KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Pringkasap
Pringkasap Kepala Puskesmas Pringkasap
dr. Elan
NIP. 19720412 200212 1 004
Pengertian Luka tusuk pada petugas, karena alat benda tajam/jarum bekas
pasien HIV/AIDS tanpa disengaja.
Tujuan Mencegah resiko penularan dari penderita ke petugas kesehatan
yang berhubungan dengan pekerjaan petugas kesehatan karena
luka tusuk akibat benda tajam/jarum bekas pasien HIV/AIDS.
Kebijakan Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja
Prosedur 1. Persiapan
1.1 Alat :
1.1.1. Nacl 0,9 %
1.1.2. Air bersih
1.1.3. Sabun atau larutan antiseptik
2. Langkah-langkah
2.1.Bila terjadi luka tusuk jangan panik, atasi dengan
prosedur dalam waktu 4 jam
2.2.Segera cuci bagian tubuh yang tertusuk dengan air
mengalir dan sabun atau aniseptik, luka jangan di
pencet-pencet
2.3.Percikan pada mukosa atau kulit segera dibilas dengan
guyuran air.
2.4.Mata di irigasi menggunakan larutan NaCl 0,9%
2.5.Segera laporkan kepada tim HIV/AIDS dan Tin
Pengendali infeksi RS
2.6.Segera ikuti penatalaksanaan profilaksis pasca pajanan.
3. Hal – hal yang harus diperhatikan :
3.1.Ketenangan dalam bertindak
3.2.Cermat dan teliti
Unit Terkait SMF
KONSELING HIV / AIDS
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Pringkasap
Pringkasap Kepala Puskesmas Pringkasap
dr. Elan
NIP. 19720412 200212 1 004
Pengertian Suatu proses konsultasi untuik membantu pasien mempelajari
situasi mereka, mengenali dan melakukan pemecahan masalah
terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.
Tujuan 1. Menyediakan dukungan psikologik.
2. Mencegah penularan HIV.
3. Menyediakan informasi tenteng perilaku beresiko.
4. Membantu mengembangkan keahlian pribadi yang
diperlukan untuk menjalani kebiasaan hidup aman.
5. Memastikan pengobatan yang efektif termasuk pemecahan
masalah dengan menangani isu.
Kebijakan 1. Konseling diberikan oleh konselor yang telah terlatih.
2. Ruang konseling harus aman, nyaman serta perlu manjaga
kerahasiaan.
3. Syarat-syarat konselor di Rumah Sakit:
3.1. Harus terlatih melalui pelatihan atau pendidikan
formal.
3.2. Menyediakan diri dan waktunya untuk membantu
pasien melalui konseling.
3.3. Dapat berempati dan mendengarkan dengan perhatian.
3.4. Memahami proses infeksi HIV dan infeksi opotunistik.
3.5. Dapat menyimpan rahasia.
Prosedur 1. Persiapan :
1.1. Alat :
1.1.1. Leaflet
1.1.2. Ruang konseling
1.1.3. Meja dan kursi untuk petugas dan pasien
2. Langkah – langkah :
2.1. Konseling pencegahan :
2.1.1. Pemahaman HIV / AIDS dan dampak fisik serta
psikososial.
2.1.2. Cara penularan dan pencegahan.
2.1.3. Pemahaman perilaku hidup sehat.
2.1.4. Mendorong perubahan perilaku kearah hidup
sehat.
2.2. Konseling Pre test
2.2.1. Motivasi pelaksanaan test sukarela.
2.2.2. Interpretsi hasil yest meliputi:
2.2.2.1. penapisan dan konfirmasi
2.2.2.2. tanpa gejala dan gejala nyata.
2.2.2.3. Pemahaman infeksi HIV dan dampaknya.
HIV tidak dapat sembuh namun dapat tetap
produktif.
2.2.2.4. Infeksi opotunistis dapat diobati.
2.2.3. Estimasi hasil
2.2.3.1. Kesiapan mental emosional penerimaaan
hasil pemeriksaan.
2.2.3.2. Mengkaji factor resiko
2.2.3.3. Periode jendela.
2.2.4. Membuat rencana jika didapatkan hasil.
2.2.4.1. Apa yang dilakukan jika hasil positif atau
negatif.
2.2.4.2. Memperkirakan dukungan dari orang dekat
/ sekitar pasien. Membangun pemahaman
hidup sehat dan mendorong perilaku sehat.
Membuat keputusan : melaksanakan test / tidak.
2.3. Konseling Pasca test
2.3.1. menilai situasi psikososial terkini, mendukung mental
emosional pasien.
2.3.2. Menilai pemahaman klien.
2.3.3. Membacakan hasil.
2.3.4. Mendukung emosi klien, ventilasi dan mendorong
klien bicara lebih lanjut.
2.3.5. Manajemen pemecahan masalah : gali masalah, pahami
dan jelaskan pada klien, susun rencana. Membantu
membuat rencana menghadapi kehidupan pasca
pemberitahuan hasil dengan perubahan kearah perilaku
sehat.
2.4. Konseling menghadapi kematian
2.4.1. Pemahaman akan makna hidup.
2.4.2. Pemahaman kan makna meninggal duania.
2.4.3. Cita-cita yang sudah tercapai.
2.4.4. Cita-cita yang belum tercapai.
2.4.5. Bagaimana dengan cita-cita yang belum tercapai
kepada siapa mau disampaikan.
2.5. Konseling kepatuhan berobat
2.5.1. Pemahaman jenis, cara dan proses pengobatan.
2.5.2. Pemahaman dampak putus obat.
2.5.3. Dukungan untuk mengurangi beban psikologik yang
membuat pasien merasa sakit / cacat / tidak berdaya,
tak ada harapan menghadapi kehidupan karena ia harus
meggunakan obat dalam jangka waktu panjang.
3. Hal – hal yang harus diperhatikan :
3.1. Tahap penerimaan pasien
3.2. Respon pasien
3.3. Kerahasiaan pasien
Unit Terkait SMF, IRNA
PERAWATAN JENAZAH PASIEN
HIV/AIDS
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Pringkasap
Pringkasap Kepala Puskesmas
Pringkasap dr. Elan
NIP. 19720412 200212 1 004
Pengertian Memberikan perawatan jenazah pasien HIV/AIDS dengan
aman dan benar.
Tujuan 1. Melindungi petugas / keluarga, lingkungan dari tertularnya
virus HIV/AIDS
2. Memberikan rasa aman bagi petugas yang merawat /
memandikan jenazah HIV/AIDS.
Kebijakan 1. Petugas yang merawat jenazah menggunakan alat pelindung
pribadi secara lengkap.
2. Petugas telah mengetahui cara membersihkan mayat yang
infeksius.
3. Jenazah dengan kasus HIV / AIDS tidak boleh dimandikan
di rumah pasien
Prosedur 1. Persiapan :
1.1. Alat :
1.1.1. Masker
1.1.2. Sarung tangan karet
1.1.3. Apron
1.1.4. Sepatu Boot
1.1.5. Kapas / kassa
1.1.6. Plester kedap air
1.1.7. Identitas jenazah
2. Langkah – langkah :
2.1. Tindakan di ruangan :
2.1.1. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
karet
2.1.2. Pakai masker penutup mulut dan baju pelindung
(Apron)
2.1.3. Luruskan tubuh, tutup mata telinga dan mulut
jenazah dengan kapas atau kasa.
2.1.4. Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air.
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Pringkasap
Pringkasap Kepala Puskesmas
Pringkasap dr. Elan
NIP. 19720412 200212 1 004
1. PENGERTIAN 1.1 Konseling dan tes sukarela selanjutnya disebut VCT
(Voluntary Counseling and Testing) adalah kegiatan konseling
yang bersifat sukarela dan rahasia antara konselor dari Tim
penanggulanggan HIV-AIDS puskesmas cicalengka dengan
orang yang ingin mengetahui status HIV nya atau orangyang
berisiko tertular HIV.
1.2 Disebut telahmenjalani VCT apabila menjalani : konseling
pre tes, testing, dan konseling pasca tes.
1.3 Konseling adalah saran, anjuran, nasehat profesional yang
diberikan kepada seseorang yang mempunyai masalah/problem
(oxford Advance Learnes Dictionary 4th ed).
1.4 Konselor adalah petugas yang memiliki ketrampilan
konseling dan pemahaman akan seluk belik HIV/AIDS.
1.5 Prosedur Pelaksanaan VCT adalah alur pelayanan yang
wajib dilalui oleh semua orang yang akan menjalani VCT di
puskesmas cicalengka.
1.6 Tempat melaksanakan VCT adalah poli VCT atau di ruang
rawat inap.
2. TUJUAN Tujuan pembuatan protap ini :
1. Sebagai acuan baagi petugas medis & non medis di
puskesmas cicalengka dalam pelaksanaan VCT.
2. Sebagai acuan bagi orang yang akan menjalani tes HIV.
3. Sebagai pedoman pelaksanaan pemeriksaan tes HIV di
puskesmas cicalengka.
Tujuan pelaksanaan VCT adalah :
Membantu terduga HIV dan atau ODHA untuk melakukan
perubahan perilaku ke arah perilaku lebih sehat dan aman
melalui:
a. Memberikan dukungan psikologis bagi pasien &
keluarga.
b. Mencegah penularan HIV dengan
- menyampaikan informasi tentang perilaku berisiko
- membantu mengembangkan keahliab pribadi yang
diperlukan untuk mendukung perilaku hidup sehat.
Memastikan pengobatan yang efektif sedini mungkin
termasuk alternatif pemecahan berbagai masalah.
3. KEBIJAKAN 3.1 Pelaksana pelayanan VCT adalah konselor dari Tim
Penanggulangan HIV/AIDS.
3.2 Biaya pelaksanaan pelayanan VCT adalah sesuai dengan
ketentuan puskesmas cicalengka tentang biaya klinik rawat
jalan dan biaya pemeriksaan laboratorium.
4. PROSEDUR 4.1 Klien atau pasien yang akan menjalani VCT baik datang
sendiri atau dikirim oleh petugas medis terlebih dahulu
mendaftar di tempat pendaftaraan
4.2 Klien/Pasien menjalani konseling.
4.3 Apabila setuju untuk diperiksa tes HIV, klien/pasien
menandatangani Informed Consent yang disediakan
4.4 Klien menjalani tes di laboratorium .
4.5 Untuk pembukaan hasil tes anti HIV, klien/pasien
menjalani konseling pasca tes.
4.6 Bagi pasien yang belum setuju untuk menjalani tes pada
saat itu dianjurkan untuk kunjungan ulang pada waktu yang
disepakati.
5. DOKUMEN 5.1 Pedoman Nasional PERAWATAN DUKUNGAN DAN
TERKAIT PENGOBATAN BAGI ODHA, Dirjen Pemberantasan
Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan DEPKES RI
tahun 2005.
5.2 Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS
Secara Sukarela,Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan,DEPKES 2005.
5.3 Modul VCT, DEPKES 2004.
5.4 Ketentuan tentang biaya pelayanan Rawat Jalan dan Rawat
inap di puskesmas cicalengka.
5.5 Formulir Informed Consent puskesmas cicalengka
5.6 Formulir Laporan Pajanan puskesmas cicalengka
PROSEDUR TETAP
PROVIDER INITIATED
TESTING AND COUNSELING
(PITC)
PUSKESMAS CICALENGKA
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Pringkasap
Pringkasap Kepala Puskesmas
Pringkasap dr. Elan
NIP. 19720412 200212 1 004
1. PENGERTIAN 1.1 PITC (Provider Initiated Testing and Counseling) adalah
testing dan konseling yang diinisiasi oleh petugas kesehatan
untuk kepentingan : 1. Diagnostik (Diagnostic testing)
2. Tawaran Rutin(Routine Offer)
1.2 VCT (Voluntary Counseling and Test) adalah kegiatan
konseling yang bersifat sukarela dan rahasia antara konselor
dan Tim Penanggulangan HIV-AIDS PUSKESMAS
CICALENGKA dengan orang yang ingin mengetahui status HIV
nya atau dengan orang yang berisiko.
2.TUJUAN Tujuan pembuatan Protap ini adalah :
1. Untuk dapat dipakai sebagai acuan bagi petugas medis yang
akan melaksanakan PITC.
2. Untuk diketahui oleh segenap petugas kesehatan tentang
pelaksanaan PITC.
Tujuan PITC adalah :
1. Untuk memeperluas cakupan VCT di lingkungan pelayanan
medis PUSKESMAS CICALENGKA.
2. Agar setiapdokter di lingkungan PUSKESMAS
CICALENGKA dapat mengawali/menginisiasi testing, untuk
kemudian dilanjutkan dengan VCT.
3. Untuk dapat mendeteksi lebih dini status HIV pasien.
3. KEBIJAKAN 3.1 Pelaksanaan kegiatan PITC tetap mengacu kepada consent,
confidentiality, counseling.
3.2 Permintaan awal untuk pemeriksaan tes antibody HIV
dapat dilakukan oleh dokter yang merawat pasien, namun
selanjitnya pasien tetap dianjurkan untuk menjalani konseling
oleh konselor PUSKESMAS CICALENGKA.
4. PROSEDUR - Dokter yang memeriksa atau merawat pasien menawarkan
pemeriksaan tes HIV kepada pasien,
- Dokter memberikan informasi singkat tentang HIV dan alasan
menjalani tes.
- Apabila pasien setuju untuk diperiksa maka pasien
menandatangani persetujuan tes pada kartu rekam medik.
- Kalau pasien tidak setuju, dianjurkan untuk menjalani VCT.
- Bagi pasiean yang setuju, diambil darahnya kemudian dibawa
ke laboratorium.
- Setelah hasil pemeriksaan laboratorium selesai,dokter yang
merawat meminta konselor untuk melakukan konseling
pembukaan hasil pemeriksaan laboratorium.
5.DOKUMEN 5.1 Pedoman Nasional PERAWATAN DUKUNGAN DAN
TERKAIT PENGOBATAN BADI ODHA, Dirjen Pemberantasan
Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan DEPKES RI
tahun 2003.
5.2 Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS
Secara Sukarela, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
5.3 SOP For HIV Counseling and Testing in FHI Supported
Progam Generic Version.June 2006.
5.4 Modul PITC.WHO 2006.
5.5 Prosedur Tetap Pelaksanaan VCT di PUSKESMAS
CICALENGKA.
Protap
5.7 Pemantauan Lingkungan Kerja
5.8 Jadwal Pemantauan Lingkungan Kerja
5.9 Hasil Pemantauan
5.10 Evaluasi dan Tindak Lanjut
6. SUMBER 6.1 Peraturan Menteri Kesehatan RU, Keputusan Direktur
TERKAIT Jenderal PPm & PLP tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, Cetakan ke-4 tahun 1996.
6.2 Departemen Tenaga Kerja, Makalah Training Material K-3
Bidang Kesehatan Kerja Tahun 1995
ALUR PELAYANAN PITC
1.Menawarkan Tes
Setuju 2.Memberikan info pretest: Tidak Setuju
Penularan
Pencegahan HIV
laboratorium
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Pringkasap
Pringkasap Kepala Puskesmas
Pringkasap dr. Elan
NIP. 19720412 200212 1 004
Pelayanan yang diberikan kepada klien yang beresiko tinggi
Pengertian
terkena HIV.
1. Klien mendapatkan hasil pemeriksaan test HIV dengan
penjelasan implikasinya dari Konselor.
Tujuan
2. Klien mendapatkan dukungan sesuai dengan hasil tes.
3. Klien mendapat dukungan tindak lanjut.
1. KEPMENKES RI NO.1507/MENKES/SK/X/2005 Tentang
Pedoman Pelayanan Konseling dan Test HIV/AIDS secara
Sukarela.
2. KEPMENKES NO. 1285/MENKES/SK/X/2002 Tentang
Kebijakan
Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular
Seksual
3. Buku Pedoman Pelayanan Konseling dan Tes HIV/AIDS
oleh DEPKES RI tahun 2004
Alat dan bahan :
1. Ruangan sesuai standar (nyaman untuk 2 atau 3 orang
2. 1 meja dan 2 kursi yang diatur menurut huruf L
3. Lemari file yang dapat dikunci
4. Lampu/penerangan yang cukup
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Pringkasap
Pringkasap Kepala Puskesmas
Pringkasap dr. Elan
NIP. 19720412 200212 1 004
1. Pengertian Prosedur ini mencakup semua kegiatan yang terkait dengan
identifikasi, dokumentasi dan pelaporan kasus KTD,KPC dan
KNC.
2. Tujuan Pelayanan klinis yang bermutu sangat dipengaruhi oleh
kemampuan puskesmas dalam mengidentifikasi,
mendokumentasi, menganalisis dan melaporkan permasalahan
mutu pelayanan klinis seperti KTD,KPC,KNC untuk itu perlu
dibuat suatu standar prosedur yang dapat membakukan
manajemen resiko klinis.
3. Kebijakan SK Kepala puskesmas tentang kebijakan mutu dan keselamatan
pasien.
4. Referensi