PENDAHULUAN
Hasil pendataan Puskesmas Sindang Jaya periode Januari - Oktober 2017 dari
tujuh desa binaan menunjukan bahwa DM masuk didalam sepuluh besar penyakit
terbanyak. Diabetes termasuk penyakit no 4 terbanyak sejak 1 Januari 2017 sampai 23
Oktober 2017 dengan jumlah kasus tercatat sebanyak 83 kasus. Pada tahun 2016
sebanyak75 kasus dan menduduki peringkat ke 5 terbanyak. Pada Berdasarkan data
tersebut, DM masih menjadi masalah yang signifikan pada Puskesmas Sindang Jaya.
[Puskesmas Sindang Jaya Kab. Tangerang, 2017]
Salah satu penderita DM di wilayah kecamatan Sindang Jaya yaitu Ny. U, 52
tahun adalah salah satu pasien di Puskesmas Sindang Jaya yang menderita Diabetes
Melitus tipe 2 disertai neuropati diabetikum. Pasien ini dikunjungi karena keluhan
pasien sudah mengganggu aktivas sehari-hari. Pasien dikunjungi agar tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut dan mengganggu kualitas hidup pasien.
2. Apa faktor internal dan eksternal yang menyebabkan tidak terkontrolnya kadar
gula darah Ny. U disertai neuropati diabetikum berdasarkan Mandala of Health?
3. Apa alternatif jalan keluar pada Ny U dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan
neuropati diabetikum?
1.3 Tujuan
Terkontrolnya kadar gula darah dan memperbaiki neuropati diabetikum Ny. U dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 3
2.1 Dokter Keluarga
Dokter keluarga merawat individu dalam konteks keluarga, dan keluarga dalam
konteks masyarakat, tanpa melihat status soasial, suku, ras dan agama. Pelayanan dokter
keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring pada fasilitas pelayanan tingkat
primer, namun dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain jika dibutuhkan dalam
melakukan pelayanan kesehatan. [Departemen Kesehatan, 2007]
Skala kecil
Skala besar
2.2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang heterogen, sehingga banyak perbedaan
dalam klasifikasi penyakit tersebut. World Health Organization (WHO) dan National
Diabetes Data Group (NDDG) membaginya berdasarkan beberapa tipe diabetes.
Diabetes melitus memiliki dua varian utama, berdasarkan kemampuan pankreas
mensekresikan insulin, yaitu: diabetes tipe 1, yang ditandai dengan berkurangnya
sekresi insulin, dan diabetes tipe 2, yang ditandai dengan sekresi insulin yang menurun,
tetapi bisa juga normal atau bahkan meningkat tetapi sensitivitas sel sasaran terhadap
insulin berkurang. [Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, 2011]
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes melitus
(DM) atau kencing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. [WHO, 2013]
2.2.2.1 Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus tipe 1 adalah ketika sistem kekebalan tubuh bekerja untuk
melawan infeksi, menyerang dan menghancurkan sel beta pankreas yang memproduksi
insulin. Ilmuwan berpendapat Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan oleh gen dan faktor
lingkungan, seperti virus, yang bisa memicu penyakit. Sedangkan pada Diabetes
Melitus tipe 2 dikarenakan berat badan berlebih, obesitas, jarang beraktifitas fisik,
resisten insulin, gen dan riwayat keluarga. [National Institute of Diabetes, 2016]
2.2.2.2 Patofisiologi
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah dikenal
sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2 Belakangan diketahui bahwa
kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang diperkirakan
sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti: jaringan lemak
(meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha pancreas
(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi
insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi
glukosa pada DM tipe-2. Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh
delapan hal (omnious octet) berikut : [Perkeni, 2015]
1. Kegagalan sel beta pancreas: Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel
beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah
sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor. [Perkeni, 2015]
2. Liver: Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver
(HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini
adalah metformin, yang menekan proses gluconeogenesis. [Perkeni, 2015]
3. Otot: Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang multiple di
intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga timbul gangguan transport
glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa.
Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan tiazolidindion. [Perkeni, 2015]
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 6
4. Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas (FFA=Free
Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang proses glukoneogenesis,
dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi
insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat
yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion. [Perkeni, 2015]
5. Usus: Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau
diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan oleh
2 hormon Glucagon-like Polypeptide-1 (GLP-1) dan Glucose-dependent
Insulinotrophic Polypeptide (GIP). Pada penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi
GLP-1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh
keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang
bekerja menghambat kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran
pencernaan juga mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim
alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian
diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat yang
bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa. [Perkeni,
2015]
6. Sel Alpha Pancreas: Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam
hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon
yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding
individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon atau menghambat
reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP- 4 inhibitor dan amylin. [Perkeni, 2015]
8. Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang obes
baik yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan
mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru
meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja
di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin. [Perkeni, 2015]
2.2.3 Epidemiologi
Menurut data World Health Organization (WHO), diabetes menyebabkan 1,6 juta
kematian pada tahun 2015 di dunia. Secara global prevalensi diabetes pada usia dewasa
diatas 18 tahun meningkat dari 4,7 % pada tahun 1980 menjadi 8,5 % pada tahun
2014.3International Diabetic federation (IDF) menyebutkan 415 juta orang dewasa atau
1 per 11 orang di dunia menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun 2040 akan
meningkat menjadi 642 juta penderita diabates. [ WHO, 2015]
2.2.5 Klasifikasi
Autoimun
Idiopati
Tipe 2 Bervariasi mulai yang terutama
dominan resistensi disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang terutama
defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin
• Endokrinopati
• Infeksi
Diabetes Gestasional
Sumber:Perkeni, 2015
2.2.6 Diagnosis
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.
KriteriaDiagnosis DM
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan
kalori minimal 8 jam.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
Atau
Atau
Catatan: Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard NGSP,
sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi terhadap hasil pemeriksaan
HbA1c. Pada kondisi tertentu yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi
ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis maupun evaluasi.
Tabel 2. Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes melitus dan
prediabetes
1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23
kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor resiko sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik yang kurang.
b. First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam
keluarga).
c. Kelompok ras/etnis tertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir (BBL) >4 kg atau mempunyai riwayat diabetes mellitus gestasional
(DMG).
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk
hipertensi).
f. HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL.
g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
h. Riwayat prediabetes.
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans.
j. Riwayat penyakit kardiovaskular.
2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas.
Catatan:
2.2.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan
aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti
hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri,
tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistik. Edukasi yang perlu diberikan antara lain tentang perjalanan penyakit
DM, makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan,
Penyulit DM dan risikonya, Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta
pengobatan, interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat anti-
hiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain, cara pemantauan glukosa darah
dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin, mengenal gejala dan penanganan awal
hipoglikemia, pentingnya latihan jasmani yang teratur, pentingnya perawatan kaki.
[Perkeni, 2015]
A. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65 % total asupan energi, terutama yang
tinggi serat.
B. Lemak
Lemak tidak jenuh < 10 %, batasi bahan makanan yang banyak mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu fullcream,
Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
C. Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20 % total asupan energi. Sumber protein yang
baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk
susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
D. Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu
250 mg/dL
E. Latihan jasmani
Kegiatan sehari-hari atau aktivitas seharihari bukan termasuk dalam latihan
jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik dengan intensitas sedang (50- 70 % denyut jantung maksimal) seperti:
jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi diabetes dibagi menjadi mikrovaskular (terjadi pada pembuluh darah kecil)
dan makrovaskular (pembuluh darah besar). Komplikasi mikrovaskular terdiri atas
retinopati, nefropati, neuropati, kaki diabetik sedangkan komplikasi makrovaskular
terdiri dari serangan jantung, stroke dan insufisiensi aliran darah ke kaki.
- Retinopati Diabetikum
Retinopati diabetikum dapat menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan yang
terjadi karena pembuluh darah vena yang kecil di bagian lapisan mata belakang dan
retina rusak.
- Nefropati Diabetikum
Nefropati diabetikum disebabkan karena pembuluh darah di ginjal rusak, hal ini dapat
menyebabkan gagal ginjal bahkan kematian.
- Neuropati
Diabetes menyebabkan kerusakan saraf, dimana ada kerusakan saraf langsung karena
hiperglikemi dan penurunan aliran darah ke saraf. Kerusakan saraf ini menyebabkan
gangguan sensori dan kerusakan otot, dan impoten pada laki-laki.
- Kaki Diabetes
Perubahan yang terjadi di pembuluh darah dan saraf sering menyebabkan ulserasi dan
berujung dengan amputasi.
