MODUL
6
Materi Pembelajaran : Sesi 1
1. Jenis Alat Pengikat.
Alat Pengikat
Struktural
(Structural
Fastener)
2. Alat Pengikat Dari Paku Keling (Rivet).
a. Sejarah.
b. Cara pemasangan paku keling.
c. Mutu paku keling.
d. Susunan, ukuran dan jarak antara paku.
3. Alat Sambungan Baut.
a. Baut mutu tinggi.
b. Cara pemasangan baut.
c. Susunan, ukuran dan jarak antara baut.
d. Ukuran lobang baut.
4. Bentuk Kegagalan (Failure) Sambungan Baut/Paku Keling.
a. Robeknya pelat pada daerah sambungan (Tearing failure of plate).
b. Keruntuhan geser pada baut/paku keling (Shear failure of bolt / rivet).
c. Keruntuhan geser pada pelat yang disambung/pelat penyambung (Shear failure of plate).
d. Keruntuhan tumpu pada pelat (Bearing failure of plate).
e. Keruntuhan blok geser pada pelat (Shear block failure of plate).
f. Keruntuhan tumpu pada baut (Bearing failure of bolt).
5. Kekuatan Sambungan Baut/Paku Keling.
a. Kekuatan Baut/Paku Keling.
b. Baut tipe friksi.
c. Baut tipe tumpu.
c1). Kekuatan geser nominal baut/paku keling.
c2). Kekuatan tumpu nominal.
6. Contoh Soal.
Tujuan Pembelajaran :
§ Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai jenis alat pengikat,bentuk kegagalan
pada sambungan, kekuatan baut dan paku keling .
Daftar Pustaka :
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.
c) Geoffrey L. Kulak, John W. Fisher, John H. A., “Guide to Design Criteria for Bolted and Riveted Joints”, 2 nd,
AMERICAN INSTITUTE OF STEEL CONSTRUCTION, Inc. 2001.
d) M. D’Aniello, F. Portioli, L. Fiorino, R. Landolfo, “Experimental investigation on shear behaviour of riveted
connections in steel structures”, Engineering Structures 33 (2011) 516–531
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
ALAT PENGIKAT STRUKTURAL
(STRUCTURAL FASTENER)
Gambar 1 : Struktur rangka atap dengan alat pengikat paku keling (rivet)
2
Sambungan dilas
Paku keling (rivet) telah lama dikenal yaitu pada saat hari-hari besi dan baja, jenis
paku keling yang dimasukkan dalam keadaan panas (hot driven rivet) telah diketahui
mempunyai kekuatan yang mengikat. Pada saat pendinginan paku keling menyusut,
sehingga memberikan kekuatan menjepit. Namun jumlah kekuatan menjepit yang dihasilkan
oleh pendinginan bervariasi dari paku keling yang satu dengan paku keling yang lain, oleh
karena itu tidak dapat diandalkan dalam perhitungan disain.
Gambar 5 : Cara menginstalasi paku keling dengan palu (hot driven rivet).
Sumber : William Vermes, P.E., “Design and Performance of Riveted Bridge
Connections”, Euthenics, Inc.,October 24, 2007
Paku keling dimasukkan kedalam lobang paku dengan diameter 1/16 in (1,6 mm)
lebih besar dari diameter dari paku. Pada saat pemasangan, paku dalam keadaan panas,
gambar (5), kemudian didorong dengan menggunakan alat yang disebut pneumatic hammer
(palu bertekanan), gambar (6).
Paku keling dibuat dari baja batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala
disalah satu ujungnya, gambar (7). Baja paku keling adalah baja karbon sedang dengan
identifikasi ASTM A502 mutu (grade) 1 dengan fy = 28 ksi (195 MPa), dan mutu 2, fy = 38
Charles G. Salmon : STRUKTUR BAJA
ksi (260 MPa) .
Gambar 7 : Bentuk-bentuk paku keling.
Sumber : Geoffrey L. Kulak, John W. Fisher, John H. A., “Guide to Design Criteria for Bolted and
Riveted Joints”, 2 nd, AMERICAN INSTITUTE OF STEEL CONSTRUCTION, Inc. 2001
S1 S1
U
U
U
U
U
U
S1 S1
S1 S S S1 S1 S2 S2 S1
t1
t3
t2
t4
Sumber : Charles G. Salmon, “Steel Structures Design and Behavior”, 5th Edition, 2009
Baut mutu tinggi dapat direncanakan sebagai sambungan tipe friksi (tanpa ada slip
pada bagian-bagian sambungan), tetapi dapat juga direncanakan sebagai sambungan tipe
tumpu.
Tabel 2 : Karakteristik baut mutu tinggi.
Sumber : Charles G. Salmon, “Steel Structures Design and Behavior”, 5th Edition, 2009
Hasil putaran ini memberikan gaya tarik minimum dalam baut pengikat, seperti tertera dalam
tabel SNI pasal 18.2.5.1 berikut,
Bearing
Fracture
Bearing
Yield
Gambar 15 : Tipe fraktur dan leleh bidang tumpu pada pelat.
Sumber : AISC Presentation.
11
e). Keruntuhan blok geser pada pelat
(Shear block failure of plate).
SNI 03-1729-2002 pasal 13.2.2. menyatakan, suatu baut yang memikul gaya terfaktor,
Ru harus memenuhi syarat berikut,
Ru £ f Rn ......(1)
Dimana
f = faktor reduksi kekuatan (tabel 6.4.2) = 0,75
Rn = kuat nominal baut.
Sesuai dengan cara bekerjanya baut maka baut dibedakan dalam dua type yaitu type
friksi (friction type) dan type tumpu (bearing type). Pada baut type friksi, kekuatan baut
didapat dari gesekan (friction) yang terjadi antar pelat atau batang yang disambung.
Sedangkan pada baut type tumpu, kekuatan baut didapat dari adanya gaya tumpu pada bidang
kontak antara baut dan pelat yang disambung, atau kemampuan menahan geseran pada
penampang baut.
Baut type ini sering dikenal dengan istilah slip-critical connections yaitu baut yang
mengandalkan kekuatan slip antara permukaan batang yang disambung. Agar baut type ini
bekerja maka diperlukan suatu alat yang dapat mengencangkan baut atau memberikan
momen torsi pada baut sedemikian sehingga baut mengalami prategang tarik.
Pada sambungan tipe friksi yang mengunakan baut mutu tinggi yang slipnya dibatasi,
satu baut yang hanya memikul gaya geser terfaktor, dalam bidang permukaan friksi harus
memenuhi:
Ru £ f Rn ......(2)
Kuat geser mominal satu baut dalam sambungan tipe friksi yang ditentukan sebagai berikut:
Rn = 1,13 m . m . Tb
......(3)
Dimana,
m = 0,35 koefisien gesek untuk bidang kontak dalam keadaan bersih.
m adalah jumlah bidang geser.
Tb adalah gaya tarik baut minimum, lihat tabel (3) diatas.
f = 1,0 untuk lubang standar.
f = 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar.
f = 0,70 untuk lubang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya.
f = 0,60 untuk lubang selot panjang sejajar arah kerja gaya.
Resultant
Clamping
Forces
Plane Of Friction
Bolt
Tension
Tb
Baut pada sambungan yang slipnya dibatasi dan memikul gaya tarik terfaktor, Tu,
harus memenuhi ketentuan diatas dengan kuat rencana slip Ru = f Rn direduksi dengan faktor
é Tu ù
ê1 - 1,13T ú ......(4)
ë bû
Pada baut type tumpu, keruntuhan sambungan dapat terjadi karena keruntuhan geser
pada baut atau keruntuhan tumpu pada elemen yang disambung seperti pelat/batang.
Kuat geser nominal yang diberikan oleh satu buah baut yang mengalami geser pada
penampangnya adalah,
Rn = m . r 1. f ub . Ab ......(5)
Dimana,
m = jumlah bidang geser (lihat gambar 11).
r1 = 0,5 untuk bidang geser baut tak berulir.
= 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
= 0,6 untuk paku keling.
f ub = kuat tarik putus baut (MPa).
2
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm ).
(a) (b)
Gambar 19 : Bidang geser baut, gambar (a) r1 = 0,5, gambar (b) r1 = 0,4.
Untuk paku keling r1 = 0,6.
Kekuatan tumpu nominal tergantung kepada kondisi terlemah antara baut dan
pelat/batang yang disambung, dihitung dengan cara sebagai berikut,
Rn = n . d b .t p . ......(6)
Dimana, fu
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
= 2,0 untuk lobang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya.
db = diameter baut bagian tidak berulir (mm).
tp = tebal pelat/batang terkecil (mm).
fu = tegangan tarik putus baut/pelat/batang, sesuai mutu baja (MPa).
Rn = f ub . Ab ......(7)
Dimana,
b
fu = kuat tarik putus baut (MPa).
2
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm ).
6. CONTOH SOAL
6.1.). Sebuah sambungan terdiri dari dua buah pelat 5 x 200 mm disambung dengan
satu buah pelat 8 x 200 mm, mutu baja BJ-37, seperti pada gambar dibawah mengalami
gaya tarik sentris, yang terdiri dari muatan mati D = 10 ton, muatan hidup L = 7 ton.
Sambungan menggunakan baut biasa dengan mutu BJ-37. Rencanakan sambungan
tersebut, lakukanlah evaluasi terhadap kekuatannya.
200 mm
1/2Ru
5 mm
8 mm Ru
5 mm
1/2Ru
Gambar 20 : Sambungan pelat.
PERENCANAAN
a). Tegangan izin Baja BJ-37
Baut, fy = 240 MPa. Pelat, fy = 240 MPa.
fu = 370 MPa. fu = 370 MPa.
Rn = m . 1r . uf b . Ab
Dimana,
m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
2 2 2
Ab = ¼ p d = 0,25 . (3,14) . (12 mm) = 113,04 mm .
Maka,
2
Rn = (2) . (0,4) . (370 MPa) . (113,04 mm ) = 33459,8 N = 33,46 kN.
f Rn = 0,75 . (33,46 Kn) = 25,09 kN.
Rn = n . d b .t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 12 mm.
tp = 8 mm.
Maka,
Rn = (2,4) . (12 mm) . (8 mm) . (370 MPa) = 85248,0 N = 85,25 kN.
f Rn = 0,75 . (85,25 kN) = 63,94 kN.
200 mm
Keterangan : S1 = 2 d = 30 mm ; U = 140 mm ; S = 3 d = 40 mm
Gambar 21 : Sambungan pelat dengan pengikat baut.
EVALUASI
a). Baut.
Jumlah daya dukung 10 buah baut,
R u = 10 . fRn = 10 . (25,09 kN) = 250,9 kN = 25,09 ton > 23,2
ton. (memenuhi)
b). Pelat.
b1). Pemeriksaan terhadap syarat luas penampang minimum dan shear leg.
Luas penampang bruto,
2
Ab = (8 mm) . (200 mm) = 1600 mm .
Maka kondisi geser blok adalah geser fraktur dengan tarik leleh,
Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt
2 2
= 0,6 . (370 MPa) . (2032 mm ) + (240 MPa) . (480 mm )
Nn = 566304 N = 566,3 kN = 56,63 ton > 23,2 ton (memenuhi).
2). Pada soal yang sama, apabila digunakan baut mutu tinggi ASTM A325, dengan
diameter baut nominal 1/2“ (12,7 mm), diameter lobang 9/16” (14,3 mm), berapakah jumlah
baut yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan apabila sambungan type tumpu dan tipe friksi.
PERENCANAAN
a). Kekuatan Baja.
- Pelat BJ-37, fy = 240 MPa.
fu = 370 MPa.
Rn = m . 1r . uf b . Ab
Dimana,
m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
2 2 2
Ab = ¼ p d = 0,25 . (3,14) . (12,7 mm) = 166,94 mm .
f ub = 825 MPa.
Maka,
2
Rn = (2) . (0,4) . (825 MPa) . (166,94 mm ) = 110180,4 N = 110,18 kN.
f Rn = 0,75 . (110,18 Kn) = 82,64 kN = 8,26 ton.
Rn = n . d b .t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 12,7 mm.
tp = 8 mm.
b
fu = 825 MPa.
Maka,
Rn = (2,4) . (12,7 mm) . (8 mm) . (825 MPa) = 201168,0 N = 201,17 kN.
f Rn = 0,75 . (201,17 kN) =150,88 kN = 15,09 ton.
Ru 232,0 kN
nb = = = 2,8 buah
f Rn 82,64 kN
Maka,
Rn = 1,13 . (0,35) . (2) . (53,4 kN) = 42,24 kN.
f Rn = (1,0) . (42,4 kN) = 42,24 kN = 4,22 ton.
Ru 232,0 kN
nb = = = 5,5 buah » 6 buah.
f Rn 42,24 kN
e). Kesimpulan.
- Pada sambungan tipe tumpu, jumlah baut cukup hanya 4 buah baut.
- Pada sambungan tipe friksi, jumlah baut yang diperlukan sebanyak 6 buah, dengan
catatan sambungan tidak boleh mengalami slip.
- Apabila ditinjau terhadap ekonomisasi, maka sambungan tipe tumpu lebih ekonomis.
- Apabila ditinjau terhadap kekuatan sambungan, maka sambungan tipe friksi tentu lebih
kuat, sebab apabila terjadi slip maka sambungan tipe friksi berobah menjadi sambungan
tipe tumpu dengan kekuatan yang lebih besar karena jumlah bautnya lebih banyak.
LAMPIRAN
Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RSCC c/o AISC, 2004.
Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RCSC c/o AISC, 2004.
Tabel 7 : Dimensi nominal lobang baut..
Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RCSC c/o AISC, 2004.
11