Anda di halaman 1dari 10

e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling

Volume: 2 No 1, Tahun 2014

PENERAPAN KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK


MODELING UNTUK MENINGKATKAN PROAKTIF SISWA KELAS
X BB SMA NEGERI 2 SINGARAJA
Ni Luh Gede Menda Marta Yani, I Ketut Dharsana, Kadek Suranata
Jurusan Bimbingan Konseling, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: luhgedemenda@gmail.com, profdarsana@yahoo.com, sura@konselor.org

Abstrak
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan Bimbingan Konseling (Action
Research In Counseling) yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan proaktif
siswa kelas X BB SMA Negeri 2 Singaraja setelah dilaksanakan penerapan
konseling behavioral dengan teknik modeling. Subjek penelitian ini sebanyak 30
orang siswa kelas X BB SMA Negeri 2 Singaraja. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus
dimana masing-masing siklus melalui tahap identifikasi, diagnosa, prognosa,
konseling, evaluasi/follow up, dan refleksi. Proses pengambilan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner proaktif pola skala linkert dan dianalisis secara
deskriptif serta menggunakan buku harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan proaktif siswa kelas X BB SMA Negeri 2 Singaraja melalui
pemberian layanan bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok
dan konseling individu. Dari hasil penelitian siklus I siswa yang proaktifnya berada
pada kategori rendah meningkat menjadi kategori sedang dan setelah pemberian
layanan pada siklus II proaktif siswa meningkat dari kategori sedang menjadi tinggi
dan sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan konseling behavioral dengan teknik modeling dapat meningkatkan
proaktif siswa kelas X BB SMA Negeri 2 Singaraja.

Kata-kata kunci: konseling behavioral, teknik modeling, proaktif.

Abstract
The study consist of action reseach in counseling which aims to determine proactive
enhancement students of X BB SMA Negeri 2 Singaraja after the application of
behavioral counseling conducted by the modeling techniques. The research subjects
were students of X BB SMA Negeri 2 Singaraja. This study consisted of two cycles
which each cycle through the identification, diagnosis, prognosis, counseling /
treatment, evaluation / follow-up, and reflection. Process of data collection in this
study used a questionnaire proactive linkert scale patterns and analyzed descriptively
and using a diary. The results of the reseacrh showed proactive improvement
students of X BB SMA N 2 Singaraja through giving classical guidance services,
group guidance, group counseling and individual counseling. In cycle I the students
with low proactive category increase to moderate category and after cycle II was
conducted the students’ proactive increase from the moderate category becomes
high and very high. Based on the result of the research, it can be concluded that the
implementation of behavioral counseling with modeling technique can improve the
proactive students of X BB SMA N 2 Singaraja.

Key words: behavioral counseling, modeling techniques, proactive.

Pendahuluan bertanya maupun menjawab dalam


Pengamatan peneliti di kelas X BB mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam
SMA Negeri 2 Singaraja, peneliti melihat kelas, tidak pernah mengeluh selalu
beberapa siswa yang menunjukkan berusaha dalam mengerjakan tugas,
perilaku seperti siswa sangat aktif memiliki tanggung jawab yang tinggi
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

seperti selalu mengumpulkan tugas tepat terhadap masa depan. Maka dari definisi
waktu, memiliki sikap mandiri dalam tersebut dalam hal ini proaktif
membuat tugas atau pekerjaan rumah mengandung 4 aspek yaitu: 1) Tanggung
tidak pernah mengandalkan orang lain jawab; (2) Mandiri; (3) Berinisiatif dan (4)
atau menyontek pekerjaan orang lain, Berpandangan positif terhadap masa
memiliki keinginan untuk mengevaluasi depan.
diri, dan memiliki pandangan yang positif Untuk meningkatkan proaktif siswa,
terhadap masa depannya. ada berbagai teori konseling yang dapat
Disisi lain ada beberapa siswa yang digunakan atau diterapkan yaitu “Teori
menunjukkan sikap seperti kurang aktif Psikoanalitik Sigmund Freud; Teori
bertanya maupun menjawab dalam Konseling Self Adler; Teori Konseling
mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam Kelompok Psikodinamika dalam Teori
kelas, cenderung lebih suka mengeluh, Asumsi Melanie Klein; Teori Konseling
mudah menyerah dan mudah berputus yang Berpusat pada Pribadi oleh Calr
asa dalam mengerjakan tugas, tidak Roger; Teori Konseling Gestalt Fritz Perls;
memiliki keinginan untuk bertanggung Teori Analisis Transaksional Eric Berne;
jawab dalam mengumpulkan tugas seperti TeorI Reality Counselling (William
tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, Glasser); Teori Motivasi Manusia
tidak memiliki sikap mandiri selalu “Maslow’s”; Teori Logo Konseling Victor
mengandalkan dan menyontek hasil Frakl; Teori Konseling Kognitif (Aaron
pekerjaan orang lain, tidak memiliki Beck); Teori Melatih Konseling Tingkah
keinginan untuk mengevaluasi diri, Laku (Oleh Krumboltz); Teori Behavioral
menyalahkan orang lain atas apa yang (Teori Tingkah laku); Teori Kognitif Sosial
terjadi pada dirinya dan tidak memiliki (Albert Bandura); Teori Rasional Emotive
pandangan yang positif terhadap masa Behavioral Counselling Alberrt Ellis; Teori
depannya. Berdasarkan perilaku yang Konsepsi George Kelly; Teori Eklecticism;
ditunjukkan oleh siswa tersebut diatas, Teori Personologi Murray; Teori Pemilihan
maka siswa tersebut dapat dikatakan tidak Jabatan John L.Holland; Teori
memiliki proaktif. Perkembangan Karir dan Perkembangan
“Proaktif adalah berupa keyakinan Hidup (Super); Teori Pemilihan Jabatan
bahwa sumber atau penyebab tingkah atau Karir menurut Anne Roe; Teori
laku berada dalam diri manusia sendiri”, Perkembangan Karir oleh Ginzberg dan
(E. Koswara, 1986: 24). Konseling Karir Trait dan Faktor”,
Menurut pendapat Stephen R. (Dharsana, 2010).
Covey (1997: 61) “Proaktif adalah sebagai Berdasarkan teori yang telah
manusia kita bertanggung jawab atas disebutkan di atas maka dalam penelitian
hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah ini, peneliti lebih menekankan pada
fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi perubahan tingkah laku. Salah satu cara
kita. Kita mempunyai inisiatif dan yang dapat digunakan untuk mengubah
tanggung jawab untuk membuat segala perilaku negatif menjadi perilaku yang
sesuatunya terjadi”. lebih positif yaitu dengan pendekatan
Pendapat lain menurut Suharli Teori Behavioral (Teori Tingkah laku).
(2009: 37), “proaktif adalah orang yang Karena seperti yang telah diketahui
berinisiatif membentuk dirinya sendiri bahwa “konseling Behavioral adalah teori
menuju tujuan hidup”. konseling yang menekankan pada tingkah
Berdasarkan atas beberapa definisi laku manusia yang pada dasarnya
tersebut diatas, maka dapat disimpulkan dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan
bahwa proaktif adalah sikap manusia dan segenap tingkah lakunya itu dipelajari
yang bersumber atau berada dalam diri atau diperoleh karena proses latihan”,
manusia sendiri yang meliputi memiliki (Corey (dalam E. Koswara, 1988: 198)).
keinginan untuk bertanggung jawab, Teori Konseling Behavioral memiliki
memiliki keinginan untuk melakukan kelebihan dan juga kekurangan.
evaluasi diri, keinginan untuk mandiri, Kelebihan dari teori konseling behavioral
berinisiatif untuk membentuk diri sendiri yaitu pendekatan behavior therapy
dan memiliki pandangan yang positif merupakan suatu pendekatan terapi
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

