Anda di halaman 1dari 35

STUDI KASUS PASIEN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK DENGAN GIZI


BURUK PADA ANAK MENGGUNAKAN PENDEKATAN
KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS
KECAMATAN PENJARINGAN

Oleh :
Kelompok 1
Sausan Rasmiyyah
1102011255

Pembimbing:
dr. Dian Mardhiyah, MKK, Dipl DK

MODUL KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
YARSI PERIODE 22 AGUSTUS – 23
SEPTEMBER 2016
JAKARTA 2016

1
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan studi kasus Otitis Media Supuratif Kronik Dengan Gizi Buruk Pada
Anak Menggunakan Pendekatan Kedokteran Keluarga Di Puskesmas
Kecamatan Penjaringan, ini telah disetujui oleh pembimbing untuk
dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kedokteran Keluarga
pada Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI.

Jakarta, September 2016


Pembimbing

dr. Dian Mardhiyah, MKK, Dipl DK

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur Saya panjatkan Kehadirat Allah SWT atas Karunia dan Hidayah-
Nya sehingga tugas Studi Kasus Pasien dengan menggunakan penerapan
pendekatan Ilmu Kedokteran Keluarga dengan judul Otitis Media Supuratif
Kronik Dengan Gizi Buruk Pada Anak Menggunakan Pendekatan
Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Kecamatan Penjaringan dapat
diselesaikan.
Tujuan pembuatan Studi Kasus Pasien dengan penerapan pendekatan Kedokteran
Keluarga ini sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI untuk periode 22
Agustus – 23 September 2016.
Penyelesain laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, staf
pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-orang sekitar yang
terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. dr. Dian Mardhiyah, MKK, Dipl DK, selaku dosen pembimbing


Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah
membimbing dan memberi masukan yang bermanfaat.
2. Dr. Sugma Agung Purbowo, MARS, DipIDK, selaku kepala bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.
3. Dr. Erlina, M.PH, selaku koordinator dan staf pengajar Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
4. Dr. Dini Widianti, M.KK, selaku sekretaris dan staf pengajar bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
5. Dr. Citra Dewi, M.Kes, staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

3
6. DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes, selaku staf pengajar Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.
7. Dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
8. Dr. Yusnita, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
9. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara
10. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.

Dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan.


Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, September 2016

Penulis

4
BAB I

BERKAS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : An. LH
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 bulan
Anak ke : Satu
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. H
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah : Nelayan
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : TK
Pendidikan Ibu : SMA
Alamat : Gg. Masjid Jami Al-Muda No.22 C RT 004/ RW
001, Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara
Tanggal Berobat : 29 Agustus 2016

2. Anamnesa
Dilakukan secara alo-anamnesa dengan ibu dan nenek pasien pada tanggal
29 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB

1. Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kanan

2. Keluhan Tambahan : Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh

3. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang diantar ibunya ke Puskesmas Kecamatan
Penjaringan dikarenakan keluar cairan dari telinga kanannya sejak 3

5
minggu yang lalu. Pada awalnya, pasien hanya mengalami batuk tidak
berdahak dan pilek, sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluh demam, namun demam dirasa hilang timbul. Selama 2 bulan
tersebut, pasien selalu mengalami gejala batuk ataupun pilek, tidak
kunjung sembuh. Pasien sudah pernah dibawa berobat dan hanya
diberikan obat puyer. Setelah 2 (dua) kali berobat, batuk dan pilek pasien
tidak juga membaik. Sejak 1 bulan lalu pasien sering demam. Makin
kesini, ibu pasien memperhatikan setiap pasien demam, telinga pasien
mengeluarkan cairan bening dan tidak berbau. Cairan akhir-akhir ini
berubah menjadi kental dan berwarna keputihan. Ibu pasien mengaku
tidak pernah terjadi hal yang sama sebelumnya.
Ibu pasien mengaku saudara pasien yang sedang mengalami
keluhan batuk dan pilek, sering bermain dengan pasien. Ayah dan kakek
pasien dikatakan ibu pasien masih merokok di sekitar pasien, kurang lebih
1 bungkus rokok per hari. Riwayat alergi, udara dingin dan debu disangkal
oleh ibu pasien.
Pada saat ini pasien tidak pilek, ataupun demam, namun pasien
masih batuk berdahak. Ibu pasien merasa ada bunyi ‘grok grok’ setiap
pasien batuk. Pasien tidak mengalami mimisan. Pasien masih merespon
dan menoleh bila namanya dipanggil.
Ibu pasien mengatakan, pasien merupakan anak pertama, lahir
normal di bidan dengan berat badan lahir 2200 gram dan panjang badan
48 cm. Selama kehamilan ibu mengaku tidak mengalami keluhan apapun,
ibu mengatakan selalu kontrol rutin sesuai anjuran bidan, serta
mengonsumsi vitamin penambah darah, dan menambah porsi makan. Ibu
pasien mengatakan pasien tidak pernah imunisasi suntik apapun sejak
lahir, dikarenakan pasien selalu dalam keadaan tidak sehat. Pasien
mendapatkan ASI hingga saat ini. Pasien mulai mendapatkan makanan
pendamping seperti susu penambah gizi, biskuti kemasan, dan biskuit MP-
ASI sejak usia 6 bulan. Namun, susu penambah gizi menyebabkan pasien
diare sehingga tidak dilanjutkan oleh ibu pasien. Saat ini pasien hanya
mengkonsumsi ASI, biskuit kemasan, dan biskuit MP-ASI. Pasien tampak

6
kurus dan berat badan pasien tidak bertambah seiring pertambahan
usianya.
Ibu mengatakan pasien saat ini sudah dapat memegang sendok
sendiri, tersenyum bila namanya dipanggil, mengoceh saat diajak
berbicara, dapat berdiri saat diberdirikan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu:


a. Riwayat penyakit serupa disangkal oleh ibu pasien
b. Riwayat kejang demam disangkal ibu pasien
c. Riwayat atopi disangkal ibu pasien
d. Riwayat gangguan pernapasan atas diakui ibu pasien, namun tidak
kunjung sembuh sampai saat ini
e. Riwayat penyakit autoimun disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga:


a. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga disangkal
b. Riwayat pengobatan paru dalam keluarga disangkal
c. Riwayat penyakit DM dalam keluarga disangkal
d. Riwayat alergi dalam keluarga disangkal
e. Riwayat penyakit autoimun disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi:


Pasien adalah seorang bayi 8 bulan, tinggal bersama kedua orang
tua serta kakek dan neneknya. Status ekonomi mereka adalah menengah
ke bawah. Kebutuhan pasien dan keluarga kurang dicukupi dari
pendapatan ayah dan kakeknya yang bekerja sebagai nelayan, sebesar
kurang lebih paling banyak Rp 2.000.000,00/ bulan.

7. Riwayat Kebiasaan:

Ibu pasien selalu memberikan makanan selingan biskuit. Biskuit


kemasan dimakan 2 (dua) kali sehari dan biscuit MP-ASI dimakan 1 kali
sehari. Makanan utama pasien masih ASI, yang diberikan kurang lebih 5
kali sehari setiap pasien terlihat rewel. ASI diberikan ibu kurang lebih
selama 10-15 menit.

7
8. Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan imunisasi dasar tidak lengkap, dikarenakan
pasien selalu dalam keadaan tidak sehat saat jadwal imunisasi. Ibu
mengaku untuk imunisasi suntik tidak pernah dilakukan, hanya imunisasi
melalui mulut. Ibu juga mengatakan bahwa ibu tidak pernah mencatat
riwayat imunisasi pasien, dan tidak memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS)
pasien.

9. Riwayat Perkembangan

Tabel 1. Tabel Riwayat Perkembangan Pasien


Usia Motorik kasar Motorik halus Bicara Sosial

4 bulan Mengangkat Mengikuti Mengoceh kata Berusaha


kepala mainan dengan tanpa arti mengambil
mata mainan

6 bulan Duduk dibantu Memegang Menirukan suara Makan sendiri


pensil dengan
sendok
Mengatakan ‘pa,
8 bulan Berdiri saat Menggerakkan ma’ kurang jelas Tepuk tangan
diberdirikan mainan Ekspresif

Kesan : Tumbuh kembang tidak terdapat kelainan

8
Gambar 1. Kurva Denver II

Kesan: Tumbuh Kembang tidak terdapat kelainan

9
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :Tampak sakit sedang

2. Vital sign :
Kesadaran : Compos Mentis
Frek. Nadi : 108 x/menit
Frek Pernapasan : 36 x/menit
Suhu : 37,9◦C
Status Gizi :
BB : 5,2 Kg
PB : 63 cm
Menggunakan z-score indeks yang dipakai : BB/U yaitu <-2 SD sd -3 SD

Gambar 2. Grafik Berat Badan Menurut Umur


Kesan BB/U : < -3 SD (Gizi Buruk) yaitu berat badan anak masih jauh
dibawah nilai normal

10
Gambar 3. Grafik Panjang Badan Menurut Umur
Kesan PB/U : < -3 SD (Perawakan sangat pendek) yaitu panjang badan anak
masih jauh dibawah nilai normal

Gambar 4. Grafik Berat Badan Menurut Panjang Badan


Kesan BB/PB : < -2 SD (Kurus) yaitu berat badan anak tidak sesuai dengan
panjang badan anak

11
Hasil :
Tabel 1. Tabel Interpretasi Kurva Pertumbuhan WHO







Penjelasan Tabel 1. diambil dari Growth Chart WHO-IDAI :


1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini
tidak masih normal. Singkirkan kelainan hormonal sebagai
penyebab perawakan tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah
pertumbuhan tapi lebih baik jika diukur menggunakan
perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau IMT
terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko
gizi lebih. Jika makin mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi
lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat
pendek memiliki gizi lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul
pelatihan IMCI (Integrated Management of Childhood Illness
in-service training. WHO, Geneva, 1997).

12
Menurut Tabel WHO yang telah disebutkan sebelumnya, maka
pasien An.LH :
 BB/U : < -3 SD (Gizi buruk)
Berat badan An. LH masih jauh dibawah nilai normal,
dimana seharusnya untuk umur 8 bulan BB normal sekitar 8-
10 kg, sedangkan BB An. LH hanya 5,2 kg.
 PB/U : < -3 SD (Perawakan sangat pendek)
Panjang badan An. LH masih jauh dibawah nilai normal,
dimana seharusnya untuk umur 8 bulan BB normal sekitar
67-71 cm, sedangkan PB An. LH hanya 63 cm.
 BB/PB : < -2 SD (Kurus)
Berat badan An. LH tidak sesuai dimana seharusnya untuk
panjang badan 63 cm, memiliki BB 8 kg.
Kesan : Gizi buruk

4. Status Generalis
a. Kepala
Bentuk : normocephal
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
Telinga :
(inspeksi, palpasi, otoskopi)
Dextra : bentuk normal, terdapat sekret kental
berwarna putih kekuningan mengalir di liang
telinga, sekret tidak berbau nyeri tekan tragus (-
), membran timpani perforasi sentral di arah
pukul 5
Sinistra : bentuk normal, tidak terdapat sekret, nyeri
tekan tragus (-), membran timpani intak

13
Gambar 5. Otorrhea An. LH
Hidung : septum tidak deviasi, tidak ada sekret, nafas
cuping hidung (-)
Mulut : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor
b. Leher : Pembesaran KGB (+), deviasi trachea (-)
c. Thorak
Inspeksi : Kedua hemithoraks simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris statis dan
dinamis, ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler seluruh lapangan paru, rhonki (+/+),
wheezing (-/-), bunyi jantung I dan II regular,
murmur (-), gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Hepar dan lien tidak membesar
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
e. Kulit : tidak ada kelainan kulit, turgor kulit baik.

D. Usulan Pemeriksaan Penunjang


Usulan Pemeriksaan :-

14
BERKAS KELUARGA

A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga Pasien
a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama : Tn. S (kakek pasien)
Usia : 50 tahun
Pekerjaan : Nelayan
Pendidikan: SD
Agama : Islam
Alamat : Gg. Masjid Jami Al-Muda No.22 C RT 004/ RW 001,
Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara
b. Identitas Pasangan:
Nama : Ny. R (nenek pasien)
Usia : 46 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan: SD
Agama : Islam
Alamat : Gg. Masjid Jami Al-Muda No.22 C RT 004/ RW 001,
Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara
c. Identitas Anak :
Nama : Ny. S (ibu pasien)
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan: SMA
Agama : Islam
Alamat : Gg. Masjid Jami Al-Muda No.22 C RT 004/ RW 001,
Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara

15
d. Identitas menantu :
Nama : Tn. H (ayah pasien)
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Nelayan
Pendidikan: TK
Agama : Islam
Alamat : Gg. Masjid Jami Al-Muda No.22 C RT 004/ RW 001,
Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara

e. Struktur Komposisi Keluarga:


Bentuk keluarga ini merupakan extended family dengan Tn.S
sebagai kepala keluarga. Tn. S memiliki satu orang istri Ny. R.Tn. S
dan Ny. R memiliki anak yang bernama Ny. S (ibu pasien) yang saat
ini berstatus sebagai istri Tn.H (ayah pasien) dan memiliki anak usia 8
bulan yaitu An.LH (pasien) dengan keluhan keluar cairan dari telinga.
Tabel 2. Anggota keluarga Pasien
Kedudukan
Keterangan
N dalam Gend Umur Pendi- Pekerjaan
Nama Tambahan
o Keluarga er dikan
1. Tn. S Kepala L 50 th SD Nelayan Kakek pasien
Keluarga

2. Ny.R Istri P 46 th SD Ibu Rumah Nenek pasien


Tangga
3. Ny. S Anak P 25 th SMA Ibu Rumah Ibu pasien
Tangga
4. Tn. H Menantu L 25 th TK Nelayan Ayah pasien
3. An. LH Anak P 8 bln - - Pasien

16
2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
a. Lingkungan tempat tinggal

Tabel 3. Lingkungan tempat tinggal

Status kepemilikan rumah: Rumah kontrakan


Daerah perumahan: Padat bersih
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah: 7 x 5 m2 An.LH tinggal di rumah kontrakan
Halaman rumah : - bersama dengan kedua orangtua dan
Jumlah penghuni dalam satu rumah: 5 orang kakek neneknya.
Tingkat rumah : Tidak Bertingkat Rumah terdiri dari dua ruangan
Lantai rumah: Keramik bersekat yang digunakan sebagai
Dinding rumah: Semen ruang tidur,An.LH tidur bersama
Jamban keluarga: Ada ayah dan ibunya di kamar kedua;
Tempat bermain: Tidak ada terdapat dapur dan ruang keluarga
Penerangan listrik: 200 watt yang tidak memiliki sekat. Kamar
Ketersediaan air bersih: Ada mandi berpintu kayu terdapat di
Tempat pembuangan sampah: Ada dalam rumah.
(sementara) Kontrakan berukuran 7 x 5 m2,
dengan pencahayaan dan sirkulasi
udara lembab. Ketersediaan air bersih
cukup dari PAM dan pembuangan
sampah dilakukan di samping rumah.
Sampah akan dibakar kurang lebih 1
kali per 3 hari.

b. Kepemilikan barang-barang berharga:


Sebuah handphone, sebuah motor, sepasang anting, sepasang cincin
mas kawin, sebuah televisi, sebuah kompor gas, sebuah setrika, dan
sebuah rice cooker.