- Penyakit Kardiovaskular
Hiperglikemi menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis.
Penyempitan pembuluh darah menyebabkan serangan jantung dan stroke, serta pada
ekstremitas berupa nyeri dan menurunnya penyembuhan dari infeksi. [Perkeni, 2015]
Program pengendalian diabetes mellitus dilakukan secara terintegrasi yaitu antara lain:
[American Diabetes Association, 2008]
3. CERDIK dan PATUH di Posbindu PTM dan Balai Gaya Hidup Sehat Program
PATUH, yaitu:
K: Kendalikan stress
DM TIPE
2
KOMPLIKASI
Mikroangiopat
Makroangiopat
Retinopati diabeti, Nefropati
diabetic, neuropati diabetikum Stroke, penyakit jantung
koroner
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 Gambar 1. Kerangka Teori 23
BAB 3
DATA KLINIS
3.2 Anamnesis
Tanggal Hasil
Tabel
No4. Hasil Pemeriksaan GDS yang pernah dilakukan Ny. U di Puskesmas
Pemeriksaan Gula Darah
Riwayat kebiasaan :
Makan : sebelum menderita DM, pasien sering mengonsumsi makanan dan
minuman yang manis (seperti minum teh manis, dua sendok teh gula dalam
satu gelas sedang teh hangat setiap sesudah makan), namun setelah
didiagnosis DM, pasien mengurangi mengonsumsi makanan manis. Selain
itu, pasien mengonsumsi gorengan dan mie instan setiap hari hingga saat ini.
Minum : pasien minum air putih karena haus terus selama >5 kalisehari
sebanyak 1 gelas besar (500cc)/kali..
Olah raga : pasien jarang berolah raga, 1 bulan sekali.
Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
Tidur : 6-7 jam perhari
Riwayat pengobatan :
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,9o C
Thoraks :
Jantung :
o Inspeksi : tidak terlihat pulsasi iktus kordis
o Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V pada pertengahan
antara MCL sinistra dan aksilaris anterior line sinistra, JVP 5+2
cmH20
o Perkusi :
- batas jantung kanan pada ICS IV midsternal line
- batas jantung kiri pada ICS V aksilaris anterior line sinistra
- pinggang jantung pada ICS III parasternal line sinistra
o Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop
(-)
Paru :
o Inspeksi : dinding dada simetris saat diam maupun
bergerak, retraksi (-)
o Palpasi : gerakan nafas simetris, strem fremitus sama kuat
dekstra et sinistra
o Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua hemitoraks, ronki
-/-, wheezing -/-
Abdomen :
o Inspeksi : datar, simetris, striae (+), scar (-), inflamasi (-), hernia
(-), peristaltik (-), pulsasi epigastrium (-)
o Auskultasi : bising usus (+) normal 15 x/menit, bruit (-), friction rub
(-)
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran hepar
maupun lien, ballotement (-)
o Perkusi : timpani, shifting dullness (-), pembesaran hepar (-),
castle sign (-), nyeri ketok kostovertebra (-)
Ekstremitas :
Pemeriksaan neurologis :
Motorik :
Pergerakan + + + +
Sensibilitas :
Diskriminasi 5 mm 5 mm 5 mm 6 mm
Patella (+)
Biseps (+) Biseps (+) Patella (+)
Refleks Acilles (+)
Triseps (+) Triseps (+) Acilles (+)
Medikamentosa : Glibenclamide 2 x 5 mg
Non medikamentosa : edukasi kepada pasien untuk tidak mengonsumsi
makanan dan minuman yang manis, olah raga teratur setiap hari, minum obat
teratur, dan kontrol serta cek gula darah teratur.
Pasien adalah seorang wanita berusia 52 tahun yang telah menikah. Pasien memiliki 4
orang anak (3 orang perempuan, 1 orang laki-laki). Semua anaknya telah menikah.
Anak pertama memiliki 2 orang anak, anak kedua memiliki 2 orang anak. Jadi pasien
memimiliki 4 orang cucu.
Hubungan
Umur Pekerjaan Pendidikan Hubungan
No Nama L/P dengan Keterangan
(tahun) Pokok Terakhir dengan KK
Pasien
Kuli Kepala
1. Tn. D L 58 SMP Suami Hipertensi
Bangunan Keluarga
Ibu Rumah
2. Ny. U P 52 SD Pasien Istri DM
Tangga
Ibu Rumah
4. Ny. T P 31 SMP Anak Anak Sehat
Tangga
Tidak
5. Tn. A L 31 SD Menantu Menantu Sehat
Bekerja
Ibu Rumah
8. Ny. F P 29 SMP Menantu Menantu Sehat
Tangga
Tidak
9. Tn. L L 27 SMP Menantu Menantu Sehat
Bekerja
Ibu Rumah
10 Ny. E P 25 SMP Anak Anak Sehat
Tangga
Belum
13 An. J L 4 Tidak bekerja Cucu Cucu Sehat
Sekolah
Belum
14 An. H L 2 Tidak bekerja Cucu Cucu Sehat
Sekolah
Tn. R Ny. E
Tn. K Ny. D
b ? b ?
b ? b ?
m? m?
m? m? D?
D? m? D? D?
m?
Pasien
m 1985
Gambar 2. Genogram
Sumber : Hasil anamnesa dengan keluarga Ny. U dan Ny. U
Keterangan
Perempuan
Pasien b= tanggal lahir
m = menikah
Menikah
D = tanggal meninggal
Laki-laki
Meninggal Tinggal serumah
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayahnya sudah meninggal di usia 64
tahun karena komplikasi penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Ny. U sudah menikah
dan memiliki empat orang anak (tiga perempuan dan 1 laki-laki). Saat ini Ny. U tinggal
bersama suami, anak, dan cucu.
Umur Vaksinasi
No Nama L/P Kesehatan
(tahun) HB BCG Polio DPT Campak
14. An H L 2 1x 1x 4x 3x 4x Sehat
Penghasilan keluarga berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai pekerja buruh
bangunan. Anak dan menantu pasien juga bekerja, namun mereka memiliki
perekonomian keluarga masing-masing, walaupun jika sampai kekurangan mereka juga
ikut membantu perekonomian keluarga ini. Rata-rata penghasilan suami pasien selama 1
bulan ± Rp 1.500.000,00. Sedangkan pengeluaran rata-rata selama sebulan ± Rp
1.500.000,00. Berikut ini adalah perincian pengeluaran rutin selama satu bulan :
Total Rp 1.475.000,00
Sumber : HAsil anamnesa dengan Ny. U
Pasien dan keluarganya selalu berobat ke Puskesmas Sindang Jaya jika sakit. Untuk
pasien, pasien tidak rutin memeriksakan kadar gula darah dan mengambil obat diabetes
ke Puskesmas Sindang Jaya. Hal ini dikarenakan tidak ada yang mengantar ke
Puskesmas.
Pasien memiliki pola makan yang sama antara hari biasa dan akhir pekan.
24m
m
8.
Kamar
4
Kamar Ruang
keluarga
Ruang
keluarga Kamar Ny
Ruang Kamar Kamar U
s
keluarga Kamar
12m
Teras
3.8m
3.6m
Gambar 4. Denah Rumah
Sumber : Hasil kunjungan ke rumah Ny. U
o Psycho-socio-economic environment :
Hubungan pasien dengan lingkungan sekitar baik.
Status ekonomi keluarga pasien menengah ke bawah karena pendapatan
dibawah UMR
Status pendidikan pasien dan keluarga pasien rendah.
o Physical environment :
Kebersihan kurang (lantai rumah kotor, daerah kamar mandi becek, licin,
dan berlumut, keadaan rumah berdebu).
Pencahayaan kurang (Ada jendela tapi gorden jarang dibuka lebar, lampu
jarang dinyalakan).
Level kedua :
o Sick care system :
Jarak ke Puskesmas 1,5km dan sulit dijangkau karena jalanan jarang
dilewati kendaraan umum.
Pemberian jumlah obat yang diberikan hanya dapat memenuhi
kebutuhan selama 5 hari saja (10 tablet/hanya untuk 5 hari).
Ketersediaan obat pada jenis tertentu tidak mencukupi.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Oktober – 2 Desember 2017 41
Penyuluhan Diabetes Melitus jarang dilakukan
Keluarga tidak ada mengantar untuk pergi ke Puskesmas
Tidak ada pengawas minum obat
o Work : Pasien sebagai ibu rumah tangga.
o Life style : Sering mengonsumsi makanan manis dan makan manis, kurang
makan sayur, kurang olahraga, riiwayat merokok, alkohol, dan lainnya
disangkal.
Level ketiga :
o The community : Pasien rajin mengikuti pengajian di masjid dekat rumahnya.
o The human made environment : Membuang sampah sembarangan, ada
genangan air di sekitar rumah.
o Culture : Kalau sakit biasanya pasien minum obat warung dulu
o Biosphere : Global warming.
Community
Pasien rajin mengikut pengajian di masjid dekat rumahnya.
Lifestyle
Ngemil manis dan makan manis, kurang makan sayur, kurang
olahraga, Riwayat merokok, alkohol, dan lainnya disangkal.
Family
Personal Behaviour
Pasien tinggal serumah dengan
Pasien memiliki riwayat sering mengonsumsi
suami, 4 anak, 4 menantu, 4 cucu
makanan dan minuman manis (seperti minum teh
manis setiap hari) sejak kecil, tidak pernah
Psycho-socio-economic
berolahraga, tidak banyak beraktifitas, lebih environment
banyak duduk, tidak menggunakan alas kaki di Body Hubungan pasien dengan
rumah, tidur 6-7 jam perhari, tidak rutin meminum lingkungan sekitar baik,
obat, pasien baru ke Puskesmas jika ada keluhan Pasien Ny. U, usia 52 tahun,
dengan Diabetes Melitus tipe status ekonomi keluarga
2, neuropati diabetikum. pasien menengah ke bawah
karena pendapatan dibawah
Sick Care System UMR
Jarak ke Puskesmas berapa
meter 1,5km. Tidak mudah Mind
Work
dijangkau dengan jalan kaki, Pasien menganggap
. Spirit
pemberian jumlah obat untuk Ada keinginan Pasien
penyakit kronis termasuk
penyakit yang diderita
untuk sembuh dari sebagai IRT
Diabetes Melitus yang terlalu tidak begitu parah. penyakitnya.
sedikit (10 tablet/hanya untuk
5 hari), ketersediaan obat
tidak lengkap, penyuluhan
jarang dilakukan untuk
Diabetes Melitus, keluarga Physical environment
tidak adayang mengantar ke Kebersihan kurang (lantai rumah kotor,
Puskesmas, tidak ada daerah kamar mandi becek, licin, dan
pengawas minum obat. berlumut, keadaan rumah berdebu),
pencahayaan kurang (Ada jendela tapi
gorden jarang dibuka lebar, lampu jarang
Human Biology
dinyalakan).
Ada factor genetic dari orang tua yang
memiliki hipertensi dan diabetes.
Biosphere
Global warming
DIAGNOSIS HOLISTIK
5.1 Resume
Ny. U umur 52 tahun tinggal bersama suami, anak, menantu dan cucu. Datang dengan
keluhan utama ksemutan di jari-jari tangan dan kaki (kanan dan kiri) sejak beberapa
bulan yang lalu terus menerus. Keluhan memberat saat berjalan dan melakukan
aktivitas, serta lebih ringan jika istirahat. Selain itu, pasien juga mengeluh sakit kepala,
pegal-pegal, sering lapar, sering haus, cepat lelah, pandangan mata kabur dan sering
BAK. Terdapat riwayat Diabetes Melitus tipe 2 sejak 2 tahun yang lalu. Pasien tidak
rutin kontrol setiap bulan ke Puskesmas Sindang Jaya sehingga pengobatan dan
konsumsi obat juga tidak teratur. Obat yang diberikan puskesmas adalah Glibenclamide
2 x 5 mg sebanyak 10 tablet. Jika obat habis, pasien jarang kontrol ke puskesmas
dengan alasan tidak ada yang mengantar ke puskesmas.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg. Yang lain dalam batas
normal.
Dari pemeriksaan gula darah sewaktu (kapiler) didapatkan hasil 330 mg/dL.
Diagnosis kerja pasien ini adalah Diabetes Melitus tipe 2 dengan neuropati diabetikum.
Aging process
Suka makan makanan yang manis
Kurangnya pemahaman pasien tentang penyakit diabetes mellitus.
Tidak rutin meminum obat.
Pasien baru ke Puskesmas jika ada keluhan
Pasien tidak mengetahui jenis makanan yang boleh dikonsumsi
Pasien menganggap penyakit yang diderita tidak begitu parah
Tidak menggunakan alas kaki dirumah
Tidak pernah berolahraga
Tidak banyak beraktivitas, lebih banyak duduk
Faktor Genetik
6.2.1 Diagnosis
- Diagnosis Utama : Diabetes Melitus tipe 2
Rencana penatalaksanaan:
BAB 7
INTERVENSI, HASIL INTERVENSI DAN PROGNOSIS
7.2 Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Functionam : dubia ad bonam
8.1 Kesimpulan
Dari kunjungan kasus kedokteran keluarga yang dilakukan pada Ny.U maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut
o Aging process
o Suka makan tinggi karbohidrat dan ngemil manis.
8.2 Saran
Saran bagi pasien dan keluarga
o Memberitahu pasien untuk tetap rutin kontrol penyakitnya ke Puskesmas
minimal sebulan sekali dan minum obat teratur
o Memberitahu pasien untuk menjaga pola makan yang sesuai untuk Diabetes
Melitus
o Mengajak keluarga pasien agar selalu mendukung pasien dalam
pengobatannya
o Menganjurkan pasien dan keluarga pasien untuk melakukan pemeriksaan
penunjang untuk ginjal dan EKG.
o Menganjurkan pasien dan keluarga pasien untuk melakukan vaksin yang
sesuai untuk dewasa.
o
Saran bagi kelompok kunjungan kedokteran keluarga selanjutnya
o Memastikan Ny. U menjaga pola makan dan rutin melakukan aktivitas
fisik yang telah dianjurkan.
o Memastikan Ny. U meminum obat dan kontrol ke puskesmas secara
rutin.
o Memotivasi keluarga Ny. U untuk selalu mendampingi dan
memperhatikan Ny. U dalam mengatur pola makan, minum obat dan
kontrol ke puskesmas.
Cunningham, Leveno, Bloom, Et al. (2014) Williams Obstetrics 24th ed. Mc Graw Hill
Education, New York.
Nathan. David, M. dan Linda, M. (2005) The First Program Clinically Proven to
Dramatically Improve Your glucose Tolerance. Mc Graw Hill Education, New
York.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. (2016) Symptoms &
Causes of Diabetes. (https://www.niddk.nih.gov/health-information
/diabetes/overview/symptoms-causes dikutip pada 20 Oktober 2017)
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan. (2014) Situasi dan Analisis Diabetes.
(http://depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-diabetes.pdf
dikutip pada 20 Oktober 2017)
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Et al. (2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Interna
Publishing. Jakarta.
World Health Organisation.. (2013) World Diabetes Day.
(http://www.who.int/mediacentre/events/annual/world_diabetes_day/en/index.htm
l dikutip pada 20 Oktober 2017)
Lampiran 11. Pemberian Obat Diabetes Melitus oleh Dokter Muda Dede
Lampiran 13. Memeberikan edukasi gizi yang dilakukan oleh dokter muda peter
Skoring :
Sering/selalu : 2 poin
Kadang-kadang : 1 poin
Umur
Jenis&Kelamin TAHUN BULAN TB&(cm) BB&(kg) PEKERJAAN
WANITA 52 0 155 54 IRT
24 1759.85
DIETARYRECALL
MAKANPAGI NASIPUTIH,AYAMGORENG,TAHUGORENG,SAYURBAYAMBENINGDANJAGUNG,ESTHEMANIS
gram URT energy protein lemak karbo
JAM7.00 BERAS 100 2centongnasi 349.00 6.80 0.70 78.90
AYAM 50 1ptngbesar 47.50 9.10 1.25 0.00
TAHU 50 2potong 39.50 3.90 2.40 0.80
MINYAKSAWIT 10 1/2sdm 90.00 0.00 10.00 0.00
BAYAM 50 1mangkokkecil 22.50 1.75 0.25 3.25
JAGUNG 50 1potongsedang 74.50 2.05 0.65 15.15
GULA 20 2sendok 77.40 0.00 0.00 20.00
SUBTOTAL 700.40 23.60 15.25 118.10
MAKANANSELINGAN ROTISELAICOKLATDANNUTRISARIRASAJERUK
gram URT energy protein lemak karbo
JAM10.00 ROTIPUTIH 70 2potong 170.10 5.60 0.84 35.00
COKLATSUSU 20 2sendokmakan 113.00 1.80 7.00 5.78
MINUMANSACHET 14 1bungkus 60.00 0.00 0.00 14.00
SUBTOTAL 283.10 7.40 7.84 40.78