Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sindroma koroner akut (SKA) merupakan kumpulan gejala klinis


yang menggambarkan kondisi iskemik miokard akut. Nyeri dada adalah gejala
utama yang dijumpai serta dijadikan dasar diagnostik dan terapeutik awal,
namun klasifikasi selanjutnya didasarkan pada gambaran elektrokardiografi
(EKG). Terdapat dua klasifikasi pasien SKA berdasarkan gambaran EKG
yaitu infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) dan infark miokard
tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI).

NSTEMI biasanya disebabkan oleh penyempitan arteri koroner yang


berat, sumbatan arteri koroner sementara, atau mikroemboli dari trombus dan
atau materi-materi atheromatous. Dikatakan NSTEMI bila dijumpai
peningkatan biomarkers jantung tanpa adanya gambaran ST elevasi pada
EKG, apabila tidak didapati peningkatan enzim-enzim jantung kondisi ini
disebut dengan unstable angina (UA) dan diagnosis banding diluar jantung
harus tetap dipikirkan.
Setiap tahunnya di Amerika Serikat 1.360.000 pasien datang dengan
SKA, 810.000 diantaranya mengalami infark miokard dan sisanya dengan UA.
Sekitar dua per tiga pasien dengan infark miokard merupakan NSTEMI dan
sisanya merupakan STEMI. Didunia sendiri, lebih dari 3 juta orang pertahun
diperkirakan mendapatkan STEMI dan lebih dari 4 juta orang mengalami
NSTEMI. Di Eropa diperkirakan insidensi tahunan NSTEMI adalah 3 dari
1000 penduduk, namun angka ini cukup bervariasi di negara-negara lain.
Angka mortalitas di rumah sakit lebih tinggi pada STEMI namun mortalitas
jangka panjang didapati dua kali lebih tinggi pada pasien-pasien dengan
NSTEMI dalam rentang 4 tahun. Menurut WHO tahun 2008, penyakit jantung
iskemik merupakan penyebab utama kematian di dunia (12,8%) sedangkan di
Indonesia menempati urutan ke tiga. Di negara industri dan negara – negara

1
yang sedang berkembang Sindrom koroner akut (SKA) masih menjadi
masalah kesehatan publik yang bermakna (O'Gara,et al., 2012). Berdasarkan
diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia pada tahun
2013 diperkirakan sekitar 883.447 atau sebesar 0,5%, sementara berdasarkan
diagnosis dokter ditemukan gejala sebesar 1,5% atau sekitar 2.650.340 orang.
Oleh karena itu, manajemen yang optimal terhadap kondisi NSTEMI
sangat penting. Anamnese, pemeriksaan fisik, EKG, pertanda biokimia, dan
ekokardiografi merupakan alatalat yang sangat penting digunakan untuk
mendapatkan diagnosis yang tepat. Manajemen SKA harus berfokus pada
diagnosis yang cepat dan tepat, stratifikasi resiko, tindakan terapi yang sesuai
untuk mengembalikan aliran darah pembuluh koroner dan mengurangi
iskemik miokard.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Nstemi.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan
Nstemi.
2. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan
pada klien dengan Nstemi.
3. Dapat membuat perencanaan pada klien dengan Nstemi.
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan
Nstemi.

2
1.3. Manfaat penulisan
1.3.1. Bagi Penulis
Setelah menyelasaikan laporan pendahuluan ini, diharapkan
penulis sebagai mahasiswa keperawatan dapat meningkatan
pengetahuan dan wawasan tentang penyakit Nstemi yang di mulai
dari penyebab, serta upaya pencegahan penyakit Nstemi agar
terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.

1.3.2. Bagi Pembaca


Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Nstemi
lebih dalam sehingga dapat melakukan pencegahan serta
mengantisipasi diri dari penyakit Nstemi.

1.3.3. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
tentang penyakit Nstemi serta penatalaksanaan medis dan asuhan
keperawatan yang lebih baik.

1.3.4. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan


Diharapkan dapat menambah informasi tentang penyakit
Nstemi serta penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan yang
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai