Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

(RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


AMDAL
Yang dibina oleh Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc

Disusun Oleh :

Kelompok 1 / Offering GHI-L 2015

Ahmad Abror (150342608051)

Anisa Meilia Ashoffi (150342605236)

Yusliha Fitria Firdaus (150342603555)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rencana Pengelolaan Pingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan


(RPL) ini disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Lingkungan Hidup. Dokumen RPL dan RKL ini berisi upaya
penanganan dampak dan pemantauan komponen lingkungan dan social yang terkena dampak
baik dampak hasil proses evaluasi holistic maupun bukan dampak penting yang tetap
memerlukan pemantauan dan pengelolaan.

Kegiatan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dilaksanakan pengambilan data di


Lapangan Kebonagung Kab. Malang. Sedangkan untuk kegiatan Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) pengambilan data dilakukan di TPA supit urang.

Dokumen RKL-RPL disusun berdasarkan empat kegiatan proyek yang mencakup


dalam dokumen studi ANDAL. Kegiatan terpadu dari pelaksanaan RPL dilakukan dalam 1
kegiatan proyek. Dan kegiatan RPL dilakukan wawancara ke berbagai took masyarakat
sekitar. Kegiatan yang perlu di lakukan cek ANDAL :

1. Kegiatan pembangunan parkiran truk gula di lapangan pabrik Kebonagung.


2. Kegiatan pemantauan TPA Supit Urang

1.2. Manfaat dan tujuan RPL dan RKL


1. Memberikan dampak lingkungan hidup kepada masyarakat sekitarnya mengenai
dampak pembangunan di sekitar wilayah masyarakat terkait untuk memberi kesadaran
lebih kepada masyarakat mengenai pentingnya ANDAL di sana.
2. Membantu keefektivitasan penerapan rencana pengelolaan dampak terhadap
pembangunan kontruksi yang akan dibangun.
3. Memantau pembuangan dan pengelolaan limbah akibat pembangunan suatu tempat
seacara tepat tanpa merusak lingkungan
Gambar 1. Merupakan peralihan fungsi lapangan Kebonagung menjadi lahan
parker truk dimana di belakang lokasi tersebut ada perumahan dinas dan 2 tempat
beribadah (masjid dan gereja) dan juga ada beberapa sekolah

Gambar 2. Merupakan keadaan TPA Supit Urang yang berada di Kecamatan


Sukun, Kota Malang
Inilah Sejarah Persatuan Sepak Bola di Kebonagung yang
Pernah Berjaya di Malang
Jum'at, 16-06-2017 - 13:18

Suroso Effendi (59) yang merupakan mantan pemain sekaligus pernah menjabat sebagai
Ketua RW 1 Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji memperlihatkan foto koleksinya kepada
MALANGTIMES

MALANGTIMES – Berawal dari foto hitam putih tahun 1973 serta satu foto
berwarna, keberadaan Persatuan Sepak Bola (PS) PORKA (Persatuan Olahraga Kebonagung)
terkuak ke permukaan. Terkuaknya sejarah persepakbolaan di Kebonagung, Pakisaji yang
mungkin sudah banyak tidak diketahui masyarakat ini, berawal dari kengototan warga yang
diwakili oleh Eklesia Prodaksen, Kebonagung, sebuah perkumpulan yang konsen terhadap
sejarah, kebudayaan, sosial yang ada dan hidup di desanya.
Eklesia Prodaksen yang digawangi oleh Asa Wahyu Setyawan Muchtar dan Abdul
Malik ini merasakan kegelisahan atas sejarah Desa Kebonagung yang satu persatu hilang dan
beralih fungsi, misalnya keberadaan lapangan sepak bola Magersari Utara Kebonagung yang
menjadi kawah candradimukanya para pesepakbolaan waktu itu. Dari kengototan para
pengurus Eklesia Prodaksen inilah, akhirnya ditemukan dokumentasi mengenai kejayaan dan
kewibawaan sepak bola Kebonagung yang bernama PS PORKA, koleksi Suroso Effendi (59)
yang merupakan mantan pemain sekaligus pernah menjabat sebagai Ketua RW 1 Desa
Kebonagung, Kecamatan Pakisaji.

"Di tahun itu (1973, red) Kebonagung sudah menapakkan dirinya sebagai daerah atlit
sepakbola sekaligus memiliki lapangan yang sering dipakai untuk pertandingan. Bahkan di
tahun-tahun itu gairah bermain sepak bola sangatlah hidup di sini," kenang Pak Os, panggilan
Suroso Effendi yang dicatat oleh Eklesia Prodaksen.

Pemain PS PORKA adalah sebagian karyawan PG Kebonagung, sebagian lagi anak-


anak muda Kebonagung. Dulu, saat PG Kebonagung akan buka giling pasti mengadakan
pertandingan sepak bola. PG Kebonagung sering menggelar pertandingan persahabatan
antara PS PORKA melawan persatuan sepakbola yang ada di Malang, antara lain PS Satria
dari Blimbing dengan pelatih Nino Sutrisno, PS IM (Indonesia Muda) Malang, pelatihnya
bernama Andut, dan PS Dinoyo.

"Jadi PG Kebonagung dan PS PORKA itu dulu tidak bisa dipisahkan. Bahkan PS PORKA itu
brand image PG Kebonagung di bidang olah raga khususnya sepak bola," ujar Pak Os yang
juga menyampaikan pertandingan sepak bola serupa tradisi setiap kali PG akan buka giling
pabrik. "Hukumnya wajib ada pertandingan sepakbola dan ditutup dengan pertunjukan
ludruk," imbuhnya.
Lantas sejak kapan pertandingan sepak bola di Kebonagung dimulai?

Menurut Pak Os, pertandingan sepak bola di Kebonagung dimulai sejak tahun 1960-
an. Di tahun itu juga, PS PORKA mengalamai kemajuan yang pesat dan sejajar dengan
persatuan sepak bola yang ada di Malang seperti PS Gajayana, PSIM, Faroka di bawah
binaan Pak Meyer, warga Belanda yang bekerja di PG Kebonagung sebagai Kepala Garasi.

Dari penelusuran lainnya, ternyata usia PS di Kebonagung lebih tua keberadaannya.


Adalah Kasdi, warga gang 5 Desa Kebonagung yang menjadi saksi keberadaan maraknya
klub sepakbola di Kebonagung. Menurut penuturannya, kisaran tahun 1954 seorang bernama
Durachman warga Jl.Raya Kebonagung, mencetuskan persatuan sepakbola bernama PS
Diesel.

Para pemain PS Diesel yang kini masih bisa ditelusuri keberadaannya, menyatakan
bahwa dalam tahun-tahun tersebut, Kebonagung tidak sekedar dikenal orang karena PG nya
saja, tetapi kesebelasan sepak bolanya. "Karena para pemain ini mengharumkan nama
Kebonagung, maka mereka direkrut jadi karyawan PG waktu itu," ujar Kasdi sambil
mengenang masa-masa kejayaan persepakbolaan Kebonagung yang kini hanya tinggal cerita
para orang tua dan jejak-jejak sejarahnya akan beralih fungsi.

'Kita memang tidak bisa menghindar dari laju jaman, tetapi jangan sampai
modernisasi juga membuat kita lupa dan kehilangan jejak sejarah yang telah membentuk kita
saat ini," ujar Asa Wahyu Setyawan Muchtar, Ketua 1 Eklesia Prodaksen Kebonagung, dalam
perbincangan beberapa waktu lalu dengan MalangTIMES, media online berjejaring terbesar
di Indonesia.

Pewarta :Nana
Editor :Sri Kurnia Mahiruni
Publisher:Raafi Prapandha
Satu Lagi Sejarah Olahraga Kabupaten Malang Dikubur
dan Berganti Lahan Parkir Truk Tebu
Jum'at, 16-06-2017 - 10:40

Kondisi lapangan Magersari Utara Kebonagung, Pakisaji yang sudah tidak bisa lagi dibuat
sarana olahraga karena dijadikan lahan parkir truk tebu oleh PG Kebonagung (Foto: Nana/
MalangTIMES)

MALANGTIMES - Kabupaten Malang telah terdengar sampai ke mancanegara


sebagai daerah penuh sejarah. Dari kerajaan Singosari sampai pada sejarah permainan olah
raga sepakbola di berbagai wilayahnya. Sebut saja Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji
yang memiliki sejarah panjang persebakbolaan yang pernah mewarnai perjalanan Pabrik Gula
(PG) Kebonagung sebagai pabrik gula yang telah berdiri sejak tahun 1905.
Sejarah permainan olah raga paling popular di jagad ini, tumbuh bersama dengan
kebesaran PG Kebonagung. Tercatat Kebonagung dulu memiliki Persatuan Sepakbola (PS)
PORKA (Persatuan Olahraga Kebonagung) yang secara kualitas sejajar dengan PS yang ada
di Malang seperti PS Gajayana, PSIM, Faroka. PS PORKA berkembang pesat dengan adanya
lapangan sepakbola Kebonagung sebagai tempat latihan dan pertandingan saat itu. Bahkan
berbagai PS tumbuh dengan pesat sejak tahun 1954 di Kebonagung, misalnya PS Diesel.
Menurut beberapa penuturan saksi sejarah mengenai maraknya persepakbolaan di
Kebonagung waktu itu, mengatakan bahwa sejak tahun 1954 sampai tahun 1980-an, PS
PORKA merupakan brand image PG Kebonagung di bidang olah raga khusunya sepak bola.
"Dulu, setiap akan buka giling pasti mengadakan pertandingan sepak bola, baik pertandingan
persahabatan dengan PS yang ada di Malang maupun pertandingan anak-anak muda
Kebonagung," kata Suroso Effendi (59), mantan pemain PS PORKA, Jumat (16/06).

Pak Os, sapaan akrab Suroso ini menceritakan, bahwa setiap ada pertandingan yang dilehat di
lapangan Magersari Kebonagung yang berlangsung satu minggu, selalu dipenuhi penonton.
"Penonton meluber hingga seribuan orang. Mereka dari Dusun Temu, Kacuk, Kepuh
berbondong-bondong ke lapangan Magersari nonton sepak bola pembukaan pesta giling,"
kenangnya.

Tapi sejak tahun 2010, lapangan Magersari Kebonagung tidak lagi menjadi denyut
masyarakat Kebonagung dalam persepakbolaan. Pasalnya, lapangan Magersari telah berubah
fungsi sejak truk-truk pengangkut tebu menguasai lapangan tersebut. Alih fungsi lapangan
sepakbola menjadi lahan parkir truk tebu telah membuat warga Kebonagung yang biasa
berolahraga sepak bola di sana tergusur sedikit demi sedikit.

Lapangan Magersari menjadi rusak karena beban truk pengangkut tebu. Tidak ada lagi
lahan yang representatif bagi warga untuk menyalurkan hobinya. Dan, semakin hilangnya
sejarah persepakbolaan Kebonagung sejak lapangan tersebut dibangun dengan konstruksi
batu dalam upaya mengeraskan permukaan tanah lapangan bagi keberadaan truk-truk
pengangkut tebu.
warga yang kecewa atas alih fungsi lahan lapangan sepakbola Magersari Utara
Kebonagung menjadi tempat parkir truk pengangkut tebu

Proses rehabilitasi lapangan Magersari Kebonagung yang sudah berjalan sejak tahun
lalu tersebut, mengundang duka bagi warga Kebonagung yang tergabung dalam Forum
Pecinta Lingkungan Kebonsari Kebonagung. Walau tidak ada gerakan penolakan keras dari
warga terhadap alih fungsi lahan tersebut, terdokumentasi kekecewaan warga dalam
menyikapi kebijakan PG Kebonagung yang secara langsung telah menghapus sejarahnya
sendiri demi mengejar kebutuhan pasar gula di Indonesia.

"Tentunya kita kecewa karena ada sejarah yang hidup bersama kami di Kebonagung dan juga
PG, kini tinggal nama dan semakin dilupakan. Belum lagi dengan persoalan lingkungan di
wilayah Magersari Utara," kata Zainul Arifin, Sekretaris Forum Pecinta Lingkungan
Kebonsari Kebonagung yang juga guru olahraga di Sekolah Dasar Kebonagung 2.

Zainul juga menyampaikan hampir dua tahun sudah, dia dan seluruh murid SD
Kebonagung 2 tidak bisa memakai lapangan Magersari untuk keperluan olahraga, karena
banyaknya batu untuk pengerasan di lapangan. Padahal masih menurutnya, siswa-siswanya
sangat membutuhkan lapangan sepakbola tersebut. Baik untuk sarana olahraga maupun bagi
lingkungan hidup sehat untuk anak-anak yang bersekolah.
"Dulu, kita tidak pernah protes walau terdampak limbah debu karena kita membutuhkan
lapangan Magersari. Tapi kini, lapangan sudah seratus persen jadi lahan parkir truk yang
menambah polusi kepada sekolah," keluhnya.

Dia juga mengatakan halaman sekolah dimana dia mengajar kondisinya sempit dan
membutuhkan lahan lapang seperti lapangan Magersari yang dulu masih hijau dan cukup
menetralisir limbah debu pabrik. Kasus peralihan fungsi lahan tersebut, sampai saat ini masih
belum menemukan solusi tepat, baik bagi pelestarian dan keberlanjutan sejarah
persebakbolaan di Kebonagung maupun bagi kesehatan para siswa SD Kebonagung 2.

Pihak PG Kebonagung masih menjanjikan untuk bertatap muka atas kondisi tersebut
dengan warga sekitar. Padahal, kata Zainul pihaknya hanya meminta adanya ruang hijau
untuk beraktivitas para siswa. Silahkan dipakai lahan parkir setengahnya, misalnya, tapi beri
kami ruang," pungkasnya.
SKOPING
LAPANGAN KEBONAGUNG

Permasalahan yang Akan Ditimbulkan


Saat ini lapangan kebonagung akan beralih fungsi menjadi parkiran truk tebu dari
pabrik gula Kebonagung. Di belakang lapangan tersebut ada perumahan warga, perumahan
staf PG. Kebonagung, makam, sekolah dan beberapa tempat ibadah. Masalah yang akan
ditimbulkan adalah adanya polusi yang meningkat karena buangan gas dari truk pengangkuit
tebu tersebut. lapangan kebonagung sejak lama sudah menjadi lapangan umum dimana tidak
hanya warga Kebonagung sendiri yang memanfaatkannya sebagai tempat olah raga, namun
beberapa sekolah di sekitar wilayah Kebonagung juga memanfaatkan lapangan tersebut
sebagai lokasi berolahraga bagi siswanya. Dahulu, saat PG. Kebonagung tidak sebagus ini
cerobong asapnya masyarakat di Kebonagung tidak pernah mempermasalahkan polusi udara
yang berbentuk padatan hitam masuk-masuk ke rumah warga. Masyarakat sangat memaklumi
bahwa tinggal di Kebonagung memiliki konsekuesnsi tersendiri, namun dengan adanya
pembangunan parkiran truk tebu yang merubah fungsi lahan hijau di Kebonagung masyarakat
tidak habis pikir dan sangat menyesalinya. Kini masyarakat Kebonagung tidak memiliki
lahan hijau sebagai tempat untuk berolah raga.

Dampak Terhadap Lingkungan


1. Akan timbul pencemaran lingkungan dimana sampah-sampah dari truk tebu akan dibuang
di sekitar wilayah lapangan Kebonagung
2. Pencemaran udara oleh emisi gas yang dikeluarkan truk pengangkut tebu dan yang
terkena dampak adalah masyarrakat sekitar lapangan.
3. Masyarakat Kebonangung tidak memiliki lahan hijau yang sejak lama digunakan oleh
masyarakat Kebonagung sebagai tempat untyk berolah raga.
4. Semakin banyak polusi yang ada di Kebonagung, selain dari asap pabrik juga dari emisi
buangan truk tebu yang parkir di lapangan Kebonagung.

Dampak Terhadap Masyarakat


1. Aktivitas yang berhubungan dengan olahraga menjadi sulit bahkan sudah tidak ada lagi
karena tidak memiliki lahan hijau untuk sekedar berolah raga
2. Aktivitas sehari-hari pun akan terganggu apabila pencemaran tersebut sampai
menyebabkan penyakit ISPA di wilayah Kebonagung terutama di sekitar lapangan.
3. Aktifitas sehari-hari juga akan terganggu dengan bau yang ditimbulkan oleh tumpukan
asap truk tebu.
4. Sampah yang menumpuk di sekitar lokasi parkiran truk tebu.

Solusi Alternatif
1. Pembangunan parkiran dialihkan ke tempat lain, wilayah PG. Kebonagung masih
memiliki cukup banyak lahan hanya untuk membangun parkiran saja.
2. Tidak merubah fungsi lapangan karena lapangan tersebut merupakan satu-satunya ruang
hijau untuk berolah raga bagi masyarakan Kebonagung dan sekitarnya
3. Membebaskan lahan dan lebih mempertimbangkan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat di Kebonagung.

TPA SUPIT URANG


Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Standar Nasional Indonesia No. 19-
3964-1994 tahun 1994). Keberadaan sampah tidak diinginkan bila dihubungkan dengan
faktor kebersihan, kesehatan, kenyamanan dan keindahan, sehingga harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan yang mengakibatkan kemunduran lingkungan (urban
environment degradation) dan dapat membahayakan kehidupan manusia (Tchobanoglous,
1997)
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
terakhirpengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan TPA merupakan tempat dimana
sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar
keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. (BSN. 1998)
Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya
merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah
masih merasa saying untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang
dirasakan kurang prioritas disbanding dengan pembangunan sektor lainnya. (BSN. 1998)
Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka
waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih
lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun;
misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun
masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu
lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.
(BSN. 1998)
Sumber sampah berasal dari berbagai fasilitas dan aktifitas manusia yangdapat
dihubungkan dengan tata guna lahan dan peruntukkannya. Melalui pemahaman sumber
sampah dapat diketahui timbulan sampah yang dihasilkan. Jumlah timbulan sampah perlu
diketahui untuk menentukan jumlah sampah yangakan dikelola, hal ini erat kaitannya dengan
sistem pengumpulan dan pembuangan akhir sampah yang menyangkut jenis sarana dan
jumlah peralatan yang dibutuhkan. Jenis sampah yang dihasilkan menurut sumber akan
berbeda antara satu sumber dengan sumber lainnya. Menurut Standard Nasional Indonesia
No. 19-3964-1994 sampah berasal dari (1) Sumber sampah perumahan yaitu: rumah
permanen, rumah semi permanen, dan rumah non permanen, (2) Sumber sampah non
permanen yaitu: kontor, toko/ruko, pasar, sekolah, jalan, hotel, restoran,dan fasilitas umum
lainnya
Dalam Pelaksanaan skoping untuk AMDAL kali ini, kami berencana mengamatai TPA
SUPIT URANG yang berada di Kecamatan Sukun, Kota Malang. Tidak semua sampah di
Kota Malang terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang, Kecamatan Sukun,
Kota Malang. Volume sampah Kota Malang per hari mencapai 640 ton. Dari jumlah itu,
hanya 420 ton yang terangkut ke TPA Supit Urang.
"420 ton sampah per hari yang terangkut ke TPA, dari rata-rata 640 ton sampah per
hari. Sampah masih didominasi oleh sampah rumah tangga," ujar Kepala Bidang Kebersihan
Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Lilis Pujiharti kepada SURYAMALANG.COM,
Kamis (30/3/2017).
Ada sejumlah faktor penyebab kenapa ada sampah yang tidak terangkut ke TPA.
Sampah yang tidak terangkut itu antara lain karena diolah di tingkat rumah tangga, diubah
menjadi kompos, dipilah untuk dijual, dipilah untuk dijadikan kerajinan daur ulang Ada juga
yang membakar sampahnya di pekarangan," ujar Lilis.
Lilis mengakui, setiap tahun selalu ada penambahan volume sampah, meski ia tidak
menyebut berapa persen kenaikan volume sampah per tahunnya. Namun sampah yang
terangkut ke TPA, setiap tahun relatif sama. "Untuk volume sampah selalu ada kenaikan,
karena setiap tahun jumlah mahasiswa juga bertambah. Tempat kuliner juga terus bertambah,
itu ikut menyumbang sampah juga," imbuhnya. Karenanya, Lilis berharap selalu ada
pengolahan sampah mulai dari tingkat awal. Pengolahan sampah itu dimulai dari pemilahan,
sampah organik dan an-organik. Sampah organik bisa diolah menjadi pupuk dan kompos.
Sampah plastik bisa dipilah untuk dijual atau dipakai sebagai kerajinan daur ulang. Ia
mengharapkan, masyarakat bisa benar-benar membuang sampah untuk sampah yang tidak
bisa diolah di lingkungan sekitar. (SURYAMALANG.COM. 2017)

SKOPING
TPA SUPIT URANG KOTA MALANG

Luas dan Daya Tampung TPA Supit Urang


TPA Supit Urang memiliki luas 19,6 Ha. dan diperkirakan 75% sudah penuh dengan sampah.
Hal ini disebabkan karena sampah yang masuk ke TPA Supit Urang setiap hari sekitar ± 400
ton (Saleh dan Hendro, 2014). Dengan volume sampah di lokasi penimbunan TPA Supit
Urang yang semakin bertambah tiap harinya, lambat laun daya tampung TPA tersebut akan
penuh, dan saat itu juga harus diperoleh daerah baru untuk memperluas TPA.

Permasalahan yang Akan Ditimbulkan


Saat ini, TPA di Kota Malang yang tersisa adalah TPA supit urang, lalu akan muncul
permasalahan jika TPA supit urang telah overload dan tidak lagi mampu menampung sampah,
maka akan sangat sulit untuk Kota Malang mencari tempat pengganti, karena lahan kosong di
Kota Malang sudah tidak lagi banyak. Apabila tidak segera ditemukan solusi atau dilakukan
tindakan perbaikan untuk TPA Supit Urang, maka akan timbul dampak bagi lingkungan dan
masyarakat sekitar.

Dampak Terhadap Lingkungan


1. Alam memiliki kapasitas asimilatif yang terbatas untuk menyerap residu-residu sampah.
Ketika jumlahnya melebihi kapasitas, tentu saja akan menimbulkan ancaman serius bagi
keseimbangan ekosistem, yaitu timbulnya pencemaran.
2. Pencemaran air oleh merkuri misalnya dapat membentuk substansi yang sangat besar. Hal
tersebut tentunya akan mengubah fungsi ekosistem perairan dan mengurangi kapasitas
asimilatif dari lingkungan, dan meracuni biota yang hidup di perairan tersebut.
3. Pencemaran tanah oleh sampah padat menyebabkan kerusakan struktur tanah bagian atas
yang menjadikan tanah menjadi tidak fungsional sebagai tempat hidup tumbuhan ataupun
hewan, bahkan pembusukan sampah akan mengeluarkan air yang disebut dengan air
limbah lindi, limbah ini dapat merembes melalui tanah dan dimungkinkan pula akan
mencemari air tanah yang ada di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
4. Pencemaran udara oleh bau yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah dapat mengganggu
pernafasan makhluk hidup di sekitar TPA.
5. Periode waktu tertentu dibutuhkan untuk dapat memulihkan kerusakan yang ditimbulkan
akibat sampah yang melebihi kapasitas. Untuk beberapa bahan, waktu yang diperlukan
untuk pemulihan bisa lama dan bukan tidak mungkin efeknya tidak bisa dipulihkan.

Dampak Terhadap Masyarakat


1. Aktivitas-aktivitas ekonomi yang berlangsung di lingkungan alam, misalnya bercocok
tanam, beternak, berdagang, dan sebagainya akan terganggu akibat pencemaran yang
dihasilkan oleh sampah yang melibihi kapasitas.
2. Aktivitas sehari-hari pun akan terganggu apabila pencemaran tersebut terjadi hingga ke air
tanah di rumah warga karena air tanah menjadi beracun dan tidak sehat.
3. Aktifitas sehari-hari juga akan terganggu dengan bau yang ditimbulkan oleh tumpukan
sampah.
4. Sampah yang menumpuk, apalagi hingga melebihi kapasitas penampungan tentu akan
menyajikan pemandangan yang tidak sedap pandang.

Solusi Alternatif
1. Menjalankan program pengelolaan sampah terpadu, yaitu mengolah sampah menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat, misalnya gas methan yang dapat dimanfaatkan sebagai
energy panas atau listrik bagi masyarakat sekitar, dijadikan produk daur ulang, misalnya
souvenir, vas bunga, tas, pupuk dan sebagainya.
2. Mengadakan tempat sampah yang terpisah antar jenis-jenis sampah dan pengangkutan
sampah yang terpisah pula, sehingga sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir
akan terpilah dan lebih mudah dikelola, dan untuk transportasi dapat dilakukan
penjadwalan pengangkutan sampah berdasar jenisnya, atau dilakukan penambahan armada
sehingga setiap hari semua jenis sampah akan terangkut.
3. Membebaskan lahan untuk memperluas kawasan penampungan sampah di TPA.

DAFTAR RUJUKAN
Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R, 1977, Integrated Solid Waste Manajement,
Mc.Graw Hill: Kogakusha, LTd
BSN. 1998. Tata Cara Perencanaa TPA Sampah. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
http://suryamalang.tribunnews.com/2017/03/30/tidak-semua-sampah-terangkut-ke-tpa-supit-
urang-kota-malang-ini-penyebabnya (diakses pada tanggal 11 April 2018)

Anda mungkin juga menyukai