Anda di halaman 1dari 8

LANSKAP KOTA MALANG

SEBAGAI OBYEK WISATA SEJARAH KOLONIAL


Malang Cityscape as Colonial ABSTRACT
Historical Tourism Destination Malang City has colonial city character which is represented in spatial layout,
buildings and landscapes. These characteristics are potential as historical objects as
attempt to give knowledge to people about the history of Indonesia, particulary of
Malang City. Tourism activities also provides added value in preserving the historic
landscape in the city. This study aims to identify the elements of residential
landscapes, parks and streets associated with the colonial history in Malang City, and
analyze the potential of tourism attraction based on the socio-cultural and aesthetic
value.

The study was conducted in several residential areas, parks and main streets of
Malang City, ie: a) East-West lines, include: Alun-alun Tugu, Kahuripan Street,
Semeru Street, Ijen Street and Ijen Parks; and b) North-South lines include:
Suprapto Street, Basuki Rahmat Street, Alun-alun Merdeka, Alun-alun Merdeka
Debora Budiyono Park, Kauman residential and Chinatown. Data analysis includes 3 (three) stages: 1)
Jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas assessment of landscape in terms of socio-cultural aspects, 2) assessment of landscape
Pertanian, Universitas Tribhuwana in terms of aesthetics using scenic beauty estimation method, 3) determination of
Tuggadewi Malang
tourism potential of the colonial history. Based on analysis of socio-cultural aspects,
e-mail : debora_shif@yahoo.com
Ijen resident is the highest socio-cultural value and the lowest is Kahuripan Street.
Euis Elih Nurlaelih While based on analysis of aesthetic aspect, the highest value is landscape of Alun-
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas alun Tugu Park and the lowest is Chinatown. Based on the overlay of socio-cultural
Pertanian, Universitas Brawijaya Malang
and aesthetic value, it is obtained that the Alun-alun Tugu Park has the highest value
e-mail: euis_en@yahoo.com
that can be the primary destinations in the development of Malang City colonial
Riyanto Djoko historical tourism.
Jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, Universitas Tribhuwana Keywords: historical tourism, socio-cultural and aesthetic assessment
Tuggadewi Malang

PENDAHULUAN Belanda. Pada masa kolonial, Kota Keberadaan lanskap kota yang ber-
Malang merupakan kabupaten kecil cirikan peninggalan masa penjajahan
Wisata sejarah (historic tourism) ada-
di pedalaman yang berada di bawah kolonial (Juliarso, 2001) demikian
lah salah satu bentuk wisata budaya.
keresidenan Pasuruan dan ditetap- pula halnya dengan Kota Malang
Wisata budaya sendiri didefinisikan
kan sebagai gemeente (kotamadya) dapat dikembangkan sebagai obyek
sebagai perjalanan yang dilakukan
pada Tanggal 1 April 1914. Kepu- atraksi wisata sejarah yang cukup
atas dasar keinginan untuk mem-
tusan politik tersebut berdampak menarik. Namun belum ada penilai-
perluas pandangan hidup seseorang
pada kelanjutan perkembangan Kota an secara khusus dalam upaya
dengan mengadakan kunjungan,
Malang yang dibangun dengan baik. pengembangan tersebut. Oleh
mempelajari keadaan rakyat, kebia-
Kota Malang dirancang oleh Ir. karena itu, perlu dilakukan penilaian
saan dan adat istiadat, cara hidup,
Herman Thomas Karsten yang terhadap lanskap yang ada untuk
budaya dan seni suatu daerah
berperan sebagai konsultan perenca- menentukan lanskap yang paling
(Hadinoto, 1996). Wisata sejarah ber-
naan pengembangan kota. Perenca- potensial untuk dikembangkan.
orientasi pada objek-objek atau
naan perluasan Kota Malang Dalam penelitian ini, penilaian ter-
benda-benda bersejarah (Yoeti, 1996;
tersebut dijabarkan melalui Bouwplan sebut meliputi aspek sosial budaya
Pendit, 2002). Kolonial mengacu
I-VIII yang dilaksanakan pada dan aspek estetika. Dengan me-
pada pengertian penjajah di mana
Tanggal 18 Mei 1917 dengan konsep lakukan analisis penilaian aspek
dalam penelitian ini adalah Belanda.
garden city (Cahyono, 2007). Sampai sosial budaya dan aspek estetika
Dengan demikian wisata sejarah
saat ini Kota Malang masih memiliki pada lanskap Kota Malang di-
kolonial adalah suatu perjalanan
banyak peninggalan kolonial harapkan dapat diketahui potensi
yang dilakukan oleh seseorang atau
berupa kawasan, pemukiman, lanskap wisata sejarah kolonial Kota
sekelompok orang yang bersifat
bangunan, taman dan jalan serta Malang sekaligus sebagai pedoman
sementara untuk rekreasi atau
tempat-tempat bersejarah lainnya dalam melakukan perlindungan dan
liburan dengan tujuan destinasinya
yang dilestarikan oleh pemerintah pelestarian lanskap tersebut, baik
berupa objek dan daya tarik yang
kota. sebagai lanskap bersejarah maupun
terkait dengan sejarah kolonial
obyek wisata.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012 43


