Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBELAJARAN MATEMATIKA I

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

OLEH:

KELOMPOK 4 :

IKHSAN AJI
NURUL MAGFIRAH
NURUL HILAL

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Segala puji bagi Allah, Tuhan pelimpah cahaya, pembuka penglihatan,


penyingkap rahasia, dan penyibak selubung tirai, karena dengan izin-Nya jualah
maka makalah pembelajaran matematika 1 ini dapat diselesaikan, walaupun dalam
bentuk yang masih cukup sederhana

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang dihadapi, namun semua dapat dilalui berkat dukungan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Masih banyak kesalahan-kesalahan yang perlu
penyempurnaan, untuk itu sangat diharapkan masukan-masukan atau koreksi-koreksi
yang konstruktif untuk penulisan-penulisan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa, penulis memohon


ridha dan magfirahnya. Semoga segala dukungan serta bantuan semua pihak
mendapat pahala yang berlipat ganda disisi Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa, semoga
karya ini dapat bermanfaat kepada para pembaca, Aamiin

Wassalam.

Makassar, Oktober 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
memiliki beberapa komponen atau standar yaitu standar kompetensi kelulusan,
standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Salah satu standar yang memiliki
peran stategis adalah standar proses yang berkaitan dengan proses pembelajaran
untuk mencapai kompetensi dan tujuan yang telah ditetapkan.
Kurikulum yang sedang diimplementasikan di Indonesia saat ini adalah
Kurikulum 2013. Kurikulum ini menjadi pengganti dari kurikulum sebelumnya
yang berkembang di Indonesia yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP masih dianggap belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai
dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sehingga perlu
pengembangan kurikulum baru yang mampu menutupi kelemahan-kelemahan
dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 dilandasi pemikiran tantangan masa
depan yaitu tantangan abad ke 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan,
knowlwdge based society dan kompetensi masa depan. Selain itu beberapa alasan
perlunya pengembangan Kurikulum 2013 adalah: 1) Perubahan proses pembelajaran
(dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari
berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam
pelajaran; 2) Kecenderungan banyak negara menambah jam pelajaran; dan 3)
Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia
dengan negara lain relatif lebih singkat.
Seiring dengan perubahan kurikulum yaitu dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013, muncul istilah scientific
approach yang menarik diteliti terlebih bagi kalangan pendidik yang menjadi
estafet keberlangsungan proses belajar mengajar. Pendekatan yang memiliki tujuan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa ini diharapkan menjadi
salah satu jalan untuk generasi muda bangsa Indonesia setara dengan anak-anak
bangsa lain.
Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
ilmuwan dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model
pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbu-dayakannya
kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan
berpikir kreatif siswa (De Vito, 1989). Pembelajaran ini dapat meningkatkan
pemahaman siswa dari segi isi maupun pengalaman (Edelson, Gordin &
Pea,1999).
Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik ini mencakup 3 ranah yaitu
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Diharapkan hasil belajar dapat melahirkan
siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan pengetahuan,
sikap dan ketrampilan. Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan siswa. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik merupakan ciri khas dari Kurikulum 2013.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik itu lebih efektif hasilnya dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada
pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah
15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, retensi informasi dari guru sebesar
lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual
sebesar 50-70 persen (Daryanto, 2014:55).
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi komponen-komponen
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Komponen-komponen tersebut
menjadi tantangan tersendiri bagi pelaksana kurikulum diantaranya sekolah utamanya
adalah guru mata pelajaran. Guru sebagai pelaksana utama harus meningkatkan
kualitas. Guru adalah ujung tombak dari penerapan Kurikulum 2013, karena gurulah
yang akan menentukan baik buruknya proses pembelajaran di dalam kelas. Kesiapan
guru merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan kurikulum baru yang
mulai diterapkan. Guru harus mampu memunculkan nilai-nilai kreativitas dan
inovatif.
Kompetensi guru yang memadai juga menjadi penting dalam kegiatan belajar
mengajar Kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, dan mengkomunikasikan tidak akan bermakna jika guru tetap bertahan
pada gaya lama dalam mengajar. Pembelajaran yang dilakukan masih
berorientasi pada pembelajaran konvensional. Tampak kegiatan pembelajaran siswa
tidak diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri, karena guru terlalu
terikat teori yang lama. Dalam hal ini tampak sekali bahwa pembelajaran
berpusat pada guru. Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sering ceramah.
Ketika kurikulum baru diberlakukan, tentu ada hambatan untuk
mengimplementasikannya. Hambatan dan tantangan yang biasa dialami dan
dihadapi yakni tahap implementasi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Hotline
Pendidikan Jawa Timur (Jatim) di Surabaya yang dilaksanakan September hingga
Oktober 2017 dengan jumlah sasaran sekitar 240 guru, dimana guru-guru hanya
sebatas memahami kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, namun untuk
membuat perencanaan dan penerapan di sekolah, mereka belum bisa menjalankan
sesuai dengan harapan pemerintah. Hal ini berbanding lurus dengan apa yang
dialami oleh guru-guru di Madiun. Berdasarkan hasil observasi kepada guru-guru
khususnya guru matematika, ternyata masih banyak guru yang kebingungan dalam
menerapkan pendekatan saintifik. Para guru masih belum paham atau kesulitan
tentang bagaimana cara mengajar dan menilai.