tingkah laku yang berkembang pesat Penerapan Konseling Behavioral dengan


sangat populer. Dikarenakan memenuhi Teknik Modeling untuk Meningkatkan
prinsip-prinsip kesederhanaan, Proaktif Siswa Kelas X BB di SMA Negeri
kepraktisan, kelogisan, mudah dipahami 2 Singaraja.
dan diterapkan, dapat didemontrasikan,
menempatkan penghargaan khusus pada Metode
kebutuhan anak, serta adanya penekanan Jenis penelitian ini adalah Penelitian
perhatian pada perilaku yang positif, Tindakan Bimbingan Konseling (Action
sedangkan kekurangan dari teori Research in Counseling) yang sering
konseling behavioral ini yaitu konseling disingkat dengan PTBK, yaitu “bentuk
atau terapi behavior bersifat dingin (kaku), penelitian yang bersifat reflektif oleh
kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat pelaku tindakan, yang dilakukan untuk
manipulatif, dan mengabaikan hubungan meningkatkan kemampuan rasional serta
antar pribadi, lebih terkonsentari pada tanggung jawab dari tindakan-tindakan
teknik, meskipun konseling atau terapi mereka dalam melaksanakan tugas,
behavior sering menyatakan persetujuan memperdalam pemahaman terhadap
pada tujuan klien, akan tetapi pemilihan tindakan-tindakan yang dilakukan, serta
tujuan lebih sering ditentukan oleh memperbaiki kondisi dimana praktek-
konselor atau terapis, meskipun konselor praktek pembelajaran tersebut
atau terapis behavior menegaskan bahwa dilaksanakan” (Dharsana, 2007: 5).
setiap klien adalah unik dan menuntut Rancangan penelitian bimbingan
perilaku yang unik dan spesifik akan tetapi konseling terdiri dari langkah-langkah
masalah salah satu klien sama dengan yaitu langkah identifikasi, langkah
klien lainnya dan oleh karena tidak diagnosa, langkah prognosa, langkah
menuntut suatu strategi konseling atau konseling/treatment/training, langkah
terapi yang unik, perubahan klien hanya evaluasi dan langkah refleksi. Pengertian
berupa gejala yang dapat berpindah masing-masing langkah diuraikan pada
kepada bentuk perilaku yang lain. rancangan penelitian.
Konseling behavioral memiliki Subjek dalam penelitian ini adalah
berbagai teknik diantaranya desensitisasi siswa kelas X BB yang bertempat di SMA
sistematik, relaksasi, modeling, terapi Negeri 2 Singaraja, yang berjumlah
implosif dan pembanjiran, latihan asertif, sebanyak 30 siswa. Ditetapkan kelas X
terapi aversi, dan pengkondisian operan. BB sebagai subjek penelitian karena dari
Pengkondisian operan mencangkup pengamatan langsung peniliti didalam
beberapa teknik yakni perkuatan positif, kelas bahwa siswa sulit mandiri dalam
pembentukan respon, perkuatan belajarnya, tidak mengumpulkan tugas
intermitten, penghapusan, percontohan, tepat waktu, cenderung lebih suka
dan token economy. Berdasarkan teknik- mengeluh, mudah menyerah dan mudah
teknik tersebut, peneliti memilih berputus asa dalam mengerjakan tugas,
menggunakan teknik modeling untuk tidak memiliki keinginan untuk
meningkatkan proaktif siswa. Konseling bertanggung jawab dalam mengumpulkan
behavioral menekankan pada tugas seperti tidak mengumpulkan tugas
pencontohan (modeling). tepat waktu, tidak memiliki sikap mandiri
Menurut Bandura (dalam Corey, selalu mengandalkan dan menyontek
1988: 221) “teknik modeling merupakan hasil pekerjaan orang lain, tidak memiliki
observasi permodelan, mengobservasi inisiatif untuk bertanya maupun menjawab
seseorang lainnya sehingga seseorang pertanyaan dari guru, dan tidak memiliki
tersebut membentuk ide dan tingkah laku, pandangan yang positif terhadap masa
kemudian dijelaskan sebagai panduan depannya. Dalam penelitian ini subjek
untuk bertindak”. yang diteliti hanya sebatas siswa yang
Berdasarkan pemikiran tersebut proaktifnya rendah.
serta fakta yang ditemukan di lapangan, Penelitian ini dilaksanakan dalam
penelitian ini mengangkat tema proaktif dua siklus yang masing-masing siklus
dan konseling behavioral teknik modeling terdiri dari beberapa tahap. Pertama tahap
sebagai bidang kajian, dengan judul perencanaan terdiri dari (tahap
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

identifikasi, tahap diagnosis, dan tahap dapat dari N=100 dengan taraf signifikan
prognosis). Kedua tahap pelaksanaan 5%. Jadi 30 butir pernyataan tersebut
(tahap konseling/treatment/treaning). dapat dijadikan instrumen dalam
Ketiga tahap observasi (tahap evaluasi). penelitian. Setelah mendapatkan hasil dari
Keempat tahap refleksi (follow up). Untuk uji validitas, kemudian dilanjutkan
mengetahui tingkat pengembangan sikap melakukan uji reliabilitas dari pernyataan-
empati siswa, digunakan teknik pernyataan proaktif yang berjumlah 30
pengumpulan data dengan memakai butir. Bahwa hasil uji reliabilitas dari 30
metode kuesioner dan buku harian. Data pernyataan proaktif tersebut dinyatakan
dianalisis dengan menggunakan bantuan memiliki kualifikasi sangat tinggi.
microsoft office exel 2007. Sedangkan Hasil dari uji validitas, kemudian
untuk menguji kelayakan instrumen maka dilanjutkan ke uji reliabilitas. Uji reliabilitas
dilaksanakan pengujian validitas dan ini menggunakan metode kofesien Alpha
pengujian reliabilitas. Untuk mengetahui (a) atau r Alpha. Dari hasil pengujian
persentase perubahan perilaku berupa reliabilitas menggunakan program
peningkatan proaktif siswa dipantau Microsoft Excell instrument tersebut
dengan kuesioner proaktif serta hasil dinyatakan reliabel karena r Alpha=0,862
pengisian buku harian, sehingga dapat lebih besar dari rtabel =0,195 diperoleh dari
diketahui seberapa besar manfaat N=100 dengan taraf signifikansi 5%. Jadi
konseling behavioran dengan teknik instrument tersebut layak dan dapat
modeling untuk meningkatkan proaktif dipercaya untuk digunakan sebagai alat
siswa. Untuk itulah skor hasil penyebaran pengumpulan data dalam penelitian.
kuesioner serta skor dari buku harian Penetapan siswa sebagai subjek
setelah teknik modeling dilaksanakan yang dikenai tindakan adalah yang
akan dianalisis secara deskriptif yaitu menunjukkan prosentase jawaban kurang
analisis data dengan membandingkan dari 70% atau berkisar dari 0%-39%,
persentase yang dicapai. 40%-54% dan 55%-69% yaitu sangat
rendah, rendah dan sedang. Dengan
Hasil dan Pembahasan mengacu pada ketentuan tersebut,
Dari hasil pengujian validitas dengan didapatkan 9 orang siswa berada dalam
menggunakan 30 butir pernyataan yang katagori memiliki proaktif yang rendah,
diujicobakan kepada 100 orang siswa, dan 1 orang siswa yang memiliki proaktif
dari hasil analisis maka ke 30 butir yang sangat rendah. Berikut akan
pernyataan dinyatakan valid. Hal ini disajikan secara ringkas mengenai
disebabkan nilai r hitung dari setiap persentase proaktif siswa pada tabel 1.
pernyataan bergerak dari 0,197-0,674 berikut ini.
dan lebih besar dari nilai rtabel = 0,195 di

Tabel 1. Skor, Persentase dan Kategori Awal Proaktif Siswa Yang Rendah
No. Persentase
Nama Siswa Ket. Skor Kategori
Absen (%)
6 AKP L 66 44% Rendah
8 AC P 62 41% Rendah
14 DRYK P 60 40% Rendah
15 ESP L 68 45% Rendah
18 IFP P 62 41% Rendah
19 MYK L 60 40% Rendah
21 RK L 65 43% Rendah
23 RRNP P 52 35% Sangat Rendah
24 RSIG L 62 41% Rendah
28 SK P 62 41% Rendah
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui pertemuan keempat berlangsung pada


