PEMBELAJARAN MATEMATIKA I
OLEH:
KELOMPOK 4 :
IKHSAN AJI
NURUL MAGFIRAH
NURUL HILAL
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang dihadapi, namun semua dapat dilalui berkat dukungan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Masih banyak kesalahan-kesalahan yang perlu
penyempurnaan, untuk itu sangat diharapkan masukan-masukan atau koreksi-koreksi
yang konstruktif untuk penulisan-penulisan selanjutnya.
Wassalam.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
memiliki beberapa komponen atau standar yaitu standar kompetensi kelulusan,
standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Salah satu standar yang memiliki
peran stategis adalah standar proses yang berkaitan dengan proses pembelajaran
untuk mencapai kompetensi dan tujuan yang telah ditetapkan.
Kurikulum yang sedang diimplementasikan di Indonesia saat ini adalah
Kurikulum 2013. Kurikulum ini menjadi pengganti dari kurikulum sebelumnya
yang berkembang di Indonesia yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP masih dianggap belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai
dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sehingga perlu
pengembangan kurikulum baru yang mampu menutupi kelemahan-kelemahan
dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 dilandasi pemikiran tantangan masa
depan yaitu tantangan abad ke 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan,
knowlwdge based society dan kompetensi masa depan. Selain itu beberapa alasan
perlunya pengembangan Kurikulum 2013 adalah: 1) Perubahan proses pembelajaran
(dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari
berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam
pelajaran; 2) Kecenderungan banyak negara menambah jam pelajaran; dan 3)
Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia
dengan negara lain relatif lebih singkat.
Seiring dengan perubahan kurikulum yaitu dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013, muncul istilah scientific
approach yang menarik diteliti terlebih bagi kalangan pendidik yang menjadi
estafet keberlangsungan proses belajar mengajar. Pendekatan yang memiliki tujuan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa ini diharapkan menjadi
salah satu jalan untuk generasi muda bangsa Indonesia setara dengan anak-anak
bangsa lain.
Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
ilmuwan dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model
pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbu-dayakannya
kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan
berpikir kreatif siswa (De Vito, 1989). Pembelajaran ini dapat meningkatkan
pemahaman siswa dari segi isi maupun pengalaman (Edelson, Gordin &
Pea,1999).
Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik ini mencakup 3 ranah yaitu
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Diharapkan hasil belajar dapat melahirkan
siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan pengetahuan,
sikap dan ketrampilan. Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan siswa. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik merupakan ciri khas dari Kurikulum 2013.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik itu lebih efektif hasilnya dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada
pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah
15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, retensi informasi dari guru sebesar
lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual
sebesar 50-70 persen (Daryanto, 2014:55).
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi komponen-komponen
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Komponen-komponen tersebut
menjadi tantangan tersendiri bagi pelaksana kurikulum diantaranya sekolah utamanya
adalah guru mata pelajaran. Guru sebagai pelaksana utama harus meningkatkan
kualitas. Guru adalah ujung tombak dari penerapan Kurikulum 2013, karena gurulah
yang akan menentukan baik buruknya proses pembelajaran di dalam kelas. Kesiapan
guru merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan kurikulum baru yang
mulai diterapkan. Guru harus mampu memunculkan nilai-nilai kreativitas dan
inovatif.
Kompetensi guru yang memadai juga menjadi penting dalam kegiatan belajar
mengajar Kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, dan mengkomunikasikan tidak akan bermakna jika guru tetap bertahan
pada gaya lama dalam mengajar. Pembelajaran yang dilakukan masih
berorientasi pada pembelajaran konvensional. Tampak kegiatan pembelajaran siswa
tidak diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri, karena guru terlalu
terikat teori yang lama. Dalam hal ini tampak sekali bahwa pembelajaran
berpusat pada guru. Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sering ceramah.
Ketika kurikulum baru diberlakukan, tentu ada hambatan untuk
mengimplementasikannya. Hambatan dan tantangan yang biasa dialami dan
dihadapi yakni tahap implementasi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Hotline
Pendidikan Jawa Timur (Jatim) di Surabaya yang dilaksanakan September hingga
Oktober 2017 dengan jumlah sasaran sekitar 240 guru, dimana guru-guru hanya
sebatas memahami kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, namun untuk
membuat perencanaan dan penerapan di sekolah, mereka belum bisa menjalankan
sesuai dengan harapan pemerintah. Hal ini berbanding lurus dengan apa yang
dialami oleh guru-guru di Madiun. Berdasarkan hasil observasi kepada guru-guru
khususnya guru matematika, ternyata masih banyak guru yang kebingungan dalam
menerapkan pendekatan saintifik. Para guru masih belum paham atau kesulitan
tentang bagaimana cara mengajar dan menilai.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka pada makalah ini penulis tertarik untuk
membahas mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami guru dan siswa dalam
implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran matematik sekaligus alternatif
solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
B. Rumusan Masalah
matematika?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Saintifik
1. Mengamati
3. Mengumpulkan informasi
5. Mengkomunikasikan
Kompetensi Dasar:
Contoh Permasalahan:
Kesulitan yang dialami oleh guru dalam implementasi pendekatan saintifik antara
lain:
Buku ajar adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah guna
menunjang dan memudahkan proses pembelajaran. Namun, masih ditemukan
buku dengan konten yang salah secara konsep maupun penulisan. Kondisi
tersebut dapat memberikan pengaruh pada proses belajar. Kemungkinan pertama
adalah siswa kebingungan dan kemungkinan kedua adalah siswa mengalami
miskonsepsi. Hal tersebut menuntut kejelian dan ketelatenan guru dalam
merevisi dan melakukan klarifikasi pada siswa. Masalah lain mengenai materi
adalah runtutannya. Beberapa guru menyatakan bahwa beberapa materi belum
runtut sehingga siswa kebingungan karena belum menguasai materi prasyarat
Kondisi demikian membuat efisiensi waktu terganggu karena guru harus
meluangkan waktu untuk membekali siswa dengan materi prasyarat.
1. Kesulitan dalam memahami isi, contoh-contoh dan bahasa dalam buku ajar
Matematika
Buku ajar yang baik adalah buku pelajaran yang dapat membantu siswa
belajar. Buku teks bukan hanya merupakan buku yang dibuka atau dibaca pada
saat pembelajaran di kelas, buku teks merupakan bahan acuan pembelajaran dan
sebagai sarana untuk membantu belajar dan memahami materi siswa. Tetapi
pada kenyataanya banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami isi dari
buku ajar. Dalam buku ajar matematika banyak dijumpai salah ketik, khususnya
dalam penulisan simbol-simbol matematika. Selain itu, dalam buku ajar
matematika kurikulum materinya terlalu tinggi, Materi yang sangat sukar
bisa membuat anak-anak frustrasi sehingga tidak suka belajar matematika.
Siswa masih terbiasa dengan guru yang menggunakan metode ceramah dalam
menjelaskan materi, dengan proses pembelajaran semacam itu, siswa jarang
dilibatkan dalam kegiatan pengamatan dan percobaan. Sehingga pada penerapan
kurikulum 2013 siswa akan kesulitan dalam kegiatan pengamatan.
E. Alternatif Solusi
Alternatif solusi dalam mengatasi kesulitan guru dan siswa dalam dalam
implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika sebagai berikut:
2. Guru harus lebih banyak belajar dan membaca tentang penerapan pendekatan
saintifik sebab pemahaman yang baik terhadap kurikulum dapat
memudahkan guru untuk merancang pembelajaran dan menangani
pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan rekomendasi kurikulum serta
guru akan mampu mengembangkan bagaimana siswa belajar dan bagaimana
membelajarkan siswa.
3. Guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan model/metode serta
strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. sebuah ide kreatif seorang
guru sangat diperlukan untuk dapat mengubah situasi pembelajaran menjadi
menarik dan efektif sekaligus mengajak siswa lebih aktif. Dalam era
globalisasi persoalan-persoalan muncul dalam pembelajaran salah satunya
harus diantipasi dengan inovasi-inovasi terhadap model pembelajaran atau
media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Edelson, D.C., Gordin, D.N, & Pea, R.D. 1999. “Addressing the Challenges of
Inquiry Based Learning through Technology and Curriculum Design”. The
Journal of the Learning Sciences.
Ika Krisdiana, dkk. 2014. Analisis Kesulitan Yang Dihadapi Oleh Guru Dan Peserta
Didik Sekolah Menengah Pertama Dalam Implementasi Kurikulum 2013
Pada Mata Pelajaran Matematika. Artikel Penelitian. FPMIPA IKIP PGRI
Madiun
Mayer, V.J. & Fortner, R.W. 1987. “Relative Effectiveness of Four Modes of
Dissemination of Curriculum Materials”, The Journal of Environmental
Education.
Musfiqon dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Nazimia Learning Center