17
c. Denah rumah

Jendela K.
Mandi
Dapur

K.Tidur
2
*k.tidur
An.LH
Ruang Keluarga

K.
Tidur 1

Televisi

Jendela

Gambar 6. Denah rumah Tn.S

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga:


1. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit
Jika ada anggota keluarga yang sakit, maka keluarga Tn. S lebih sering
membeli obat warung atau apotek terlebih dahulu.
2. Perilaku Terhadap Pelayanan Kesehatan
Pasien jika sakit, membeli obat ke warung atau apotek terlebih dahulu,
kemudian berobat ke Puskesmas Kelurahan Kamal Muara bila dirasa
tidak sembuh, karena biaya yang murah dan dekat dengan rumah. Bila
kurang puas, maka keluarga pindah. Jarak rumah ke puskesmas ataupun
RS dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum. Pasien
merasa cukup puas dengan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas
dan RS.
3. Perilaku Terhadap Makanan
Keluarga pasien memiliki kebiasaan makan dua atau tiga kali
sehari. Menu makanan biasanya terdiri satu lauk dan sayur. Lauk lebih

18
sering ikan tergantung tangkapan ayah dan kakek pasien, bila sedang
tidak dapat tangkapan, maka lauk hanya tahu atau tempe bersama nasi.
Ny. R dan Ny. S memasak bersama untuk anggota keluarga. Pasien masih
mengonsumsi ASI dan ditambah dengan biskuit kemasan dan biskuit MP-
ASI. Waktu makan biskuit pasien biasanya dua kali sehari.
4. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan
An.LH tinggal di rumah kontrakan bersama dengan kedua orangtua
dan kakek neneknya. Rumah terdiri dari dua ruangan bersekat yang
digunakan sebagai ruang tidur, terdapat dapur dan ruang keluarga yang
tidak memiliki sekat. Kamar mandi berpintu kayu terdapat di dalam
rumah. Kontrakan berukuran 7 x 5 m2, dengan pencahayaan dan sirkulasi
udara yang lembab. Ketersediaan air bersih dan pembuangan sampah
keluarga cukup. Sampah akan dibakar kurang lebih 1 kali per 3 hari.

Kesan : Berdasarkan penilaian perilaku kesehatan keluarga terlihat bahwa


keluarga Tn. S kurang memiliki kepedulian tentang kesehatan keluarga
dikarenakan tidak langsung ke pelayanan kesehatan. Anggota keluarga
terbiasa makan makanan yang dimasak oleh Ny. R, sedangkan pasien
hanya konsumsi ASI dan biscuit. Lingkungan rumah merupakan
lingkungan padat dengan pencahayaan dan sirkulasi udara kurang baik.

4. Pola Konsumsi Makanan Keluarga


a. Kebiasaan makan:
Keluarga pasien memiliki kebiasaan makan dua atau tiga kali
sehari. Menu makanan biasanya terdiri satu lauk dan sayur. Lauk lebih
sering ikan tergantung tangkapan ayah dan kakek pasien, bila sedang
tidak dapat tangkapan, maka lauk hanya tahu atau tempe bersama nasi.
Ny. R dan Ny. S memasak bersama untuk anggota keluarga.
Pasien masih mengonsumsi ASI dan ditambah dengan biskuit
kemasan dan biskuit MP-ASI. Waktu makan biskuit pasien biasanya
dua kali sehari.

19
b. Menerapkan pola gizi seimbang :
Keluarga pasien tidak menerapkan pola gizi seimbang. Jenis
makanan yang dikonsumsi keluarga bergantung kepada selera makan
dan hasil tangkapan ayah dan kakek, tidak bergantung pada pola gizi.
Pasien masih mengonsumsi ASI dan ditambah biskuit. Dan gizi
An.LH tidak sesuai kebutuhan kalori sehari-hari.

Tabel 4. Food Record Pasien dalam 3 hari

Hari Jadwal Makanan Jlh Kalori Karbo Protein Lemak


Jumat Pagi ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
(26 Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Ags Biskuit 2 200 kal 36 gr 4 gr 4 gr
16) kemasan keping
Siang ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Biskuit MP- 1 kpg/ 90 kal 13 gr 2 gr 3,5 gr
ASI ons
Malam ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
TOTAL 670 kal 444 gr 11 gr 30 gr
Sabtu Pagi ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
(27 Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Ags Biskuit 2 200 kal 36 gr 4 gr 4 gr
16) kemasan keping
Siang ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Biskuit MP- 1 90 kal 13 gr 2 gr 3,5 gr
ASI keping
Malam ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
TOTAL 670 kal 444 gr 11 gr 30 gr
Minggu Pagi ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
(28 Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Ags Biskuit 2 200 kal 36 gr 4 gr 4 gr
16) kemasan keping

20
Siang ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Biskuit MP- 1 90 kal 13 gr 2 gr 3,5 gr
ASI keping
Malam ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
TOTAL 670 kal 444 gr 11 gr 30 gr

BB Ideal (Rumus Broca) = (n/2) + 4 kg


= (8 bulan / 2) + 4 = 4 + 4 kg
= 8 kg

Kalori Basal = 100 (≤ 10 kg) x BBI


= 100 x 8 kg
= 800 Kkal

Ke
but Kebutuhan Energi Total = BB ideal x Recommended Dietary
uha Allowances (RDA) menurut usia-tinggi
n
Energi An. LH :

Kebutuhan Energi An. LH = 8 kg x (100 – 120 kalori)


= 800 – 960 kal/hari
Kebutuhan Protein An. LH = 10% x kebutuhan energi total
= 10% x (800 – 960 kal)
= 80 – 96 kal/hari
Kebutuhan Karbohidrat An. LH = 70% x kebutuhan energi total
= 70% x (800 – 960 kal)
= 560 – 672 kal/hari
Kebutuhan Lemak An. LH = 20% x kebutuhan energi total
= 20% x (800 – 960 kal)

21
= 160 – 192 kal/hari

Kebutuhan Kebutuhan Jumat Sabtu Minggu Rata-rata


Ideal
Kalori 800 – 960 670 kal 670 kal 670 kal 670 kal
kal/hari
Karbohidrat 560-672 444 gr 444 gr 444 gr 444 gr
kal/hari
Protein 80 – 96 11 gr 11 gr 11 gr 11 gr
kal/hari
Lemak 160 – 192 30 gr 30 gr 30 gr 30 gr
kal/hari

Kalori selama tiga hari = 2010 kalori


Rata – rata konsumsi kalori pasien per hari = 670 kal/hari
Kekurangan kalori pasien = 130 kal/hari

Interpretasi terhadap food record pasien :


Menurut apa yang dikonsumsi pasien, didapatkan bahwa setiap harinya
kebutuhan kalori pasien tidak terpenuhi dikarenakan keluarga pasien tidak
memberikan makanan sesuai kebutuhan. Sehingga asupan yang pasien terima,
kurang dan menyebabkan gizi buruk.

5. Pola Dukungan Keluarga


a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga:
Ibu pasien yang mulai khawatir terhadap gejala batuk dan pilek
anak yang tidak sembuh. Gejala keluarnya cairan yang dari telinga
juga menyebabkan ibu membawa pasien secepatnya ke fasilitas
pelayanan kesehatan, dikarenakan ibu takut mengganggu pendengaran
anak.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga:
Penghasilan Tn.S yang pas-pasan seringkali menjadi kendala bagi
keluarga. Hal ini memberi pengaruh kepada pola makanan yang

22
disediakan oleh ibu dan nenek pasien. Orangtu pasien terbilang masih
muda, sehingga kadang kurang matang dan tidak berpengalaman
dalam mengambil keputusan. Ibu pasien juga pasrah melihat anaknya
makan sedikit, dikarenakan ibu tidak mengerti makanan yang
seharusnya diberikan, dan malas untuk menyediakan makanan
pendamping. Ibu pasien juga sibuk membantu menyelesaikan
pekerjaan rumah bersama nenek pasien, sehingga pasien sering
dibiarkan bermain sendiri.
6. Dinamika Keluarga
Hubungan antara orang tua dengan anak dan menantunya kurang
baik. Tn.S sebagai kepala rumah tangga jarang bercengkrama,
dikarenakan lelah setelah bekerja. Hubungan ayah dan ibu pasien cukup
baik, mereka masih menyempatkan bercengkrama saat ayah pasien
kembali dari berlayar.
Keputusan yang dibuat ibu dan nenek pasien saat ayah dan kakek
pasien pergi, merupakan keputusan mendadak karena tidak didiskusikan
terlebih dahulu. Pasien juga sering dibiarkan bermain sendiri dan tidak
diberikan ASI bila tidak menangis, karena sibuk membantu nenek untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah.

7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Orang tua pasien masih mampu bereproduksi. Ibu pasien mengaku
belum ingin memiliki anak lagi. Keluarga pasien baik dari keluarga
ayah maupun keluarga ibu tidak ada yang memiliki kecacatan dan tidak
ada yang sedang memiliki penyakit menular, maupun alergi.
b. Fungsi Psikologis
Komunikasi antara keluarga pasien kurang terjalin dengan baik dan
dalam pengambilan keputusan hanya mempertimbangkan pendapat Ny.
S dan Ny. R. Karena sering ditinggal, terkadang Ny.R dan Ny.S
merasa kesepian.
c. Fungsi Ekonomi

23
Sumber penghasilan utama keluarga pasien adalah gaji Tn. S yang
bekerja sebagai nelayan dengan gaji rata-rata Rp. 500.000,00 – Rp.
2.000.000,00. Uang tersebut dirasakan sangat kurang untuk membayar
sewa kontrakan dan untuk kebutuhan lainnya, apalagi untuk berobat
berkali-kali dengan keluhan yang sama. Keluarga pasien mengaku
tidak dapat memiliki tabungan jangka panjang karena keterbatasan
penghasilan tersebut.
d. Fungsi Sosial
Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan cukup padat
penduduk dengan letak rumah yang berdekatan satu sama lainnya.
Masih sering berkumpul bersama tetangga bila ada acara seperti
pengajian, pernikahan.

B. Genogram
1. Bentuk keluarga:
Keluarga terdiri atas 2 generasi dengan kepala keluarga (KK)
bernama Tn. S (50 tahun) dan istri bernama Ny. R (46 tahun), memiliki
anak Ny.S (25 tahun) yang merupakan istri dari Tn. H (25 tahun) sebagai
orang tua pasien An. LH .Bentuk keluarga pasien adalah keluarga
tambahan (extended family).
2. Tahapan siklus keluarga:
Tahapan siklus keluarga Tn.S dan Ny.R termasuk ke dalam Tahap
keluarga purna orang tua.
Tn.S adalah kepala keluarga yang menikah dengan Ny.R, mereka
mempunyai anak tunggal yang bernama Ny.S yang berstatus sebagai istri
Tn.H. Saat ini Ny.S dan Tn.H masih tinggal serumah dengan Tn.S dan
Ny.R, dan mereka mempunyai satu orang anak yaitu An.L yang diketahui
sebagai pasien.

24
3. Family map (gambar)

Tn. S (50 th) Ny. R (46 th)

Ny. S (25 th) Tn. H (25 th)

An. L (8 bl)

Gambar 7. Silsilah keluarga Tn.S


Keterangan ;

C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga


1. Masalah dalam organisasi keluarga :
Pada dinamika keluarga ditemukan bahwa keluarga jarang kumpul
bersama, sehingga untuk memutuskan masalah langsung ditetapkan
keputusan ibu dan nenek pasien bila keadaan. Ibu pasien juga sering
membiarkan pasien bermain sendiri saat harus menyelesaikan pekerjaan
rumah.
2. Masalah dalam fungsi biologis :
Kedua orangtua pasien dalam keadaan sehat, tidak terdapat gejala-gejala

25
terjadinya alergi, penyakit menular maupun penyakit lainnya pada
keluarga tersebut, kecuali An.L (pasien) yang diketahui menderita infeksi
telinga kronik. Fungsi telinga pasien sampai saat ini diketahui masih baik,
dikarenakan pasien masih merespon bila namanya dipanggil.

3. Masalah dalam fungsi psikologis:


Hubungan kekeluargaan di antara anggota keluarga Tn. S kurang terjalin
baik dikarenakan Tn.S dan Tn.H sering pergi bekerja di malam hari, dan
kurangnya waktu bercengkrama. Karena sering ditinggal, terkadang Ny.R
dan Ny.S merasa kesepian.
4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan:
Sumber penghasilan utama keluarga pasien adalah gaji Tn. S yang bekerja
sebagai nelayan dengan gaji rata-rata Rp. 500.000,00 – Rp. 2.000.000,00.
Uang tersebut dirasakan sangat kurang untuk membayar sewa kontrakan
dan untuk kebutuhan lainnya, apalagi untuk berobat berkali-kali dengan
keluhan yang sama.
5. Masalah lingkungan :
Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan cukup padat
penduduk dengan letak rumah yang berdekatan satu sama lainnya.
Kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal tergolong tidak baik.
Sirkulasi udara rumah lembab dan sinar matahari hanya masuk melalui
jendela depan. Pembuangan sampah dikumpulkam pada tempat
pembuangan sementara yang ada di samping tempat tinggal keluarga,
kemudian dibakar. Terdapat selokan yang masih mengalir di belakang
rumah pasien. Sumber air bersih keluarga berasal dari air PAM. Pasien
tinggal dirumah kontrakan yang terdiri dari 2 ruang tidur dan 1 kamar
mandi dengan jamban didalamnya.
6. Masalah perilaku kesehatan :
Usaha berobat keluarga masih kurang baik, dikarenakan bila batuk atau
pilek, pasien masih diberi obat batuk sirup dari warung atau apotek. Udara
di rumah yang lembab, dengan sinar matahari minim, dan pembakaran
sampah masih dilakukan di sekitar rumah 2-3x setiap minggunya.

26
BAB II

A. Diagnosis Holistik (Multiaksial)

1. Aspek personal: (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran dan persepsi)


a. Alasan Kedatangan : Adanya keluhan keluarnya cairan dari telinga
dari telinga pasien dan berat badan anak yang dirasa tidak
bertambah.
b. Harapan : Tidak ada keluhan yang sama dan berat badan anak
bertambah.
c. Kekhawatiran : Ibu pasien khawatir jika keluhan anaknya bertambah
parah dan menyebabkan kehilangan pendengaran, serta khawatir bila
pertumbuhan anak terganggu.
d. Persepsi : Ibu pasien merasa cemas akan kualitas hidup anaknya

2. Aspek klinik: (diagnosis kerja dan diagnosis banding)


Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua pasien dan
pemeriksaan fisik dapat disimpulkan sebagai berikut :
Diagnosis Kerja :
Otitis Media Supuratif Kronik auricular dextra dan gizi buruk pada
anak.
Diagnosis Banding:
Otitis Media Akut stadium perforasi

3. Aspek risiko internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi


masalah kesehatan pasien)
- Riwayat imunisasi pasien yang tidak pernah imunisasi suntik, juga
mempengaruhi sistem imunitas pasien
- Pola makan yang tidak sesuai kebutuhan pasien
- Pasien yang malas makan

27
4. Aspek risiko eksternal : (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
masalah kesehatan pasien)
- Ibu yang kurang mengetahui kebutuhan kalori yang baik bagi pasien
- Ibu masih takut dan tidak tahu bagaimana cara memberi makan pasien,
dikarenakan belum berpengalaman
- Lingkungan rumah pasien yang sesak, padat, lembab dan kurang sinar
matahari juga merupakan faktor risiko pasien
- Ayah dan kakek yang masih merokok, akan selalu menyebabkan
keluhan saluran napas pasien
- Kurangnya pengetahuan ibu dalam mengasuh dan merawat anak

5. Aspek fungsional: (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-


hari baik didalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental)
Menurut skala ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group),
aktivitas pasien menjalankan fungsi sosial memiliki nilai skala 1, yaitu
sepenuhnya aktif, dapat mengerjakan aktifitas sama seperti sebelum
sakit tanpa ada hambatan.

E. Rencana Pelaksanaan
Tabel 5. Rencana Penatalaksanaan
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil diharapkan

Aspek a. Menginformasikan bahwa Orangtua Pada saat a. Orangtua pasien tahu keadaan
person penyakit ini tidak berbahaya dan kunjungan pasien
al an dapat disembuhkan bila kakek ke b. Orangtua pasien tidak
keluhan saluran napas hilang. nenek Puskesmas khawatitr terhadap penyakitnya
Menginformasikan kepada pasien c. Pasien dapat sembuh
keluarga pasien bahwa
penyakit OMSK
mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan pasien.
b. Mengingatkan untuk selalu
memberi asupan makanan
yang cukup, untuk membantu

28
daya tahan tubuh pasien
terhadap penyakit.
c. Memberitahukan kepada
keluarga pasien bahwa
gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada pasien
dapat dicegah dengan
pemberian gizi seimbang.
Aspek Memberitahu tentang penyebab, Orangtua Pada saat Orang tua pasien mengerti
klinik gejala dan tanda penularan serta dan kunjungan penyakit yang sedang diderita
faktor-faktor yang memperberat kakek ke anaknya, mengerti penyebab
penyakit, dan komplikasi dari nenek Puskesmas penyakitnya dan keluhan klinis
OMSK yaitu : granulasi (daging pasien pasien berkurang dan sembuh.
tumbuh di dalam telinga), abses
atau fistel retroaurikuler (lubang
di belakang telinga yang
mengeluarkan cairan yang
berbau).

Memberikan obat-obatan yang


menunjang kesembuhan pasien.

Farmakologis:
 Ofloxacin tetes telinga 2 x 3
gtt
 Amoxicilin syrup 2 x ½ cth
(60 mg)
 Ambroxol syrup 2 x ½ cth
(7,5 mg)

Non-Farmakologis:
1. Untuk keadaan gizi,
diberikan menu sesuai
penghitungan kalori pada
Lampiran 1.
2. Untuk pemerian ASI yang
baik dan benar, diberikan
Konseling Pemberian ASI
pada Lampiran 2.

29
Aspek a. Memberikan edukasi pada Orangtua Saat Kebutuhan kalori pasien sesuai,
risiko keluarga pasien mengenai dan kunjungan sehingga pertumbuhan dan
internal pentingnya asupan kalori kakek ke rumah perkembangan pasien baik. Serta
sesuai kebutuhan, untuk nenek pasien diharapkan dengan riwayat
meningkatkan daya tahan pasien imunisasi yang baik, pasien tidak
tubuh mudah terserang penyakit.
b. Mengingatkan untuk selalu
imunisasi sesuai jadwal, dan
memberitahu bahwa imunisasi
sangat penting untuk
kekebalan tubuh pasien
Aspek a. Menjaga lingkungan pasien Orangtua Saat Keluarga pasien mengerti
risiko sehat, sesuai kriteria rumah dan kunjungan mengenai rumah yang sehat, untuk
ekstern sehat (Lampiran 3) kakek ke rumah membantu memberikan lingkungan
al b. Menjauhkan pasien dari tempat nenek pasien sehat bagi pasien.
pembakaran sampah pasien

Lingkungan :
Edukasi pengelolaan sampah
yang baik
Aspek Menyarankan orangtua pasien Orangtua Saat Kondisi tubuh pasien lebih sehat
fungsio untuk dapat memepertahankan kakek kunjungan dan sesuai perkembangan.
nal kesehatan pasien, seperti nenek ke rumah
menghindari alergen debu, pasien pasien
dingin, dan asap rokok
Merangsang motorik halus,
motorik kasar, kemampuan
bicara dan sosial pasien dengan
selalu mengajak berbicara,
bermain, membantu berdiri, dan
merangsang berjalan.

F. Prognosis
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad sanationam: dubia ad malam
3. Ad fungsionam: dubia ad malam

30
Lampiran 1. Menu An.LH sesuai kebutuhan kalori

Hari Jadwal Makanan Jlh Kalori Karbo Protein Lemak


Jumat Pagi ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Nasi tim 200 gr 175kal 40 gr 5,5 gr 2 gr
/ 1 gls
Wortel cincang 100 gr 25 kal 5 gr 1 gr 0,8 gr
Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Jus apel 85 gr / 50 kal 12 gr 1 gr 0,2 gr
1 bh
Siang ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Nasi putih ¾ gls 175kal 40 gr 5,5 gr 2 gr
Bayam 100 gr 25 kal 5 gr 1 gr 0,8 gr
Daging sapi 1 ptg 75 kal 5 gr 7 gr 5 gr
rebus sdg/ 35
gr
Selingan Buah pepaya ½ ptg 25 kal 6 gr 0,4 gr 0,07 gr
bsr/ 50
gr
Malam ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Buah pepaya ½ ptg 25 kal 6 gr 0,4 gr 0,07 gr
bsr
TOTAL 803 kal 435 gr 25,8 gr 28,9 gr
Sabtu Pagi ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Roti putih 1 iris 87,5 20 gr 2 gr 1 gr
kal
Selai kacang 1sdm 75 kal 1 gr 5gr 3 gr
Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Biskuit 2 kpg 90 kal 20 gr 2 gr 3,5 gr
Siang Kentang 2 bj 175 kal 40 gr 4 gr 2 gr
tumbuk sdg
Labu siam 100 gr 25 kal 5 gr 1 gr 0,8 gr
Telur ayam 1 btr 75 kal 5 gr 7 gr 5 gr
rebus
Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr

31
Biskuit 2 kpg 90 kal 20 gr 2 gr 3,5 gr
Malam Buah pisang 1 bh 50 kal 12 gr 1 gr 0,2 gr
tumbuk
TOTAL 775,5 360 gr 27 gr 32,5 gr
kal
Minggu Pagi Ubi tumbuk ½ biji 87,5 20 gr 2 gr 1 gr
kal
Tahu tumbuk 1 bj bsr 75 kal 7 gr 5 gr 3 gr
Selingan Jus wortel & 100 gr 75 kal 17 gr 1,05 gr 0,8 gr
tomat + ½ bh
(dicampur bsr +
madu) 1sdm
(15 gr)
ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Siang Nasi tim 1 gls 175kal 40 gr 4 gr 2 gr
Hati ayam 1 bh 75 kal 5 gr 7 gr 5 gr
rebus sdg
Kol rebus 100 gr 25 kal 5 gr 1 gr 0,8 gr
Selingan ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Buah mangga ¾ bh 50 kal 12 gr 1 gr 0,2 gr
bsr
Malam ASI 100 gr 76 kal 79 gr 1 gr 4,5 gr
Buah anggur 7 bh 25 kal 6 gr 0,4 gr 0, 07 gr
TOTAL 815,5 349 gr 24,5 gr 26, 37
kal gr

32
Lampiran 2. Konseling Pemberian ASI

Pada hari-hari pertama kelahiran apabila bayi dibiarkan menyusu


sesuai keinginannya dan tidak diberikan cairan lain maka akan dihasilkan secara
bertahap 10 – 100 mL ASI per hari. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14.
Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 mL ASI per hari (kisaran
600-1000 mL). Setelah 6 bulan pertama produksi ASI akan menurun menjadi 400-
700 mL sehingga diperlukan makanan pendamping ASI.
Setelah 1 tahun, produksi ASI hanya sekitar 300-500 mL sehingga
makanan padat menjadi makanan utama.ASI per hari (kisaran 600-1000 mL).
Setelah 6 bulan pertama produksi ASI akan menurun menjadi 400-700 mL
sehingga diperlukan makanan pendamping ASI. Setelah 1 tahun, produksi ASI
hanya sekitar 300-500 mL sehingga makanan padat menjadi makanan utama.

Waktu Pemberian ASI


 Ibu harus menyusui bayinya sesegera mungkin, pada periode 30 menit
setelah bayi lahir guna merangsang keluarnya ASI.
 Pada waktu pertama menyusui, bayi disusui selama kurang lebih 5 menit
pada masing-masing payudara, setelah itu jangka waktu menyusui dapat
diperpanjang sampai sekitar 15 menit pada masing-masing payudara.
 Sebelum menyusui sebaiknya ibu mencuci tangan terlebih dahulu dan
putting susu dibersihkan dengan air hangat, kemudian dilap dengan kain
bersih.
 Lama menyusui adalah sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi.
 Ketika menyusui hendaknya dilakukan secara bergantian antara kedua
payudara hingga bayi tenang dan puas, biasanya sekitar 10 menit.

Posisi Menyusui
 Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga menyusui
efektif.
 Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam)

33
 Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah ke sisi lain
setelah mengosongkan payudara yang sedang disusukan.
 Keuntungan pengosongan payudara adalah:
o Mencegah pembengkakan payudara
o Meningkatkan produksi ASI
o Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal dan
akhir)

Cara Meningkatkan Produksi ASI


 Cara untuk meningkatkan ASI adalah dengan menyusui sesering mungkin.
 Menyusui lebih sering akan lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi.
 Jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam, bangunkan dan langsung disusui.

34
Lampiran 3. Kriteria Rumah Sehat

1. Kering
Rumah dikondisikan dengan membangun sistem bangunan yang dikonstruksi
dengan lingkungan dalam ruangan yang terkontrol. Bisa dilakukan dengan
menjaga agar sistem saluran air, saluran pembuangan terjaga dengan
baik.Begitu pun masalah perembesan dan kebocoran rumah, hendaknya diatur
agar tidak terjadi.
2. Bersih
Sistem bangunan yang dimiliki memungkinkan agar rumah bebas kotoran,
debu, asap serta kontaminan lainnya. Rumah yang berada di dekat jalan raya
jelas berbeda penangannya dengan rumah yang ada di kompleks persawahan.
3. Aman
Rumah hendaknya dibangun dengan bentuk, fungsi, dan peralatan yang aman
bagi penghuni. Konsep ergonomis di setiap piranti hendaknya juga dipikirkan
dengan matang. Sisi keamanan adalah faktor yang penting, demi menghindari
terjadinya kecelakaan di dalam maupun di sekitar rumah.
4. Bebas Kontaminasi
Gunakan cat rumah dan produk-produk bangunan yang aman dan tidak
mengganggu kesehatan. Jauhi penggunaan formaldehida untuk meminimalisir
kontaminasi anggota keluarga.
5. Memiliki Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk memperlancar pertukaran udara segar. Standardnya
harus ada di setiap ruangan.
6. Bebas dari hewan pengganggu
Penghuni hendaknya menjaga agar setiap sudut rumah bebas dari hewan
pengganggu seperti tikus, kecoa, cicak, dll. Hewan-hewan ini selalu berusaha
untuk mencari makanan dan sarang di dalam rumah sehingga anda harus benar-
benar ekstra bekerja keras untuk mengenyahkannya.
7. Terawat
Rumah yang sehat adalah rumah yang setiap elemennya terawat dan terpelihara
dengan baik. Para penghuni rumah hendaknya mengatur jadwal khusus untuk
saling berbagi tugas melakukan tugas ini demi kepentingan bersama.

35

Anda mungkin juga menyukai