Anda di halaman 1dari 59

PSKG – IT ke 5

KOMUNIKASI INTERPERSONAL -
TERAPEUTIK YANG EFEKTIF

Sayang Ajeng Mardhiyah, S.Psi. M.Si.


Pengertian Komunikasi Efektif

◦ Apa itu komunikasi efektif?

Komunikasi efektif adalah tersampaikannya gagasan, pesan dan


perasaan dengan cara yang baik dalam kontak sosial yang baik
pula.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yg pada prosesnya dapat


menghasilkan persepsi, perilaku dan pemahaman yg berubah
menjadi sama antara komunikator dan komunikan dapat diperoleh.
Komunikasi Interpersonal
◦ Kita dapat memahami makna atau pengertian dari komunikasi interpersonal dengan mudah jika
sebelumnya kita sudah memahami makna atau pengertian dari komunikasi intrapersonal. Seperti
menganonimkan saja, komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran
yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri.

◦ Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau
personal lebih dari satu orang. R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah Proses
komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.

◦ Komunikasi Interpersonal menuntut berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi
menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok kecil.

◦ Komunikasi Interpersonal juga berlaku secara kontekstual bergantung kepada keadaan, budaya, dan
juga konteks psikologikal. Cara dan bentuk interaksi antara individu akan tercorak mengikuti keadaan-
keadaan ini.
◦ Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi
antara individu-individu (Littlejohn, 1999).
◦ Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang
melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang
guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.
◦ Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat;
Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan,
baik secara verbal maupun nonverbal.
◦ Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain,
karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi
daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita.

◦ Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi


antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih
mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat
manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan
komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat
teknologi tercanggihpun.

◦ Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi


dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan
hubungan interpersonal.
Sistem Komunikasi Interpersonal

◦ Persepsi Interpersonal
◦ Konsep Diri
◦ Atraksi Interpersonal
◦ Hubungan Interpersonal
Persepsi Interpersonal
◦ Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi,
atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal
adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang
berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan
verbal dan nonverbal.

◦ Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh


terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi
yang salah memberi makna terhadap pesan akan
mengakibat kegagalan komunikasi.
Konsep Diri
◦ Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang
diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal,
yaitu:
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
b. Merasa stara dengan orang lain;
c. Menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat;
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenanginya dan berusaha mengubah.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
antarpribadi, yaitu:
◦ Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep
dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia
akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik,
mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai
akademis yang baik.

◦ Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan
pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan
pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat
pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih
terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
◦ Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal
sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif
dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.
Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri
yang sehat menjadi perlu.

◦ Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita


karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita
bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita
mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat
(ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam
penyandian pesan (penyandian selektif).
Atraksi interpersonal
◦ Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang.
◦ Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
◦ Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap
orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita
juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,
kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara
positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.
◦ Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul
dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari
komunikasi.
Hubungan Interpersonal
◦ Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan
interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder
terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di
antara komunikan menjadi rusak.

◦ Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan


interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi.
Hubungan Interpersonal
◦ Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang
dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan
derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.

◦ Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal Communication, menyatakan


bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan
simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada
gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat
komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”
◦ Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan
bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi
antarpribadi yang menumbuhkan hubungan
interpersonal yang baik, yaitu:
a. Percaya;
b. Sikap suportif; dan
c. Sikap terbuka.
Percaya (trust)
◦ Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan
dirugikan/dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah
membuka dirinya.
◦ Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor
sebagai berikut:
◦ Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut memiliki
kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu
memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.

◦ Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan


terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.

◦ Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan. Bila


maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap
percaya akan muncul.
Perilaku Suportif
◦ Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi.
Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:
◦ Evaluasi dan deskripsi: tidak perlu memberikan kecaman atas
kelemahan dan kekurangannya.
◦ Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja
sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain
bersama-sama menetapkan tujuan dan menetukan cara
mencapai tujuan.
◦ Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak motif tertentu
Sikap Terbuka
◦ Sikap terbuka, kemampuan menilai secara obyektif, kemampuan
membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa,
orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan
mengubah keyakinannya, profesional dll.

◦ Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi dan oleh


kesombongan, sifat malu dll.
5 komponen penting dalam komunikasi
Thomas Leech
◦ Pengirim pesan (sender)
◦ Pesan yang dikirimkan (message)
◦ Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel
atau media)
◦ Penerima pesan (receiver)
◦ Umpan balik (feedback)

+ empat keterampilan dasar dalam komunikasi :


(1) membaca, (2) menulis, (3) mendengar dan
(4) berbicara.
5 komponen penting dalam komunikasi
Thomas Leech
◦ Pengirim pesan (sender)
◦ Pesan yang dikirimkan (message)
◦ Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel
atau media)
◦ Penerima pesan (receiver)
◦ Umpan balik (feedback)

+ empat keterampilan dasar dalam komunikasi :


(1) membaca, (2) menulis, (3) mendengar dan
(4) berbicara.
Hambatan dalam Komunikasi Interpersonal
Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau informasi dari lawan bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa
masalah antara;
a. Komunikator;
· Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.
· Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang gugup.
· Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia terbuka terhadap lawan bicaranya yang laki-laki.
b. Media;
· Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi (microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).
· Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah tertentu sehingga signal HP tidak dapat ditangkap.
· Hambatan simbol/ bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang digunakan pada komunitas tertentu. Misalnya kata-kata “wis mari”
versi orang Jawa Tengah diartikan sebagai sudah sembuh dari sakit sedangkan versi orang Jawa Timur diartikan sudah selesai
mengerjakan sesuatu.
· Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang mempengaruhi proses komunikasi.
c. Komunikate;
· Hambatan biologis, misalnya komunikate yang tuli.
· Hambatan psikologis, misalnya komunikate yang tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan.
· Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang lelaki.
PSKG – IT ke 6

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi Terapeutik

◦ Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi Terapeutik, merupakan komunikasi yang
dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien

◦ Komunikasi Terapeutik (KT) adalah interaksi interpersonal antara perawat (health provider)
dengan klien di mana si petugas kesehatan berfokus pada kebutuhan spesifik klien/pasien untuk
mempromosikan sebuah pertukaran informasi yang efektif

◦ Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya, tetapi harus direncanakan,
dipertimbangkan dan dilaksanakan secara profesional. Komunikasi terapeutik memegang
peranan penting dalm membantu pasien dalam memecahkan masalah yang dihadapi

◦ Komunikasi terapeutik merupakan suatu tehnik dalam usaha mengajak pasien dan keluarga
bertukar pikiran dan perasaan. Tehnik tersebut mencakup keterampilan berkomunikasi secara
verbal dan non-verbal.
◦ Beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi ada dua cara yaitu, komunikasi
verbal dan non-verbal.
◦ Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan di rumah sakit adalah pertukaran informasi
secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan
tepat waktu.
◦ Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk
menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.
◦ Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon
secara langsung.
◦ Komunikasi verbal termasuk kedalam pengguanan kata-kata atau tulisan dan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu ;
Kemaknaan kata (dentotative and connotative meaning)
Perbendaharaan kata (vocabulary)
Kecepatan (pacing)
Intonasi/nada suara (Intonation)
Kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity)
Waktu dan relevansi (timing and relevance)
Kemaknaan (denotative and connotative meaning)

◦ Kemaknaaan relatif lebih mudah ditangkap karena


menggunakan makna dengan kata yang diucapkan sesuai
dengan kondisi.
◦ Misalnya, pengguanan kata “serius” menyatakan penyakit yang
serius, “kritis” menyatakn pasien dalam keadaan gawat, dan
“darurat” untuk menyatakan keadaan darurat yang benar-
benar membutuhkan pertolongan.
Perbendaharaan kata (vocabulary)

◦ Perbendaharaan kata sangat berpengaruh terhadap jalannya


komunikasi terapeutik, apabila penerima tidak mampu
mengartikan kata-kata atau kalimat dari pengirimnya (perawat),
maka akan terjadi kesalah pahaman atau pasien tersebut tidak
mengerti
Kecepatan (Pacing)

◦ Kecepatan ucapan adalah aspek lain yang mempengaruhi


komunikasi verbal. Berbicara dengan cepat dalam
menyampaikan informasi atau sedang berbicara dapat
menyebabkan kebingungan pada pasien.
Intonasi/nada suara (Intonation)

◦ Berkomunikasi atau berbicara dengan intonasi atau nada suara yang tinggi
bias memberikan penilaian bagi pasien bahwa perawat tersebut bernada
marah dan menimbulkan persepsi yang salah atau negatif. Sedangkan
sebaliknya bila intonasi/nada suara pelan, bisa-bisa tidak terdengar oleh
pasien.
◦ Oleh karena itu berintonasi/nada suara yang standard, tidak terlalu kuat dan
tidak terlalu pelan. Intonasi nada suara dipengaruhi oleh keadaan/kondisi
emosi pada saat berkomunikasi (berbicara).
Kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity)

◦ Kejelasan dan keringkasan pesan yang disampaikan dapat


dikatakan efektif jika disampaikan dengan cara yang
sederhana.
◦ Semakin singkat kata yang digunakan, semakin sedikit
kebingungan yang timbul. Kejelasan pesan biasanya dapat
dilakukan melalui penggunaan kalimat yang mudah dimengerti.
Waktu dan relevansi (timing and relevance)

◦ Penyampaian pesan yang penting, dengan cara yang baik dengan emosi yang
terkendali, namun bila tidak dilakukan pada waktu yang tepat, maka pesan yang
disampaikan tidak diterima oleh pasien.
◦ Waktu menjadi sesuatu yang kritis bagi persepsi seseorang terhadap pesan yang
diterima. Misalnya, pasien yang akan dioperasi mengalami ketakutan yang besar,
namun dokter menceritakan resiko-resiko yang mungkin terjadi akibat dari operasi
tersebut.
◦ Hal ini waktunya tidak tepat dan tidak relevan, karena akan membuat pasien takut
dan trauma untuk dioperasi. Oleh karena itu diharapkan dokter menggunakan waktu
yang tepat dan relevansi dalam menyampaikan sesuatu hal yang penting.
Komunikasi yang bersifat non-verbal

◦ merupakan ungkapan yang berupa isyarat-isyarat, bahasa tubuh yang dipengaruhi


oleh beberapa faktor yaitu:
Penampilan
Postur dan cara berjalan
Ekspresi wajah
Isyarat/gerak tangan
Pandangan
Sentuhan
Jarak tubuh dan kedekatan
Karakteristik Komunikasi Terapeutik
◦ Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi
terapeutik yaitu sebagai berikut:
◦ Ikhlas (Genuiness)
◦ Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa
diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun
non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk
mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
◦ Empati (Empathy)
◦ Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien.
Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi
pasien dan tidak berlebihan.

◦ Hangat (Warmth)
◦ Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan
pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya
tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam.
Fase Komunikasi Terapeutik
1. Persiapan ( pre-interaksi )
Melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk terhadap klien, karena
akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya
dengan klien.

Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh


memaksa, atau memberi kesempatan kapan klien sanggup.
Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam
wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar
wawancara.
2. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah
dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara,
waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok
pembicaraan.
3. Isi / tahap kerja
Fokus wawancara adalah klien
Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan
terapeutik, yang bertujuan untuk memberikan dorongan spiritual,
merasa diperhatikan.
4. Terminasi

Petugas Kesehatan mempersiapkan untuk penutupan wawancara.


Untuk itu klien harus mengetahui kapan wawancara akan berakhir
dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga
diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai
keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama.

Jika diperlukan, petugas kesehatan perlu membuat perjanjian lagi


untuk pertemuan berikutnya.
PSKG – IT ke 7

EMPATI
Memahami Empati
Definisi
◦ Alfred Adler
◦ Empati sebagai penerimaan terhadap perasaan orang lain dan
meletakkan diri kita pada tempat orang itu to feel in

◦ Empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang


berbeda yang mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang
lain yang menciptakan keinginan untuk menolong, mengalami
emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang
orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan
orang lain
Memahami Empati
BEDA
Empati vs Simpati

EMPATI bhs Yunani ἐµπάθεια (empatheia) SIMPATI bahasa Yunani συµπάθεια


(sympatheia) yang berasal dari kata σύν (syn)
asal kata ἐν (en), “dalam, di” + πάθος
“bersama” and πάθος (pathos) “gairah,
(pathos), “gairah, perasaan” dalam hal ini
perasaan”, dalam hal ini “penderitaan” (dari
“penderitaan” (dari πάσχω – pascho,
πάσχω – pascho, “terpengaruh oleh,
“terpengaruh oleh, menderita”).
menderita”).

KBBI = kemampuan menghadapi KBBI = rasa kasih; rasa setuju (kpd);


perasaan dan pikiran orang lain; keadaan kesudian; kecenderungan hati (kpd) ;
mental mengidentifikasi diri pd keadaan perasaan kebersamaan secara sosial
perasaan /pikiran yg sama dgn orang hingga suatu orang dapat merasakan
atau kelompok lain. perasaan orang lain
Memahami Empati

Empati merupakan bagian penting

social competency
tidak sekedar ikut merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect response), tapi juga mampu
melakukan respon kepedulian (concern) terhadap perasaan dan perilaku orang
Memahami Empati

Faktor psikologis maupun sosiologis yg mempengaruhi


proses empati sebagai berikut, antara lain :
1. Sosialisasi
2. Perkembangan kognitif
3. Mood dan Feeling
4. Situasi dan tempat
5. Komunikasi
Memahami dengan Empati
1. Rekam semua emosi pribadi
Membangkitkan kesadaran dan perbendaharaan ungkapan emosi.
Meningkatkan kepekaan terhadap perasaan orang lain.
Membantu memahami perspektif orang lain selain dari sudut pandangnya
sendiri
(Borba, Michele, 2008: 25)
2. Perhatikan lingkungan luar (orang lain)
3. Dengarkan curhat orang lain (Listening Skill)
4. Bayangkan apa yang sedang dirasakan orang lain dan akibatnya
untuk diri kita.
5. Lakukan helping (bantuan) secepatnya.
Manfaat Memahami dengan Empati
1. Menunjukkan anda peduli & memahami orang lain

8. Empati dapat mendorong 2. Jika anda salah mengerti


persahabatan yang lebih berarti segera mengokreksi

Tujuan
7. Mengurangi prasangka Mendengarkan 3. Mengarahkan percakapan
atau asumsi negatif xt ke arah topik emosional

6. Dengan memahami 4. Membiarkan orang lain menang-


kita dapat memaafkan kap sinyal penerimaan

5. Menyatakan perasaannya dan mengeksplorasi diri


Memahami dengan Empati -- Listening Skill

Penelitian oleh Crocker, 1978 menemukan fakta bahwa dari 300


organisasi yang diteliti, sebagian besar menempatkan “listening”
diurutan teratas, sebagai syarat manajer yang berhasil

Hearing Vs. Listening


Hearing – mendengar suara
Listening – menangkap makna dari suara yang kita dengar.
“Listening requires paying attention, interpreting, and
remembering sound stimuli”.
Listening Skill
Beberapa Level Listening
◦ Passive Listening Terjadi ketika seseorang mencoba menyerap informasi yang
ada sebanyak mungkin.
◦ Attentive Listening Dalam mendengar attentif, pendengar akan membuat asumsi
tentang pesan yang disampaikan orang yang berbicara dan mengisinya dengan
asumsi menurut yang pendengar inginkan.
◦ Active Listening (Mendengar aktif) tingkat mendengar yang paling tinggi dan
membutuhkan porsi yang paling besar dari pendengar. Dalam mendengar aktif,
komunikasi adalah saling memberi, proses dua arah yang termasuk di dalamnya
adalah mendengar dengan penuh perhatian, pengklarifikasian dan pengolahan
pesan. Mendengar aktif mengikuti prinsip 70/30; 70 persen waktu untuk mendengar
dan 30 persen waktu untuk berbicara.
Waktu yang digunakan untuk mendengarkan

Penelitian Rankin (1928) Penelitian Barker (1980)


45 % mendengarkan 53 % mendengarkan
30 % berbicara 17 % membaca
16 % membaca 16 % berbicara
9 % menulis 14 % menulis

Mendengarkan proses aktif menerima rangsangan (stimulus) telinga.