BUDIYONO, NURLAELIH, DAN DJOKO

METODOLOGI
Penelitian diadakan di Kota Malang,
Jawa Timur. Penelitian ini meliputi
lanskap pada lokasi penelitian yang
ditentukan berdasarkan a) jalur Ti-
mur-Barat (6 lokasi) meliputi: Kawa-
san Alun-alun Tugu, Taman Alun-
alun Tugu, Jalan Kahuripan, Jalan
Semeru, Jalan Ijen dan Taman Ijen;
dan b) jalur Utara-Selatan (6 lokasi)
meliputi: Jalan Agung Suprapto, Jal-
an Basuki Rahmat, Kawasan Alun-
alun Merdeka, Taman Alun-alun
Merdeka, Pemukiman Arab dan Pe- Gambar 1. Peta Lokasi Kota Malang Gambar 2. Peta Jalur Timur-Barat
mukiman Pecinan (Gambar 1). Meto-
de analisis data dilakukan melalui 3. Penentuan potensi wisata
tiga tahap, yaitu: sejarah kolonial di Kota Malang.
Penentuan potensi wisata sejarah ko-
1. Penilaian elemen penyusun
lonial dilakukan dengan metode
lanskap ditinjau dari aspek sosial
overlay antara hasil analisis aspek
budaya.
sosial budaya dan aspek estetika.
Identifikasi kondisi sosial budaya
pada lokasi dengan melakukan
penilaian obyek dan atraksi wisata HASIL DAN PEMBAHASAN
oleh 3 responden ahli sejarah ber-
Penelitian dilakukan pada beberapa
dasarkan faktor: 1) kesejarahan, 2)
pemukiman, taman dan jalan dalam
keunikan, 3) kelangkaan dan 4) fung-
wilayah Kota Malang. Kota Malang
si sosial dengan kisaran nilai 1 sam-
memiliki luas 11.005,66 Ha yang ter-
pai 5 (skor 1: sangat buruk, 2: buruk,
bagi dalam 5 wilayah Kecamatan Gambar 3. Peta Jalur Utara-Selatan
3: cukup baik, 4: baik dan 5: sangat
yaitu Kecamatan Blimbing, Kecama-
baik). Penilaian aspek sosial budaya
tan Klojen, Kecamatan Lowokwaru,
didasarkan pada perhitungan, yaitu: Analisis Penilaian Aspek Sosial
Kecamatan Sukun dan Kecamatan
Budaya
P = p1 + p2 +...+ pn Kedungkandang, yang terdiri dari 45
n Kelurahan dan 12 Desa dengan jum- 1. Nilai Sosial Budaya Lanskap pada
Dimana:
lah penduduk sebanyak 870.093 jiwa Jalur Timur-Barat
P : nilai rata-rata aspek sosial budaya suatu
lanskap (Bapeko Kota Malang, 2009). Berdasarkan hasil penilaian menun-
pn : nilai aspek sosial budaya suatu lanskap jukan adanya keragaman nilai sosial
n : jumlah faktor aspek sosial budaya Lokasi penelitian dibagi dalam dua budaya yang memperlihatkan ada-
kategori yaitu jalur Timur-Barat dan nya persepsi yang berbeda terhadap
2. Penilaian elemen penyusun
Utara-Selatan dengan pertimbangan masing-masing lokasi (Gambar 6).
lanskap ditinjau dari aspek estetika.
fungsi sebagai jalur utama aksesibili- Kawasan Tugu, Jalan Semeru dan
Penilaian aspek estetika dilakukan
tas kota dan pertimbangan nilai seja- Kawasan Ijen memiliki nilai aspek
oleh 30 mahasiswa arsitektur lans-
rah perkembangan Kota Malang. sosial budaya tinggi dibandingkan
kap. Analisis menggunakan metode
Lokasi jalur Timur-Barat meliputi lokasi lainnya. Kawasan Tugu
Scenic Beauty Estimation/SBE (Daniel
Kawasan Tugu, Taman Tugu, Jalan memperlihatkan identitas Kota
dan Booster, 1976; Gunawan dan
Kahuripan, Jalan Semeru, Kawasan Malang yang didukung oleh kebe-
Yoshida, 1994).
Ijen dan Taman Ijen (Gambar 2). radaaan bangunan peninggalan
SBEx = [Zyx - Zyo] x 100 Sedangkan jalur Utara-Selatan meli- kolonial Belanda seperti gedung
Dimana: puti Jalan Agung Suprato, Jalan Stasiun Kereta Api Kota Baru. Desain
Basuki Rahmat, Kawasan Alun-alun bangunan Stasiun Kota Baru bergaya
SBEx : nilai pendugaan keindahan peman-
dangan (SBE) suatu lanskap ke-x Merdeka, Taman Alun-alun Mer- arsitektural kolonial awal modern
Zyx : nilai rata-rata z lanskap ke x
deka, Pemukiman Arab dan Pemu- dengan denah-denah bangunan
Zyo : nilai rata-rata z suatu lanskap
tertentu sebagai standar kiman Pecinan (Gambar 3). Terdapat didominasi dengan pola simetri,
11 objek pada lokasi jalur Timur- bidang datar, warna putih, sedikit
Barat (Gambar 4) dan 18 objek pada ornamen dan memperhatikan iklim
jalur Utara-Selatan (Gambar 5). tropis. Stasiun Kota Baru disebut
main entrance transportasi darat pada

44 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012


BUDIYONO, NURLAELIH, DAN DJOKO

Stasiun Kereta Api Kota Baru SMU Tugu Balai Kota Malang Hotel Splendid Inn Taman Alun-alun Tugu

Jembatan Kahuripan Bangunan Kembar Gereja Santa Bunda Carmel Sang Timur Taman Ijen (Median Jalan)

Taman Ijen (Taman Rumah)

Gambar 4. Objek Wisata pada Jalur Timur-Barat

Toko Avia Kantor PLN Jalan Pertokoan Basuki


SMU Cor Jesu SMPK Frateran Rahmat

Gereja Hati Kudus Yesus Rumah Makan Oen Gereja Imanuel Bank Indonesia Ramayana

Kantor Pajak Hotel Pelangi Kantor Pos Masjid Jamik Taman Alun-alun Merdeka 1

Taman Alun-alun Merdeka 2 Pemukiman Arab Pemukiman Pecinan

Gambar 5. Objek Wisata pada Jalur Utara-Selatan

kawasan pusat Kota Malang yang ngunan tersebut menggambarkan setempat, ketersediaan bahan dan
merupakan kawasan konservasi pintu gerbang menuju arah Semeru. teknologi yang ada. Bangunan
Timur-Barat. Namun menurut beberapa tokoh kembar ini memiliki menara di atas
masyarakat bangunan kembar ter- bangunan yang berfungsi sebagai
Memasuki kawasan Jalan Semeru
sebut terinspirasi dari sang arsitek pengamatan sekitar (Budihardjo,
terdapat perempatan jalan yang
yang dikaruniai oleh putra kembar. 1997).
dipertegas oleh bangunan kembar
Gaya bangunan ini beraliran Nieuwe
yang terletak sebelah kanan dan kiri Kawasan Ijen memiliki nilai aspek
Bouwen yang mengutamakan aspek
yang dibangun pada Tahun 1963 sosial budaya yang paling tinggi dari
fungsional yaitu mengadaptasi iklim
oleh arsitek Karel Bos. Kedua ba- keseluruhan lokasi jalur Timur-Barat.
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012 45
BUDIYONO, NURLAELIH, DAN DJOKO

Hal ini dikarenakan adanya kawasan berbunga sehingga jalan Ijen dijuluki unik dengan ukuran relatif besar
peninggalan kolonial yang diren- jalan paling indah. Hal ini dibangun pada Tahun 1926-an
canakan oleh Thomas Karsten dikarenakan Taman Ijen didominasi dengan gaya bangunan Amsterdam
dengan konsep lingkungan garden oleh pohon Delonix regia disepanjang School sehingga menjadikan salah
city dan sampai saat ini sebagian Jalan Ijen yang ada sejak masa satu bangunan yang memiliki nilai
masih terjaga keasliannya serta kolonial Belanda. lebih dalam hal sejarah.
dapat dinikmati oleh masyarakat
Selain itu pada perempatan Jalan
umum. Pada Tahun 1934 dibangun 2. Nilai Sosial Budaya Lanskap pada
Agung Suprapto terdapat bangunan
sebuah gereja kathedral bernama Jalur Utara-Selatan
pertokoan Avia yang memiliki
Santa Tereshia karena kapasitas
Jalan Agung Suprapto, Jalan Basuki bentuk menarik yang dibangunan
gereja katolik di Kayutangan tidak
Rahmat dan Kawasan Alun-alun sekitar 1910-an dengan bentuk
lagi memadai. Pada Tahun 1961
Merdeka memiliki nilai aspek sosial lengkung yang menandakan gaya
gereja ini berganti nama menjadi
budaya tinggi dibandingkan lokasi Romantiek. Bentuk bangunan meleng-
Santa Maria Bunda Carmel.
lainnya (Gambar 7). Jalan Agung kung yang menarik dengan menara
Kathedral berarti pusat atau area
Suprapto merupakan salah satu bergaya arsitektur modern awal
yang berada di tengah-tengah gereja
bentuk lanskap sejarah dari berpadu dengan Art Deco pada
atau area keuskupan utama.
perkembangan Kota Malang. Pada lampu-lampunya. Kemudian pada
Katedral Ijen ini merupakan salah
masa kolonial, jalan ini lebih dikenal persimpangan, tepatnya di depan
satu Kathedral terindah di Indonesia
dengan nama Tjelaket dan pada Toko Avia, terdapat potensi visual
yang bertipikal Belanda asli. Hal ini
Tahun 1914 merupakan jalan menuju yang menonjol yaitu berupa pocket
dapat dibuktikan dari bentuk
ke Surabaya dari alun-alun yang park dengan aksesoris jam yang telah
eksterior dan interior serta ornamen-
strategis serta penuh dengan ada sejak zaman kolonial, berfungsi
ornamennya.
penduduk Eropa. Salah satu keuni- sebagai jam kota dan papan pe-
Taman Ijen memiliki nilai sosial kan yang dimiliki oleh jalan ini nunjuk arah jalan, serta sebagai
budaya lebih baik daripada Jalan adalah pada kiri kanan jalan masih landmark kota sehingga memiliki
Kahuripan. Hal ini dikarenakan terdapat bentuk bangunan yang me- kekhasan.
Taman Ijen merupakan peninggalan miliki desain arsitektur bergaya
Jalan Basuki Rahmat, atau yang
yang direncanakan oleh Thomas kolonial dan terdapat beberapa ba-
dikenal dengan nama daerah Kayu-
Karsten dengan karakter taman ngunan dengan bentuk antik yang
tangan, memiliki nilai aspek sosial
Eropa dengan bentuk boulevard dan merupakan peninggalan kolonial, di
budaya lebih tinggi dibandingkan
masih bertahan sampai saat ini serta antaranya yaitu Cor Jesu, SMPK
kawasan Jalan Agung Suprapto. Hal
dapat dinikmati oleh masyarakat Frateran dan Toko Avia. SMU Cor
ini dikarenakan kawasan Jalan
umum. Selanjutnya perencanaan Jesu dibangun sekitar 1923-an
Basuki Rahmat memiliki beberapa
awal yang dilakukan oleh Ir. Thomas dengan gaya bangunan Romantiek
bangunan peninggalan kolonial yang
Herman Karsten untuk jalan Timur- yang digunakan sebagai bangunan
masih terjaga keasliannya. Bangun-
Barat adalah konsep garden city yang pendidikan dengan nama Zuster
an-bangunan peninggalan kolonial
menjadikan Gunung Kawi sebagai School yang dibangun oleh Biro
tersebut meliputi: kantor PLN
point of interst. Namun pandangan Arsitek Batavia. Bentuk bangunan ini
(perusahaan listrik negara), Gereja
tersebut terhalang akibat dari simetri yang menarik dengan
Katolik Hati Kudus Yesus dan Toko
penempatan bangunan Museum menara dan dormer. Sedangkan
Oen Ice Cream Palace Patissier.
Brawijaya. Panjang jalan Ijen sekitar untuk SMPK Frateran Hati Kudus
1 km dan dipenuhi oleh tanaman memiliki bentuk bangunan yang

Gambar 6. Grafik Nilai Aspek Sosial Budaya Gambar 7. Grafik Aspek Sosial Budaya
Pada Jalur Timur Barat pada Jalur Utara-Selatan

46 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012


BUDIYONO, NURLAELIH, DAN DJOKO

Kawasan Alun-alun Merdeka memi-


liki nilai sosial budaya yang paling
tinggi di antara semua lokasi pada
jalur Utara-Selatan. Hal ini
dikarenakan Alun-alun Kota Malang
dan sekitarnya memiliki banyak
peninggalan bagunan kolonial.
Dimana Alun-alun Kota Malang dan
sekitarnya dibangun mulai tahun
1882 dan merupakan bagian
kepentingan Belanda. Pembangunan
ini berawal dari pemerintahan
Gambar 8. Grafik Nilai SBE pada Jalur Timur-Barat
Gubernur Jendral Daendels (1808–
1811) dengan sistem pembagian tanaman semak meliputi teh-tehan rumput yang berbatasan dengan list
daerah di Hindia Belanda (Duranta repens) yang berfungsi beton (kansteen). Sedangkan pada
(Indonesia) dibagi menjadi beberapa sebagai pembatas. Selain itu taman umumnya taman rumah tinggal di
kabupaten dan karesidenan, dimana Alun-alun Tugu dikelilingi oleh Ijen banyak mengalami perubahan
kedudukan bupati sederajat dengan pohon trembesi (Samanea saman) sejak perencanaan awal, hal ini
asisten residen. Hal ini diwujudkan berumur lebih dari 50 tahun yang dikarenakan pemilik bangunan
di alun-alun kota kabupaten di Jawa memiliki kanopi batang dan tajuk mengikuti trend taman.
(termasuk Malang), dimana rumah estetis serta menjadi point of interest.
bupati berhadapan dengan kediam- Adapun jenis tanaman yang
Secara umum desain taman Tugu
an asisten residen (Yunusi, 1999). digunakan pada median jalan Taman
berupa taman formal, hal ini sesuai
Ijen adalah jenis palem, perdu,
dengan tema kawasan yaitu kawasan
Analisis Penilaian Aspek Estetika semak dan groundcover. Jenis palem
pemerintah dan pendidikan. Taman
meliputi: palem botol (Hyophorbe
1. Nilai Estetika Lanskap pada Jalur formal adalah taman yang berkesan
lagenicaulis) dan palem putri (Veitchia
Timur-Barat simetri, formal, agung, memper-
merillii), jenis semak meliputi: agave
Taman Tugu, Kawasan Ijen dan lihatkan kekuasaan dan kemegahan
hijau (Agave sisalavana), agave
Taman Ijen memiliki nilai keindahan yang sangat kuat terhadap alam
kuning (Agave americana), oleander
pemandangan yang tinggi diban- (Arifin, 1996). Hal ini dapat dilihat
(Nerium oleander), puring (Codiaeum
dingkan lokasi lainnya (Gambar 8). dari sistem axis atau poros yang
variegatum), asoka (Ixora javanica),
Taman Tugu (nilai SBE 70) sangat kuat dan membagi-bagi
nusa indah (Mussaenda philippica).
memperlihatkan identitas Kota taman menjadi ruang-ruang yang
Jenis groundcover meliputi: taiwan
Malang pada saat memasuki jalan simetris.
beauty (Cuphea hyssopifelia), simbang
utama di Kota Malang. Hal ini Taman Ijen mempunyai nilai SBE darah (Hemigraphis colorata), cana
dikarenakan pada Taman Tugu dan tinggi sebesar 49 yang diduga oleh (Canna indica) dan rumput gajahan
sekitarnya terdapat beberapa jenis median jalan yang indah dan lebar (Axonopus compressus) serta bou-
vegetasi monumental baik pohon, sehingga kesan lebih hidup dan genvil (Baugainvillea spectabilis)
perdu, semak dan groundcover yang nyaman. Taman Ijen merupakan ditanam dalam bentuk pot yang
merupakan peninggalan kolonial. bagian dari perencanaan Ir. Thomas berfungsi sebagai pembatas.
Taman Tugu yang memiliki Herman Karsten dengan pola
Lanskap Kawasan Ijen mempunyai
monumen Tugu terletak di depan standar 3, 8, 11/12 m untuk lebar
nilai SBE cukup tinggi, yaitu 20,
Alun-alun Bunder. Alun-alun taman depan rumah atau pedestrian,
diduga oleh karakteristik lanskap
tersebut adalah suatu bangunan jalan utama, taman tengah,
jalan yang terdapat pada sepanjang
yang mengandung nilai sejarah yang sedangkan untuk bentuk rumah
jalan Kawasan Ijen yang merupakan
sangat tinggi sebagai bangunan didesain berbeda sehingga menjadi
kombinasi dari bentukan koridor
peninggalan pemerintah kolonial ciri khas Kota Malang (Cahyono,
palem raja (Roystonea regia), mahoni
Belanda. Monumen Tugu adalah 2007). Kondisi Taman Ijen sesuai
(Swietenia mahagoni) dan bungur
bekas dari Taman Gubernur Jenderal dengan desain awal dan didominasi
(Lagerstroemia speciosa) di kanan kiri
Hindia Belanda J.P. Zoen Coen. oleh elemen soft material yaitu berupa
jalan yang memiliki umur lebih dari
Monumen Tugu dikelilingi oleh jenis tanaman. Secara umum Taman
50 tahun sehingga memiliki bentuk
taman yang sangat indah dengan Ijen khususnya median jalan adalah
yang monumental dan memiliki
bunga-bunga teratai (Nymphaea lotus) taman formal, hal ini dapat terlihat
fungsi sebagai peneduh serta
yang selalu mekar, bunga cana dari penggunaan pola garis simetris
pengarah jalan (Carpenter dan
(Canna indica) yang didominasi oleh pada semak dan groundcover serta
Walker, 1998).
warna merah dan kuning yang garis lurus yang membentuk sudut
memberi kesan ceria, dikelilingi oleh lebih dari 90˚ pada border lapangan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012 47


BUDIYONO, NURLAELIH, DAN DJOKO

2. Nilai Aspek Estetika Utara-Selatan


Hasil penilaian menunjukan adanya
keragaman nilai keindahan peman-
dangan yang memperlihatkan ada-
nya persepsi yang berbeda terhadap
masing-masing lokasi pada jalur
Utara-Selatan di Kota Malang
(Gambar 9). Kawasan Alun-alun
Merdeka dan Taman Alun-alun
Merdeka memiliki keindahan
pemandangan (SBE) yang tinggi
Gambar 9. Grafik Nilai SBE pada Jalur Utara-Selatan
yaitu 32, dibandingkan lokasi
lainnya khusus jalur Utara-Selatan. yang telah mencapai 3 meter. Di sisalavana) dan puring (Codiaeum
Hal ini disebabkan oleh karakteristik Jawa masyarakat luas masih variegatum), semak didominasi oleh
lanskap kawasan dan taman telah menganggap pohon beringin memili- teh-tehan (Duranta repens). Ground-
berumur tua yang telah menyatu ki kekuatan mistis yang tinggi, cover meliputi: cana (Canna indica),
dengan lingkungan dan sebagai tem- sehingga pada alun-alun di Kota lili paris putih (Chlorophytum
pat rekreasi bagi masyarakat umum Malang hampir semua pohon comosum variegatum) dan rumput
dengan fasilitas yang memadai. beringinnya masih dipertahankan gajahan (Axonopus compressus) yang
Kawasan Alun-alun Merdeka memi- meskipun di kanan dan kirinya saat berfungsi sebagai penutup tanah.
liki nilai SBE cukup tinggi setelah ini terdapat bangunan dan tempat
taman Alun-alun Merdeka yaitu 17. Sedangkan penggunaan elemen hard
parkir kendaraan. Pada masa
Hal ini dikarenakan kawasan alun- material berupa fasilitas dan utilitas
kerajaan, alun-alun difungsikan
alun dikelilingi oleh bangunan-ba- umum seperti shelter, tempat duduk,
sebagai tempat berkumpulnya
ngunan peninggalan kolonial dan kolam ikan, tempat parkir, pos
masyarakat untuk mendengarkan
didukung oleh lanskap jalan berupa keamanan, WC dan lampu taman
pengumuman dari pemerintah
pohon angsana (Pterocarpus indicus), yang dapat digunakan oleh pengun-
sehingga menjadi pusat kegiatan.
ketapang (Terminalia cattapa) serta jung alun-alun. Selain itu di taman
Dalam alun-alun hanya terdapat be-
tanaman-tanaman dalam pot yang alun-alun terdapat satwa berupa
berapa vegetasi pohon yang
diletakan di atas trotoar. Kondisi ini burung merpati dan ikan hias yang
dipercaya oleh masyarakat Jawa
menunjukan bahwa tidak terse- dapat dinikmati dan berinteraksi
memiliki makna tertentu sehingga
dianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan pengunjung, yang kemudian
elemen soft material ini lebih
sesuai standar, sehingga pengguna menjadi sebuah atraksi menarik.
dominan. Seiring perkembangan
jalan baik pengendara kendaraan Keberadaan taman alun-alun ini
Kota Malang Taman Alun-alun
maupun pejalan kaki merasa kurang menjadi satu-satunya taman rekreasi
Merdeka saat ini merupakan taman
nyaman. Sementara itu Taman Alun- dan paru-paru kota di tengah Kota
publik satu-satunya di Kota Malang.
alun Merdeka yang memiliki nilai Malang. Sementara itu lanskap Jalan
Taman publik adalah taman yang di-
keindahan (SBE) paling tinggi pada Agung Suprapto, Jalan Basuki
peruntukan masyarakat umum
jalur Utara-Selatan, diduga disebab- Rahmat, Pemukiman Pecinan dan
untuk kegiatan rekreasi, olahraga,
kan oleh karakteristik vegetasi yang Pemukiman Arab memiliki nilai ke-
pendidikan dan sebagainya yang
monumental dan didukung oleh indahan (SBE) rendah pada jalur
dilengkapi sarana dan prasarana
fasilitas yang memadai. Seperti Utara-Selatan. Hal ini diduga di-
(Arifin, 1996).
diketahui bahwa kota di Jawa pada sebabkan oleh penampakan lanskap
zaman kolonial pada umumnya Kondisi elemen soft material saat ini jalan yang minim dan penempatan
mempunyai struktur tata ruang kota berupa vegetasi taman alun-alun jembatan layang khusus yang
tradisional terdiri dari sebuah yang lebih beragam. Hal ini dapat kurang menarik sehingga pejalan
lapangan luas yang di tengah- dilihat berbagai macam pohon, kaki bebas berjalan kesisi berlainan.
tengahnya ditanami satu atau dua perdu, semak dan groundcover. Jenis
pohon beringin (Ficus benjamina) pohon meliputi: beringin (Ficus
yang kemudian disebut alun-alun benjamina), kiara payung (Felicium
(Budihardjo, 1997). decipiens), dadap merah (Erythrina
cristagalli), palem putri (Veithchia
Jika mengacu pada tahun 1882 maka merillii), sikat botol (Callistemon
dapat dipastikan umur pohon viminalis) dan cemara norfolk
beringin yang ada pada keempat sisi (Araucaria heteropylla) yang berfungsi
Alun-alun Kota Malang lebih dari sebagai peneduh. Jenis perdu
125 tahun. Hal ini dapat dibuktikan meliputi: hanjuang (Cordyline
dengan fisik batang pohon beringin terminalis), agave hijau (Agave
48 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012
BUDIYONO, NURLAELIH, DAN DJOKO

Kelas Nilai Aspek Sosial Budaya dan jolkan kesan formal. Nilai potensi Lokasi yang memiliki nilai terendah
Aspek Nilai SBE selanjutnya adalah Taman Ijen adalah pemukiman Pecinan. Pemu-
Kelas sosial budaya dapat menentu- (54,14), Taman Merdeka (38,48), kiman Pecinan merupakan kawasan
kan peringkat atau skoring tipe su- Kawasan Ijen (27,62), Kawasan hunian maupun tempat usaha etnis
atu lokasi. Untuk menentukan kelas Merdeka (24,32) dan Kawasan Tugu Tionghoa. Di Kota Malang, kawasan
nilai sosial budaya pada ke 12 lokasi (7,16). Lokasi lainnya yaitu Jalan pemukiman terletak di jalan Pasar
penelitian, maka terlebih dahulu Kahuripan, Jalan Semeru, Jalan Besar sehingga kawasan Pecinan
ditentukan klasifikasi penilaian. Agung Suprapto, Jalan Basuki merupakan urat nadi perekonomian
Penentuan klasifikasi penilaian Rahmat, Permukiman Cina dan Arab di Malang. Corak arsitektur bangun-
berdasarkan range nilai sosial buda- memiliki potensi rendah hingga an Tahun 1915-an dengan konsep
ya dengan interval yang ditentukan sangat rendah meskipun beberapa gaya bangunan lebih menitik-
melalui penentuan kelas nilai sosial diantaranya memiliki nilai sosial beratkan fungsional. Sementara visu-
budaya. Peringkat sosial budaya budaya yang tinggi, namun selu- al lingkungan tampak panas dan
terbagi lima kelas yaitu: 1) sangat ruhnya memiliki nilai estetika yang gersang, hal ini dikarenakan belum
rendah, 2) rendah, 3) cukup tinggi, 4) rendah hingga sangat rendah. adanya penataan lanskap.
tinggi dan 5) sangat tinggi. Kelas
Tabel 1. Kelas Nilai Aspek Sosial Budaya Jalur Timur-Barat dan Utara-Selatan
estetika dapat menentukan peringkat Kelas Sosial-
No Lokasi
atau skoring tipe suatu lanskap. Budaya
1 Kawasan Tugu, Kawasan Ijen, Basuki Rahmat, Jalan Agung Suprapto, Sangat Tinggi
Untuk menentukan kelas nilai
dan Kawasan Merdeka
estetika pada 12 lokasi, maka terlebih 2 Taman Tugu, Jalan Semeru, dan Taman Merdeka Tinggi
3 Pemukiman Pecinan Cukup Tinggi
dahulu ditentukan klasifikasi peni-
4 Taman Ijen dan Pemukiman Arab Rendah
laian berdasarkan range nilai estetika 5 Jalan Kahuripan Sangat rendah
dengan interval yang ditentukan
Tabel 2. Kelas Nilai Aspek Estetik Jalur Timur-Barat dan Utara-Selatan
melalui penentuan kelas nilai Scenic No Lokasi Kelas Estetik
Beauty Estimation (SBE). Peringkat 1 Taman Tugu dan Taman Ijen Sangat Tinggi
2 Kawasan Ijen, Taman Merdeka, dan kawasan Merdeka Tinggi
estetika terbagi lima kelas yaitu: 1)
3 Kawasan Tugu Cukup Tinggi
sangat rendah, 2) rendah, 3) cukup 4 Jalan Kahuripan, Jalan Semeru, Jalan Basuki Rahmat, dan Jalan Rendah
Agung Suprapto
tinggi, 4) tinggi dan 5) sangat tinggi.
5 Pemukiman Pecinan dan Pemukiman Arab Sangat rendah
Adapun klasifikasi penilaian terse-
but dapat terlihat pada Tabel 1 dan 2.

Potensi Lanskap Wisata Sejarah


Kolonial di Kota Malang

Berdasarkan hasil gabungan/overlay


penilaian aspek sosial budaya dan
aspek keindahan dari tingkat nilai
yang tertinggi sampai dengan nilai
terendah, maka diperoleh tingkat
potensi wisata sejarah kolonial pada
12 lokasi penelitian (Gambar 10).

Taman Tugu merupakan objek


dengan nilai potensi wisata sejarah
tertinggi (75,16). Taman alun-alun
Tugu dibangun pada tahun 1926
oleh Gubernur Jenderal Hindia
Belanda J.P Zoen Coen yang
merupakan karya Thomas Karsten.
Taman Tugu memiliki keunikan
karena bentuknya bundar yang
bukan ciri khas alun-alun di
Indonesia. Tampak visual lingku-
ngan yang menyatu dan vegetasi
yang digunakan cenderung merupa-
kan tanaman pengarah dan topiary
dengan bentukan arsitektural Gambar 10. Tingkat Potensi Wisata Sejarah Kolonial di Kota Malang Berdasarkan
columnar dan round yang menon- Nilai Aspek Sosial Budaya dan Aspek Keindahan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012 49


BUDIYONO, NURLAELIH, DAN DJOKO

Permukiman Pecinan mengalami Kawasan Alun-Alun Merdeka, Daniel, T dan Boster, R. 1976. The
perubahan yang signifikan yaitu Kawasan Alun-Alun Tugu, Jalan Scenic Beauty Testimation
Method. Research Paper RM
kemacetan dan kebisingan yang Kahuripan, Jalan Semeru, Jalan
167. USD.
semakin tinggi dan pembangunan Agung Suprapto, Jalan Basuki
gedung-gedung yang bernuansa Rahmat, Pemukiman Arab dan Cahyono, D. 2007. Malang Telusuri
dengan Hati. Kanisius. Yog-
modern dengan penampakan Pemukiman Pecinan.
yakarta.
lanskap yang minim.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap Carpenter, P.L dan Walker, T.D. 1998.
aspek sosial budaya dan keindahan Plants in The Landscape.
SIMPULAN di atas makan dapat disusun sebuah Waveland Press, Inc. USA.
paket wisata di mana lanskap de- Gunawan, A and H. Yoshida. 1994.
Berdasarkan analisis aspek sosial
ngan nilai tinggi sebagai obyek atau Visual Judgment on Landscape
budaya dan aspek keindahan (Scenic and Landuses of Malang Mu-
tujuan wisata utama, sedangkan
Beauty Estimation) maka 12 lokasi nicipality. Bulletin of The
lanskap dengan nilai rendah sebagai
penelitian memiliki potensi wisata Kyoto University Forts.
obyek penunjang. Obyek dengan
sejarah kolonial yang berbeda. Lans- Hadinoto, K. 1996. Perencanaan
nilai rendah dapat ditingkatkan kua-
kap yang memiliki nilai aspek sosial Pengembangan Destinasi Pari-
litasnya melalui upaya-upaya per- wisata. UI Press. Jakarta.
budaya tertinggi adalah Kawasan
baikan pada kualitas lanskapnya.
Ijen dan yang terendah yaitu Jalan Juliarso, P.K. 2001. Revitalisasi Warisan
Kahuripan. Sedangkan nilai keindah- Budaya Kawasan Bersejarah.
an tertinggi yaitu Taman Alun-Alun DAFTAR PUSTAKA Jurnal Arsitektur. Vol. 4.
Nomor. 2. Halaman 18. Bogor.
Tugu dan yang terendah yaitu Pe-
Arifin, H.S. 1996. Evaluasi Lanskap
mukiman Pecinan. Berdasarkan hasil Pendit, N. 2002. Ilmu Pariwisata.
Perkotaan. IPB. Bogor.
overlay kedua aspek (sosial budaya Pradnya Pariwisata. Jakarta.
Bappeda Kota Malang. 2009. Rencana
dan keindahan) maka 12 lokasi Yoety, O. 1996. Pengantar Ilmu
Induk Tata Ruang Kota
penelitian memiliki nilai potensi Pariwisata. Angkasa. Ban-
Malang Tahun 2001-2011.
dung.
wisata sejarah kolonial yang sig- Malang.
nifikan. Adapun nilai tertinggi Yunus, H.S. 1999. Struktur Tata Ruang
Budihardjo, E. 1997. Arsitektur dan
sampai terendah yaitu Taman Alun- Kota di Indonesia. PT. Alumni. Kota. Pustaka Pelajar. Yog-
Alun Tugu, Taman Ijen, Taman Bandung. yakarta.
Alun-Alun Merdeka, Kawasan Ijen,
.

50 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 1 2012

Anda mungkin juga menyukai