Anda di halaman 1dari 84

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedokteran keluarga adalah suatu ilmu yang dikembangkan dan dikemas menjadi suatu
kesatuan ilmu berdasarkan disiplin ilmu kedokteran (terutama ilmu penyakit dalam,
kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, bedah dan kesehatan jiwa) dan diperkaya
oleh ilmu perilaku dan ilmu biologi sehingga membentuk suatu kesatuan yang terpadu
untuk mempersiapkan setiap dokter menjalankan peranan yang unik dalam
menyelenggarakan pelayanan kedokteran yang disebut sebagai pelayanan dokter
keluarga. Dokter keluarga adalah dokter yang menjalankan upaya dalam bidang
kedokteran maupun kesehatan yang dibekali dengan ketrampilan melalui pendidikan
khusus di bidang kedokteran keluarga dan mempunyai wewenang untuk menjalankan
praktir dokter keluarga. [Departemen Kesehatan RI, 2007]
Pentingnya peranan dokter keluarga dalam meningkatkan dan membangun
pondasi yang kuat dalam bidang kesehatan di Indonesia menjadikan penyakit Diabetes
Melitus merupakan salah satu penyakit keturunan tertinggi di Indonesia. Diabetes
Melitus merupakan gangguan metabolik umum yang menyebabkan gangguan kadar
gula darah yang tinggi (hiperglikemi) serta disebabkan oleh interaksi genetik dan faktor
lingkungan yang kompleks. Hiperglikemi pada Diabetes Melitus dipengaruhi oleh
penurunan sekresi insulin, penurunan utilisasi glukosa dan peningkatan produksi
glukosa. [Kasper, 2015]
World Health Organization menyatakan bahwa prevalensi pengidap penyakit
Diabetes Melitus (pada dewasa dengan rentang usia >18 tahun) di dunia telah
menunjukan peningkatan dari 108 juta jiwa (4,7%) di tahun 1980 menjadi 422 juta
(8,5%) jiwa di tahun 2014. Prevalensi penyakit Diabetes Melitus banyak meningkat
secara signifikan terutama pada kelas menengah dan Negara dengan pendapatan yang
rendah. Tahun 2015 diperkirakan Diabetes Melitus menyumbang angka kematian
sebesar 1,6 juta jiwa yang disebabkan langsung oleh penyakit Diabetes Melitus dan 2,2
juta jiwa kematian yang disebabkan oleh komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus di
tahun 2012. Hampir setengah dari angka kematian berhubungan dengan komplikasi dari
penyakit Diabetes melitus dan timbul sebelum usia 70 tahun. Hal tersebut menjadikan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 1
penyakit Diabetes Mellitus bagian dari WHO project “The Seventh Leading Cost Of
Death In 2030” [Kasper, 2015]
Asia Tenggara pada tahun 2014 mencatat 96 juta orang dewasa dengan Diabetes
melitus di 11 negara anggota. Prevalensi Diabetes melitus diantara orang dewasa di
wilayah Asia Tenggara meningkat dari 4,1% di tahun 1980an menjadi 18,6% di tahun
2014. Tahun 2012 sekitar 1 juta orang dewasa di wilayah Asia Tenggara meninggal
karena konsekuensi dari gula darah tinggi. Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun
2007 dan 2013 mendapatkan bahwa proporsi diabetes melitus pada riskesdas 2013
meningkat hampir 2 kali lipat dibandingkan tahun 2007. [Infodatin, 2015 ; WHO 2016}
Menurut Riskesdas 2013 prevalensi Diabetes Melitus di provinsi Banten sebesar
0,6% ( kisaran 0,4 – 1,5%) yang berjumlah 158.670 jiwa. Diabetes mulai terlihat nyata
pada usia >25 tahun dan prevalensi meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.
Kabupaten Tangerang menduduki posisi ketiga dari enam kabupaten. [Riskesdas, 2013]

Berdasarkan data Dinas Kesahatan Kabupaten Tangerang jumlah kasus baru


tahun 2017 (kunjungan pertama dan belum tercatat di RS/Fasilitas Kesehatan Lainnya)
jumlah kasus Diabetes Mellitus sebanyak 5691 orang. Jumlah kematian karena penyakit
Diabetes Mellitus sebanyak 8 orang pada tahun 2017. [Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2017]

Hasil pendataan Puskesmas Sindang Jaya periode Januari - Oktober 2017 dari
tujuh desa binaan menunjukan bahwa DM masuk didalam sepuluh besar penyakit
terbanyak. Diabetes termasuk penyakit no 4 terbanyak sejak 1 Januari 2017 sampai 23
Oktober 2017 dengan jumlah kasus tercatat sebanyak 83 kasus. Pada tahun 2016
sebanyak75 kasus dan menduduki peringkat ke 5 terbanyak. Pada Berdasarkan data
tersebut, DM masih menjadi masalah yang signifikan pada Puskesmas Sindang Jaya.
[Puskesmas Sindang Jaya Kab. Tangerang, 2017]
Salah satu penderita DM di wilayah kecamatan Sindang Jaya yaitu Ny. U, 52
tahun adalah salah satu pasien di Puskesmas Sindang Jaya yang menderita Diabetes
Melitus tipe 2 disertai neuropati diabetikum. Pasien ini dikunjungi karena keluhan
pasien sudah mengganggu aktivas sehari-hari. Pasien dikunjungi agar tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut dan mengganggu kualitas hidup pasien.

1.2 Perumusan Masalah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 2
1.2.1 Pernyataan Masalah

Ny U 52 tahun dengan tidak terkontrolnya gula darah disertai neuropati diabetikum.

1.2.2 Pertanyaan Masalah

1. Apa penyebab Ny. U menderita diabetes melitus tipe 2?

2. Apa faktor internal dan eksternal yang menyebabkan tidak terkontrolnya kadar
gula darah Ny. U disertai neuropati diabetikum berdasarkan Mandala of Health?

3. Apa alternatif jalan keluar pada Ny U dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan
neuropati diabetikum?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Terkontrolnya kadar gula darah dan memperbaiki neuropati diabetikum Ny. U dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya penyebab Ny. U menderita diabetes melitus tipe 2.


2. Diketahuinya faktor internal dan eksternal yang menyebabkan tidak
terkontrolnya kadar gula darah Ny. U disertai neuropati diabetikum
berdasarkan Mandala of Health.
3. Diketahuinya alternatif jalan keluar pada Ny U dengan diabetes mellitus tipe 2
dengan neuropati diabetikum.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 3
2.1 Dokter Keluarga

Dokter Keluarga adalah suatu spesialisasi yang memberikan perawatan komprehensif


kepada individu maupun keluarga. Dokter Keluarga merupakan dokter umum yang
melakukan pelayanan kesehatanan komprehensif, kontinu berdasarkan landasan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang kompeten, lebih mengutamakan pencegahan
(preventif) dibanding kuratif, mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungan.
[Departemen Kesehatan, 2007]

Dokter keluarga merawat individu dalam konteks keluarga, dan keluarga dalam
konteks masyarakat, tanpa melihat status soasial, suku, ras dan agama. Pelayanan dokter
keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring pada fasilitas pelayanan tingkat
primer, namun dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain jika dibutuhkan dalam
melakukan pelayanan kesehatan. [Departemen Kesehatan, 2007]

Prinsip dokter keluarga berdasarkan Departemen Kesehatan 2007 adalah :

 Dokter kontak pertama dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama, yang


memberikan pelayanan kesehatan pertama kali dalam menyelesaikan masalah
kesehatan.
 Mennggunakan sumber daya kesehatan secara efisien dengan pelayanan
koordinatif, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya dalam layanan
primer, mengelola komunikasi dengan spesialis, serta dapat memberikan
advokasi kepada pasien.
 Melakukan pendekatan personal care, yang bersifat pribadi dan berorientasi
kepada individu dan keluarga dan komunitasnya.
 Pelayanan komprehensif dilakukan dengan memadukan promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi dan memperhatikan faktor
lingkungan sekitar.
 Melakukan pelayanan bersinambung (continuous care) yang dilakukan sedini
mungkin untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah sakit menjadi lebih
parah dan kembali produktif.
 Koordinasi dilakukan untuk mengatasi masalah pasien dengan disiplin ilmu lain
seperti merujuk ke spesialis atau rumah sakit.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 4
 Kolaborasi ditujukan untuk membantu Dokter Keluarga melaksanakan tugasnya
dengan menggunakan kepanjangan tangan dari pihak ke-3 untuk berpartisipasi
dalam kebutuhan medis pasien.
 Mengatasi masalah keluarga dengan “Family oriented” dan “Community
oriented”

Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga [Departemen Kesehatan RI, 2007] :

Skala kecil

 Menciptakan keadaan sehat untuk setiap anggota keluarga.

 Menciptakan keluarga sehat dan sejahtera.

Skala besar

 Distribusi pelayanan kesehatan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien dan


merata untuk seluruh rakyat Indonesia.

2.2 Diabetes Melitus

2.2.1 Definisi

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang heterogen, sehingga banyak perbedaan
dalam klasifikasi penyakit tersebut. World Health Organization (WHO) dan National
Diabetes Data Group (NDDG) membaginya berdasarkan beberapa tipe diabetes.
Diabetes melitus memiliki dua varian utama, berdasarkan kemampuan pankreas
mensekresikan insulin, yaitu: diabetes tipe 1, yang ditandai dengan berkurangnya
sekresi insulin, dan diabetes tipe 2, yang ditandai dengan sekresi insulin yang menurun,
tetapi bisa juga normal atau bahkan meningkat tetapi sensitivitas sel sasaran terhadap
insulin berkurang. [Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, 2011]
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes melitus
(DM) atau kencing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. [WHO, 2013]

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 5
2.2.2 Etiologi dan Patofisiologi

2.2.2.1 Etiologi

Penyebab Diabetes Melitus tipe 1 adalah ketika sistem kekebalan tubuh bekerja untuk
melawan infeksi, menyerang dan menghancurkan sel beta pankreas yang memproduksi
insulin. Ilmuwan berpendapat Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan oleh gen dan faktor
lingkungan, seperti virus, yang bisa memicu penyakit. Sedangkan pada Diabetes
Melitus tipe 2 dikarenakan berat badan berlebih, obesitas, jarang beraktifitas fisik,
resisten insulin, gen dan riwayat keluarga. [National Institute of Diabetes, 2016]

2.2.2.2 Patofisiologi

Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah dikenal
sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2 Belakangan diketahui bahwa
kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang diperkirakan
sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti: jaringan lemak
(meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha pancreas
(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi
insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi
glukosa pada DM tipe-2. Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh
delapan hal (omnious octet) berikut : [Perkeni, 2015]

1. Kegagalan sel beta pancreas: Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel
beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah
sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor. [Perkeni, 2015]

2. Liver: Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver
(HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini
adalah metformin, yang menekan proses gluconeogenesis. [Perkeni, 2015]

3. Otot: Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang multiple di
intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga timbul gangguan transport
glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa.
Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan tiazolidindion. [Perkeni, 2015]
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 6
4. Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas (FFA=Free
Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang proses glukoneogenesis,
dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi
insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat
yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion. [Perkeni, 2015]

5. Usus: Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau
diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan oleh
2 hormon Glucagon-like Polypeptide-1 (GLP-1) dan Glucose-dependent
Insulinotrophic Polypeptide (GIP). Pada penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi
GLP-1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh
keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang
bekerja menghambat kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran
pencernaan juga mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim
alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian
diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat yang
bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa. [Perkeni,
2015]

6. Sel Alpha Pancreas: Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam
hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon
yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding
individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon atau menghambat
reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP- 4 inhibitor dan amylin. [Perkeni, 2015]

7. Ginjal: Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM


tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh persen dari
glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose
coTransporter) pada bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di
absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya
tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan ekspresi gen
SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 7
kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat
yang bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah salah satu contoh
obatnya. [Perkeni, 2015]

8. Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang obes
baik yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan
mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru
meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja
di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin. [Perkeni, 2015]

2.2.3 Epidemiologi

Menurut data World Health Organization (WHO), diabetes menyebabkan 1,6 juta
kematian pada tahun 2015 di dunia. Secara global prevalensi diabetes pada usia dewasa
diatas 18 tahun meningkat dari 4,7 % pada tahun 1980 menjadi 8,5 % pada tahun
2014.3International Diabetic federation (IDF) menyebutkan 415 juta orang dewasa atau
1 per 11 orang di dunia menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun 2040 akan
meningkat menjadi 642 juta penderita diabates. [ WHO, 2015]

Menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi diabetes melitus di Indonesia


sebesar 6,9% penderita atau 12 juta penduduk yang menderita diabetes melitus yang
didapatkan pada penduduk berusia 15 tahun ke atas, diantaranya 30,4 % yang telah
terdiagnosis sebelumnya dan 69,6 % tidak terdiagnosis sebelumnya.2 Menurut data
Riskesdas 2007, prevalensi diabetes melitus di Pulau Jawa sebesar 6%. Prevalensi
diabetes melitus di Provinsi Banten sebesar 1,3% pada penduduk berusia 15 tahun
keatas. Menurut data dinas kesehatan kabupaten tanggerang pada tahun 2016 diabetes
menempati posisi kedua dari 10 besar penyakit tidak menular dengan jumlah 10. 882
kasus. [Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI, 2013]

2.2.4 Faktor Resiko


Sekitar 90% orang dengan diabetes memiliki DM tipe 2 yang bisa terjadi secara
perlahan, tanda gejalanya bisa tidak jelas atau bahkan tidak ada gejala sama sekali

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 8
sehingga perlu diketahui faktor risiko diabetes. Beberapa faktor risiko DM antara lain :
[British Diabetic Association, 2017]

- Usia > 40 tahun


Semakin bertambahnya usia maka risiko terjadinya DM semakin besar karena
dengan bertambahnya usia, insulin yang dihasilkan pankreas juga semakin tidak
efektif. Patofisiologi DM pada dewasanya dikarenakan resistensi insulin dan
kegagalan sel β pankreas, sedangkan pada remaja usia diatas 15 tahun DM tipe 2
biasanya menunjukan aspek yang unik seperti progresivitas sel β pankreas yang
cepat dan komplikasi cepat terjadi. [British Diabetic Association, 2017]
- Lifestyle
Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita
prediabetes/ intoleransi glukosa dan DM tipe 2. [Perkeni, 2015]
- Berat badan lebih/ Obesitas (BB > 110% dari BB idaman atau IMT > 23 kg/m2)
Obesitas merupakan faktor risiko DM terbesar kedua. Obesitas dipercaya
menyebabkan sekitar 80-85% peningkatan risiko DM. Lemak abdomen
menyebabkan pelepasan pro-inflamasi yang menyebabkan sensitivitas tubuh
terhadap insulin berkurang dengan mengganggu kerja dari insuline responsive cells
dan kemampuannya untuk merespon insulin [British Diabetic Association, 2017]
- Hipertensi ( > 140/90 mmHg)
Peningkatan tekanan darah juga menyebabkan resistensi insulin meningkat.
[British Diabetic Association, 2017]
- Riwayat DM pada keluarga (genetik)
Mempunyai anggota keluarga yang menderita DM dapat meningkatkan risiko
terjadi nya DM karena faktor genetik. Anak dengan orang tua yang menderita DM
memiliki risiko hingga 3 kali lebih besar untuk menderita DM. 18 Pada beberapa
kasus hal ini bisa juga disebabkan karena kondisi sosial-ekonomi dan budaya, atau
juga karena akses ke fasilitas kesehatan. [ British Diabetic Association, 2017]
- Keturunan Asia Selatan atau Afrika-Karibia atau penduduk asli Afrika berkulit
hitam (ras)
Keturunan atau etnis dapat meningkatkan atau menurunkan risiko terjadinya
diabetes pada seseorang. Genetik merupakan pengaruh kuat yang menentukan
terjadinya DM pada seseorang. Hal ini bisa berkaitan dengan pengaruh genetik
maupun interaksi antara gen dengan lingkungan. [England Department of Health,
2017]
- Kolesterol HDL < 45 mg/dl dan atau trigliserid > 250 mg/dl (dislipidemia)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 9
Dislipidemia (HDL < 45 mg/dl dan atau trigliserid > 250 mg/dl) menyebabkan
peningkatan resistensi insulin yang bisa menyebabkan gangguan pada insulin
signaling pathway. [Goldstein, 2007]
- Wanita yang memiliki polikistik ovari atau riwayat diabetes gestasional
Diabetes gestasional merupakan faktor risiko utama lain yang mempengaruhi
sekitar 2-5% wanita hamil. Wanita yang menderita diabetes gestasional menghadapi
risiko yang lebih besar di kemudian hari untuk menderita DM, demikian pula anak
mereka. [Perkeni, 2015]

2.2.5 Klasifikasi

Diabetes Melitus memiliki dua varian utama, berdasarkan kemampuan pankreas


mensekresikan insulin, yaitu: Diabetes tipe 1, yang ditandai dengan berkurangnya
sekresi insulin dan diabetes tipe 2 yang ditandai dengan sekresi insulin yang menurun,
tetapi bisa juga normal atau bahkan meningkat tetapi sensitivitas sel sasaran terhadap
insulin berkurang. [Sherwood, 2011]

Tabel 1 Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus.


Klasifikasi Penjelasan

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus


ke defisiensi insulin absolut

 Autoimun
 Idiopati
Tipe 2 Bervariasi mulai yang terutama
dominan resistensi disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang terutama
defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin

Tipe lain • Defek genetik fungsi sel beta

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 10
• Defek genetik kerja insulin

• Penyakit eksokrin pankreas

• Endokrinopati

• Karena obat atau zat kimia

• Infeksi

• Sebab iminologi yang jarang

• Sindrom genetik lain yang berkaitan


dengan diabetes mellitus

Diabetes Gestasional

Sumber:Perkeni, 2015

2.2.5.1 Diabetes Gestasional


Saat kehamilan, terjadi perubahan hormonal dan metabolik. Perubahan metabolik
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat pemenuhan kebutuhan
energi untuk ibu dan janin. Perubahan hormonal ditandai dengan meningkatnya hormon
esterogen dan hormon progestin. Peningkatan hormon esterogen dan hormon progestin
mengakibatkan keadaan jumlah atau fungsi insulin ibu tidak optimal dan terjadi
perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Efek dari resistensi
insulin ini mengakibatkan kadar gula darah ibu hamil tinggi sehingga terjadilah diabetes
gestasional. Keadaan ini dapat berdampak pada janin, sebab kadar gula darah ibu akan
mempengaruhi gula darah janin sehingga gula darah janin juga meningkat.
[Cunningham, 2014]

2.2.6 Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan


glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan
bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. [Perkeni, 2015]

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 11
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:

• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.

• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.

KriteriaDiagnosis DM

Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan
kalori minimal 8 jam.

Atau

Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

Atau

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.

Atau

Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh


National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

Catatan: Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard NGSP,
sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi terhadap hasil pemeriksaan
HbA1c. Pada kondisi tertentu yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi
ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis maupun evaluasi.

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM


digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa terganggu
(TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT). [Perkeni, 2015]

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 12
 Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma
puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam <140
mg/dl;
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 -jam
setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl
 Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
 Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%. [British Diabetic Association,
2017]

Tabel 2. Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes melitus dan
prediabetes

HbA1c (%) Glukosa darah puasa Glukosa plasma 2 jam


(mg/dL) setelah TTGO (mg/dL)

Diabetes > 6,5 > 126 mg/dL > 200 mg/Dl

Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199

Normal <5,7 <100 <140

Sumber : WHO, 1994

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat


yang cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari-hari.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan .
3. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB
(anakanak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5
menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban
glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 13
Pemeriksaan Penyaring dilakukan untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe-2
(DMT2) dan prediabetes pada kelompok resiko tinggi yang tidak menunjukkan gejala
klasik DM yaitu:

1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23
kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor resiko sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik yang kurang.
b. First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam
keluarga).
c. Kelompok ras/etnis tertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir (BBL) >4 kg atau mempunyai riwayat diabetes mellitus gestasional
(DMG).
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk
hipertensi).
f. HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL.
g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
h. Riwayat prediabetes.
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans.
j. Riwayat penyakit kardiovaskular.
2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas.

Catatan:

Kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma normal


sebaiknya diulang setiap 3 tahun, kecuali pada kelompok prediabetes
pemeriksaan diulang tiap 1 tahun.

Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia fasilitas


pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), maka pemeriksaan penyaring
dengan mengunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler, diperbolehkan untuk
patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya perbedaan hasil
pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan glukosa darah kapiler seperti pada
tabel-6 di bawah ini.

Tabel 3. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa (mg/dl)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 14
Bukan DM Belum pasti DM
DM

Kadar glukosa Plasma vena <100 100-199 ≥ 200

Darah <90 90-199 ≥ 200


darah
kapiler
sewaktu(mg/dl)

Kadar glukosa Plasma vena <100 100-125 ≥ 126

Darah <90 90-99 ≥ 100


darah puasa
kapiler
(mg/dl)

Sumber : Perkeni, 2015

2.2.7 Penatalaksanaan

Tatalaksana DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan
aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti
hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri,
tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistik. Edukasi yang perlu diberikan antara lain tentang perjalanan penyakit
DM, makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan,
Penyulit DM dan risikonya, Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta
pengobatan, interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat anti-
hiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain, cara pemantauan glukosa darah
dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin, mengenal gejala dan penanganan awal
hipoglikemia, pentingnya latihan jasmani yang teratur, pentingnya perawatan kaki.
[Perkeni, 2015]

2.2.7.1 Pemeliharaan dan perawatan kaki


Edukasi perawatan kaki diberikan secara rinci pada semua orang dengan ulkus maupun

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 15
neuropati perifer atau peripheral arterial disease (PAD)
a. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan di air
b. Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas,
kemerahan, atau luka
c. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
d. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan krim
pelembab pada kulit kaki yang kering
e. Potong kuku secara teratur
f. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi
g. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung-
ujung jari kaki
h. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur
i. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
j. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi
k. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk menghangatkan
kaki. [Perkeni, 2015]

2.2.7.2 Perilaku hidup sehat


Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus adalah memenuhi anjuran:
a. Mengikuti pola makan sehat.
b. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur
c. Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman dan teratur
d. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil
pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan
tepat.
g. Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau bergabung
dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti
pengelolaan penyandang DM
h. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada [Perkeni, 2015]

2.2.7.3 Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 16
Kunci keberhasilan TNM ini adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim
(dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Prinsip
pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori
dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan
mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,
terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau
terapi insulin itu sendiri. [Mahan, 2004]

Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiri dari:

A. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65 % total asupan energi, terutama yang
tinggi serat.
B. Lemak
Lemak tidak jenuh < 10 %, batasi bahan makanan yang banyak mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu fullcream,
Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
C. Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20 % total asupan energi. Sumber protein yang
baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk
susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
D. Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu
250 mg/dL
E. Latihan jasmani
Kegiatan sehari-hari atau aktivitas seharihari bukan termasuk dalam latihan
jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik dengan intensitas sedang (50- 70 % denyut jantung maksimal) seperti:
jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

2.2.7.4 Terapi Farmakologis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 17
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
[Perkeni, 2015]
1. Obat Anti-hiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat anti-hiperglikemia oral dibagi menjadi 5
golongan:
a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
- Sulfonilurea
Mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Efek samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan.
Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien dengan risiko tinggi
hipoglikemia (orang tua, gangguan faal hati, dan ginjal).
- Glinid
Obat ini cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, yaitu penekanan pada
peningkatan sekresiinsulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat
yaitu Repaglinid (derivat asambenzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin).
Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi
secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.
Efek samping adalah hipoglikemia.

b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin


- Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus diabetes
melitus tipe 2.
Obat ini tidak boleh diberikan pada beberapa keadaan seperti:
- GFR<30 mL/menit/1,73 m2
- Gangguan hati berat, serta pasien serebrovaskular, sepsis, renjatan,
PPOK, gagal jantung.
Efek samping:
Gangguan saluran pencernaan seperti dispepsia.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 18
- Tiazolidindion (TZD)
Merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma
(PPAR-gamma). Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa dijaringan perifer. Tiazolidindion
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung. Obat golongan TZD
adalah Pioglitazone.

c. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan:


- Penghambat Alfa Glukosidase.
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus,
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Obat ini
tidak berikan pada keadaan penyakit ginjal, gangguan faal hati yang berat,
irritable bowel syndrome. Efek samping yang bisa terjadi bloating (penumpukan
gas dalam usus). Obat golongan ini contohnya adalah Acarbose.
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Obat ini menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like
Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif.
Aktivitas GLP adalah untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi
glukagon bergantung kadar glukosa darah (glucose dependen). Contoh nya
adalah Sitagliptin dan Linagliptin.
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter )
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat anti-diabetes oral jenis
baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal
dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2.
Contohnya adalah Canagliflozin dan Empagliflozin.

2. Obat Anti-hiperglikemia Suntik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 19
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi
insulin dan agonisGLP-1.
a. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
- HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Krisis Hiperglikemia
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
- Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Jenis dan Lama Kerja Insulin
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis, yakni :
- Insulin kerja cepat (Rapid acting insulin)
- Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
- Insulin kerja menengah (Intermediate-acting insulin)
- Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)
- Insulin kerja ultra panjang (Ultra long-acting insulin)
- Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja cepat dengan
menengah (Premixed insulin)
Efek samping terapi insulin
- Efek samping utama adalah terjadinya hipoglikemia
- Reaksi alergi terhadap insulin
Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam
penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan dengan
pemberian obat anti-hiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sejak dini. Pemberian
obat anti hiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 20
Terapi kombinasi obat anti-hiperglikemia oral, harus menggunakan dua macam obat
dengan mekanisme kerja yang berbeda. Dapat diberikan kombinasi dua obat anti
hiperglikemia dengan insulin pada keadaan tertentu apabila sasaran kadar glukosa darah
belum tercapai dengan kombinasi dua macam obat. Dapat diberikan terapi kombinasi
tiga obat anti-hiperglikemia oral pada pasien yang disertai dengan alasan klinis dimana
insulin tidak memungkinkan untuk dipakai.

2.2.8 Komplikasi

Komplikasi diabetes dibagi menjadi mikrovaskular (terjadi pada pembuluh darah kecil)
dan makrovaskular (pembuluh darah besar). Komplikasi mikrovaskular terdiri atas
retinopati, nefropati, neuropati, kaki diabetik sedangkan komplikasi makrovaskular
terdiri dari serangan jantung, stroke dan insufisiensi aliran darah ke kaki.
- Retinopati Diabetikum
Retinopati diabetikum dapat menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan yang
terjadi karena pembuluh darah vena yang kecil di bagian lapisan mata belakang dan
retina rusak.
- Nefropati Diabetikum
Nefropati diabetikum disebabkan karena pembuluh darah di ginjal rusak, hal ini dapat
menyebabkan gagal ginjal bahkan kematian.
- Neuropati
Diabetes menyebabkan kerusakan saraf, dimana ada kerusakan saraf langsung karena
hiperglikemi dan penurunan aliran darah ke saraf. Kerusakan saraf ini menyebabkan
gangguan sensori dan kerusakan otot, dan impoten pada laki-laki.
- Kaki Diabetes
Perubahan yang terjadi di pembuluh darah dan saraf sering menyebabkan ulserasi dan
berujung dengan amputasi.
- Penyakit Kardiovaskular
Hiperglikemi menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis.
Penyempitan pembuluh darah menyebabkan serangan jantung dan stroke, serta pada
ekstremitas berupa nyeri dan menurunnya penyembuhan dari infeksi. [Perkeni, 2015]

2.2.9 Program Pengendalian Diabetes Melitus di Puskesmas

Program pengendalian diabetes mellitus dilakukan secara terintegrasi yaitu antara lain:
[American Diabetes Association, 2008]

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 21
1. Peningkatan faktor risiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas layanan
primer (Pandu PTM)
 Untuk peningkatan tatalaksana faktor risiko utama (konseling berhenti
merokok, hipertensi, dislipidemia) di fasilitas pelayanan dasar (puskesmas,
dokter keluarga, praktik swasta)
 Tatalaksana terintegrasi hipertensi dan diabetes melalui pendekatan faktor
risiko
 Prediksi risiko penyakit jantung dan stroke dengan chart WHO
2. Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)

Posbindu PTM merupakan program pengendalian faktor risiko penyakit tidak


menular berbasis masyarakat yang bertujuan meningkatkan kewaspadaan
masyarakat terhadap faktor risiko dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungan
sekitarnya

3. CERDIK dan PATUH di Posbindu PTM dan Balai Gaya Hidup Sehat Program
PATUH, yaitu:

P: Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter

A: Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur

T: Tetap diet sehat dengan gizi seimbang

U: Upayakan beraktifitas fisik dengan aman

H: Hindari rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya

Program CERDIK, pesan peningkatan gaya hidup sehat yang disampaikan di


lingkungan sekolah, yaitu:

C: Cek kondisi kesehatan secara berkala

E: Enyahkan asap roko

R: Rajin aktifitas fisik

D: Diet sehat dengan kalori seimbang

I: Istirahat yang cukup

K: Kendalikan stress

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 22
2.3 Kerangka Teori

Bisa Dimodifikasi : Tidak Bisa Dimodifikasi :


1. Pola makan 1. Usia
2. Aktifitas fisik 2. Jenis kelamin
3. Olahraga 3. Geneik

DM TIPE
2

KOMPLIKASI

Mikroangiopat
Makroangiopat
Retinopati diabeti, Nefropati
diabetic, neuropati diabetikum Stroke, penyakit jantung
koroner
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 Gambar 1. Kerangka Teori 23
BAB 3

DATA KLINIS

3.1 Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. U


Nama Kepala Keluarga : Tn. D
Umur Pasien : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status : Menikah dengan empat anak
Alamat : Kampung Sindang Panon RT 03, RW 01
Pekerjaan Kepala Keluarga : Buruh bangunan
Penghasilan Utama Keluarga : Dari suami saja

3.2 Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di rumah pasien (kunjungan rumah)


pada tanggal 20 Oktober 2017 jam 11.30 WIB.
Keluhan utama : baal di jari-jari tangan (kanan dan kiri) dan kaki (kanan
dan kiri)
Keluhan tambahan : lemas, sakit kepala, pegal-pegal, sering lapar, sering
haus, cepat lelah, pandangan mata kabur, sering kepanasan dan berkeringat,
BAK sering (>3x/hari)
Riwayat penyakit sekarang :
Ny. U datang ke balai pengobatan Puskesmas Sindang Jaya mengeluhkan
baal pada jari tangan kanan dan kiri. Keluhan dirasakan 2 bulan yang lalu sejak
pasien tidak minum obat yang diberikan Puskesmas.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 24
Pasien didiagnosis diabetes melitus oleh petugas kesehatan di Puskesmas
Sindang Jaya pada 2 tahun yang lalu. Awalnya pasien datang dengan keluhan
lemas, padahal pasien merasa sudah makan cukup banyak. Lalu disarankan
untuk melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dan didapatkan hasil 452
mg/dl pada tanggal 6 Oktober 2015. Saat itu pasien merasa lemas. Kemudian
diberikan obat minum tablet Glibenklamid yang harus diminum rutin dua kali
setiap hari. Namun Ny. U tidak rutin kontrol dan membeli obat karena tidak ada
yang mengantar ke puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat. Yang biasa
mengantar biasanya anaknya.
Riwayat menopause premature, riwayat darah tinggi, riwayat
dislipidemia, riwayat sakit ginjal, riwayat sakit liver, riwayat stroke, riwayat
sakit maag, riwayat alergi, riwayat asma, riwayat TBC, riwayat katarak, riwayat
operasi, riwayat penurunan berat badan disangkal. Menstruasi masih teratur,
sebulan sekali. Satu kali periode haid 5-6 hari selama satu kali periode.
Ayah Ny. U meninggal pada usia 64 tahun karena komplikasi hipertensi
dan kencing manis. Ayah pasien menderita hipertensi selama 5 tahun dan
Diabetes Melitus selama 3 tahun selama masa hidupnya.
Sebelum menderita DM, pasien sering mengonsumsi makanan dan
minuman yang manis (seperti minum teh manis, 2 sendok makan teh setiap 1
gelas sedang the hangat setiap sesudah makan), namun setelah didiagnosis DM,
pasien tidak mengonsumsi makanan manis lagi. Selain itu, pasien mengonsumsi
gorengan dan es krim setiap hari hingga saat ini. Pasien minum air putih karena
haus terus selama >5 kalisehari sebanyak 1 gelas besar (500cc)/kali. Pasien
jarang berolah raga, 1 bulan sekali. Riwayat merokok dan minum alkohol
disangkal. Tidur 6-7 jam perhari. Pasien tidak rutin mengkonsumsi obat
glibenclamide 2 x 5 mg sejak 2 tahun yang lalu.
Saat ini aktivitas sehari-hari Ny. U sebagai ibu rumah tangga. Keluhan
yang dirasakan Ny. U terkadang mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesemutan
pada kedua tangan nya terutama saat bekerja dan terpapar udara dingin
teruatama saat mencuci piring dan mencuci baju sangat dirasakan. Sejak
beberapa bulan yang lalu, pasien mengeluh baal di jari-jari tangan (kanan dan
kiri) dan jari kaki terus menerus. Selain itu, pasien juga mengeluh sakit kepala,
pegal-pegal, sering lapar, sering haus, cepat lelah, pandangan mata kabur, BAK
sering (5-6x/hari). Jika sakit kepala dan pegal-pegal, pasien sering mengonsumsi
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 25
obat warung (paramex) yang dibeli di warung. Setelah minum obat tersebut
maka keluhan sakit kepala dan pegal-pegal pun membaik.
Ny. U tidak mengetahui tentang penyakit dan komplikasi dari penyakit
yang dideritanya. Selain itu Ny.U juga kurang patuh terhadap nasihat dari dokter
sehingga masih jarang kontrol ke Puskesmas dan minum obatnya pun tidak
teratur.
Riwayat sering BAK (BAK 5-6 kali sehari dan saat malam 1 kali). Tidak
ada keluhan BAB. Riwayat gatal pada tubuh, berat badan turun, perut
membuncit, bengkak pada kedua kelopak mata, mual, dan luka pada kaki, batuk
lama, keringat malam hari, demam, kulit kering, nyeri pinggang, dan gangguan
berhubungan seksual disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :

 Riwayat kencing manis : ada (sejak 2 tahun yang lalu)


 Riwayat menopause premature : disangkal
 Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat serangan jantung : disangkal
 Riwayat dislipidemia : disangkal
 Riwayat sakit ginjal : disangkal
 Riwayat sakit liver : disangkal
 Riwayat stroke : disangkal
 Riwayat sakit maag : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat TBC : disangkal
 Riwayat katarak : disangkal
 Riwayat operasi : disangkal
 Riwayat penurunan berat badan : disangka;

Tanggal Hasil
Tabel
No4. Hasil Pemeriksaan GDS yang pernah dilakukan Ny. U di Puskesmas
Pemeriksaan Gula Darah

1 6/10/2015 452 mg/dL

2 9/2/2016 367 mg/dL

3 24/6/2016 337 mg/dL

4 10/9/2016 389 mg/dL

5 1/12/2016 310 mg/dL


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
6Fakultas
11/3/2017 280 mg/dL
Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 26
7 21/6/2017 380 mg/dL

8 9/10/2017 260 mg/dL


Sumber : Rekam medis Ny. U

Riwayat penyakit keluarga :

 Riwayat ayah meninggal pada usia 64 tahun karena komplikasi hipertensi


dan kencing manis. Ayah pasien menderita hipertensi selama 5 tahun dan
diabetes melitus selama 3 tahun selama masa hidupnya.

Riwayat kebiasaan :


Makan : sebelum menderita DM, pasien sering mengonsumsi makanan dan
minuman yang manis (seperti minum teh manis, dua sendok teh gula dalam
satu gelas sedang teh hangat setiap sesudah makan), namun setelah
didiagnosis DM, pasien mengurangi mengonsumsi makanan manis. Selain
itu, pasien mengonsumsi gorengan dan mie instan setiap hari hingga saat ini.
 Minum : pasien minum air putih karena haus terus selama >5 kalisehari
sebanyak 1 gelas besar (500cc)/kali..
 Olah raga : pasien jarang berolah raga, 1 bulan sekali.
 Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
 Tidur : 6-7 jam perhari

Riwayat pengobatan :

 Pasien tidak rutin mengkonsumsi obat glibenclamide 2 x 5 mg sejak 2 tahun


yang lalu.

Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 27
 Pasien adalah ibu rumah tangga.
 Sumber penghasilan utama pada keluarga adalah dari suami pasien yang
bekerja sebagai kuli bangunan.
 Saat ini biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
 Pasien tinggal serumah dengan suami, anak, anak, menantu dan cucu.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2017 jam 12.00 WIB di rumah pasien (Desa
Sindang Panon RT 01, RW 03).
Pasien perempuan, usia 52 tahun, berat badan 52kg, tinggi badan 155 cm, IMT
(22.44 menurut IMT Asia Pasifik  normal).
3.3.1 Keadaan umum : tampak sakit ringan
3.3.2 Kesadaran : kompos mentis ; GCS : E4V5M6
3.3.3 Tanda vital :

Tekanan darah : 130/80 mmHg (lengan kanan dan kiri)

Nadi : 80 x/menit

RR : 18 x/menit

Suhu : 36,9o C

3.3.4 Status internus :


Kepala : normosefal, simetris

Rambut : hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.

Mata : pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya


+/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, lensa keruh -/-.

Hidung : bentuk hidung normal, simetris, sekret -/-, nafas cuping


hidung (-), deviasi septum (-).

Telinga : bentuk telinga normal, discharge -/-, peradangan -/-.

Mulut : bibir kering (-), stomatitis (-).

Leher : simetris, tidak ada pembesaran KGB.

Tiroid : pembesaran kelenjar tiroid (-), kelenjar tiroid ikut


bergerak saat menelan, konsistensi kenyal, permukaan licin, nyeri tekan (-).

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 28
Tenggorok : T1-T1, mukosa hiperemis (-), mukosa faring hiperemis
(-), kripta melebar (-), detritus(-).

Aksila : tidak ada pembesaran KGB.

Thoraks :

 Jantung :
o Inspeksi : tidak terlihat pulsasi iktus kordis
o Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V pada pertengahan
antara MCL sinistra dan aksilaris anterior line sinistra, JVP 5+2
cmH20
o Perkusi :
- batas jantung kanan pada ICS IV midsternal line
- batas jantung kiri pada ICS V aksilaris anterior line sinistra
- pinggang jantung pada ICS III parasternal line sinistra
o Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop
(-)
 Paru :
o Inspeksi : dinding dada simetris saat diam maupun
bergerak, retraksi (-)
o Palpasi : gerakan nafas simetris, strem fremitus sama kuat
dekstra et sinistra
o Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua hemitoraks, ronki
-/-, wheezing -/-

Abdomen :

o Inspeksi : datar, simetris, striae (+), scar (-), inflamasi (-), hernia
(-), peristaltik (-), pulsasi epigastrium (-)
o Auskultasi : bising usus (+) normal 15 x/menit, bruit (-), friction rub
(-)
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran hepar
maupun lien, ballotement (-)
o Perkusi : timpani, shifting dullness (-), pembesaran hepar (-),
castle sign (-), nyeri ketok kostovertebra (-)

Inguinal : tidak ada pembesaran KGB.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 29
Kulit : tidak ada efloresensi yang bermakna

Ekstremitas :

Tabel 5. Pemeriksaaan Ekstremitas

Superior (dx/sn) Inferior (dx/sn)

Akral dingin -/- -/-

Udem -/- -/-

Kalus -/- -/-

Ulkus -/- -/-

Sumber : hasil pemeriksaan fisik

Pemeriksaan neurologis :

Tabel 6. Pemeriksaan Neurologis

Anggota Gerak Atas Anggota Gerak Bawah

Kanan Kiri Kanan Kiri

Motorik :

Pergerakan + + + +

Kekuatan 5-5-5 5-5-5 5-5-5 5-5-5

Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Sensibilitas :

Taktil menurun menurun menurun menurun

Nyeri dbn dbn dbn dbn

Diskriminasi 5 mm 5 mm 5 mm 6 mm

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 30
Lokalis Dbn Dbn Dbn Dbn

Patella (+)
Biseps (+) Biseps (+) Patella (+)
Refleks Acilles (+)
Triseps (+) Triseps (+) Acilles (+)

Sumber : Hasil pemeriksaan neurologis

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Tabel 7. Pemeriksaaan Laboratorium

Pemeriksaan Nilai Normal 23 Oktober 2017 pukul


11.00

GDS < 200 330 mg/Dl

Sumber : Hasil pemeriksaaan Laboratorium

3.5 Diagnosis Kerja Puskesmas Sindang Jaya

 Diagnosis Utama : Diabetes Melitus tipe 2


 Diagnosis Tambahan : Neuropati Diabetikum

3.6 Terapi Yang Sudah Diberikan Sebelumnya di Puskesmas Sindang Jaya

 Medikamentosa : Glibenclamide 2 x 5 mg
 Non medikamentosa : edukasi kepada pasien untuk tidak mengonsumsi
makanan dan minuman yang manis, olah raga teratur setiap hari, minum obat
teratur, dan kontrol serta cek gula darah teratur.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 31
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 32
BAB 4

DATA KELUARGA DAN LINGKUNGAN

4.1 Struktur Keluarga (Yang Tinggal Serumah)

Pasien adalah seorang wanita berusia 52 tahun yang telah menikah. Pasien memiliki 4
orang anak (3 orang perempuan, 1 orang laki-laki). Semua anaknya telah menikah.
Anak pertama memiliki 2 orang anak, anak kedua memiliki 2 orang anak. Jadi pasien
memimiliki 4 orang cucu.

Daftar Anggota Keluarga Ny. U (dan keluarga yang tinggal serumah)


Tabel 8. Daftar Anggota Keluarga Ny. U (keluarga yang Tinggal Serumah)

Hubungan
Umur Pekerjaan Pendidikan Hubungan
No Nama L/P dengan Keterangan
(tahun) Pokok Terakhir dengan KK
Pasien

Kuli Kepala
1. Tn. D L 58 SMP Suami Hipertensi
Bangunan Keluarga

Ibu Rumah
2. Ny. U P 52 SD Pasien Istri DM
Tangga

3. Tn. B L 33 Buruh Pabrik SMP Menantu Menantu Sehat

Ibu Rumah
4. Ny. T P 31 SMP Anak Anak Sehat
Tangga

Tidak
5. Tn. A L 31 SD Menantu Menantu Sehat
Bekerja

6. Ny. P P 30 Buruh Pabrik SMP Anak Anak Sehat

7. Tn. K L 29 Pedagang SMP Anak Anak Sehat

No Nama L/P Umur Pekerjaan Pendidikan Hubungan Hubungan Keterangan


(tahun) Pokok Terakhir dengan dengan KK

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 33
Pasien

Ibu Rumah
8. Ny. F P 29 SMP Menantu Menantu Sehat
Tangga

Tidak
9. Tn. L L 27 SMP Menantu Menantu Sehat
Bekerja

Ibu Rumah
10 Ny. E P 25 SMP Anak Anak Sehat
Tangga

11 An. C P 8 Pelajar SD Cucu Cucu Sehat

12 An.W P 7 Pelajar SD Cucu Cucu Sehat

Belum
13 An. J L 4 Tidak bekerja Cucu Cucu Sehat
Sekolah

Belum
14 An. H L 2 Tidak bekerja Cucu Cucu Sehat
Sekolah

Sumber : Hasil dari anamnesa dengan Ny. U

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 34
4.2 Genogram

Tn. R Ny. E
Tn. K Ny. D
b ? b ?
b ? b ?
m? m?
m? m? D?
D? m? D? D?
m?

Pasien

Tn. D Ny. ? Ny. ?


Tn. ? Ny. ? Tn. ? Ny. U
b 1959 b? b?
b? b? b? b 1965

m 1985

Tn. B Ny. T Tn. A Ny. P Tn. K Ny. F Tn. L Ny. E


b 2009
m 1984 b 1986 b 1986
m 2009 b 1987 b 1988 b 1988 b 1990 b 1992

An. C An. J An. W An. H


b 2009 b 2013 b 2010 b 2015

Gambar 2. Genogram
Sumber : Hasil anamnesa dengan keluarga Ny. U dan Ny. U

Keterangan

Perempuan
Pasien b= tanggal lahir
m = menikah
Menikah
D = tanggal meninggal
Laki-laki
Meninggal Tinggal serumah

Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayahnya sudah meninggal di usia 64
tahun karena komplikasi penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Ny. U sudah menikah
dan memiliki empat orang anak (tiga perempuan dan 1 laki-laki). Saat ini Ny. U tinggal
bersama suami, anak, dan cucu.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 35
4.3 Riwayat Imunisasi dan Kesehatan Keluarga (Yang Tinggal Serumah)

Tabel 9. Riwayat Imunisasi dan Kesehatan Keluarga

Umur Vaksinasi
No Nama L/P Kesehatan
(tahun) HB BCG Polio DPT Campak

1. Tn. D L 58 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Hipertensi

2. Ny. U P 52 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa DM

3. Tn. B L 33 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat

4. Ny. T P 31 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat

5. Tn. A L 31 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat

6. Ny. P P 30 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat

7. Tn. K L 29 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat

8. Ny. F P 29 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat

9. Tn. L L 27 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat

10. Ny. E P 25 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat

11. An. C P 8 1x 1x 4x 3x 4x Sehat

12. An. W P 7 1x 1x 4x 3x 4x Sehat

13. An. J L 4 1x 1x 4x 3x 4x Sehat

14. An H L 2 1x 1x 4x 3x 4x Sehat

Sumber : Hasil anamnesa dengan Ny. U

4.4 Kondisi Ekonomi

Penghasilan keluarga berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai pekerja buruh
bangunan. Anak dan menantu pasien juga bekerja, namun mereka memiliki
perekonomian keluarga masing-masing, walaupun jika sampai kekurangan mereka juga
ikut membantu perekonomian keluarga ini. Rata-rata penghasilan suami pasien selama 1
bulan ± Rp 1.500.000,00. Sedangkan pengeluaran rata-rata selama sebulan ± Rp
1.500.000,00. Berikut ini adalah perincian pengeluaran rutin selama satu bulan :

Tabel 10. Perincian Pengeluaran Rutin Selama Satu Bulan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 36
Jenis Pengeluaran Biaya

Makan dan minum (Rp 40.000,00/hari) Rp 1.200.000,00

Biaya transportasi Rp 10.000,00

Biaya listrik Rp 150.000,00

Tagihan air (PAM) Rp 75.000,00

Lain-lain (aqua gallon, dll) Rp 40.000,00

Total Rp 1.475.000,00
Sumber : HAsil anamnesa dengan Ny. U

Berdasarkan rincian tersebut, pemasukan dan pengeluaran tidak jauh berbeda.


Pasien mengaku berhubung pekerjaan suami pasien sebagai buruh bangunan, maka
kadang kala pengeluaran lebih besar dibandingkan pemasukan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa keadaan ekonomi pasien dapat digolongkan sebagai keadaan sosial ekonomi
menengah ke bawah pendapatan di bawah upah minimum regional kabupaten
Tangerang. Sumber pengeluaran listrik dan air dibantu beberapa oleh anak dan menantu.

4.5 Pola Berobat

Pasien dan keluarganya selalu berobat ke Puskesmas Sindang Jaya jika sakit. Untuk
pasien, pasien tidak rutin memeriksakan kadar gula darah dan mengambil obat diabetes
ke Puskesmas Sindang Jaya. Hal ini dikarenakan tidak ada yang mengantar ke
Puskesmas.

4.6 Pola Makan Sehari-hari

Pasien memiliki pola makan yang sama antara hari biasa dan akhir pekan.

4.6.1 Dietary Recall (terlampir di halaman ...)

4.7 Kondisi Rumah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 37

Status kepemilikan :
o Hak milik atas nama suami pasien.

Luas Rumah ; 215m2

Lokasi Rumah
Jl Pondok Sindang Panon RT 01, RW 03
o Terletak ± 1.500M dari Puskesmas Sindang Jaya. Jalan menuju rumah pasien
sudah diaspal. Jalan hanya bisa dilewati satu mobil. Harus melewati
jembatan yang tidak bisa dilewati mobil, namun bisa dilewati motor.

Ventilasi :
o Ventilasi tetap

Kisi-kisi kamar utama : 1,2x 0,5 = 0.6 m2

Kisi-kisi kamar tidur 3 :

Kisi-kisi kamar tidur 4 :

Kisi – kisi kamar tidur 5 :1,2x0,5 = 0,6 m2

Kisi – kisi kamar mandi 1 : 0,5 x 0,3 = 0,15 m2

Kisi – kisi kamar mandi 2 : 0,3 x 0,5 = 0,15 m2

Kisi – kisi kamar mandi 3 :

Kisi – kisi kamar mandi 4 :

Dapur : 0,5 x 1,2 = 0,6 m2

Kisi-kisi ruang sholat :0,5 x 1,2 = 0,6 m2

Gudang : 0,3 x 0,5 = 0,15 m2
Luas ventilasi tetap x 100% : 2,85 x 100% = 1,4%
Luas bangunan 215 m2
o Ventilasi isidentil

Kisi- kisi ruang keluarga depan : 3,6 x 1 = 3,6 m2

Kisi – kisi ruang keluarga tengah : 1,2 x 0.5 = 0.6 m

Kisi – kisi ruang keluarga samping : 1.2 x 1 = 1,2 m2

Kisi-kisi kamar tidur 1 : 1,2 x 0.5 = 0.6 m2

Kisi-kisi kamar tidur 2 : 1.2 x 0.5 = 0.6 m2
Luas ventilasi isidentil x 100% : 6,6 x 100 % = 3,3 %
Luas bangunan 215 m2
TOTAL :1,4% + 3,3% = 4,7%
Kesimpulan :
Secara fisik : Ventilasi secara keseluruhan juga tergolong kurang ideal
(<10%).
Secara fungsi : Semua ventilasi berfungsi dengan baik, maka secara fungsi
ventilasi juga tergolong ideal.

Pencahayaan :
o Sumber cahaya berasal dari sinar matahari yang masuk lewat jendela (gorden
tidak selalu dibuka) dan lampu yang ada pada tiap ruangan (14 Watt).
Namun, lampu hanya dinyalakan pada sore dan malam hari sehingga
pencahayaan untuk rumah ini kurang cukup.

Air bersih :

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 38
o Untuk kebutuhan air bersih sehari-hari berasal dari PAM (Perusahaan Air
Minum).
o Untuk minum pasien dan keluarganya menggunakan air galon isi ulang yang
dimasak lagi hingga mendidih.
o Kesan : sumber air telah memenuhi syarat air bersih.

Sampah :
o Sampah dibakar di halaman rumah.

Limbah : ke kali depan rumah. Keadaan kali depan rumah air nya kurang mengalir,
keadaan air keruh dan banyak tumpukan sampah.

Pembuangan tinja : septic tank yang berada di bawah jamban.

Jamban : licin, becek, dan berlumut.

Alat kesejahteraan keluarga : 1 buah televisi (24 inch), 1 buah rice cooker, 1 buah
kulkas, 1 buah kompor gas mata dua, dan 2 buah sepeda.

4.8 Denah Lokasi

Gambar 3. Denah Lokasi


Sumber : Hasil kunjungan ke rumah Ny. U

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 39
4.9 Denah Rumah

24m

Kamar mandi Kamar mandi


Kamar mandi
Kamar mandi Dapur

m
8.
Kamar

4
Kamar Ruang
keluarga

Ruang
keluarga Kamar Ny
Ruang Kamar Kamar U
s

keluarga Kamar
12m

Teras

3.8m

3.6m
Gambar 4. Denah Rumah
Sumber : Hasil kunjungan ke rumah Ny. U

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 40
4.10 Mandala of Health
Body : Pasien Ny. U, usia 52 tahun dengan DM tipe 2 dan neuropati
diabetikum
Mind : Pasien menganggap penyakit yang diderita tidak begitu parah.
Spirit : Ada keinginan untuk sembuh dari penyakit yang sedang dideritanya
 Level pertama :
o Human biology : Ada faktor genetik dari orang tua yang memiliki hipertensi
dan diabetes.
o Family : Pasien tinggal serumah bersama 1 suami, 4 anak, 4 menantu, dan 4
cucu
o Personal behaviour :
 Pasien memiliki riwayat sering mengonsumsi makanan dan minuman
manis (seperti minum teh manis setiap hari) sejak kecil.
 Tidak pernah berolahraga.
 Tidak banyak beraktifitas, lebih banyak duduk.
 Tidak menggunakan alas kaki di rumah.
 Tidur 6-7 jam perhari
 Tidak rutin meminum obat
 Pasien baru ke Puskesmas jika ada keluhan

o Psycho-socio-economic environment :
 Hubungan pasien dengan lingkungan sekitar baik.
 Status ekonomi keluarga pasien menengah ke bawah karena pendapatan
dibawah UMR
 Status pendidikan pasien dan keluarga pasien rendah.
o Physical environment :
 Kebersihan kurang (lantai rumah kotor, daerah kamar mandi becek, licin,
dan berlumut, keadaan rumah berdebu).
 Pencahayaan kurang (Ada jendela tapi gorden jarang dibuka lebar, lampu
jarang dinyalakan).

 Level kedua :
o Sick care system :
 Jarak ke Puskesmas 1,5km dan sulit dijangkau karena jalanan jarang
dilewati kendaraan umum.
 Pemberian jumlah obat yang diberikan hanya dapat memenuhi
kebutuhan selama 5 hari saja (10 tablet/hanya untuk 5 hari).
 Ketersediaan obat pada jenis tertentu tidak mencukupi.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 41
 Penyuluhan Diabetes Melitus jarang dilakukan
 Keluarga tidak ada mengantar untuk pergi ke Puskesmas
 Tidak ada pengawas minum obat
o Work : Pasien sebagai ibu rumah tangga.
o Life style : Sering mengonsumsi makanan manis dan makan manis, kurang
makan sayur, kurang olahraga, riiwayat merokok, alkohol, dan lainnya
disangkal.
 Level ketiga :
o The community : Pasien rajin mengikuti pengajian di masjid dekat rumahnya.
o The human made environment : Membuang sampah sembarangan, ada
genangan air di sekitar rumah.
o Culture : Kalau sakit biasanya pasien minum obat warung dulu
o Biosphere : Global warming.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 42
Culture
Bila sakit, pasien ke obat warung dulu

Community
Pasien rajin mengikut pengajian di masjid dekat rumahnya.

Lifestyle
Ngemil manis dan makan manis, kurang makan sayur, kurang
olahraga, Riwayat merokok, alkohol, dan lainnya disangkal.

Family
Personal Behaviour
Pasien tinggal serumah dengan
Pasien memiliki riwayat sering mengonsumsi
suami, 4 anak, 4 menantu, 4 cucu
makanan dan minuman manis (seperti minum teh
manis setiap hari) sejak kecil, tidak pernah
Psycho-socio-economic
berolahraga, tidak banyak beraktifitas, lebih environment
banyak duduk, tidak menggunakan alas kaki di Body Hubungan pasien dengan
rumah, tidur 6-7 jam perhari, tidak rutin meminum lingkungan sekitar baik,
obat, pasien baru ke Puskesmas jika ada keluhan Pasien Ny. U, usia 52 tahun,
dengan Diabetes Melitus tipe status ekonomi keluarga
2, neuropati diabetikum. pasien menengah ke bawah
karena pendapatan dibawah
Sick Care System UMR
Jarak ke Puskesmas berapa
meter 1,5km. Tidak mudah Mind
Work
dijangkau dengan jalan kaki, Pasien menganggap
. Spirit
pemberian jumlah obat untuk Ada keinginan Pasien
penyakit kronis termasuk
penyakit yang diderita
untuk sembuh dari sebagai IRT
Diabetes Melitus yang terlalu tidak begitu parah. penyakitnya.
sedikit (10 tablet/hanya untuk
5 hari), ketersediaan obat
tidak lengkap, penyuluhan
jarang dilakukan untuk
Diabetes Melitus, keluarga Physical environment
tidak adayang mengantar ke Kebersihan kurang (lantai rumah kotor,
Puskesmas, tidak ada daerah kamar mandi becek, licin, dan
pengawas minum obat. berlumut, keadaan rumah berdebu),
pencahayaan kurang (Ada jendela tapi
gorden jarang dibuka lebar, lampu jarang
Human Biology
dinyalakan).
Ada factor genetic dari orang tua yang
memiliki hipertensi dan diabetes.

Human Made Environment


Tidak ada.

Biosphere
Global warming

Gambar 5. Mandala of Health


Sumber : Hasil Kunjungan ke Ny. U
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 43
BAB 5

DIAGNOSIS HOLISTIK

5.1 Resume

Ny. U umur 52 tahun tinggal bersama suami, anak, menantu dan cucu. Datang dengan
keluhan utama ksemutan di jari-jari tangan dan kaki (kanan dan kiri) sejak beberapa
bulan yang lalu terus menerus. Keluhan memberat saat berjalan dan melakukan
aktivitas, serta lebih ringan jika istirahat. Selain itu, pasien juga mengeluh sakit kepala,
pegal-pegal, sering lapar, sering haus, cepat lelah, pandangan mata kabur dan sering
BAK. Terdapat riwayat Diabetes Melitus tipe 2 sejak 2 tahun yang lalu. Pasien tidak
rutin kontrol setiap bulan ke Puskesmas Sindang Jaya sehingga pengobatan dan
konsumsi obat juga tidak teratur. Obat yang diberikan puskesmas adalah Glibenclamide
2 x 5 mg sebanyak 10 tablet. Jika obat habis, pasien jarang kontrol ke puskesmas
dengan alasan tidak ada yang mengantar ke puskesmas.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg. Yang lain dalam batas
normal.

Dari pemeriksaan gula darah sewaktu (kapiler) didapatkan hasil 330 mg/dL.

Diagnosis kerja pasien ini adalah Diabetes Melitus tipe 2 dengan neuropati diabetikum.

Terapi medikamentosa yang telah diberikan adalah Glibenclamide 2 x 5 mg.


Terapi non medikamentosa yang telah diberikan adalah edukasi kepada pasien untuk
tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang manis, olah raga teratur setiap hari,
minum obat teratur, dan kontrol serta cek gula darah teratur.

5.2 Diagnosis holistik


5.2.1 Aspek personal
 Keluhan : baal di jari-jari tangan dan kaki (kanan dan kiri), sakit kepala,
pegal-pegal, sering lapar, sering haus, cepat lelah, pandangan mata kabur,
dan sering BAK.

5.2.2 Aspek klinis/diagnosis klinis


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 44
 Diagnosis kerja : Diabetes Melitus tipe 2
 Diagnosis tambahan : Neuropati diabetikum.
 Diagnosis banding :-
5.2.3 Aspek internal

 Aging process
 Suka makan makanan yang manis
 Kurangnya pemahaman pasien tentang penyakit diabetes mellitus.
 Tidak rutin meminum obat.
 Pasien baru ke Puskesmas jika ada keluhan
 Pasien tidak mengetahui jenis makanan yang boleh dikonsumsi
 Pasien menganggap penyakit yang diderita tidak begitu parah
 Tidak menggunakan alas kaki dirumah
 Tidak pernah berolahraga
 Tidak banyak beraktivitas, lebih banyak duduk
 Faktor Genetik

5.2.4 Aspek eksternal

 Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit Diabetes Melitus yang


diderita pasien.
 Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pola makan sehat yang dibutuhkan
pasien.
 Tidak ada yang mengantar ke Puskesmas
 Penyuluhan diabetes tidak berjalan
 Total Ventilasi permanen di rumah pasien kurang dan jendela jarang dibuka
 Pencahayaan alami di rumah pasien kurang baik
 Tidak ada Pengawas Minum Obat (PMO)
 Kebersihan kurang (lantai rumah kotor, daerah kamar mandi becek, licin dan
berlumu, keadaan rumah berdebu)

5.2.5 Aspek status fungsional penderita

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 45
 Status disabilitas penderita : Ada sedikit hambatan dalam tugas sehari-
hari
 Status fungsional penderita : Ada sedikit hambatan dalam tugas
sehari-hari

5.3 Diagnosis keluarga

5.3.1 Bentuk keluarga :


o Keturunan : patrilinier
o Perkawinan : monogami
o Pemukiman : matrilokal
o Jenis anggota keluarga : inti/nuclear family
o Kekuasaan : Equalitarium
5.3.2 Fungsi (fisiologis dan patologis) :
o Holistik : baik (pasien tidak memiliki kelainan
bawaan; memiliki kondisi psikologis yang baik; sosial ekonomi
menengah ke bawah namun masih dapat mencukupi kebutuhan
sehari-hari).
o Fisiologis :
 Adaptation : 2 (sering/selalu)
 Partnership : 2 (sering/selalu)
 Growth : 2 (sering/selalu)
 Affection : 2 (sering/selalu)
 Resolve : 2 (sering/selalu)
APGAR score : 10 (baik)
o Patologis :
 Social : baik (interaksi dengan tetangga sekitar
baik)
 Culture : baik (pasien dan keluarganya memiliki
tatakrama dan sopan santun yang baik serta menghargai
budaya setempat)
 Religious : baik (taat beragama)
 Economic : menengah ke bawah (pendapatan pasien
dibawah UMR).
 Medical : kurang baik (pasien tidak rutin berobat ke
puskesmas karena tidak ada yang mengantar ke puskesmas
dan keluarga pasien hanya berobat ke puskesmas jika sakit)
Dapat disimpulkan, bahwa keluarga ini memiliki aspek
patologis.
o Hubungan antar manusia : baik (dapat bersosialisasi dengan baik)
o Keturunan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 46
o Perilaku : baik (keluarga ini memiliki pengetahuan,
sikap, dan tindakan yang baik)
o Non perilaku : baik (keluarga ini memiliki lingkungan,
pelayanan kesehatan, dan keturunan yang baik)
o Indoor :
 Pencahayaan kurang (walaupun sudah ada jendela yang
cukup, namun keadaan rumah gelap karena lampu sering
tidak menyala).
 Kebersihan kurang (lantai rumah kotor dan berpasir, barang-
barang berdebu, daerah dapur sekaligus kamar mandi becek,
licin, dan berlumut).
o Outdoor : kurang baik (banyakan tumpukan
sampah, dan genangan air).

5.3.3 Siklus kehidupan (Duvall) :

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 47
Gambar 6. Siklus Kehidupan Duvall

Keluarga ini sedang berada pada siklus kehidupan keluarga nomor 7


Ny. U tinggal bersama suami, anak, menantu dan cucu yang sedang duduk
di bangku Sekolah Dasar. Usia Ny. U dan suami berada dalam tahap orang
tua usia menengah.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 48
BAB 6
RENCANA PENATALAKSANAAN HOLISTIK DAN
KOMPREHENSIF

6.1 Aksis I (Personal)


 Kesemutan di jari-jari tangan dan kaki
Rencana penatalaksanaan:
o Farmakologis:
Vitamin B Complex 3x1
o Non farmakologis :
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa
kesemutan merupakan bagian dari perjalanan penyakit pasien.
 Mengajarkan pasien untuk melakukan senam diabetes.
 Menggunakan alas kaki
 Pegal dibadan
Rencana penatalaksanaan:
o Farmakologis:
Paracetamol 3 x 1
o Non farmakologis:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa pegal-
pegal di badan merupakan bagian dari perjalanan penyakit pasien.
- Memberikan edukasi untuk beristirahat jika sudah merasa lelah bekerja.
- Mengajarkan pasien untuk melakukan peregangan badan pada saat
bangun tidur
- Memberikan edukasi pentingnya berolahraga dan peningkatan aktivitas
sehari-hari

6.2 Aksis II (Klinis)


Diagnosis utama : Diabetes Melitus tipe 2
Diagnosis tambahan : Neuropati diabetikum

6.2.1 Diagnosis
- Diagnosis Utama : Diabetes Melitus tipe 2
Rencana penatalaksanaan:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 49
o Farmakologis:
Metformin 500 mg 3x1 p.c
o Non farmakologis:
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit
Diabetes Melitus tipe 2 dan neuropati diabetikum
 Menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur.
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya makan makanan
yang rendah karbohidrat dan lemak.
 Memberikan edukasi ke pasien bahwa rasa baal di tangan merupakan
salah satu tanda komplikasi dari diabetes mellitus
 Mengatur pola makan pasien sesuai dengan prinsip untuk diabetes
mellitus.
 Mengedukasikan ke keluarga tentang faktor genetik dari Diabetes
Melitus

6.3 Aksis III (Internal)


 Aging process
Non-Farmakologi :
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa proses penuaan
merupakan suatu proses yang tidak dapat di hindari dan tidak dapat di cegah
serta menyarankan keluarga pasien untuk rutin memeriksa gula darah.
 Suka makan tinggi karbohidrat dan ngemil manis.
Non-Farmakologi :
- Memberikan edukasi kepada pasien untuk membatasi makanan tinggi
karbohidrat dan ngemil manis.
 Kurangnya pemahaman pasien tentang penyakit diabetes mellitus.
Non-Farmakologi:
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit diabetes
mellitus.
 Tidak rutin meminum obat.
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa pasien harus

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 50
meminum obat seumur hidup karena penyakit diabetes mellitus tidak dapat
disembuhkan dan hanya dapat di kontrol menggunakan obat diabetes melitus
atau suntikan insulin secara teratur.
- Memasang kalender beserta obat diabetes di dekat tempat tidur Ny.U agar
Ny.U tidak lupa meminum obat setiap hari secara teratur dan memberikan tanda
pada kalender setiap sudah meminum obat.
- Memberitahu pasien untuk membeli tiket lebih saat ke puskesmas agar
mendapatkan obat dalam jumlah lebih banyak.
 Pasien baru ke Puskesmas jika ada keluhan
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada pasien untuk rutin kontrol kadar gula darah ke
Puskesmas walaupun tidak ada keluhan.
- Memberikan saran kepada keluarga untuk memotivasi pasien rutin kontrol ke
Puskesmas
 Pasien tidak mengetahui jenis makanan yang boleh dikonsumsi
Non-Farmakologi :
-Menjelaskan pentingnya pemilihan jenis makanan gizi seimbang, terutama
dalam pemilihan jenis karbohidrat pada pasien penderita diabetes mellitus.
(daftar makanan terlampir)
 Pasien menganggap penyakit yang diderita tidak begitu parah
Non-Farmakologis :
-Menjelaskan bahwa penyakit DM merupakan penyakit yang menimbulkan
berbagai macam komplikasi sehingga perlu pengobatan yang teratur
 Tidak menggunakan alas kaki dirumah
Non Farmakologi :
-Menganjurkan pentingnya menggunakan alas kaki dirumah untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut dari DM.
 Tidak pernah berolahraga
Non Farmakologi :
-Menganjurkan untuk berolahraga untuk menangani penyakit yang diderita dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
 Faktor Genetik
Rencana penatalaksanaan :
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 51
Non-Farmakologi :
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa diabetes mellitus
adalah penyakit yang dapat diturunkan ke keluarga.
- Anjuran untuk keluarga pasien agar menjaga pola hidup sehat dan rutin
berolahraga.
- Anjuran untuk keluarga pasien agar rutin memeriksakan kesehatannya setahun
sekali.

6.4 Aksis IV (Eksternal)


 Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit diabetes mellitus yang
diderita pasien.
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada keluarga tentang penyakit diabetes melitus, dan
bahaya komplikasinya.
 Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pola makan sehat yang dibutuhkan
pasien.
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang pola makan yang
sehat dan makanan yang boleh di konsumsi untuk penderita diabetes melitus.
 Tidak ada yang mengantar ke Puskesmas
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa pasien perlu rutin kontrol
ke Puskesmas.
- Menganjurkan keluarga untuk meluangkan waktu mengantar pasien ke
Puskesmas menggunakan motor.
 Penyuluhan diabetes tidak berjalan
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:
- Menyarankan kepada Puskesmas untuk menjadwalkan penyuluhan rutin
mengenai penyakit Diabetes Mellitus kepada masyarakat.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 52
 Total Ventilasi permanen di rumah pasien kurang dan jendela jarang dibuka
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:
-Meminta pasien untuk membuka jendela setiap hari terutama pagi hari agar
terdapat sirkulasi udara yang baik.
 Pencahayaan alami di rumah pasien kurang baik
Rencana penatalaksanaan :
Non-Farmakologi :
- Menganjurkan pasien untuk sering buka tirai kamar pada saat pagi hari agar
cahaya dapat masuk.
 Tidak ada Pengawas Minum Obat (PMO)
Rencana Penatalaksanaan :
Non-Farmakologis :
- Menunjuk salah satu anggota keluarga Ny. U untuk menjadi pengawas minum
obat.
 Kebersihan kurang (lantai rumah kotor, daerah kamar mandi becek, licin dan
berlumu, keadaan rumah berdebu)
Rencana Penatalaksanaan:
Non Farmakologis :
-Menganjurkan pasien dan keluarga pasien untuk membersihkan lantai rumah
dan lantai kamar mandi untuk mengurangi resiko jatuh pada Ny. U.

6.5 Aksis V (Status Fungsional)


Skala fungsional: 5 (Pasien mampu beraktivitas sehari-hari tanpa hambatan).
Rencana penatalaksanaan : Tidak dilakukan intervensi.

BAB 7
INTERVENSI, HASIL INTERVENSI DAN PROGNOSIS

7.1 Intervensi dan Hasil Intervensi


Kegiatan kunjungan ke rumah Ny.U dilaksanakan pada tanggal sebagai berikut :

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 53
 Kunjungan I : Dilakukan pada Kamis, 20 Oktober 2017 pk. 13.00 di
rumah pasien.
 Kunjungan II : Dilakukan pada Kamis, 9 November 2017 pk. 13.00 di
rumah pasien.
 Kunjungan III : Dilakukan pada Senin, 11 November 2017 pk. 13.30 di
rumah pasien.
 Kunjungan IV : Dilakukan pada Selasa, 15 November 2017 pk. 13.00 di
rumah pasien.
7.1.1 Aksis I (Personal)
 Kesemutan di jari tangan dan kaki
Rencana penatalaksanaan:
o Farmakologis:
- Vit B Complex 3 x1
Hasil intervensi: keluhan kesemutan pada Ny.U sudah berkurang, obat dihentikan
dan disarankan kembali meminum obat jika keluhan kesemutan muncul lagi.
o Non farmakologis:
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa kesemutan
merupakan bagian dari perjalanan penyakit pasien.
 Mengajarkan pasien untuk melakukan senam diabetes.
 Menggunakan alas kaki
Hasil Intervensi : Ny. U mengerti bahwa keluhan kesemutannya merupakan
bagian dari perjalanan penyakit pasien. Pasien sudah mulai menggunakan alas kaki
agar terhindar dari luka pada telapak kaki. Ny U sudah melakukan senam diabetes
dan merasakan keluhan kesemutannya berkurang
 Pegal di badan
o Farmakologis
Paracetamol 3 x 500mg
Hasil intervensi : Saat pegal terasa sangat meganggu, pasien mengkonsumsi
paracetamol untuk mengurangi keluhan pegal.
o Non farmakologis :
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa pegal-
pegal di badan merupakan bagian dari perjalanan penyakit pasien.
- Memberikan edukasi untuk beristirahat jika sudah merasa lelah
bekerja.
- Mengajarkan pasien untuk melakukan peregangan badan pada saat
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 54
bangun tidur
- Memberikan edukasi pentingnya berolahraga dan peningkatan
aktivitas sehari-hari
Hasil intervensi : Pasien dan keluarga pasien memahami bahwa pegal-pegal di
badan merupakan bagian dari perjalanan penyakit pasien.
Ny. U beristirahat jika sudah merasa lelah bekerja.
Ny. U melakukan peregangan badan pada saat bangun tidur
Ny. U memahami pentingnya olahraga dan peningkatan aktivitas sehari-hari.
7.1.2 Aksis II (Klinis)
Diagnosis utama: Diabetes Melitus Tipe 2
Rencana penatalaksanaan:
o Farmakologis:
- Metformin 500 mg 3 x 1 p.c
Hasil intervensi :
Gula darah sewaktu Ny. U sudah mulai turun menjadi 189 , hal ini di karenakan
Ny. U rutin meminum obat setiap hari.
Tabel 11. Tabel Jadwal Kunjungan
Kunjungan Tanggal Gula Darah Keterangan

1 20 Oktober 2017 302 Belum intervensi

2 9 November 2017 410 Mulai intervensi

3 11 November 2017 215 Evaluasi GDS

4 15 November 2017 189 Evaluasi GDS

Sumber : Jadwal Kunjungan yang dilakukan 3 dokter muda


o Non farmakologis:
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit
Diabetes Melitus tipe 2 dan neuropati diabetikum
 Menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur.
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya makan makanan
yang rendah karbohidrat dan lemak.
 Memberikan edukasi ke pasien bahwa rasa kesemutan di tangan
merupakan salah satu tanda komplikasi dari Diabetes Melitus

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 55
 Mengatur pola makan pasien sesuai dengan prinsip untuk Diabetes
Melitus.
 Mengedukasikan ke keluarga tentang faktor genetik dari Diabetes
Melitus
Hasil intervensi :
Ny. U dan keluarga memahami tentang penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan
neuropati diabetikum
Ny U minum obat secara teratur
Ny. U dan keluarga memahami makan-makanan yang rendah karbohidrat dan
lemak
Ny U mengerti bahwa rasa baal di tangan merupakan salah satu tanda
komplikasi dari diabetes mellitus
Ny. U telah mengatur pola makan sesuai dengan prinsip untuk diabetes mellitus
Keluarga Ny. U mengerti tentang faktor genetik dari diabetes mellitus
Diagnosis Tambahan : Neuropati Diabetikum
Rencana Penatalaksanaan :
o Farmakologis:
- Vit B Complex 3 x1
Hasil intervensi: keluhan kesemutan pada Ny.U sudah berkurang, obat dihentikan
dan disarankan kembali meminum obat jika keluhan kesemutan muncul lagi.

7.1.3 Aksis III (Internal)


 Aging process
Non-Farmakologi :
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa proses penuaan
merupakan suatu proses yang tidak dapat di hindari dan tidak dapat di cegah.
Serta menyarankan keluarga pasien untuk rutin memeriksa gula darah.
Hasil intervensi :
Ny. U dan keluarga memahami bahwa proses penuaan merupakan suatu proses
yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat dicegah serta keluarga pasien telah
memeriksa gula darah.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 56
 Suka makan tinggi karbohidrat dan ngemil manis.
Non-Farmakologi :
- Memberikan edukasi kepada pasien untuk membatasi makanan tinggi
karbohidrat dan ngemil manis.
Hasil intervensi :
Ny. U telah mengerti jenis-jenis makanan tinggi karbohidrat dan sudah
menghindari makanan-makanan tersebut.
 Kurangnya pemahaman pasien tentang penyakit diabetes mellitus.
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit diabetes
mellitus.
Hasil intervensi : Ny. U dan keluarga telah memahami mengenai penyakit
Diabetes Melitus.
 Tidak rutin meminum obat.
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa pasien harus
meminum obat seumur hidup karena penyakit diabetes mellitus tidak dapat
disembuhkan dan hanya dapat di kontrol menggunakan obat Diabetes Melitus
atau suntikan insulin secara teratur.
- Memasang kalender beserta obat diabetes di dekat tempat tidur Ny.U agar
Ny.U tidak lupa meminum obat setiap hari secara teratur dan memberikan tanda
pada kalender setiap sudah meminum obat.
- Memberitahu pasien untuk membeli tiket lebih saat ke puskesmas agar
mendapatkan obat dalam jumlah lebih banyak.
Hasil intervensi :
Ny. U dan keluarga sudah memahami bahwa Ny. U harus meminum obat
diabetes mellitus seumur hidup karena penyakit diabetes mellitus tidak dapat
disembuhkan hanya dapat dikontrol dengan pengobatan secara teratur.
Ny. U telah memasang kalender beserta obat diabetes di dekat tempat tidur dan
menandai kalender setiap Ny. U sudah meminum obat setiap hari.
Ny. U telah membeli tiket lebih saat ke puskesmas agar mendapatkan obat dalam
jumlah lebih banyak.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 57
 Pasien baru ke Puskesmas jika ada keluhan
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada pasien untuk rutin kontrol kadar gula darah ke
Puskesmas walaupun tidak ada keluhan.
- Memberikan saran kepada keluarga untuk memotivasi pasien rutin kontrol ke
Puskesmas
Hasil intervensi :
Ny. U telah mengerti bahwa harus rutin control ke Puskesmas walaupun tidak
ada keluhan
Keluarga Ny. U telah memotivasi pasien untuk rutin kontrol ke Puskesmas.
 Pasien tidak mengetahui jenis makanan yang boleh dikonsumsi
Non-Farmakologi :
-Menjelaskan pentingnya pemilihan jenis makanan gizi seimbang, terutama
dalam pemilihan jenis karbohidrat pada pasien penderita diabetes mellitus.
(daftar makanan terlampir)
Hasil intervensi :
Ny. U memahami pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi,
serta makanan yang sesuai bagi penderita penyakit Diabetes mellitus, terutama
jenis pilihan makanan tinggi karbohidrat yang harus dihindari.
 Pasien menganggap penyakit yang diderita tidak begitu parah
Non-Farmakologis :
-Menjelaskan bahwa penyakit DM merupakan penyakit yang menimbulkan
berbagai macam komplikasi sehingga perlu pengobatan yang teratur
Hasil intervensi :
Ny. U memahami bahwa penyakit DM merupakan penyakit yang menimbulkan
berbagai macam komplikasi sehingga perlu pengobatan yang teratur
 Tidak menggunakan alas kaki dirumah
Non Farmakologi :
-Menganjurkan pentingnya menggunakan alas kaki dirumah untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut dari DM.
Hasil intervensi :
Ny. U telah menggunakan alas kaki dirumah untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut dari DM
 Tidak pernah berolahraga
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 58
Non Farmakologi :
-Menganjurkan untuk berolahraga untuk menangani penyakit yang diderita dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
Hasil intervensi :
Ny. U telah melakukan olahraga untuk menangani penyakit yang diderita dan
mencegah komplikasi lebih lanjut
 Faktor Genetik
Rencana penatalaksanaan :
Non-Farmakologi :
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa diabetes mellitus
adalah penyakit yang dapat diturunkan ke keluarga.
- Anjuran untuk keluarga pasien agar menjaga pola hidup sehat dan rutin
berolahraga.
- Anjuran untuk keluarga pasien agar rutin memeriksakan kesehatannya setahun
sekali.
Hasil intervensi :
- Ny. U dan keluarga memahami bahwa Diabetes Melitus adalah penyakit yang
dapat diturunkan.
- Keluarga pasien telah menjaga pola hidup sehat dan rutin berolahraga.
- Keluarga pasien akan rutin memeriksakan kesehatannya setahun sekali.

7.1.4 Aksis IV (Eksternal)


 Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit diabetes mellitus yang
diderita pasien.
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada keluarga tentang penyakit Diabetes Melitus, dan
bahaya komplikasinya.
Hasil intervensi : keluarga Ny. U memahami tentang penyakit diabetes mellitus
dan bahaya komplikasi dari diabetes mellitus.
 Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pola makan sehat yang dibutuhkan
pasien.
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 59
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang pola makan yang
sehat dan makanan yang boleh di konsumsi untuk penderita Diabetes Melitus.
Hasil intervensi :
Ny. U dan keluarga mengerti tentang pola makan yang sehat dan makanan yang
boleh dikonsumsi untuk penderita Diabetes Melitus
 Tidak ada yang mengantar ke Puskesmas
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:
- Memberikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa pasien perlu rutin kontrol
ke Puskesmas.
- Menganjurkan keluarga untuk meluangkan waktu mengantar pasien ke
Puskesmas menggunakan motor.
Hasil intervensi :
Keluarga Ny. U memahami bahwa Ny. U perlu rutin kontrol ke Puskesmas
Keluarga Ny. U sudah meluangkan waktu untuk mengantar pasien ke Puskesmas
menggunakan motor.
 Penyuluhan diabetes tidak berjalan
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:
Menyarankan kepada Puskesmas untuk menjadwalkan penyuluhan rutin
mengenai penyakit Diabetes Melitus kepada masyarakat.
Hasil intervensi :
Puskesmas telah menerima saran untuk aktif dan menjadwalkan penyuluhan
secara rutin dan terjadwal tentang diabetes.
 Total Ventilasi permanen di rumah pasien kurang dan jendela jarang dibuka
Rencana penatalaksanaan:
Non-Farmakologi:
Meminta pasien untuk membuka jendela setiap hari terutama pagi hari agar
terdapat sirkulasi udara yang baik.
Hasil intervensi :
Ny. U sudah membuka jendela setiap hari terutama pagi hari agar terdapat
sirkulasi udara tang baik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 60
 Pencahayaan alami di rumah pasien kurang baik
Rencana penatalaksanaan :
Non-Farmakologi :
- Menganjurkan pasien untuk sering buka tirai kamar pada saat pagi hari agar
cahaya dapat masuk.
Hasil intervensi : Ny U sudah sering buka tirai kamar pada saat pagi hari agar
cahaya dapat masuk
 Tidak ada Pengawas Minum Obat (PMO)
Rencana Penatalaksanaan :
Non-Farmakologis :
- Menunjuk salah satu anggota keluarga Ny. U untuk menjadi pengawas minum
obat.
Hasil intervensi :
Pengawasan minum obat telah dilaksanakan oleh Ny. T (anak pertama Ny.U)
setiap hari.
 Kebersihan kurang (lantai rumah kotor, daerah kamar mandi becek, licin dan
berlumu, keadaan rumah berdebu)
Rencana Penatalaksanaan:
Non Farmakologis :
-Menganjurkan pasien dan keluarga pasien untuk membersihkan lantai rumah
dan lantai kamar mandi untuk mengurangi resiko jatuh pada Ny. U.
Hasil intervensi :
Ny. U dan keluarga Ny. U telah membersihkan lantai rumah dan lantai kamar
mandi untuk mengurangi resiko jatuh pada Ny. U.
7.1.5 Aksis V (Status Fungsional)
Skala fungsional : 5 (Mampu beraktivitas sehari-hari tanpa hambatan).
Rencana penatalaksanaan : Tidak dilakukan intervensi.

7.2 Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Functionam : dubia ad bonam

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 61
BAB 8

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Dari kunjungan kasus kedokteran keluarga yang dilakukan pada Ny.U maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut

 Faktor resiko penyakit Diabetes Melitus pada Ny.U


- Kebiasaan makan
- Usia
- Riwayat keluarga
- Aktivitas fisik
 Faktor-faktor internal berdasarkan Mandala of Health yang menyebabkan tidak
terkendalinya penyakit Diabetes melitus disertai neuropati diabetikum pada
Ny.U

o Aging process
o Suka makan tinggi karbohidrat dan ngemil manis.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 62
o Kurangnya pemahaman pasien tentang penyakit diabetes mellitus.
o Tidak rutin meminum obat.
o Pasien baru ke Puskesmas jika ada keluhan
o Pasien tidak mengetahui jenis makanan yang boleh dikonsumsi

 Faktor-faktor eksternal berdasarkan Mandala of Health yang menyebabkan


tidak terkendalinya penyakit diabetes melitus disertai neuropati diabetikum
pada Ny.U

o Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit diabetes mellitus yang


diderita pasien.
o Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pola makan sehat yang
dibutuhkan pasien.
o Tidak ada yang mengantar ke Puskesmas
o Penyuluhan diabetes tidak berjalan
o Total Ventilasi permanen di rumah pasien kurang dan jendela jarang dibuka
o Pencahayaan alami di rumah pasien kurang baik
o Tidak ada Pengawas Minum Obat (PMO)
o Kebersihan rumah kurang
 Alternatif jalan keluar mengatasi tidak terkontrolnya gula darah Ny.U
a. Faktor internal:
o Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa proses penuaan
merupakan suatu proses yang tidak dapat di hindari dan tidak dapat di
cegah. Serta menyarankan keluarga pasien untuk rutin memeriksa gula
darah.
o Memberikan edukasi kepada pasien untuk membatasi makanan tinggi
karbohidrat dan ngemil manis.
o Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit
diabetes mellitus.
o Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa pasien harus
meminum obat seumur hidup karena penyakit diabetes mellitus tidak dapat
disembuhkan dan hanya dapat di kontrol menggunakan obat Diabetes
Melitus atau suntikan insulin secara teratur.
o Memasang kalender beserta obat diabetes di dekat tempat tidur Ny.U agar

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 63
Ny.U tidak lupa meminum obat setiap hari secara teratur dan memberikan
tanda pada kalender setiap sudah meminum obat.
o Memberitahu pasien untuk membeli tiket lebih saat ke Puskesmas agar
mendapatkan obat dalam jumlah lebih banyak.
o Memberikan edukasi kepada pasien untuk rutin kontrol kadar gula darah ke
Puskesmas walaupun tidak ada keluhan.
o Memberikan saran kepada keluarga untuk memotivasi pasien rutin kontrol
ke Puskesmas
o Menjelaskan pentingnya pemilihan jenis makanan gizi seimbang, terutama
dalam pemilihan jenis karbohidrat pada pasien penderita diabetes mellitus.
(daftar makanan terlampir)
b. Faktor eksternal:
o Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya bahwa diabetes
mellitus adalah penyakit yang dapat di turunkan.
o Anjuran untuk keluarga pasien agar menjaga pola hidup sehat dan rutin
berolahraga
o Anjuran untuk keluarga pasien agar rutin memeriksakan kesehatannya
setahun sekali
o Memberikan edukasi kepada keluarga tentang penyakit Diabetes Melitus,
dan bahaya komplikasi dari Diabetes Melitus.
o Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga nya tentang pola makan
yang sehat dan makanan yang boleh di konsumsi untuk penderita diabetes
melitus.
o Memberikan motivasi dan menganjurkan keluarga pasien untuk mengantar
pergi ke Puskesmas
o Memberikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa pasien perlu rutin
kontrol ke Puskesmas
o Menganjurkan keluarga untuk meluangkan waktu mengantar pasien ke
Puskesmas
o Menyarankan kepada Puskesmas untuk lebih memperhatikan dan aktif dalam
menjalankan penyuluhan diabetes.
o Meminta pasien untuk membuka jendela setiap hari terutama pagi hari agar
terdapat sirkulasi udara yang baik.
o Menganjurkan pasien untuk sering buka tirai kamar pada saat pagi hari agar
cahaya dapat masuk.
o Puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan Diabetes secara
berkala kepada warga.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 64
o Menganjurkan keluarga Ny. U mengawasi Ny. U minum obat
o Menjelaskan bahwa penyakit DM merupakan penyakit yang menimbulkan
berbagai macam komplikasi sehingga perlu pengobatan yang teratur
o Menganjurkan pentingnya menggunakan alas kaki dirumah untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut dari DM.
o Menganjurkan untuk berolahraga untuk menangani penyakit yang diderita
dan mencegah komplikasi lebih lanjut

8.2 Saran
 Saran bagi pasien dan keluarga
o Memberitahu pasien untuk tetap rutin kontrol penyakitnya ke Puskesmas
minimal sebulan sekali dan minum obat teratur
o Memberitahu pasien untuk menjaga pola makan yang sesuai untuk Diabetes
Melitus
o Mengajak keluarga pasien agar selalu mendukung pasien dalam
pengobatannya
o Menganjurkan pasien dan keluarga pasien untuk melakukan pemeriksaan
penunjang untuk ginjal dan EKG.
o Menganjurkan pasien dan keluarga pasien untuk melakukan vaksin yang
sesuai untuk dewasa.
o
 Saran bagi kelompok kunjungan kedokteran keluarga selanjutnya
o Memastikan Ny. U menjaga pola makan dan rutin melakukan aktivitas
fisik yang telah dianjurkan.
o Memastikan Ny. U meminum obat dan kontrol ke puskesmas secara
rutin.
o Memotivasi keluarga Ny. U untuk selalu mendampingi dan
memperhatikan Ny. U dalam mengatur pola makan, minum obat dan
kontrol ke puskesmas.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 65
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2008) Microvascular and macrovascular


complications of diabetes. Available from: http://clinical.diabetesjournals.org
/content/diaclin/26/2/77.full.pdf.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI. (2013) Riset
Kesehatan Dasar.
(https://dinkes.bantenprov.go.id/upload/article_doc/Hasil_Riskesdas_2013.pdf
dikutip pada 20 Oktober 2017)

British Diabetic Association. (2017) Diabetes risk factors. Available from:


https://www.diabetes.org.uk/preventing-type-2-diabetes/diabetes-risk-factors

Cunningham, Leveno, Bloom, Et al. (2014) Williams Obstetrics 24th ed. Mc Graw Hill
Education, New York.

Departemen Kesehatan Indonesia. (2007) Kebijakan Akselerasi Pengembangan


Pelayanan Dokter Keluarga. (http://perpustakaan.depkes.go.id:8180
/bitstream/123456789/1363/1/BK2007-Sep17.pdf dikutip pada 20 Oktober 2017)

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. (2017) Laporan Profil Dinas Kesehatan


Kabupaten Tangerang, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Tangerang.

England Department of Health. (2017) Type 2 diabetes causes. Available from:


http://www.nhs.uk/Conditions/Diabetes-type2/Pages/Causes.aspx
Goldstein BJ, Wieland. (2007) Type 2 Diabetes principles and practice. United States of
America.
Kasper, Fauci, Hauser. et al. (2015) Harrison Principles of Internal Medicine 19th ed.,
Mc Graw Hill Education, New York.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 66
Mahan LK, Stumps SE. (2004) Krause’s food, nutrition, and diet therapy. C Saunders.
USA.

Nathan. David, M. dan Linda, M. (2005) The First Program Clinically Proven to
Dramatically Improve Your glucose Tolerance. Mc Graw Hill Education, New
York.

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. (2016) Symptoms &
Causes of Diabetes. (https://www.niddk.nih.gov/health-information
/diabetes/overview/symptoms-causes dikutip pada 20 Oktober 2017)

Perkeni. (2015) Konsensus Pe,gelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. Pengurus Besar Perkeni, Jakarta.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan. (2014) Situasi dan Analisis Diabetes.
(http://depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-diabetes.pdf
dikutip pada 20 Oktober 2017)

Puskesmas Kecamatan Sindang Jaya. (2017) Laporan Puskesmas Kecamatan Sindang


Jaya, Puskesmas Kecamatan Sindang Jaya, Tangerang.

Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, EGC, Jakarta.


Suyono, S. (2009). Patofisiologi Diabetes Mellitus. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Et al. (2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Interna
Publishing. Jakarta.
World Health Organisation.. (2013) World Diabetes Day.
(http://www.who.int/mediacentre/events/annual/world_diabetes_day/en/index.htm
l dikutip pada 20 Oktober 2017)

World Health Organization. (2015) Diabetes Fakta dan Angka.


(http://www.searo.who.int/indonesia/topics/8-whd2016-diabetes-facts-and-
numbers-indonesian.pdf dikutip pada 20 Oktober 2017)

World Health Organization. (2016) Global Report on Diabetes.


(http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/204871/1/9789241565257_eng.pdf?ua=1
dikutip pada 20 Oktober 2017)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 67
LAMPIRAN

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 68
Lampiran 1. Kunjungan pertama ke rumah Ny. U

Lampiran 2. Rumah Tampak Depan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 69
Lampiran 3. Rumah Tampak Samping

Lampiran 4. Ruang Tamu

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 70
Lampiran 5. Kamar Tidur 1

Lampiran 6. Kamar Tidur 2

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 71
Lampiran 7. Dapur

Lampiran 8. Kamar Mandi dan WC

Lampiran 9. Teras Rumah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 72
Lampiran 10. Pengukuran Tekanan Darah oleh Dokter Muda Dede

Lampiran 11. Pemberian Obat Diabetes Melitus oleh Dokter Muda Dede

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 73
Lampiran 12. Pemeriksaan Gula Darah oleh Dokter Muda Dewi

Lampiran 13. Memeberikan edukasi gizi yang dilakukan oleh dokter muda peter

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 74
Lampiran 14. Kamar Ibu Ucah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 75
Lampiran 15. Makanan pengganti Ny. U

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 76
Lampiran 16. Jendela Sudah Mulai Sering Dibuka

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 77
Lampiran 17. Kalender sebagai pengingat minum obat

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 78
Lampiran 18. Memberikan edukasi kepada Ny. U dan keluarga tentang
pentingnya rutin kontrol dan berobat ke Puskesmas

Lampiran 19. Foto Bersama Ny.U dan keluarga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 79
Lampiran 20: Tabel Fungsi Keluarga

1. Fisiologis (APGAR score)

Skoring :

 Sering/selalu : 2 poin

 Kadang-kadang : 1 poin

 Jarang/tidak sama sekali : 0 poin

Analisis APGAR Ny. U


Sering Kadang- Jarang
APGAR
/selalu kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan 
kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon 
emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama
Total poin : 10
Sumber: Data Primer, 2017

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 80
Analisis SCREEM keluarga Ny. U
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga, partisipasi
-
mereka dalam masyarakat cukup.
Cultural Kepuasan terhadap budaya dalam keluarga maupun lingkungan
baik. Menggunakan Bahasa Sunda, Bahasa Indonesia, -
tatakrama, dan kesopanan.
Religious Pemahaman agama seluruh anggota keluarga kurang baik
+
ditandai dengan tidak dijalankannya sholat lima waktu.
Economic Ekonomi keluarga belum mampu mencukupi kebutuhan
sekunder, rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala +
prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Educatio Pendidikan anggota keluarga tidak memadai. Pendidikan dan
+
n pengetahuan penderita kurang.
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga menggunakan
-
pelayanan Puskesmas dengan bantuan Jamkesmas.
Sumber: Data Primer, 2017

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 81
Lampiran 21: Lampiran perhitungan status gizi

Umur
Jenis&Kelamin TAHUN BULAN TB&(cm) BB&(kg) PEKERJAAN
WANITA 52 0 155 54 IRT

IMT&= 22.48 BMR&/&24&JAM&= 1213.69 kkal


STATUS&GIZI&(IMT&ASIAN)&= NORMAL BMR&/&JAM&= 50.57 kkal
BB&NORMAL&(kg)&= 55
BB&IDEAL&(kg)&= 49.5

KEGIATAN TOTAL&WAKTU&(JAM) BMR&"GANDA" TOTAL&KALORI&(kkal)


TIDUR 6 1 303.42
KEGIATAN&DASAR 1 1.4 70.80
PEKERJAAN&RUMAH&TANGGA 2 2.2 222.51
KEGIATAN&RUMAH 10 1.4 707.99
BERSANTAI&DI&RUMAH 4 1.4 283.19
BERJALAN 1 3.4 171.94

24 1759.85

TOTAL&ENERGY&EXPANDITURE&= 1759.85 kkal

OCCUPATIONAL&WORK&KATEGORI&= 1.45 (LOW&ACTIVITY)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 82
Lampiran 22: Tabel Dietary Recall

DIETARYRECALL

MAKANPAGI NASIPUTIH,AYAMGORENG,TAHUGORENG,SAYURBAYAMBENINGDANJAGUNG,ESTHEMANIS
gram URT energy protein lemak karbo
JAM7.00 BERAS 100 2centongnasi 349.00 6.80 0.70 78.90
AYAM 50 1ptngbesar 47.50 9.10 1.25 0.00
TAHU 50 2potong 39.50 3.90 2.40 0.80
MINYAKSAWIT 10 1/2sdm 90.00 0.00 10.00 0.00
BAYAM 50 1mangkokkecil 22.50 1.75 0.25 3.25
JAGUNG 50 1potongsedang 74.50 2.05 0.65 15.15
GULA 20 2sendok 77.40 0.00 0.00 20.00
SUBTOTAL 700.40 23.60 15.25 118.10

MAKANANSELINGAN ROTISELAICOKLATDANNUTRISARIRASAJERUK
gram URT energy protein lemak karbo
JAM10.00 ROTIPUTIH 70 2potong 170.10 5.60 0.84 35.00
COKLATSUSU 20 2sendokmakan 113.00 1.80 7.00 5.78
MINUMANSACHET 14 1bungkus 60.00 0.00 0.00 14.00
SUBTOTAL 283.10 7.40 7.84 40.78

MAKANSORE ROTISELAICOKLATDANESKRIM CONEPADDLEPOP


gram URT energy protein lemak karbo
JAM15.00 ROTIPUTIH 70 170.10 170.10 5.60 0.84 35.00
COKLATSUSU 20 2sendokmakan 113.00 1.80 7.00 5.78
ESKRIM 50 1potong 79.00 2.00 1.60 13.70
SUBTOTAL 362.10 9.40 9.44 54.48

MAKANMALAM NASIPUTIH,AYAMTUMIS WORTELKENTANG,BUNCIS


gram URT energy protein lemak karbo
JAM19.00 BERAS 100 2centongnasi 349.00 6.80 0.70 78.90
AYAM 50 1ptngsedang 47.50 9.10 1.25 0.00
WORTEL 30 1/2buah 23.70 2.34 1.44 0.48
KENTANG 30 1/2buah 25.50 0.60 0.03 5.73
BUNCIS 30 1/3mangkok 12.60 0.36 0.06 2.28
MINYAKSAWIT 7 1/4sdm 63.00 0.00 7.00 0.00
SUBTOTAL 521.30 19.20 10.48 87.39

SUBTOTAL 1866.90 59.60 43.01 300.75

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 83
Lampiran 23: Tabel Rencana Menu diet

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 84

Anda mungkin juga menyukai