Pada kurikulum sebelumnya, guru lebih banyak memberikan materi di depan


kelas, namun pada Kurikulum 2013 yakni pendekatan saintifik siswalah yang
dituntut berperan aktif. Tak hanya guru, tapi siswa juga masih banyak yang
bingung. Hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa yang belum siap mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dengan mengetahui kesulitan yang di
alami guru dan siswa dapat diberikan alternatif solusi untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka pada makalah ini penulis tertarik untuk
membahas mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami guru dan siswa dalam
implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran matematik sekaligus alternatif
solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis


merumuskan masalah dalam makalah ini, yaitu :

1. Bagaimana pengertian pendekatan saintifik menurut para ahli?

2. Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika?

3. Bagaimana permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan guru dalam

implemenatasi pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika?

4. Bagaimana permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan siswa dalam

implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika?

5. Bagaimana alternatif solusi yang diharapkan untuk mengatasi kesulitan guru

dan siswa dalam implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran

matematika?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Saintifik

Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan,


dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode diterapkan berdasarkan teori
tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan
sama artinya dengan metode, padahal berbeda. Dalam pendekatan dapat
dioperasionalka sejumlah metode. Misalnya, dalam penerapan pendekatan saintifik
dapat dioperasionalkan metode observasi, metode diskusi, metode ceramah, serta
metode lainnya. (Musfiqon, :50).

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa


agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan –
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan, 2014:
34). Dalam pembelajaran saintifik diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang
mendorong siswa untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Pendekatan saintifik berarti konsep dasar yang menginspirasi atau


melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik
yang ilmiah. Pembelajaran yang melibatkan pendekatan saintifik akan melibatkan
keterampilan proses, seperti kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan
untuk pengajuan hipotesis atau pengumpulan data. Menurut Sani (2014: 51) metode
ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, percobaan dapat diganti dengan
kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber. Dalam melakukan kegiatan
tersebut, bantuan atau bimbingan guru tetap dibutuhkan. Sementara Abidin (2014)
mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang
menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Dalam praktiknya siswa
diharuskan melakukan serangkaian aktivitas selayaknya langkah-langkah penerapan
pendekatan ilmiah.

Pendekatan saintifik menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama


di antara siswa. Majid (2014: 193) mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi
searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan mendorong
siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya
diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut,
bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang
dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum


atau prinsip

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang


perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

4. Dapat mengembangkan karakter siswa.


Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir


tingkat tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah


secara sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu


merupakan suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam


menulis artikel ilmiah.

6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

Langkah-langkah pembelajaran saintifik menurut Permendikbud No 81 A Tahun


2013 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum, yaitu :

1. Mengamati

Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull


learning). Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa.
Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan
kegiatan mengamati siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan
dalam mengamati dapat berupa membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa
atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan ini antara lain
melatih kesungguhan, ketelitian dan mencari informasi.
2. Menanya

Menanya yaitu mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami


dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan ini antara lain
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

3. Mengumpulkan informasi

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari proses menanya. Untuk


memperoleh hasil belajar yang otentik, siswa harus mencari tahu apa yang sedang
dipelajari atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau subtansi yang
sesuai. Mengumpulkan informasi dapat dilakukan dalam bentuk aktivitas seperti
melakukan eksperimen (mencoba), membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek/kejadian, wawancara dengan narasumber.

4. Mengolah informasi/ Mengasosiasi

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan pada kegiatan mengamati dan


mengumpulkan informasi (kegiatan mencoba). Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber
yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

5. Mengkomunikasikan

Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka


pelajari, kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa
yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar siswa. Mengomunikasikan dapat berupa kegiatan
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan ini mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajarann saintifik


adalah pembelajaran yang disarankan pada impelementasi Kurikulum 2013 yang
langkah-langkah pembelajarannya dikenal dengan sebutan 5M, yaitu mengamati,
menanya, mngumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan.

B. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Matematika

Contoh Penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika


di kelas VII SMP

Materi Pokok : Teorema Pythagoras

Kompetensi Dasar:

3.4 Menjelaskan dan membuktikan teorema pythagoras dan tripel pythagoras.

4.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan teorema pythagoras dan tripel


pythagoras.

Tahap Kegitan Pembelajaran


Mengamati Guru memberikan permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari terkait teorema Pythagoras. Kemudian
meminta siswa mencermati dan mengamati permasalahan
tersebut.

Contoh Permasalahan:

Sebuah kapal nelayan bertolak dari pelabuhan untuk


menangkap gerombolan ikan tuna yang biasanya berkumpul
disuatu titik di lepas pantai. Agar dapat menangkap ikan lebih
banyak, kapal nelayan tidak langsung menuju tempat tersebut,
melainkan berlayar melewati jalur baru yakni 12 km kebarat
kemudian 35 km ke selatan. Berapa selisih jarak yang
ditempuh kapal dengan menggunakan jalur baru dengan jarak
yang ditempuh jika melewati jalur lurus?
Menanya Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya. Guru harus
berusaha agar siswa aktif bertanya dengan memberikan
beberapa pertanyaan pancingan atau stimulus
Mengumpulkan Siswa diminta untuk mencari dan menuliskan informasi pada
Informasi permasalahan khususnya terkait apa yang diketahui dan
ditanyakan dari permasalahan.
Mengolah Informasi Guru meminta siswa berdiskusi bersama kelompoknya
melakukan 3 langkah mengolah informasi terkait
permasalahan, yaitu: (1) membuat sketsa gambar dari
pemasalahan yang diberikan (2) memilih strategi
penyelesaian dari permasalahan (3) Mengecek penyelesaian
dari permasalahan apakah sesuai dengan yang dicari dan
apakah proses penyelesaian yang dilakukan sudah efektif.
Mengkomunikasikan Secara tertulis siswa menjelaskan proses dari penyelesaian
permasalahan sejak tahap mengamati, mengumpulkan
informasi dan mengolah informasi. Kemudian Guru
mengarahkan beberapa kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya didepan kelas sedangkan
kelompok lain memberikan tanggapan.

C. Kesulitan Guru dalam Implementasi Pendekatan Saintifik

Kesulitan yang dialami oleh guru dalam implementasi pendekatan saintifik antara
lain:

1. Kurang memahami mengenai pendekatan saintifik

Dalam pemahaman terhadap pendekatan saintifik, guru mengalami


kesulitan pada memahami tujuan dari pendekatan saintifik. beberapa guru
merasa kurang paham terkait hal itu. Hal ini disebabkan karena kurang
aktifnya guru dalam mencari informasi/referensi terkait pendekatan saintifik.
Selain itu, kurangnya pelatihan atau workshop yang diikuti, waktu pelaksaanan
pelatihan atau workshop yang sangat terbatas serta pada pelatihan dan workshop
sering sekali terdapat perbedaan pendapat antarpemateri satu dengan yang lain
sehingga pemahaman dalam implementasi pendekatan saintifik masih kurang.
Kesulitan lain yang dialami adalah kesulitan dalam memahami kompetensi inti
dan kompetensi dasar.

2. Kesulitan Merencanakan Pembelajaran

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru harus menyiapkan rencana


pelaksanaan pembelajaran (RPP). Beberapa bagian yang khas menurut
Kurikulum 2013 adalah rencana proses pembelajaran dan penilaian. Proses
pembelajaran khas dibandingkan kurikulum sebelumnya karena menggunakan
pendekatan ilmiah (saintifik) dengan muatan 5M (mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengomunikasikan). Dalam
penyusunannya guru relatif kesulitan dalam menyusun alur pembelajaran
sehingga memuat 5M secara baik. Begitu pula penilaian, dibandingkan dengan
Kurikulum 2013, muatan penilaian sangat khas karena memuat 4 kompetensi,
yaitu kompetensi sikap spiritual (K1), kompetensi sikap sosial (K2), kompetensi
pengetahuan (K3) dan kompetensi ketrampilan (K4). Kekhasan ini yang
menimbulkan kesulitan guru.

3. Kesulitan untuk mengondisikan siswa aktif bertanya

Guru kesulitan untuk mengondisikan siswa aktif bertanya. Berbagai upaya


telah dilakukan oleh guru, namun siswa masih sulit untuk dikondisikan menanya
dalam pembelajaran matematika. Saat masuk dalam fase menanya, siswa
cenderung diam. Bahkan, ketika “guru memaksa siswa” untuk bertanya, siswa
seringkali tetap diam. Jika diberikan stimulus secara telaten mungkin fase ini
dapat berjalan dengan baik, namun membutuhkan waktu yang relatif lama. Jika
melihat kembali alokasi waktu yang dijadwalkan maka guru terpaksa harus
mengesampingkan aspek menanya. Pada umumnya, guru hanya sekedar
memberikan waktu menanya dan apabila tidak ada respon maka masuk ke
fase berikutnya.

4. Kesulitan untuk membuat siswa ingin melakukan pengamatan

Guru kesulitan dalam merancang pembelajaran yang menekankan pada


pengamatan agar siswa dapat aktif pada fase mengamati. Hal ini terjadi karena
dalam proses pembelajaran metode yang sering digunakan adalah metode
ceramah, sehingga mereka tidak melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran. Selain itu meraka menganggap materi matematika sulit dipahami.

5. Kesulitan menyelesaikan materi

Mengenai ranah materi, guru dituntut harus membuat rencana proses


pembelajaran yang dapat menyelesaikan seluruh materi sesuai dengan waktu
yang relevan. Namun, terdapat berbagai perbedaan muatan materi yang diajarkan
antara Kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya. Secara umum, dalam
pembelajaran matematika muatan materi meningkat. Guru merasa muatan materi
tidak seimbang dengan alokasi waktu yang disediakan. Guru berpendapat bahwa
jika materi disampaikan dengan proses pembelajaran konvensional
kemungkinan dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Namun ketika disampaikan
dengan alur 5M, maka guru kesulitan menemukan komposisi alur yang relevan.
Fase 5M yang menuntut siswa aktif dan guru sebagai fasilitator membuat
guru harus menyediakan waktu yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan
bahwa muatan materi matematika dalam Kurikulum 2013 jika menggunakan
5M masih kurang mencukupi dibandingkan dengan alokasi waktu pembelajaran
yang tersedia. Strategi beberapa guru untuk dapat menyampaikan materi di
tengah terbatasnya waktu adalah dengan memberikan tugas pada siswa.
Hampir semua guru mapel memiliki strategi demikian sehingga volume
tugas siswa sangat banyak
6. Penggunaan Bahasa dalam Buku Ajar Matematika

Buku ajar adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah guna
menunjang dan memudahkan proses pembelajaran. Namun, masih ditemukan
buku dengan konten yang salah secara konsep maupun penulisan. Kondisi
tersebut dapat memberikan pengaruh pada proses belajar. Kemungkinan pertama
adalah siswa kebingungan dan kemungkinan kedua adalah siswa mengalami
miskonsepsi. Hal tersebut menuntut kejelian dan ketelatenan guru dalam
merevisi dan melakukan klarifikasi pada siswa. Masalah lain mengenai materi
adalah runtutannya. Beberapa guru menyatakan bahwa beberapa materi belum
runtut sehingga siswa kebingungan karena belum menguasai materi prasyarat
Kondisi demikian membuat efisiensi waktu terganggu karena guru harus
meluangkan waktu untuk membekali siswa dengan materi prasyarat.

D. Kesulitan Siswa dalam Implementasi Pendekatan Saintifik

Kesulitan yang dialami siswa dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik,


antara lain:

1. Kesulitan dalam memahami isi, contoh-contoh dan bahasa dalam buku ajar
Matematika

Buku ajar yang baik adalah buku pelajaran yang dapat membantu siswa
belajar. Buku teks bukan hanya merupakan buku yang dibuka atau dibaca pada
saat pembelajaran di kelas, buku teks merupakan bahan acuan pembelajaran dan
sebagai sarana untuk membantu belajar dan memahami materi siswa. Tetapi
pada kenyataanya banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami isi dari
buku ajar. Dalam buku ajar matematika banyak dijumpai salah ketik, khususnya
dalam penulisan simbol-simbol matematika. Selain itu, dalam buku ajar
matematika kurikulum materinya terlalu tinggi, Materi yang sangat sukar
bisa membuat anak-anak frustrasi sehingga tidak suka belajar matematika.

2. Kesulitan untuk Melakukan Pengamatan

Siswa masih terbiasa dengan guru yang menggunakan metode ceramah dalam
menjelaskan materi, dengan proses pembelajaran semacam itu, siswa jarang
dilibatkan dalam kegiatan pengamatan dan percobaan. Sehingga pada penerapan
kurikulum 2013 siswa akan kesulitan dalam kegiatan pengamatan.

3. Kesulitan untuk aktif bertanya

Siswa masih belum terbiasa untuk mengkritisi materi pembelajaran dan


melayangkan pertanyaan. Serta kepercayaan diri siswa untuk berpendapat dan
menyampaikan pertanyaan juga masih kurang.

E. Alternatif Solusi

Alternatif solusi dalam mengatasi kesulitan guru dan siswa dalam dalam
implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika sebagai berikut:

1. Perlu diadakan pelatihan/workshop yang membahas cara mengajarkan atau


kegiatan pembelajaran yang dimaksud dalam pendekatan saitifik. Dalam
suatu pelaksanaan kurikulum, pelatihan atau workshop merupakan hal yang
sangat menentukan. Pelaksanaan pelatihan yang efektif dan efisien kepada
guru dapat memberikan pemahaman yang baik tentang pendekatan saintifik.
Pemahaman ini tentunya menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan
implementasi pendekatan saintifik.

2. Guru harus lebih banyak belajar dan membaca tentang penerapan pendekatan
saintifik sebab pemahaman yang baik terhadap kurikulum dapat
memudahkan guru untuk merancang pembelajaran dan menangani
pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan rekomendasi kurikulum serta
guru akan mampu mengembangkan bagaimana siswa belajar dan bagaimana
membelajarkan siswa.

3. Guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan model/metode serta
strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. sebuah ide kreatif seorang
guru sangat diperlukan untuk dapat mengubah situasi pembelajaran menjadi
menarik dan efektif sekaligus mengajak siswa lebih aktif. Dalam era
globalisasi persoalan-persoalan muncul dalam pembelajaran salah satunya
harus diantipasi dengan inovasi-inovasi terhadap model pembelajaran atau
media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT. Refika Aditama.

Darnius, Said. 2016. Identifikasi Kesulitan Guru Dalam Mengimplementasikan


Kurikulum 2013 Dengan Pendekatan Saintifik Di Kelas Tinggi Gugus
Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh. Jurnal Pesona Dasar.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:


Gava Media.

Edelson, D.C., Gordin, D.N, & Pea, R.D. 1999. “Addressing the Challenges of
Inquiry Based Learning through Technology and Curriculum Design”. The
Journal of the Learning Sciences.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad


21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ika Krisdiana, dkk. 2014. Analisis Kesulitan Yang Dihadapi Oleh Guru Dan Peserta
Didik Sekolah Menengah Pertama Dalam Implementasi Kurikulum 2013
Pada Mata Pelajaran Matematika. Artikel Penelitian. FPMIPA IKIP PGRI
Madiun

Katuuk, D.A. 2014. Manajemen Implementasi Kurikulum: Strategi Penguatan


Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal: Cakrawala Pendidikan.

Mahmudi, Ali. 2015. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal:


FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Mayer, V.J. & Fortner, R.W. 1987. “Relative Effectiveness of Four Modes of
Dissemination of Curriculum Materials”, The Journal of Environmental
Education.
Musfiqon dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Nazimia Learning Center

Purwoko, Riawan Yudi. 2015. Problematika Pembelajaran Matematika Berbasis


Pendekatan Scientific Pada Kurikulum 2013 di SMP. Jurnal: FKIP Universitas
Muhammadiyah Purworejo.

Retnawati, Heri. 2015. Hambatan Guru Matematika Sekolah Menengah Pertama


Dalam Menerapkan Kurikulum Baru. Artikel Penelitian. FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi


Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai