Sutaryat, 67: 2005 mengatakan bahwa masalah-masalah umum yang yang
dihadapi dalam tugas mengajar dan mendidik mencakup :
1. Membantu guru dalam menterjemahkan kurikulum kedalam makna sebuah pendidikan.
2. Membantu guru-guru dalam meningkatkan program belajar mengajar yakni membantu merancang
bangun program pembelajaran, membantu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, serta
membantu dalam menilai proses dan hasil belajar mengajar.
3. Membantu guru dalam menghadapi kesulitan dalam mengajarkan tiap mata pelajaran.
4. Membantu guru dalam memecahkan masalah- masalah pribadi ( personal problem ).
Oleh karena itu betapa pentingnya supervisi yang diberikan kepada guru-guru dalam tugas
mengajar dan mendidik sampai saat ini masih bersifat umum (general supervision). Yang
dibicarakan menyangkut masalah kegiatan belajar mengajar yang bersifat umum. Usaha
meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar, perlu pemahaman ulang.
Mengajar tidak sekadar mengkomunikasikan pengetahuan agar diketahui subjek didik, tetapi
mengajar harus diartikan menolong si pelajar agar mampu memahami konsep- konsep dan dapat
menerapkan konsep yang dipahami. Selain itu mengajar harus dipersiapkan dengan baik. Guru
perlu menyediakan waktu untuk mengadakan persiapan yang matang termasuk persiapan batin.
Guru-guru dimotivasi agar selalu berusaha untuk merancangkan apa yang akan disajikan.
Mempersiapkan diri agar tampil dalam mengajar dan menilai dengan tepat serta bertanggung
jawab atas tugas mengajarnya. Bantuan yang diberikan dalam hal sebagai berikut :
Sebenarnya kalau kita melihat dilapangan tentang bagaimana guru sekarang dalam hal
indikator kinerja serta pembinaan nilai-nilai peningkatan kualitas siswa antara lain :
a. Masih ada guru dalam melaksanakan tugas tidak sepenuhnya, dikarenakan dengan beberapa
alasan; sibuk, urusan rumah tangga, arisan dan lain-lain.
b. Dengan terbitnya Undang- undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 yang sangat
menjanjikan dan memiliki kekuatan hukum yang kuat bahwa guru dan dosen sudah memiliki nilai
tambah yang luar biasa maksudnya guru dan dosen dalam melaksanakan tugasnya diatur oleh
Undang- undang dan mereka berhak mendapatkan sertifikat pendidik, dengan melalui potofolio
dan juga lulus pendidikan dan latihan (PLPG).
c. Cukup banyak para guru yang belum diberikan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan dilingkungan tempat mereka bekerja. Kemudian masih ada diantara mereka belum
termotivasi untuk peran serta dalam kegiatan workshop, KKG,MGMP, seminar. Hal ini
dikarenakan berbagai macam alasan dan sebagainya.
Oleh karena itu mari kita bersama- sama untuk memberikan motivasi kepada guru-guru
kita kedepan agar selalu memperkaya diri dengan keilmuan serta mampu meningkatkan kinerjanya
dengan baik demi terlaksanya SDM yang berkualitas sehingga akan melahirkan siswa/ siswi yang
berkualitas juga.
[1] Daryanto, H.M. Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal. 170
[2] Azhari, Ahmad. Supervisi Rencana Program Pembelajaran, ( Jakarta, Depag, 2008) hal.1
[3] Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran..., hal. 89
[4] Dharma, Surya. Peranan dan Fungsi Pengawas Sekolah/ Madrasah. Dalam Jurnal Tenaga Kependidikan. ( Jakarta,
depdiknas,2008), hal. 14
[5] https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/08/tugas-pokok-fungsi-hak-dan-wewenang-
pengawas-sekolahsatuan-pendidikan/
[6] Sudjana, Nana. Standar Mutu..., hal. 17
[7] http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=93