Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

TIM PENYUSUN:
Rini Hamsidi S.Farm., M.Farm., Apt

Andi Eka Purnama Putri S.Farm., M.Sc., Apt

Dian Munasari S.Farm., M.Si., Apt

Hasnawati S.Si., M.Sc

LABORATORIUM PENDIDIKAN DAN KOMPUTASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

2016

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, buku petunjuk praktikum Farmakognosi ini berhasil disusun.


Petunjuk ini disusun sebagai sarana untuk memudahkan mahasiswa dalam pelaksanaan
praktikum Farmakognosi DI Fakultas Farmasi Universitas Haluoleo. Buku petunjuk ini
disusun berdasarkan pada materi kuliah farmakognosi I dan II dengan mengacu pada buku-
buku standar dan perkembangan obat alam. Akhir kata, buku petunjuk ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk membantu
penyernpurnaan praktikum ini agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya Farmakognosi.

Kendari, September 2016

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………............................................................................... i

Daftar Isi ...................................................................................................................................... ii

Tata tertib..................................................................................................................................... iii

Standart Operating Procedure (SOP) Praktikum........................................................................... iv

Panduan penyusunan laporan........................................................................................................ v

Evaluasi praktikum........................................................................................................................ vi

Panduan penilaian......................................................................................................................... vii

Percobaan I.................................................................................................................................... 3

Percobaan II................................................................................................................................... 5

Percobaan III................................................................................................................................ 7

Percobaan IV .............................................................................................................................. 11

Percobaan V ............................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………39

iii
I. Tata Tertib Laboratorium
1. Berlaku sopan, santun dan menjunjung etika akademik dalam laboratorium
2. Menjunjung tinggi dan menghargai staf laboratorium dan sesama pengguna
laboratorium
3. Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang laboratorium
4. Peserta praktikum berikut : mengenakan pakaian/kaos oblong, memakai sandal, tidak
memakai jas/pakaian laboratorium; tidak boleh memasuki laboratorium dan/atau TIDAK
BOLEH MENGIKUTI PRAKTIKUM
5. Peserta praktikum dilarang merokok, makan dan minum, membuat kericuhan selama
kegiatan praktikum dan di dalam ruang laboratorium
6. Tidak boleh menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di laboratorium yang
tidak sesuai dengan acara praktikum matakuliah yang diambil.
7. Membersihkan peralatan yang digunakan dalam praktikum maupun penelitian dan
mengembalikannya kepada petugas laboratorium
8. Membaca, memahami dan mengikuti prosedur operasional untuk setiap peralatan dan
kegiatan selama praktikum dan di ruang laboratorium
9. Selama kegiatan praktikum, TIDAK BOLEH menggunakan handphone untuk
pembicaraan dan/atau SMS

II. Sanksi
1. Peserta praktikum yang tidak mematuhi tata tertib TIDAK BOLEH masuk dan mengikuti
kegiatan praktikum di ruang laboratorium
2. Peserta praktikum yang datang terlambat (tidak sesuai kesepakatan), tidak memakai jas
lab, tidak memakai sepatu, tidak memakai baju berkerah/kaos berkerah, dan/atau tidak
membawa petunjuk praktikum, tetap diperbolehkan masuk laboratorium tetapi TIDAK
BOLEH MENGIKUTI KEGIATAN PRAKTIKUM.
3. Mahasiswa yang mendaftarkan diri melebihi batas waktu yang ditentukan tetap
diperbolehkan mengikuti kegiatan praktikum hanya jika dapat menunjukkan surat
keterangan dari dokter (jika sakit), dosen wali (untuk alasan tertentu), atau penanggung
jawab matakuliah (PJMK); dan hanya acara praktikum yang tersisa yang dapat diikuti
dengan berbagai konsekuensinya.
4. Peserta praktikum yang memindahkan dan/atau menggunakan peralatan praktikum tidak
sesuai dengan yang tercantum dalam petunjuk praktikum dan berkas peminjaman alat,
kegiatan praktikum yang dilaksanakan akan dihentikan dan praktikum yang
bersangkutan dibatalkan.
5. Peserta praktikum yang telah dua (2) kali tidak mengikuti acara praktikum dinyatakan
GUGUR dan harus mengulang pada semester berikutnya, kecuali ada keterangan dari
ketua jurusan/kepala laboratorium atau surat dari dokter.
6. Peserta praktikum yang mengumpulkan laporan praktikum terlambat satu (1) hari, tetap
diberikan nilai sebesar 75%, sedangkan keterlambatan lebih dari satu (1) hari, diberikan
nilai 0%.
7. Plagiat dan kecurangan sejenisnya selama kegiatan praktikum maupun penyusunan
laporan praktikum, pekerjaan dari kegiatan yang bersangkutan diberikan penilaian 25%.
8. Peserta praktikum yang telah menghilangkan, merusak atau memecahkan peralatan
praktikum harus mengganti sesuai dengan spesifikasi alat yang dimaksud, dengan
kesepakatan antara laboran, pembimbing praktikum dan kepala laboratorium.
Prosentase pengantian alat yang hilang, rusak atau pecah disesuaikan dengan jenis alat
atau tingkat kerusakan dari alat.
9. Apabila peserta praktikum sampai dengan jangka waktu yang ditentukan tidak bisa
mengganti alat tersebut, maka peserta praktikum TIDAK BOLEH mengikuti ujian akhir

iv
semester (UAS); dan apabila peserta praktikum tidak sanggup mengganti alat yang
hilang, rusak atau pecah dikarenakan harga alat mahal atau alat tidak ada dipasaran,
maka nilai penggantian ditetapkan atas kesepakatan antara ketua jurusan, pembimbing
praktikum dan peserta praktikum (atau peminjam).

v
SOP PRAKTIKUM

1. Sebelum kegiatan praktikum dimulai, koordinator praktikum menyerahkan berkas peminjaman


alat & bahan yang telah ditandatangani oleh pembimbing praktikum kepada staf administrasi
laboratorium.
2. Staf administrasi laboratorium menyerahkan berkas peminjaman alat dan bahan kepada kepala
laboratorium.
3. Kepala laboratorium memberikan memo kepada staf administrasi untuk dilanjutkan kepada
laboran.
4. Laboran menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan praktikum sesuai dengan berkas
peminjaman alat dan bahan.
5. Koordinator asisten praktikum melakukan pengecekan alat dan bahan yang telah disediakan.
6. Bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian antara daftar, jenis maupun jumlah alat serta bahan
sebagaimana berkas peminjaman, segera melapor kepada laboran.
7. Setelah memastikan peralatan serta bahan dalam kondisi baik dan berfungsi sebagaimana
mestinya, serta spesifikasinya sesuai dengan berkas peminjaman, asisten praktikum mengisi
buku peminjaman alat dan bahan.
8. Saat kegiatan praktikum berlangsung, peralatan tidak boleh dipinjamkan atau dipindah ke
tempat lain; selain judul acara praktikum yang tercantum dalam petunjuk praktikum dan
berkas peminjaman alat dan bahan.
9. Setelah kegiatan praktikum selesai, asisten praktikum segera melapor pada laboran.
10. Peserta praktikum harus membersihkan peralatan, meja dan ruang praktikum, serta
merapikannya.
11. Asisten praktikum bersama laboran melakukan cek atas peralatan yang dipinjam dan
digunakan dalam kegiatan praktikum, untuk memastikan kondisinya sama dengan saat
peralatan akan dipinjam dan digunakan.
12. Peserta praktikum diperbolehkan meninggalkan ruangan laboratorium jika cek peralatan
selesai, kondisi laboratorium bersih dan rapi serta diijinkan oleh asisten praktikum

vi
PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan diketik (microsoft word)

Cover : judul percobaan, nama dan anggota kelompok, logo universitas

Pendahuluan : tujuan percobaan, dasar teori

Prosedur percobaan : alat, dan bahan, cara kerja

Hasil dan pembahasan

kesimpulan

vii
PANDUAN PENILAIAN PRAKTIKUM

Tugas pendahuluan : 10%

Pre test : 10%

Laporan sementara : 20%

Laporan praktikum : 20%

Responsi : 30%

Keaktifan dan kehadiran : 10%

viii
PERCOBAAN I

PEMBUATAN SIMPLISIA

1. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat membuat simplisia dari
bagian-bagian tumbuhan.
2. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
perubahan apapun dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan.
Tahap-tahap pembuatan simplisia:
1. Pengumpulan bahan baku. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada
bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen, waktu
panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun pengolahan simplisia
tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan
dapat menimbulkan toksik apabila dikonsumsi.
2. Sortasi basah.
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan asing yang tidak berguna atau
berbahaya dalam pembuatan simplisia Penyortiran segera dilakukan setelah bahan selesai
dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan yang
dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.
3. Pencucian.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba
yang menempel pada bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia.
Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air, sumur atau PAM.
4. Pengeringan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan. suhu pengeringan
bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara
suhu 30o-90o C. Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari
suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya
memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata dan pada
saat tertentu dibalik agar panas merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga
praktis, namun juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol,
memerlukan area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung cuaca, mudah
terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama. Dengan menurunkan kadar air dapat
mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah
terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia
tanaman obat maksimal 10%.

ix
Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa simpan,
mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam
pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih
tinggi.
5. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan
sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian-bagian yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal.
6. Pengemasan dan Penyimpanan
Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak
berracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan diberi
dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan pengepakan
dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah
mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia
disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari
langsung

3. BAHAN UJI DAN ALAT

- Daun : Jambu biji (Psidium guajava), Jambu mete (Anacadium occidentale), Kumis kucing
(Orthosiphon aristatus), daun salam (Syzygium polyanthum)
- kulit batang: kulit manis jangan (Cinnanom burmanii)
-akar dan rimpang : Rimpang temu lawak (Curcuma xanthorizza), Kunyit (Curcuma
domestica),kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Alpinia galanga)
-Daging buah :Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa), Mengkudu (Morinda citrifolia)
-Biji : pala (Myristicea fragransi)
4. CARA KERJA
1. Buatlah simplisia dari masing-masing bahan baku tumbuhan di atas

IV. TUGAS
1. Buatlah dokumentasi dari masing-masing proses pembuatan simplisia tersebut
2. Simpan simplisia dalam toples kaca.

PERCOBAAN II

x
PEMERIKSAAN HAKSEL SECARA MAKROSKOPIK

1. TUJUAN PERCOBAAN
Sesudah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan
identifikasi beberapa macam haksel yang biasa digunakan dalam ramuan untuk pengobatan
atau tersedia di apotek.

2. DASAR TEORI
Haksel adalah simplisia dalam bentuk rajangan, irisan, fragmen atau utuh yang
biasanya terdapat dalam ramuan atau sediaan (haksel tidak berbentuk serbuk). Pertelaan atau
deskripsi yang diperlukan dalarn mendeskripsikan suatu simplisia meliputi tumbuhan atau
tanaman asal, suku atau familia, bentuk sediaan dan pertelaan secara organoleptis, ciri
khas (bila ada), ukuran bila perlu, serta gambar dari contoh simplisia yang dideskripsikan.

3. BAHAN DAN ALAT


Bahan uji yang diperiksa yaitu simplisia yang berasal dari daun, kulit batang, akar
dan rimpang :
-Daun Jambu biji (Psidium guajava)
-Daun Jambu mete (Anacadium occidentale),
-Daun Kumis kucing (Orthosiphon aristatus),
-Daun salam (Syzygium polyanthum)
-Kulit manis jangan (Cinnanom burmanii)
-Rimpang temu lawak (Curcuma xanthorizza),
-Rimpang Kunyit (Curcuma domestica),
-Rimpang kencur (Kaempferia galanga),
-Rimpang lengkuas (Alpinia galanga)
-Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa),
-Buah Mengkudu (Morinda citrifolia)
-Biji pala (Myristicea fragransi)
Alat Yang digunakan :Kaca pembesar (loup), Pensil, Kertas Gambar

4. PROSEDUR KERJA

xi
Ambil sedikit contoh yang dapat mewakili (representatif) simplisia yang akan diperiksa.
Deskripsikan pemeriaannya secara umum, dan sebutkan ciri-ciri khas / spesifik yang mungkin
dimiliki. Lakukan uji secara organoleptis (warna, bau, dan rasa), jika perlu haksel dapat
dirobek, dipatahkan atau dirernuk.

5. LEMBAR TUGAS
1. Gambarlah contoh simplisia yang telah anda periksa pada buku kerja
2. Sebutkan tanaman asal dari simplisia yang anda periksa beserta khasiatnya dalarn
pengobatan
3. Deskripsikan pemerian dan ciri organoleptis dari masing-masing haksel

xii
PERCOBAAN III
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
1. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari masing-masing
simplisia secara mikroskopik,

2. DASAR TEORI
Pemeriksaan mutu simplisia umumnya diawali begitu sampai pada tahap akhir proses
penyimpanan simplisia, yaitu setelah dilakukan sortasi kering. Untuk memeriksa mutu
simplisia sudah ada pedoman resmi dari Departemen Kesehatan RI yaitu monografi-
monografi yang tertera dalam Farmakope Herbal Indonesia (FHI), dan Materia Medika
Indonesia(MMI). Pengujian mutu simplisia meliputi pemeriksaan

a. Organoleptis

b. Kebenaran jenis simplisia, yang dapat ditentukan secara

1. makroskopik dan mikroskopik

2. identifikasi komponen kimiawi dominan dalam simplisia secara kualitatif dan


kuantitatif

c. Kadar air dan susut pengeringan dengan metode resmi yang berlaku atau metode lain yang
sesuai

d. Kemurnian sari yang terlarut dalam etanol, batas bahan organik asing dan kadar abu

e. Pemeriksaan aktivitas farmakologi

f. Untuk simplisia asal kultur jaringan dilakukan pemeriksaan cemaran pestisida (apabila
diperlukan)

Metode mikroskopi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pemalsuan simplisia, namun terbatas pada segi kualitatif saja.
Untuk maksud ini, penganalisis harus memahami betul ciri khas dari setiap simplisia secara
mikroskopi.

Yang dirnaksud haksel adalah simplisia dalam bentuk rajangan, irisan, fragmen atau
utuh yang biasanya terdapat dalam ramuan atau sediaan (haksel tidak berbentuk serbuk).

Pertelaan atau deskripsi yang diperlukan dalarn mendeskripsikan suatu simplisia


meliputi tumbuhan atau tanaman asal, suku atau familia, bentuk sediaan dan pertelaan

xiii
secara organoleptis, ciri khas (bila ada), ukuran bila perlu, serta gambar dari contoh simplisia
yang dideskripsikan.

3. ALAT DAN BAHAN


Bahan : simplisia dari daun, batang, akar/rimpang, dan biji/buah, larutan kloralhidrat

Alat yang diperlukan : gelas obyek, lampu spiritus, gelas penutup, penjepit, mikroskop, kertas
dan pensil, pipet tetes

4. PROSEDUR KERJA
1. Ambil sedikit serbuk simplisisa yang akan diperiksa, letakkan di atas gelas obyek. Hangatkan
di atas lampu spiritus, dan dijaga agar jangan sampai mendidih. Tutup dengan gelas
penutup.
2. Amati masing-masing simplisia yang telah diperlakukan sesuai dengan cara pada point 1.
Gunakan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.

5. LEMBAR KERJA
1. Gambarlah hasil pengamatan yang telah anda peroleh pada lembar kerja. Tunjukkan
bagian-bagian atau fragmen-fragmen sel yang anda temukan pada pengamatan untuk
masing-mamg simplisia. Bandingkan dengan gambar yang ada pada buku standar (MMI dan
FHI).

xiv
PERCOBAAN IV
IDENTIFIKASI KIMIAWI SIMPLISIA
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi secara kimiawi pada masing-masing simplisia

2. DASAR TEORI

Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimia melainkan
dapat disembuhkan dengan obat alami dari tumbuhan (Depkes RI, 1995).

Untuk mengetahui mutu dari simplisia yang akan kita gunakan, dapat dilakukan pemeriksaan
yaitu secara organoleptik, makroskopik, mikroskopik, serta secara kimia. Mengetahui kandungan
senyawa apa saja yang terkandung dalam simplisia yang akan kita gunakan juga penting dalam
pemanfaatan simplisia tersebut untuk pengobatan (Depkes RI, 2007).

Dari uraian tersebut maka praktikan melakukan identifikasi simplisia, uji kemurnian, dan
skrining fitokimia sehingga dapat diketahui kemurnian dan senyawa apa saja yang terkandung
dalam simplisia tersebut. Identifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu
metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji secara kualitatif
adanya senyawa kandungan dalam sampel yang digunakan seperti misalnya tanin, saponin,
flavonoid, steroid terpenoid, alkaloid, serta kandungan kimia lainnya (Depkes RI, 2007).

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada suatu
tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal untuk menentukan metode ekstraksi yang akan
digunakan agar komponen aktif yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara optimal
(Gembog, 2001).

3. BAHAN DAN ALAT


4. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan serbuk simpleks

Pengumpulan bahan simpleks (seluruh tumbuhan atau bagian tumbuhan tertentu)


dilakukan dari daerah tertentu, pada bulan tertentu, berasal dari tumbuhan tertentu yang
berada dalam masa tertentu. Bahan yang sudah dikumpulkan tersebut dicuci dengan air
mengalir, kemudian dikeringkan dengan cepat. Pengeringan dapat dilakukan dengan
jalan diangin-anginkan dalam suhu kamar, dipanaskan dalam almari pemanas yang
dilengkapi dengan kipas angin, atau dijemur dibawah sinar matahari langsung dengan
ditutupi kain hitam. Setelah simpleks kering dan mudah dihancurkan, diserbuk dengan cara
digiling atau cara lain, diayak, sehingga diperoleh serbuk simpleks yang kering yang siap
untuk diteliti.

xv
2. Uji pendahuluan

Serbuk simpleks kering dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama 30 menit di atas
penangas air mendidih. Larutan yang terjadi disaring melalui kapas. Suatu larutan yang
berwarna kuning sampai merah. Menunjukkan adanya senyawa yang mengandung
kromofor (flavonoid, antrakinon, dsb.), dengan gugus hidrofilik (gugus gula, asam,
fenolat, dsb.). Pada penambahan KOH (3 tetes) warna larutan menjadi lebih intensif.

3. Identifikasi Alkaloid

Serbuk tumbuhan (2 g) dipanaskan dalam tabung reaksi besar dengan asam klorida 1%
sebanyak 10 ml selama 30 menit dalam penangas air mendidih. Suspensi disaring dengan
kapas ke dalam tabung reaski A dan tabung reaksi B sama banyak. Larutan pada tabung
A dibagi dua sama banyak, kemudian kedalam larutan dalam tabung A-1
ditambahkanpereaksi Dragendorf sebanyak 3 tetes, dan kepada larutan dalam tabungA-2
ditambahkan pereaksi Mayer 3 tetes. Terbentuknya endapan dengan kedua pereaksi
pengendap alkaloid tersebut menunjukkan adanya alkaloid. Adanya alkaloid dari basa-basa
tersier atau kuarterner dapat ditunjukkan dengan penambahan serbuk natrium karbonat
sampai pH 8 - 9, kernudian dicampur dengan 4 ml kloroform, aduk pelan-pelan. Setelah
kloroform memisah, diambil dengan pipet dan ditambah dengan asam asetat sampai pH
5. Aduk dan pisahkan lapisan atas dengan pipet. Tambahkan 5 tetes pereaksi
Dragendorf pada lapisan atas yang diperoleh. Terbentuknya endapan menunjukkan
adanya alkaloid dari basa kuarterner. Kemudian lapisan bawah ditambah asam klorida 1%
sebanyak 10 tetes, diaduk dan pisahkan lapisan atas. Tambahkan 2 tetes pereaksi
Dragendorf.Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloida dari basa tersier.

4. Identifikasi Antrakinon.

Sebanyak 300 mng serbuk simpleks dididihkan selama 2 menit dengan 10 ml KOH 0,5N dan
1 ml larutan hidrogen peroksida. Setelah dingin, suspensi disaring melalui kapas. Filtrat
sebanyak 5 ml ditambah dengan asam asetat sebanyak 10 tetes sampai pH 5 kemudian
ditambah toluena sebanyak 10 ml. Lapisan atas sebanyak 5 ml dipindahkan dengan
pipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah KOH 0,5N. Warna
merah yang terjadi pada lapisar air (basa) menunjukkan adanya senyawa antrakinon.

5. Identifikasi Polifenol

Sebanyak 2 g serbuk simpleks dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama l0 menit diatas
penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin ditambah pereaksi besi (III)
klorida febanyak 3 tetes. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya polifenolat.
Uji diulang dengan filtrat hasil pendidihan serbuk simpleks dengan etanol 80% selama
10 menit di atas penangas air.

xvi
6. Identifikasi Tanin

Sebanyak 2 g serbuk simpleks dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama 30 menit di


atas panangas air. Disaring, filtrat sebanyak 5 m1 ditambah dengan natrium klorida 2%
sebanyak1 ml. Bila terjadi suspensi atau endapan, disaring melalui kertas saring. Filtrat
kemudian ditambah dengan larutan gelatin 1% sebanyak 5 ml. Terbentuknya endapan
menunjukkan adanya tanin atau zat samak.

7. Identifikasi Saponin

Sebanyak 100 mg serbuk simpleks ditambah dengan 10 ml air di dalam tabung reaksi, tutup
dan, kocok kuat-kuat selama 30 detik. Biarkan iabung reaksi dalam posisi tegak selama
30menit. Apabila buih yang berbentuk seperti sarang lebah setinggi kurang lebih 3 cm
dari permukaan cairan terbentuk, menunjukkan adanya saponin. Uji lain dilakukan dengan
pipa kapiler diameter 1 mm dan panjang 12,5 mm. Larutan hasil pemanasan serbuk
simpleks sebanyak 2 g dalam 10 ml air selama 30 menit dan telah disaring, dimasukkan
ke dalam pipa kapiler penuh-penuh. Pipa kapiler diletakkan dalam posisi tegak, kemudian
cairan dibiarkan mengalir bebas. Tinggi cairan yang tertinggal dibandingkan dengan
tinggi air suling yang diperlakukan sarna seperti filtrat. Bila tinggi cairan filtrat setengah
atau kurang dari tinggi air suling maka adanyasaponin dapat diperhitungkan.

8. Identifikasi steroid/triterpenoid
500 mg serbuk simplisia tambahkan 20 mL eter dan maserasi selama 2 jam, pindahkan 3
tetes filtrate ke kaca arloji, saring dan ditambah reagent bourchard, jika terbentuk warna biru
golongan steroid, sedangkan jika terbentuk warna ungu golongan triterpenoid.
5. LEMBAR KERJA

1. Tulis dokumentasi hasil identifikasi kimiawi masing-masing simplisia

xvii
PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, DAN MINYAK ATSIRI
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi minyak atsiri secara organoleptik, mikroskopi, kimiawi maupun
kromatografi
2. Mengidentifikasi dan mengetahui kemurnian minyak atsiri tertentu baik secara fisika,
kimia maupun kromatografi
3. Mengidentifikasi minyak lemak secara fisika dan kimia terutama untuk bahan yang
sering digunakan dalam farmasi
2. DASAR TEORI
Minyak lemak, lemak dan lilin dikelompokkan dalam kelompok yang sama karena
memiliki kesamaan komposisi kimia. Semuanya merupakan ester asam lemak yang memiliki
bobot molekul yang tinggi dan memiliki rantai karbon yang panjang baik yang jenuh
maupun yang tak jenuh.
Minyak lemak dan lemak menghasilkan gliserol bila disabunkan (reaksi
saponifikasi), sedangkan lilin tidak dapat tersabunkan. Lilin merupakan alkohol rantai
panjang sehingga tidak larut dalam air. Pada tanaman, lilin terdapat pada dinding luar
lapisan epidermis, biasanya pada buah dan daun. Minyak lemak dan lemak diperoleh dari
tumbuhan maupun hewan. Pemisahan kedua bahan tersebut dapat dilakukan dengan
pemerasan secara dingin maupun dengan pemanasan.
Perbedaan yang nyata antara minyak lemak dengan lemak adalah bahwa minyak
lemak berbentuk cair pada suhu kamar, sedangkan lemak berbentuk padat. Lilin memiliki
kepadatan yang lebih besar daripada lemak dan bersifat rapuh, hal ini antara lain karena lilin
merupakan hidrokarbon rantai panjang. Contoh bahan-bahan yang tergolong minyak lemak,
lemak dan lilin yang banyak digunakan di bidang farmasi adalah :
- Minyak lemak : Oleum sesami, oleum lini, oleum cocos
- Lemak : Oleum cacao, adeps lanae
- Lilin : Cera alba, cera flava, cetaceum.
Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan tumbuhan dengan
beberapa sifat, antara lain : sangat mudah menguap apabila dibiarkan pada udara terbuka,
memiliki bau khas seperti pada tumbuhan aslinya, umumnya tidak berwarna tetapi semakin
lama menjadi gelap karena mengalami oksidasi dan pendamaran. Karena sifatnya yang
mudah menguap, minyak atsiri sering pula disebut sebagai minyak menguap (volatile oil)
atau minyak eteris. Di dalam tumbuhan, minyak atsiri terutama terdistribusi pada daun dan
bunga.

xviii
Berdasarkan kategori familianya, minyak atsiri terakumulasi pada bagian khusus,
misalnya pada trikoma glanduler (Lamiaceae), pada sel parenkim yang termodifikasi
(Piperaceae), pada sel minyak / vittae (Apiaceae), pada kelenjar minyak (Rutaceae,
Pinaceae). Pada tumbuhan dengan familia Coniferaceae, minyak atsiri terdapat hampir pada
seluruh jaringan. Pada familia Rosaceae minyak atsiri terutama terdapat pada petala bunga,
sedangkan pada tumbuhan genus Cinnamon minyak atsiri terdapat pada batang dan juga daun.
Pada familia tumbuhan yang lain, minyak atsiri mungkin terakumulasi pada tempat-tempat
tertentu yang berlainan. Minyak atsiri dapat terjadi langsung dari aktivitas protoplasma,
dekomposisi lapisan resigen dinding sel atau dari hidrolisis senyawa tertentu. Komposisi
minyak atsiri sangat beragam dan terdiri dari beberapa komponen yang sangat kompleks.
Komponen minyak atsiri dapat berupa :
1. Hidrokarbon
Monoterpena (C10H16) terdapat dalam hampir semua minyak atsiri. Seskuiterpena
(C20H32) terdapat dalam banyak minyak atsiri. Diterpena (C20H32) hanya terdapat
pada beberapa minyak atsiri. Terpena merupakan komponen utama minyak atsiri, misalnya
: Fellandren (Piperis nigri Fructus) dan Kadinen (Piper cubebae Fructus)
2. Alkohol
Terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya alkohol alifatik, asiklik, dan dapat pula dalarn
bentuk esternya.misalnya : menthol (Oleum Menthae piperitae) dan d-borneol (Oleum
Cardamomi).
3. Aldehida
Terdapat dalam minyak atsiri dalam bentuk alifatik, asiklik, heterosiklik dan aromatik.
Contoh : Sinamil aldehida, (Oleum Cinnamomi).
4. Keton
Terdapat dalarn minyak atsiri dalam bentuk alifatik, asiklik, heterosiklik dan aromatik.
Contoh : Carvon (Oleum Sinapis dan Oleum Menthae piperitae)
5. Fenol
Bersifat sebagai antiseptik, misalnya : Eugenol (Oleum Carryophylli) dan timol (thymi
herba)
6. Eter fenolat
Anetol (Oleum Anisi) dan Safrol (Oleum Sassafras) metoksi safrol atau miristin (Oleum
Myristicae).
7. Oksida Sineol atau Eukaliptol
Oleurn Eucalypti dan Oleum Cayuputi.
8. Lain-lain

xix
Asam, ester, turunan furan, lakton dan lain-lain.
Meskipun minyak atsiri memiliki keragaman kimiawi yang cukup besar, namun sifat-
sifat fisiknya satusama lain sangat mirip, yaitu bau khas, indeks refraksi yang tinggi,
umumnya bersifat optis aktif dan nilai rotasi yang spesifik, tidak larut dalam air tetapi
larut dalam eter, alkohol dan kebanyakan pelarut organik. Sifat-sifat minyak atsiri tersebut
perlu diketahui dan dipahami dengan benar karena sangat penting untuk analisis minyak atsiri
dan menganalisis adanya pemalsuan dalam suatu sediaan.

2. BAHAN DAN ALAT


BAHAN :
- Minyak cengkeh ( Oleum Caryophilli)
- Minyak kayu manis (Oleum Cinnamomi)
- Minyak mawar (Oleum rosae)
- Serbuk simplisia Cinnamommi cortex
- Serbuk simplisia Piperis nigris fructus
- Minyak Adas (Oleum anisi)
- Minyak kelapa (coconut oil)
- Minyak jagung (corn oil)

3. PEREAKSI DAN ALAT


Bahan yang digunakan :
- Larutan Ferri klorida
- Natrium klorida jenuh
- Petroleum eter
- Kloroform
- Etanol
- Natrium nitrit
- Fenilhidrazin hidroklorida
- Asam asetat glacial
- Natrium hidroksida
Alat yang digunakan :gelas obyek, mikroskop, gelas penutup, dan tabung reaksi besar

4. CARA KERJA
A. Identifikasi minyak atsiri secara umum
1. Teteskan satu tetes minyak atsiri pada permukaan air, maka minyak atsiri akan menyebar
dan air tidak akan menjadikeruh. Bandingkan dengan minyak lemak.
2. Teteskan satu tetes minyak atsiri pada sepotong kertas saring. Bila dibiarkan, maka
minyak atsiri akan menguap dengan sempurna tanpa meninggalkan noda transparan.
Bandingkan dengan minyak lemak.

xx
B. Identifikasi kelarutan minyak atsiri
1. Ukurlah kelarutan minyak atsiri dalam etanol, petroleum eter, dan kloroform. Hitung
berapa tetes pelarut yangdiperlukan untuk melarutkan dengan sempurna satu tetes
minyak atsiri.
C. Identifikasi senyawa fenol dalam minyak atsiri
1. Deteksi adanya senyawa fenol dalam minyak atsiri. Cara: ke dalam 2 rnl larutan
minyak atsiri (25% dalam etanol 95%) tambahkan setetes larutan Ferri klorida. Amati
warna yang terjadi.
2. Deteksi terjadinya reduksi volume minyak atsiri yang mengandung fenol dan
turunannya. Cara : ke dalam 2 ml minyak atsiri, tambahkan larutan Natrium
hidroksida. Kocok pelan-pelan dan amati apakah terjadi reduksi volume.
D. Identifikasi komponen Khusus dalam Minyak atsiri
1. Uji Osazon untuk Oleum Cinnamomi.
Sari 50 mg Cinnamomi Cortex dengan 1 ml kloroform. Sari dibiarkan mengering
di atas gelas obyek, kemudian dicampur dengan 2 tetes larutan fenilhidrazin
hidroklorida dalam air. Amati kristal yang terbentuk di bawah mikroskop.
2. Uji terhadap adanya eugenol dalam Oleum Caryophylli.
Setetes minyak diteteskan masing-masing pada dua buah gelas obyek. Pada salah
satu gelas obyek ditambahkan setetes larutan natrium hidroksida 3% dijenuhi
dengan kalium bromida. Amati kristal natrium eugenolat yang terbentuk di bawah
mikroskop. Pada gelas obyek yang lain ditambah 2 tetes larutan besi (III) klorida,
amati warna yang terjadi.
3. Uji adanya Felandren.
Kocoklah 100 mg serbuk Piperis nigri Fructus dalam 5 ml petroleum eter, saring. Filtrat
di campur dengan 5 ml natrium nitrit (dibuat dan 5 g natrium nitrit dalam 8 ml air),
kemudian tambahkan 5 ml asam asetat glacial sedikit demi sedikit. Tunggu selama 10
menit sampai terbentuk kristal. Amati kristal yang terbentuk di bawah mikroskop.

5. LEMBAR KERJA
Buatlah laporan dari masing-masing uji

xxi
PERCOBAAN VI
SEDIAAN GALENIK
1. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu membuat sediaan galenik dari simplisia.
2. DASAR TEORI
Sediaan galenik adalah suatu sediaan yang dibuat dengan jalan mengekstraksi atau mengisolasi
bahan berkhasiat dari bahan alam (terutama bahan nabati dan hewani). Sediaan galenik
merupakan salah satu sediaan dari obat traditional.
Beberapa sediaan galenik :
1. Tinctura (tingtur)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewan
dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat
dengan menggunakan 20% simplisia untuk zat berkhasiat dan 10% simplisia untuk zat berkhasiat
keras
2. ekstrak
Adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewan
menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk sebagai cairan penyari digunakan air, eter, atau campuran etanol
dan air
3. Infusa
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90o C
selama 15 menit.
4. Aqua aromatica
Larutan jenuh minyak atsiri dalam air. Berupa cairan jernih atau agak keruh mempunyai bau dan
rasa tidak menyimpang dari bau dan minyak atsiri asal. Air aromatica disimpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan ditempat yang sejuk.
3. BAHAN DAN ALAT
BAHAN : minyak adas, minyak mawar, ekstrak jahe, aquadest, talc, etanol 96%
4. PROSEDUR KERJA
1. pembuatan esktrak
1. Bahan 50 g serbuk simplisia ditambahkan etanol 96% sebanyak 100 ml, direndam dan diaduk
hingga merata.

xxii
2. Rendaman disimpan selama 1 hari (24 jam)
3. Rendaman disaring dengan kertasa saring dengan corong burner
4. sari etanol yang diperoleh diuapkan dengan menggunakan evaporator pada suhu tidak lebih
400C
5. larutan kental diambil dari labu alas bulat dan diuapkan diatas waterbath dalam cawan
porselemeguap ad etanol menguap semua
Air aromatica
1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60 ml
etanolb 95%
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat
3. tambahkan 500 mg talk, kocok, diamkan dan saring
4. Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air

5. LEMBAR KERJA
1. tuliskan karakteristik dari ekstrak dan air aromatica yang dibuat

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departernen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departernen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik !ndonesia,
Jakarta

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

Anonirn, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

Bettolo, G.B.M., Nicoletti, M. and Patamia, M., 1981, Plant Screening by Chemical and
Chromatographic Procedurs Under Field Condition, J. of Chromatog., p. 213

Claus, E.P., 1970, Pharmacognosy, Lea & Febiger, Philadelphia

Stahl, E.,……, Drug Analysis by Chromnatography and Microscopy, Ann Arbor Science
Publisher Inc., Michigan

Wagner, H., Bladt, S. and Zgainski. E.M., 1984, Plant Drug Analysis A Thin Layer
Chromatography Atlas, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

xxiv
xxv

Anda mungkin juga menyukai