Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Suroso Effendi (59) yang merupakan mantan pemain sekaligus pernah menjabat sebagai
Ketua RW 1 Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji memperlihatkan foto koleksinya kepada
MALANGTIMES
MALANGTIMES – Berawal dari foto hitam putih tahun 1973 serta satu foto
berwarna, keberadaan Persatuan Sepak Bola (PS) PORKA (Persatuan Olahraga Kebonagung)
terkuak ke permukaan. Terkuaknya sejarah persepakbolaan di Kebonagung, Pakisaji yang
mungkin sudah banyak tidak diketahui masyarakat ini, berawal dari kengototan warga yang
diwakili oleh Eklesia Prodaksen, Kebonagung, sebuah perkumpulan yang konsen terhadap
sejarah, kebudayaan, sosial yang ada dan hidup di desanya.
Eklesia Prodaksen yang digawangi oleh Asa Wahyu Setyawan Muchtar dan Abdul
Malik ini merasakan kegelisahan atas sejarah Desa Kebonagung yang satu persatu hilang dan
beralih fungsi, misalnya keberadaan lapangan sepak bola Magersari Utara Kebonagung yang
menjadi kawah candradimukanya para pesepakbolaan waktu itu. Dari kengototan para
pengurus Eklesia Prodaksen inilah, akhirnya ditemukan dokumentasi mengenai kejayaan dan
kewibawaan sepak bola Kebonagung yang bernama PS PORKA, koleksi Suroso Effendi (59)
yang merupakan mantan pemain sekaligus pernah menjabat sebagai Ketua RW 1 Desa
Kebonagung, Kecamatan Pakisaji.
"Di tahun itu (1973, red) Kebonagung sudah menapakkan dirinya sebagai daerah atlit
sepakbola sekaligus memiliki lapangan yang sering dipakai untuk pertandingan. Bahkan di
tahun-tahun itu gairah bermain sepak bola sangatlah hidup di sini," kenang Pak Os, panggilan
Suroso Effendi yang dicatat oleh Eklesia Prodaksen.
"Jadi PG Kebonagung dan PS PORKA itu dulu tidak bisa dipisahkan. Bahkan PS PORKA itu
brand image PG Kebonagung di bidang olah raga khususnya sepak bola," ujar Pak Os yang
juga menyampaikan pertandingan sepak bola serupa tradisi setiap kali PG akan buka giling
pabrik. "Hukumnya wajib ada pertandingan sepakbola dan ditutup dengan pertunjukan
ludruk," imbuhnya.
Lantas sejak kapan pertandingan sepak bola di Kebonagung dimulai?
Menurut Pak Os, pertandingan sepak bola di Kebonagung dimulai sejak tahun 1960-
an. Di tahun itu juga, PS PORKA mengalamai kemajuan yang pesat dan sejajar dengan
persatuan sepak bola yang ada di Malang seperti PS Gajayana, PSIM, Faroka di bawah
binaan Pak Meyer, warga Belanda yang bekerja di PG Kebonagung sebagai Kepala Garasi.
Para pemain PS Diesel yang kini masih bisa ditelusuri keberadaannya, menyatakan
bahwa dalam tahun-tahun tersebut, Kebonagung tidak sekedar dikenal orang karena PG nya
saja, tetapi kesebelasan sepak bolanya. "Karena para pemain ini mengharumkan nama
Kebonagung, maka mereka direkrut jadi karyawan PG waktu itu," ujar Kasdi sambil
mengenang masa-masa kejayaan persepakbolaan Kebonagung yang kini hanya tinggal cerita
para orang tua dan jejak-jejak sejarahnya akan beralih fungsi.
'Kita memang tidak bisa menghindar dari laju jaman, tetapi jangan sampai
modernisasi juga membuat kita lupa dan kehilangan jejak sejarah yang telah membentuk kita
saat ini," ujar Asa Wahyu Setyawan Muchtar, Ketua 1 Eklesia Prodaksen Kebonagung, dalam
perbincangan beberapa waktu lalu dengan MalangTIMES, media online berjejaring terbesar
di Indonesia.
Pewarta :Nana
Editor :Sri Kurnia Mahiruni
Publisher:Raafi Prapandha
Satu Lagi Sejarah Olahraga Kabupaten Malang Dikubur
dan Berganti Lahan Parkir Truk Tebu
Jum'at, 16-06-2017 - 10:40
Kondisi lapangan Magersari Utara Kebonagung, Pakisaji yang sudah tidak bisa lagi dibuat
sarana olahraga karena dijadikan lahan parkir truk tebu oleh PG Kebonagung (Foto: Nana/
MalangTIMES)
Pak Os, sapaan akrab Suroso ini menceritakan, bahwa setiap ada pertandingan yang dilehat di
lapangan Magersari Kebonagung yang berlangsung satu minggu, selalu dipenuhi penonton.
"Penonton meluber hingga seribuan orang. Mereka dari Dusun Temu, Kacuk, Kepuh
berbondong-bondong ke lapangan Magersari nonton sepak bola pembukaan pesta giling,"
kenangnya.
Tapi sejak tahun 2010, lapangan Magersari Kebonagung tidak lagi menjadi denyut
masyarakat Kebonagung dalam persepakbolaan. Pasalnya, lapangan Magersari telah berubah
fungsi sejak truk-truk pengangkut tebu menguasai lapangan tersebut. Alih fungsi lapangan
sepakbola menjadi lahan parkir truk tebu telah membuat warga Kebonagung yang biasa
berolahraga sepak bola di sana tergusur sedikit demi sedikit.
Lapangan Magersari menjadi rusak karena beban truk pengangkut tebu. Tidak ada lagi
lahan yang representatif bagi warga untuk menyalurkan hobinya. Dan, semakin hilangnya
sejarah persepakbolaan Kebonagung sejak lapangan tersebut dibangun dengan konstruksi
batu dalam upaya mengeraskan permukaan tanah lapangan bagi keberadaan truk-truk
pengangkut tebu.
warga yang kecewa atas alih fungsi lahan lapangan sepakbola Magersari Utara
Kebonagung menjadi tempat parkir truk pengangkut tebu
Proses rehabilitasi lapangan Magersari Kebonagung yang sudah berjalan sejak tahun
lalu tersebut, mengundang duka bagi warga Kebonagung yang tergabung dalam Forum
Pecinta Lingkungan Kebonsari Kebonagung. Walau tidak ada gerakan penolakan keras dari
warga terhadap alih fungsi lahan tersebut, terdokumentasi kekecewaan warga dalam
menyikapi kebijakan PG Kebonagung yang secara langsung telah menghapus sejarahnya
sendiri demi mengejar kebutuhan pasar gula di Indonesia.
"Tentunya kita kecewa karena ada sejarah yang hidup bersama kami di Kebonagung dan juga
PG, kini tinggal nama dan semakin dilupakan. Belum lagi dengan persoalan lingkungan di
wilayah Magersari Utara," kata Zainul Arifin, Sekretaris Forum Pecinta Lingkungan
Kebonsari Kebonagung yang juga guru olahraga di Sekolah Dasar Kebonagung 2.
Zainul juga menyampaikan hampir dua tahun sudah, dia dan seluruh murid SD
Kebonagung 2 tidak bisa memakai lapangan Magersari untuk keperluan olahraga, karena
banyaknya batu untuk pengerasan di lapangan. Padahal masih menurutnya, siswa-siswanya
sangat membutuhkan lapangan sepakbola tersebut. Baik untuk sarana olahraga maupun bagi
lingkungan hidup sehat untuk anak-anak yang bersekolah.
"Dulu, kita tidak pernah protes walau terdampak limbah debu karena kita membutuhkan
lapangan Magersari. Tapi kini, lapangan sudah seratus persen jadi lahan parkir truk yang
menambah polusi kepada sekolah," keluhnya.
Dia juga mengatakan halaman sekolah dimana dia mengajar kondisinya sempit dan
membutuhkan lahan lapang seperti lapangan Magersari yang dulu masih hijau dan cukup
menetralisir limbah debu pabrik. Kasus peralihan fungsi lahan tersebut, sampai saat ini masih
belum menemukan solusi tepat, baik bagi pelestarian dan keberlanjutan sejarah
persebakbolaan di Kebonagung maupun bagi kesehatan para siswa SD Kebonagung 2.
Pihak PG Kebonagung masih menjanjikan untuk bertatap muka atas kondisi tersebut
dengan warga sekitar. Padahal, kata Zainul pihaknya hanya meminta adanya ruang hijau
untuk beraktivitas para siswa. Silahkan dipakai lahan parkir setengahnya, misalnya, tapi beri
kami ruang," pungkasnya.
SKOPING
LAPANGAN KEBONAGUNG
Solusi Alternatif
1. Pembangunan parkiran dialihkan ke tempat lain, wilayah PG. Kebonagung masih
memiliki cukup banyak lahan hanya untuk membangun parkiran saja.
2. Tidak merubah fungsi lapangan karena lapangan tersebut merupakan satu-satunya ruang
hijau untuk berolah raga bagi masyarakan Kebonagung dan sekitarnya
3. Membebaskan lahan dan lebih mempertimbangkan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat di Kebonagung.
SKOPING
TPA SUPIT URANG KOTA MALANG
Solusi Alternatif
1. Menjalankan program pengelolaan sampah terpadu, yaitu mengolah sampah menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat, misalnya gas methan yang dapat dimanfaatkan sebagai
energy panas atau listrik bagi masyarakat sekitar, dijadikan produk daur ulang, misalnya
souvenir, vas bunga, tas, pupuk dan sebagainya.
2. Mengadakan tempat sampah yang terpisah antar jenis-jenis sampah dan pengangkutan
sampah yang terpisah pula, sehingga sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir
akan terpilah dan lebih mudah dikelola, dan untuk transportasi dapat dilakukan
penjadwalan pengangkutan sampah berdasar jenisnya, atau dilakukan penambahan armada
sehingga setiap hari semua jenis sampah akan terangkut.
3. Membebaskan lahan untuk memperluas kawasan penampungan sampah di TPA.
DAFTAR RUJUKAN
Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R, 1977, Integrated Solid Waste Manajement,
Mc.Graw Hill: Kogakusha, LTd
BSN. 1998. Tata Cara Perencanaa TPA Sampah. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
http://suryamalang.tribunnews.com/2017/03/30/tidak-semua-sampah-terangkut-ke-tpa-supit-
urang-kota-malang-ini-penyebabnya (diakses pada tanggal 11 April 2018)