bahwa dari 30 jumlah siswa kelas X BB hari Kamis tanggal 24 April 2014.
SMA Negeri 2 Singaraja, terdapat 9 orang Tindakan siklus I dilaksanakan
siswa memiliki proaktif yang rendah dan 1 dalam empat kali pertemuan dengan
orang siswa memiliki proaktif yang sangat rincian satu kali pertemuan untuk
rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa memberikan layanan secara klasikal, satu
masih banyak siswa yang kurang memiliki kali pertemuan untuk memberikan layanan
proaktif dan belum mencapai katagori bimbingan kelompok, satu kali pertemuan
tinggi ke atas. untuk memberikan layanan konseling
Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelompok dan satu kali pertemuan untuk
diberikan layanan bimbingan klasikal memberikan layanan konseling individu.
dengan alasan 1) Dari hasil analisis Untuk layanan konseling kelompok
kuesioner, 9 orang siswa berada pada dan konseling individu dikhususkan
kategori rendah dan 1 orang siswa berada diberikan kepada siswa yang proaktifnya
pada kategori sangat rendah, sehingga masih dalam kategori rendah. Di setiap
belum mencapai katagori tinggi ke atas. 2) akhir pertemuan pemberian layanan
Skor siswa dirasa belum optimal. Oleh konseling, dilaksanakan tes akhir untuk
karena itu, perlu diberikan layanan secara mengetahui sejauh mana tingkat
keseluruhan dengan tujuan agar siswa keberhasilan pemberian layanan
mampu meningkatkan proaktifnya. 3) konseling behavioral dengan teknik
Memberikan informasi yang relevan yang modeling, kemudian setelah diberikan tes
berhubungan dengan upaya-upaya dalam di masing-masing pertemuan, setelah itu
mempertahankan proaktif siswa bagi direkapitulasi menjadi skor akhir siklus I.
siswa yang telah memperoleh skor yang Sebelum dilakukan konseling,
tinggi/baik dan sebagai upaya untuk terlebih dahulu siswa diberikan informasi
meningkatkan proaktif siswa bagi siswa tentang pelaksanaan konseling termasuk
yang memiliki skor rendah dan sangat tujuan mereka mendapat konseling
rendah. behavioral dengan teknik modeling. Hal ini
Siklus I dilakukan sebanyak enam dilakukan agar siswa merasa siap dan
tahap kegiatan. Adapun tahap-tahap tahu maksud pemberian konseling
tersebut antara lain identifikasi, diagnosa, tersebut. Langkah selanjutnya mereka
prognosa, konseling/traitment/training, diajak untuk melihat permasalahan dari
evaluasi, follow up, dan refleksi. Siklus I masing-masing individu dan menganalisis
dilaksanakan dalam empat kali pertemuan kemungkinan faktor-faktor penyebabnya.
dengan rincian pertemuan 1 untuk Setelah itu setiap siswa diminta untuk
memberikan layanan bimbingan klasikal, menceritakan permasalahan-
pertemuan ke 2 untuk memberikan permasalahan yang dihadapi dan
layanan bimbingan kelompok, pertemuan kemungkinan jalan keluar yang dapat
3 untuk memberikan layanan konseling ditempuh untuk dapat lepas dari
kelompok, pertemuan ke 4 untuk permasalahan yang dihadapinya.
memberikan layanan konseling individu Setelah mengetahui permasalahan
setelah itu dilaksanakan untuk yang dialami oleh siswa langkah
mengadakan tes akhir di setiap akhir selanjutnya adalah melaksanakan
kegiatan pemberian layanan siklus I untuk konseling/treatment/tindakan selama dua
mengetahui sejauh mana tingkat kali pertemuan terhadap siswa, dalam
keberhasilan pemberian layanan pelaksanaan konseling/treatment/tindakan
konseling behavioral dengan teknik siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan
modeling. yang terkait dalam permasalahan yang
Pemberian layanan secara klasikal dialami dan memberikan layanan
pertemuan pertama berlangsung pada konseling behavioral dengan teknik
hari Kamis tanggal 3 April 2014, modeling serta merencanakan hal-hal
pertemuan kedua berlangsung pada hari yang akan dilakukan siswa untuk
Kamis tanggal 10 April 2014, dan mengentaskan permasalahan yang
pertemuan ketiga berlangsung pada hari dialaminya selain itu siswa juga diberikan
Kamis tanggal 17 April 2014, serta contoh-contoh atau model yang sesuai
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

untuk peningkatan proaktifnya dan juga dan sangat rendah. Dari hasil evaluasi
berupa penguatan positif berupa siklus I dapat dikatakan bahwa, telah
dukungan, pujian dan reinforcement terjadi peningkatan proaktif siswa kelas X
terhadap rencana yang dilakukannya. BB SMA Negeri 2 Singaraja. Untuk
Setelah melaksanakan mendapatkan hasil dari pelaksanaan
konseling/treatment/tindakan, langkah layanan konseling pada siklus I,
selanjutnya adalah melakukan evaluasi digunakan kuesioner proaktif serta buku
terhadap hasil tindakan ini dimaksudkan harian. Di bawah ini disajikan evaluasi
untuk mengetahui seberapa jauh persentase skor kuesioner proaktif siswa
pemberian tindakan konseling individual hasil pertemuan siklus I pada tabel 2.
mampu untuk meningkatkan proaktif sebagai berikut.
siswa yang berada pada kategori rendah

Tabel 2. Persentase Skor Akhir Proaktif Siswa pada Siklus I


No. Persentase Skor
Nama Siswa Kategori
Absen Akhir Siklus I (%)
6 AKP 70% Tinggi
8 AC 70% Tinggi
14 DRYK 46% Rendah
15 ESP 71% Tinggi
18 IFP 71% Tinggi
19 MYK 46% Rendah
21 RK 70% Tinggi
23 RRNP 41% Rendah
24 RSIG 46% Rendah
28 SK 46% Rendah

Dari hasil pemantauan siklus I, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan proaktif pada
kesepuluh siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Peningkatan proaktif yang
ditunjukkan tersebut dapat disajikan pada tabel 3. berikut ini.

Tabel 3. Peningkatan Persentase Skor Akhir Proaktif Siswa dari Data Awal ke Siklus I
No. Nama Persentase Skor Persentase Skor Persentase
Absen Siswa Awal (%) Akhir Siklus I (%) Peningkatan (%)
6 AKP 44% 70% 26%
8 AC 41% 70% 29%
14 DRYK 40% 46% 6%
15 ESP 45% 71% 26%
18 IFP 41% 71% 30%
19 MYK 40% 46% 6%
21 RK 43% 70% 27%
23 RRNP 35% 41% 6%
24 RSIG 41% 46% 5%
28 SK 41% 46% 5%

Dalam proses pembelajaran pada orang. Hal ini menunjukkan bahwa belum
siklus I ini menggunakan kuesioner untuk mencapai kriteria keberhasilan penerapan
mengukur tingkat pemahaman siswa dan konseling behavioral dengan teknik
perubahan perilaku siswa. Jika dilihat modeling untuk meningkatkan proaktif
secara klasikal proaktif siswa kelas X BB siswa dari kriteria dan kategori yang
SMA Negeri 2 Singaraja pada siklus I diharapkan yaitu kriteria baik dengan
masih ada beberapa siswa yang memiliki katagori tinggi ke atas.
proaktif yang belum mencapai katagori Kegiatan pelayanan konseling pada
tinggi ke atas yaitu kategori rendah 5 siklus I yang terbagi menjadi empat kali
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

pertemuan sudah berlangsung dengan mengerti dan memahami pentingnya


cukup baik. Namun masih ditemukan proaktif. Disamping itu juga, siswa
beberapa permasalahan dalam proses diharapkan mampu mengatasi
pelayanan konseling yang masih perlu ketidakmemadaiannya dan belajar
dijadikan refleksi untuk perbaikan pada bagaimana mengungkapkan perasaan-
siklus selanjutnya. perasaan dan pikiran-pikiran mereka
Secara umum permasalahan yang secara lebih terbuka disertai keyakinan
muncul pada siklus I adalah sebagai bahwa mereka berhak untuk mengambil
berikut. Cara yang digunakan untuk keputusan sesuai dengan kemampuan
mengatasi hal tersebut pada pelayanan yang dimiliki dalam kaitannya
konseling siklus II adalah dengan pemanfaatan model konseling behavioral.
melakukan konseling secara individu Pelaksanaan tindakan siklus II
kepada beberapa siswa yang dilaksanakan sebanyak enam tahap,
terindentifikasi mengalami masalah, yang adapun tahap tersebut antara lain
dilihat dari hasil kuesioner belum berada identifikasi, diagnosa, prognosa,
dalam katagori tinggi ke atas sehingga konseling/treatment/training, evaluasi/
belum mampu mencapai taraf Follow Up dan Refleksi. Siklus II
peningkatan proaktif. dilaksanakan dalam empat kali pertemuan
Alasan dilaksanakannya konseling dengan rincian satu kali pertemuan untuk
individu pada siklus II yaitu: 1) Untuk memberikan layanan secara klasikal, satu
mengoptimalkan konseling dan teknik kali pertemuan untuk memberikan layanan
kepada siswa yang bermasalah pada bimbingan kelompok, satu kali pertemuan
kegiatan konseling individu. Jadi, dengan untuk memberikan layanan konseling
pemberian layanan konseling individual kelompok dan satu kali pertemuan untuk
tersebut dapat memberikan layanan memberikan layanan konseling individu.
secara optimal, khusus bagi kelima orang Di setiap akhir pertemuan
siswa tersebut yang proaktifnya masih pemberian layanan konseling,
berada pada kategori rendah, 2) Namun dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui
kegiatan layanan bimbingan klasikal, sejauh mana tingkat keberhasilan
bimbingan kelompok dan konseling pemberian layanan konseling behavioral
kelompok tetap diberikan bag siswa yang dengan teknik modeling, kemudian
proaktifnya sudah beradda pada kategori setelah diberikan tes di masing-masing
tinggi keatas, hal ini dilakukan untuk tetap pertemuan, setelah itu direkapitulasi
memberikan pemantauan terhadap menjadi skor akhir siklus II.
mereka yang proaktifnya sudah berada Pelaksanaan tindakan
pada kategori tinggi keatas agar tetap konseling/treatment pada siklus II, lebih
mempertahankannya dan tidak menurun. menekankan pada penanganan khusus
Pemberian layanan konseling yang masih menunjukkan proaktif rendah
pertemuan pertama berlangsung pada pada siklus I. Dalam pemberian konseling
hari Jumat tanggal 2 Mei 2014, pertemuan pada siklus II, peneliti lebih
kedua berlangsung Kamis tanggal 8 Mei memperhatikan upaya dalam perbaikan
2014, pertemuan ketiga berlangsung pada siklus I terhadap siswa. Siswa yang belum
hari Rabu 14 Mei 2014 dan pertemuan ke ada peningkatan proaktifnya harus lebih
empat berlangsung pada hari Sabtu 17 serius diberikan konseling dan betul-betul
Mei 2014. Pada siklus II ini siswa dilaksanakan, dimengerti sehingga siswa
diberikan teknik pemodelan sebagai dapat memperoleh peningkatan hasil yang
media penerapan latihan tingkah laku maksimal.
dengan sasaran membantu individu- Pelaksanaan proses
individu dalam mengembangkan cara- konseling/treatment pada siklus II sudah
cara berhubungan yang lebih langsung berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
dalam situasi interpersonal. para siswa tidak lagi menunjukkan
Fokusnya adalah menampilkan keraguan terhadap peneliti karena sudah
model-model yang memiliki kemampuan terbiasa melaksanakan konseling pada
lebih dalam rangka merubah proaktif siklus I, siswa tidak mengalami kesulitan
siswa sehingga siswa-siswa dapat dalam menyampaikan penyebab masalah
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

yang dihadapinya, sehingga lebih terjadi peningkatan motivasi belajar dan


melancarkan proses pemberian layanan mencapai kriteria yang ditentukan yaitu
konseling. 70% ke atas. Hal ini terlihat dari perilaku
Hal ini juga diketahui dari hasil siswa ketika mengikuti pelajaran di kelas.
penilaian konseli (siswa) terhadap proses Siswa menunjukkan peningkatan proaktif
konseling sangat positif. Siswa senang seperti mengumpulkan tugas lebih tepat
bekerjasama dengan peneliti dalam waktu, mandiri dalam mengerjakan tugas
mendiskusikan masalah dan merasa puas maupun ulangan, inisiatif tinggi dalam
pada awal dan selama wawancara bertanya maupun menjawab didalam
konseling berlangsung. Penilaian kelas.
terhadap hasil tindakan Dari hasil evaluasi siklus II
konseling/treatment/tindakan pada siklus menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
II, dilakukan oleh peneliti melalui proaktif pada siswa yang belum
penyebaran kuesioner proaktif siswa. memenuhi kriteria 70% ke atas pada
Sedangkan hasil perkembangan atau siklus I. Prosedur yang dilakukan sama
perubahan perilaku yang dialami oleh dengan evaluasi yang dilakukan pada
siswa dapat dilihat melalui hasil pengisian siklus I yaitu menggunakan rumus statistik
buku harian yang diisi oleh siswa tersebut deskriptif. Untuk mengetahui berhasil atau
sendiri. tidaknya pelaksanaan layanan bimbingan
Dapat disimpulkan bahwa secara konseling pada siklus II, maka berikut ini
umum siswa yang masih memiliki proaktif akan disajikan perbandingan hasil siklus I
rendah pada siklus I menunjukkan bahwa dan siklus II, sebagai berikut.

Tabel 4. Perbandingan Persentase Skor Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II


Persentase
No. Nama Persentase Skor Persentase Skor
Peningkatan
Absen Siswa Siklus I (%) Siklus II (%)
(%)
14 DRYK 46% 73% 27%
19 MYK 46% 73% 27%
23 RRNP 41% 73% 32%
24 RSIG 46% 73% 27%
28 SK 46% 73% 27%

Hasil analisis kuesioner siswa kelas X BB dilihat dari perolehan skor awal, siklus I dan
siklus II, terjadi peningkatan proaktif siswa pada tabel 5. sebagai berikut.

Tabel 5. Peningkatan Persentase Skor Awal, Skor Siklus I dan Skor Siklus II
No. Nama Persentase Persentase Skor Persentase Skor
Abs. Siswa Skor Awal (%) Siklus I (%) Siklus II (%)
14 DRYK 40% 46% 73%
19 MYK 40% 46% 73%
23 RRNP 33% 41% 73%
24 RSIG 41% 46% 73%
28 SK 41% 46% 73%

Berdasarkan data awal dan proses tindakan bimbingan konseling pada siklus I dan
siklus II dari pertemuan 1, 2, 3, dan 4 secara lebih rinci peningkatan proaktif siswa pada
skor awal, skor siklus I dan skor siklus II, disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 1.
sebagai berikut.
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

Peningkatan Skor Akhir Hasil Analisis Kuesioner Proaktif Siswa


Kelas X BB Pada Skor Awal, Siklus I dan Siklus II
Skor Awal Siklus I Siklus II

73% 73% 73% 73% 73%

46% 46% 46% 46%


40% 40% 41% 41% 41%
33%

DRYK MYK RRNP RSIG SK

Gambar 1. Grafik Peningkatan Skor Akhir Hasil Analisis Kuesioner Proaktif Siswa
Kelas X BB Pada Skor Awal, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan hasil yang diperoleh siklus I (melalui bimbingan klasikal,


tersebut, menunjukkan bahwa konseling bimbingan kelompok, konseling kelompok
behavioral dengan teknik modeling jenis dan konseling individu), proaktif siswa
live models dan symbolic models dapat kelas X BB SMA Negeri 2 Singaraja
meningkatkan proaktif siswa. Semua itu meningkat menjadi sedang. Kemudian
tidak terlepas dari rancangan pemberian diberikan kembali treatment konseling
layanan konseling yang memberikan behavioral dengan teknik modeling pada
kesempatan dan peluang pada siswa siklus II (melalui bimbingan klasikal,
untuk berani mengemukakan masalahnya, bimbingan kelompok, konseling kelompok
berani memberikan pemecahan, dan konseling individu), proaktif siswa
komitmen diri untuk meningkatkan dan kelas X BB SMA Negeri 2 Singaraja
mengembangkan diri ke arah yang lebih meningkat menjadi tinggi.
baik, melatih diri untuk meningkatkan Berdasarkan hasil penelitian siklus I
proaktifnya dengan mengikuti kegiatan dan siklus II pemberian treatment
layanan bimbingan klasikal, bimbingan konseling behavioral dengan teknik
kelompok, konseling kelompok dan modeling (melalui bimbingan klasikal,
konseling individu. bimbingan kelompok, konseling kelompok
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dan konseling individu) dapat dilihat dari
maka hasil yang diperoleh dalam peningkatan tingkat proaktif siswa kelas X
penelitian ini telah sesuai dan didukung BB SMA Negeri 2 Singaraja dari kategori
teori yang ada. Dengan demikian, hasil sedang menjadi tinggi dan sangat tinggi.
penelitian ini telah menunjukkan bahwa Dari simpulan diatas dapat
penerapan konseling behavioral dengan disampaikan beberapa saran mengenai
teknik modeling dapat meningkatkan bimbingan kelompok untuk menumbuhkan
proaktif siswa kelas X BB SMA Negeri 2 proaktif siswa: (1) Kepada guru
Singaraja. pembimbing, disarankan untuk dapat
menerapkan konseling behavioral dengan
Simpulan dan Saran teknik modeling secara berkelanjutan
Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui perkembangan peserta
tersebut diatas, maka dapat disimpulkan didik atau siswa, baik yang memiliki
bahwa Proaktif siswa kelas X BB SMA masalah ataupun yang tidak memiliki
Negeri 2 Singaraja pada skor awal masalah.
sebelum siklus I dan II tergolong rendah. Selain itu, guru pembimbing
Setelah diberikan treatment konseling hendaknya dapat lebih memahami
behavioral dengan teknik modeling pada karakteristik kepribadian siswa serta
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

permasalahan yang dialami siswa Daftar Pustaka


sehingga dapat memberikan perhatian Corey, Gerald (E. Koswara. Penerjemah).
dan penanganan yang tepat. (2) Kepada 1988. Teori dan Praktek
wali kelas dapat disarankan agar terus Konseling dan Psikoterapi.
memantau perkembangan siswa, baik dari Bandung: PT Refika Aditama.
segi pergaulannya maupun aktifitas
belajarnya dan selalu berkoordinasi Covey, Stephen R. 1997. The 7 Habits Of
dengan guru BK di sekolah dengan Highly Effective People. Jakarta:
melakukan kerjasama agar dapat Binapura Aksara.
memberikan penanganan secara dini atau
memberikan bimbingan jika ada siswa Dharsana, I Ketut. 2010. Diktat Konseling
yang memiliki proaktif yang kurang, Karir dan Problematik Konseling.
rendah atau sedang. (3) Kepada siswa, Singaraja: Jurusan Bimbingan
diharapkan agar lebih meningkatkan Konseling Fakultas Ilmu
proaktifnya dan dapat memanfaatkan Pendidikan Universitas
layanan yang diberikan seperti konseling Pendidikan Ganesha.
kelompok maupun konseling individu
dimana sebagai wadah untuk Koswara, E. 1986. Teori-Teori
meningkatkan proktifnya. (4) Kepada Kepribadian. Bandung: PT
peneliti agar dapat menerapkan hasil Eresco.
penelitian ini ditempat dimana dia akan
ditugaskan dan untuk peneliti berikutnya Suharli, Michell. 2009. Habit Delapan
yang mungkin tertarik dengan penelitian Kebiasaan yang Mengubah Nasib
ini diharapkan bisa lebih mengembangkan Anda. Jakarta: Gramedia Pustaka
kajian yang lebih luas dan mendalam lagi Utama.
yang terkait dengan masalah-masalah di
dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai