Anda di halaman 1dari 7

PEREKONOMIAN INDONEISA

SAP 11

KELOMPOK 11

NAMA KELOMPOK :

IVANA ELVARETTA INDRIANTO (1607532026)


PUTU MONICA ANJAYANI (1607532145)
I WAYAN SUKARDIKA (1607532148)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
Program Non Reguler
2018
1) POLA PENERIMAAN NEGARA

Penerimaan pemerintah (baik pemerintah pusat maupun daerah) dapat berasal dari
pungutan pajak maupun bukan pajak, serta sumbangan ataupun bantuan dan pinjaman.
Untuk pemerintah daerah, sumbangan atau bantuan yang terbesar diterima biasanya dari
pemerintah pusat.
Yang termasuk dalam penerimaan bukan pajak, untuk kasus penerimaan pemerintah
daerah ini, adalah seperti: retribusi, hasil penjualan dan/atau penyewaan aktiva (kekayaan)
milik pemerintah daerah, serta hasil pengenaan denda terhadap para pelanggar peraturan.
Penerimaan dari pinjaman dapat berasal dari masyarakat, lembaga-lembaga keuangan
nasional, pemerintah pusat ataupun lembaga-lembaga keuangan internasional seperti: Bank
Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan sebagainya. Pinjaman kepada masyarakat dapat
dilakukan oleh pemerintah daerah melalui penerbitan dan penjualan surat hutang (seperti:
obligasi) di pasar modal. Pinjaman kepada lembaga keuangan nasional umumnya berupa
permohonan kredit.
Komposisi penerimaan pemerintah daerah, yang tercantum dalam APBD, dikelompokkan
sebagai berikut:

a) Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari:


 Hasil pajak daerah
 Hasil dari retribusi daerah
 Hasil dari Perusahaan Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

b) Dana Perimbangan, terdiri dari:


 Bagi Hasil Sumberdaya Alam (Sektor Kehutanan, Pertambangan Umum dan
Perikanan);
 Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Atas Tanahdan Bangunan;
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus.

c) Pinjaman

d) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.


Di luar keempat sumber penerimaan ini, untuk tertib pembukuan, sisa anggaran di tahun
sebelumnya serta dana cadangan yang sengaja diadakan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai keperluan tertentu yang cukup besar di masa datang (investasi), diperlakukan
pula sebagai penerimaan tahun yang berjalan, dan secara eksplisit mesti ditampilkan
dalam APBD pemerintah daerah.

Hasil dari pajak daerah, menurut UU No 34 tahun 2000 itu, untuk Pemerintah Provinsi adalah:
1. Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB);
2. Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB);
3. Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB);
4. Hasil dari Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Permukaan (PABTP).

Sedangkan untuk Pemerintah Kabupaten/Kota adalah:


1. Hasil dari Pajak Reklame;
2. Hasil dari Pajak Hiburan;
3. Hasil dari Pajak Hotel;
4. Hasil dari Pajak Restoran;
5. Hasil dari Pajak Galian C;
6. Hasil dari Pajak Penerangan Jalan Umum;
7. Hasil dari Pajak Parkir.

Hasil penerimaan retribusi, baik untuk Pemerintah Provinsi maupun kabupaten/Kota, adalah:
1. Hasil dari Retribusi jasa Usaha;
2. Hasil dari Retribusi jasa Umum; dan
3. Hasil dari Retribusi Perizinan Tertentu.

2) POLA PENGELUARAN NEGARA

Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah

a) Pengeluaran pemerintah Pusat


Belanja Negara dan daerah dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugaspem
erintahan pusat dan daerah serta pelaksanaan perimbangan keuangan antarapemerintah pu
sat dan daerah. Belanja Negara dan daerah menurut organisasi disesuaikandengan susunan
kementerian Negara atau lembaga pemerintahan pusat.

Belanja pemerintah pusat dikelompokkan sebagai berikut:

 Belanja pemerintah pusat menurut organisasi atau bagian anggaran.


 Belanja pemerintah pusat menurut fungsi. Rincian belanja negara dan daerah
menurut fungsi, terdiri atas pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,
ekonomi,lingkungan hidup, perumahan, dan fasilitas umum, kesehatan,pariwisata,
budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan sosial.
 Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja, meliputi:

Belanja pegawai
Belanja Pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang
diberikan kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri
sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal.
PNS dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS
sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal. Contoh : gaji, tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial
dan lain-lain yang berhubungan dengan pegawai.
Belanja barang
Belanja barang adalah pengeluran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang
habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak
dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada
masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri belanja barang dan jasa, belanja
pemeliharaan dan belanja perjalanan. Belanja barang ini terdiri dari belanja pengadaan
barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan.

b) Pengeluaran pemerintah Negara


Pengeluaran pemerintah Negara terdiri atas pengeluaran belanja,bagi hasil kedaerah
yang menjadi otoritasnya, dan pembiayaan.

Belanja terdiri atas tiga macam:


pengeluaran, yaitu belanja rutin, belanja modal,dan belanja tidak terduga.

1. Pengeluaran rutin, yaitu pembelanjaan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu.


Pembelanjaan yang termasuk dalam posisi, di antaranya:
 Belanja pegawai
 Belanja barang dan jasa
 Belanja pemeliharaan
 Belanja perjalanan dinas
 Belanja pinjaman
 Belanja subsidi
 Belanja hibah
 Belanja bantuan social, dan
 Belanja operasional lainnya.

2. Belanja modal, terdiri atas belanja aset tetap dan belanja asset lainnya
3. Adapun belanja tidak terduga, yaitu pengeluaran yang tidak diperkirakan
sebelumnya.

c) Pengeluaran pemerintah Daerah


Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk
kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Pemerintah
Daerah meliputi:

 Dana Bagi Hasil


 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus
 Dana Otonomi Khusus.

1. Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi
2. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang di alokasikan pada setiap daerah
Otonom di Indonesia sebagai dana pembangunan.
3. Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. DAK termasuk Dana Perimbangan, di samping Dana Alokasi
Umum (DAU).
4. Dana otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksaan
otonomi khusus suatu daerah. Contohnya : Aceh, dan Papua.

3) KEBIJAKAN PERPAJAKAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH

Kebijakan fiskal (fiskal policy) adalah implementasi dari bentuk operasional kebijakan
anggaran yang dilakukan pemerintah dalam mengatur keuangan negara. Arah kebijakan
ditekankan pengalokasian pengeluaran negara dan penerimaan negara terkhusus pada
perpajakan, contohnya saja tinggi rendahnya pajak, atau bahkan pembebasan pajak dalam
pengendalian perekonomian untuk mencapai tujuan nasional. Dalam menjalankan kebijakan
sangat efektif apalagi dibarengi dengan kebijakan moneter.
Adapun tujuan dilakukannya kebijakan fiskal dan macam-macam kebijakan
fiskal adalah sebagai berikut :

1.Tujuan Kebijakan Fiskal


Adapun tujuan-tujuan dari terjadinya dan berlangsungnya kebijakan fiskal antaralain sebagai
berikut.
 Mencapai stabilitas perekonomian
 Memacu dan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
 Memperluas dan menciptakan lapangan kerja
 Menciptakan terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat
 Mewujudkan pendistribusian dan pemerataan pendapatan.
 Mencegah pengangguran dan menstabilkan harga
Permasalahan umum dalam kegiatan ekonomi adalah inflasi. Inflasi adalah jumlah uang
beredar dimasyarakat yang besar dibandingkan jumlah barang dan jasa akan menyebabkan
kenaikan harga-harga barang. Cara-cara dalam menghadapi inflasi melalui kebijakan fiskal
antara lain sebagai berikut.

Cara Alternatif Dalam menganggulangi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal


 Bank Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki otoritas keuangan akan berusaha
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat sampai terciptanya
keseimbangan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia.
 Mengupayakan peningkatan produksi sehingga nantinya jumlah barang atau jasa di
masyarakat bertambah yang selanjutnya akan tercapai keseimbangan antara jumlah
barang/jasa dengan jumlah uang yang beredar

Keputusan Mengatasi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal


 Mengurangi anggaran pengeluaran pemerintah dengan mengoptimalkan pos-pos
vital.
 Meningkatkan perolehan pajak melalui upaya peningkatan kesadaran pajak
masyarakat serta pengenaan tarif pajak yang tinggi untuk beberapa komponen pajak
yang dianggap perlu.
 Melakukan pinjaman pemerintah guna menutup kekurangan yang ada. Tetapi sifat
dari pinjaman yang dilakukan pemerintah hanyalah sebagai pelengkap dalam proses
pembangunan.

2. Macam-Macam Kebijakan Fiskal


Macam-macam kebijakan fiskal terbagi atas 2 bagian yakni macam-macam kebijakan fiskal
berdasarkan segi teori dan macam-macam kebijakan fiskal berdasarkan jumlah penerimaan
dan dan pengeluran, antara lain berikut ini..

a) Macam-macam Kebijakan Fiskal Berdasarkan Sigi Teorinya


 Pembiayaan Fungsional (Functional Finance) : Pembiayaan fungsional adalah
kebijakan yang mengatur dan mempertimbangkan pengeluaran pemerintah dari
berbagai akibat tak langsung pada pendapatan nasional dan bertujuan dalam
peningkatan kesempatan kerja.
 Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach) : Pengelolaan anggaran
adalah mengatur pengeluaran pemerintah, hutang dan perpajakan dalam mencapai
ekonomi yang stabil.
 Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing budget) : Stabilisasi anggaran adalah
kebijakan yang mengatur segala pengeluaran pemerintah dengan pertimbangan
manfaat dan besarnya biaya dari berbagai pengeluaran dan program-program
pemerintah. tujuannya adalah penghematan anggaran pemerintah.

b) Macam-macam Kebijakan Fiskal Bedasarkan Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran


 Kebijakan Anggaran Seimbang : kebijakan anggaran seimbang adalah kebijakan yang
menyusun jumlah penerimaan dan pengeluaran sama besar, jadi penerimaan yang
diterima pemerintah harus sama dengan pengelurannya dan begitupun sebaliknya.
Keuntungan kebijakan ini adalah tidak perlu adanya lagi pinjaman baik dari dalam
negeri dan luar negeri, sedangkan kerugiannya adalah jika perekonomian negara
dalam keadaan kurang baik akan mengakibatkan ekonomi semakin memburuk
 Kebijakan Anggaran Surplus : kebijakan anggaran surplus adalah kebijakan yang
disusun dengan pendapatan/penerimaan harus lebih besar dari pada pengeluaran
atau pengeluaran dengan sedikit tetapi pendapatan/penerimaan banyak. ini
digunakan untuk mencegah inflasi.
 Kebijakan Anggaran Defisit : kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan yang disusun
dengan cara pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan/pendapatan. Ini
berupakan kebalikan dari kebijakan anggaran surplus. Kebijakan anggaran defisit
dilakukan untuk mengurangi depresi dan kelesungan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi tetapi menyebabkan kekurangan anggaran.
 Kebijakan Anggaran Dinamis : kebijakan anggaran dinamis adalah kebijakan yang
disusun dengan cara jumlah pengeluaran dan penerimaan sama besar dan lama
kelamaan jumlahnya makin bertambah. kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
kebutuhan yang terus bertambah sehingga dibutuhkan jumlah yang besar.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : http://dhenov.blogspot.com/2007/12/penerimaan-pemerintah.html

http://www.artikelsiana.com/2014/12/pengertian-tujuan-macam-macam-fiskal-
kebijakan.html#_

http://kartikarachmawati1.blogspot.com/2013/12/jenis-jenis-pengeluaran-
pemerintah.html

Anda mungkin juga menyukai