Anda di halaman 1dari 10

Tugas 1

“PEMBUATAN EKSTRAK RIMPANG Kaempferia galanga”

Disusun Oleh :

Annisyah Nur Rohma Riyadi

201510410311165

Farmasi D

Program Studi Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

2018
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki Keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Salah
satu diantaranya adalah keanekaragaman floranya. Setiap species tanaman mempunyai
perannya terhadap kehidupan manusia maupun organisme lain, baik bagi
kesehatan, pangan, sandang, maupun papan. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari masih
banyak diakui dan dipercayai bahwa tanaman mempunyai nilai religious juga mempunyai
manfaat sebagai obat tradisional. Tumbuhan obat telah digunakan secara turun temurun
untuk mencegah, menyembuhkan serta memelihara kesehatan. Dewasa ini penggunaan obat
tradisional sebagai alternatif pengobatan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
kecenderungan masyarakat menerapkan gaya hidup back to nature atau kembali ke alam serta
ditunjang oleh efek samping obat tradisional yang relative kecil dan harganya dapat dijangkau
oleh mesyarakat luas. Kemajuan teknologi turut mendukung pengembangan serta pemanfaatan
tanaman secara luas. Seperti pengembangan tumbuhan sebagai bahan bakar, pupuk maupun
bioetanol. Salah satu tumbuhan yang sangat bermanfaat sebagai tanaman obat adalah
Kaempferia galanga Linn. atau dalam bahasa umumnya dikenal sebagai Kencur.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering
harus mudah digerus menjadi serbuk. Cahaya langsung preparat farmasi tertentu yang dibuat
dengan proses ekstraksi yakni dengan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Bahan
mentah obat berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut
kecuali dikumpulkan dan dikeringkan.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum tersebut mahasiswa dapat :
1. Mengetahui metode – metode ekstraksi dari pembuatan rimpang kencur
2. Mampu melakukan ekstrasi rimpang kencur dengan metode maserasi
3. Mampu menetapkan kadar senyawa marker pada ekstrak rimpang kencur
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari uraian di atas yaitu :
1. Sebagai informasi kepada pembaca metode pembuatan ekstraksi rimpang kencur
2. Sebagai prosedur pembuatan ekstrasi rimpang kencur bagi pembaca untuk
mempraktekkan
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Tanaman Rimpang Kencur (Kaempferia galanga)


Klasifikasi tanaman Rimpang kencur :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Subfamili : Zingiberoideae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kencur)
Pemerian
Bau khas aromatik; rasa pedas, hangat, agak pahit, akhirnya menimbulkan rasa tebal.
Makroskopik
Kepingan : Pipih; bentuk hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan; tebal keeping
1 mm sampai 4 mm; panjang 1 cm sampai sampai 5 cm, lebar 0,5 cm sampai 3 cm; bgian
tepi berombak dan berkeriput, warna coklat sampai coklat kemerahan, bagian tengah
berwarna putih sampai putih kecoklatan. Korteks : sempit, lebar lebih kurang 2 mm; warna
putih; berkas pembuluh tersebar tampak sebagai bintik-bintik berwarna kelabu atau
keunguan. Silinder pusat: Lebar, banyak tersebar berkas pembuluh seperti pada korteks.
Bekas patahan : rata, berdebu, berwarna putih.
Mikroskopik
Periderm : terdiri dari 5 sampai 7 lapis sel, sel berbentuk segi panjang berdinding tipis.
Jaringan parenkim korteks : terdapat di bawah periderm, sel parenkim isodiametrik,
berdinding tipis, berisi butir-butir pati, sel idioblas minyak berbentuk hampir bulat dan
bergaris tengah 50 µm sampai 100 µm, dalam idioblas minyak terdapat minyak yang tidak
berwarna sampai berwarna putih semu kekuningan. Butir pati: umumnya tunggal, besar,
bentuk bulat, bulat telur atau bulat telur tidak beraturan dengan salah satu ujungnya
mempunyai putting, lamela dan hilus tidak jelas; panjang butir pati 6 µm sampai 25 µm,
umumnya 23 µm. Berkas pembuluh : Tersebar dalam korteks dan silinder pusat; pembuluh
kayu terdiri dari pembuluh spiral, pembuluh tangga dan pembuluh jala, tidak berlignin.
Endodermis : mempunyai dinding radial yang agak menebal, tidak berisi butir pati. Silinder
pusat : Lebar, parenkimatik, berisi butir pati dan idioblas minyak seperti pada korteks,
berkas pembuluh dibawah endodermis tersusun teratur dalam suatu lingkaran yang
berdekatan satu sama lainnya. Serbuk : Warna putih, putih kecoklatan sampai coklat.
Fragmen pengenal adalah butir pati yang hampir bulat dengan puting tau sisi bersudu;
idioblas minyak; oleoresin berbentuk gumpalan atau tetesan kecil yang dengan yodium LP
warnanya menjadi coklat kekuningan; fragmen periderm; pembuluh kayu (Depkes RI,
1989).
2.2 Metode Ekstrasi
Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dan bagian tumbuhan
obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat di
dalam sel, namun sel tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya
sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya (Tobo F,
2001). Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu
teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua
(biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan
satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan
dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa
menit (Svehla, 1985).
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi, dan
soxlhetasi. Metode penyarian yang akan digunakan tergantung dari wujud dan
kandungan bahan yang akan disari. Selain itu, pemilihan metode penyarian disesuaikan dengan
kepentingan untuk memperoleh kandungan kimia yang diinginkan (Harborne J.B., 1996).
a. Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Istilah masteration berasal dari bahasa
latin macere, yang artinya merendam jadi. Jadi maserasi dapat diartikan sebagai proses
dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam dalam mesntrum
sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan
melarut (Ansel, 2008). Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature
kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk ke dalam sel tanaman melewati dinding
sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh pelarut dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang
sampai terjadi keseimbangan antara larutan di dalam sel dan larutan di luar sel (Ansel,
1989). Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15°C - 20°C dalam waktu selama 3
hari sampai bahan-bahan yang larut melarut (Ansel, 1989). Pada umumnya maserasi
dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok,
dimasukkan ke dalam bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyair, ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah
5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambah cairan penyair secukupnya, diaduk
dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup dan
dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan
dipisahkan.
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok dengan
melewatkan secara perlahan-lahan melewati kolom. Serbuk simplisia dimasukkan kedalam
perkolator, dengan cara mengalirkan cairan melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah
untuk keluar ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom. Pembaharuan bahan
pelarut secara terus-menerus sehingga memungkinkan berlangsungnya maserasi
bertingkat. Kekurangan dari metode ini adalah tidak boleh digunakan pada ekstrak yang
mengandung bahan yang bias mengembang atau pati/amylum (Ansel, 1989).
c. Soxhletasi
Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas atau
karbon) dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu
(percolator). Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan antara labu
penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa.
Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran
balik melalui pipet, berkondensasi didalamnya, menetes ke atas bahan yang diekstraksi.
Larutan berkumpul didalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya,
secara otomatis dipindahkan kedalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi
terakumulasi melalui penguapan bahan pelatur murni berikutnya (Voigt, 1984).
Pembagian ekstrak menurut konsistensinya :
a. Ekstrak kering (Extracta sicca) adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan
dan tidak mengandung pelarut lagi serta mempunyai konsistensi yang padat (kering).
Farmakope menghendaki agar ekstrak kering mudah digerus menjadi serbuk dan pada
umumnya higroskopis, maka harus disimpan dalam botol dengan tutup kapur tohor
(CaO). Ekstrak kering dibagi menjadi dua macam :
 Ekstrak kering yang dibuat dengan etanol, karena bahan tidak larut sepenuhnya
dengan air, contoh : Extractum Calumba, Extractum Chinae, Exractum
Colocyathidis, Extractum Granati, Extractum Rhei, dll.
 Ekstrak kering yang dibuat air, contoh : Extractum Aloes, Extractum Opii,
Extractum Ratanhie, Extractum Dhamni frangulae (Van duin, 1947).
b. ekstrak kental (Extracta spissa) adalah ekstrak dengan kadar air 20-25%, namun
hanya pada ekstrak Liquiritiae diizinkan kadar air mencapai 35% (Van Duin, 1947).
Ekstrak kental juga mengalamai proses penguapan namun konsistensi tetap kental
pada suhu kamar, contoh : Extractum Belladone dan Extractum Hycoscyami.
c. Ekstrak cair (Extracta liquidaa) adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-
masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif 1g simplisia yang
memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan
dan disaring atau bagian yang bening dituangkan, beningan yang diperoleh memenuhi
persyaratan farmakope (Farmakope Indonesia IV).
2.3 Ekstrak Rimpang Kencur
Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka,
industry kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus
rokok pada industry rokok kretek, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida. Secara
empiric kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, ekspektoran, obat batuk,
disentri, tonikum, infeksi bakteri, masuk angin, sakit perut. Rimpang kencur mengandung
minyak atsiri sekitar 2-4% yang terdiri dari 3,7,7- trimetil-bisiklo-[4,1,0]-hept-3-ena, etil
sinamat, etil para metoksi sinamat (EPMS), para metoksi stirena, n-penta dekana, borneal, dan
kamfen (Suyatno et al., 2011).
Kandungan utama kencur adalah etil p-metoksisinamat (EPMS) yang merupakan senyawa
ester turunan dari p-metoksisinamat yang di dalam tubuh mengalami hidrolisis menjadi
senyawa aktif biologis, asam p-metoksisinamat (APMS), senyawa ini bekerja dengan
menghambat enzim siklooksigenase, sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
prostaglandin terganggu. Selain itu, EPMS termasuk kelompok fenolik alam dari golongan
fenil propanoid yang bermanfaat sebagai tabir surya, senyawa ini memperlihatkan aktifitas
serapan maksimum 308nm (daerah UV-B) dan bersifat sebagai UV filter sehingga Etil p-
metoksisinamat mempunyai perlindungan yang baik terhadap sinar matahari yang dapat
memantulkan dan menghamburkan radiasi sinar UV terutama UV-B (290-320 nm) (Agoes, A.,
2010).
BAB III

Prosedur Kerja

Prosedur pembuatan ekstrak kering rimpang Kaempferia galanga dengan metode maserasi

Ditimbang 400 gram serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana maserasi.
Kemudian ditambahkan 1000 ml etanol 96% aduk ad serbuk terbasahi

Ditambahkan etanol 96% sebanyak 600 ml, aduk ad homogen lalu tutup bagian mulut
bejana dengan aluminium dan diamkan selama 24 jam

Hasil maserasi rimpang disaring, lalu filtrat ditampung dan tambahkan 1200 ml etanol 96%
pada residu, diamkan selama 24 jam. (lakukan 2x)

Disaring kembali maserasi akhir dan kumpulkan semua filtrat menjadi satu kemudian
kalibrasi labu pada rotavapor untuk ekstrak ad 400 ml, beri tanda

Dilakukan pemekatan dengan rotavapor (penguapan dengan penurunan tekanan) ad volume


tersisa ± 400 ml dan pindahkan hasilnya ke dalam loyang lalu diratakan

Tambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak dengan ditaburkan sedikit demi sedikit
secara merata, kemudian diamkan selama semalam (ad kering)

Diaduk ad homogen dan timbang berat ekstrak tersebut, lalu simpan pada wadah tertutup
(botol selai). Berikan label identitas pada wadah
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Salemba Medika : Jakarta


Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia : Jakarta
Ansel, H.C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat, Universitas Indonesia :
Jakarta
Depkes RI, 1989, Materia Medika Jilid V, Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan : Jakarta
Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan terbitan
kedua, Institut Teknologi Bandung : Bandung
Svehla, G, 1985, VOGEL I : Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro, Kalman Media
Pustaka : Jakarta
Suyatno et al., 2011, Uji in vitro Aktivitas Tabir Surya Senyawa Turunan Sinamat Hasil Isolasi
dari Rimpang Kencur,
suyatno.cv.unesa.ac.id/.../Aktivitas_tabir_surya_senyawa_turunan_sinamat.pdf (18
September 2018)
Tobo F, 2001, Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia 1, Universitas Hasanudin : Makassar
Van Duin, C.F., 1947, Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek dan Teori diterjemahkan oleh
Satiadarma, K., Pecenongan 58 : Jakarta
Voigt, 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi diterjemahkan oleh Soewandhi, S.N., Universitas
Gajah Mada : Yogyakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Kencur

Anda mungkin juga menyukai