Mendengarkan adalah keterampilan yang sangat penting, tetapi


umumnya kita memiliki keterampilan yang buruk.
Hambatan-hambatan mendengar

Sibuk dengan diri sendiri


Sibuk dengan masalah-masalah eksternal
Asimilasi (kecenderungan merekonstruksi pesan sedemikian hingga
sesuai dengan sikap, prasangka, kebutuhan, nilai diri)
Faktor kawan atau lawan
Mendengar yang diharapkan (hanyut dalam pesan pembicara, tidak
mendengar apa yang dikatakan melainkan mendengarkan apa yang
kita harapkan).
Waktu yang digunakan untuk mendengarkan

Penelitian Rankin (1928) Penelitian Barker (1980)


45 % mendengarkan 53 % mendengarkan
30 % berbicara 17 % membaca
16 % membaca 16 % berbicara
9 % menulis 14 % menulis

Mendengarkan proses aktif menerima rangsangan (stimulus) telinga.

Mendengarkan adalah keterampilan yang sangat penting, tetapi


umumnya kita memiliki keterampilan yang buruk.
Hambatan-hambatan mendengar

Sibuk dengan diri sendiri


Sibuk dengan masalah-masalah eksternal
Asimilasi (kecenderungan merekonstruksi pesan sedemikian hingga
sesuai dengan sikap, prasangka, kebutuhan, nilai diri)
Faktor kawan atau lawan
Mendengar yang diharapkan (hanyut dalam pesan pembicara, tidak
mendengar apa yang dikatakan melainkan mendengarkan apa yang
kita harapkan).
Listening Skill
Empat Tuntutan “active listening”

empati

intensitas Active Listening menerima

Kemauan
memperoleh
informasi
lengkap (Rogers & Farson, 1976)
Listening Skill

Active listeners
listen with their:
Emotions
Words
ears Eye
movement

eyes speaker
Facial
expressions
mind Body Hand
posture gestures

52
Listening Skill

Pendengar yang Efektif


1. Make eye contact
2. Exhibit affirmative head nods and appropriate facial expression
3. Avoid distraction actions or gestures
4. Ask questions
5. Paraphrase
6. Avoid interrupting the speaker
7. Don’t over-talk

53
Latihan Mendengarkan & Berempati

◦ Mendengarkan dan merespon secara empatik adalah ketrampilan penting


dalam berhubungan dengan orang lain.
◦ Sebagian besar dari manusia menghabiskan 70% waktunya untuk
berkomunikasi, 45% dari waktu itu digunakan untuk mendengarkan.
◦ Kita semua ingin didengarkan. Adalah suatu penghinaan apabila kita
diabaikan atau dilalaikan.
◦ Kita semua mengetahui apa artinya mendengarkan, sebenar-benarnya
mendengarkan.
◦ Mendengarkan tidak berarti sekedar mendengar kata-kata, melainkan
sungguh-sungguh menerima dan memahami pesan orang lain dan juga
perasaan dan situasinya
Langkah-langkah Latihan Berempati

Langkah Pertama: Belajarlah menjadi pendengar aktif yang baik.


◦ Benar-benar ingin tahu tentang orang lain.
◦ Hindarilah penghalang yg sering mengganggu proses mendengarkan, spt:
◦ Terus menerus membandingkan diri anda dengan
◦ Berusaha mengira-ira apa yang sebenarnya dipikirkan orang yang sedang bicara
◦ Merencanakan cerita atau argumentasi apa yang selanjutnya akan diberikan,
◦ Filtering/penyaringan sedemikian sehingga orang hanya mendengar topik
◦ Judging/menghakimi suatu sebelum orang itu selesai bercerita,
◦ Melamun sendiri,
◦ Mengingat-ingat pengalaman pribadi kita sendiri sehingga tidak memperhatikan
◦ Sibuk merencanakan saran yang akan diberikan jauh sebelum menyelesaikan ceritanya,
◦ Menganggap setiap percakapan = debat intelektual (menundukkan musuh),
◦ Percaya bahwa anda selalu benar sehingga tidak perlu mendengarkan,
◦ Mengubah topik pembicaraan atau mentertawakannya jika topik menjadi serius
◦ “Berdamai” dgn otomatis mengiyakan semua
Langkah-langkah Latihan Berempati

Langkah Kedua: Memahami Apa yang terlibat dalam memberi repon yang
empatik
◦ Pendengar yang baik harus memberi respon agar pembicara mengetahui bahwa dia dipahami.
◦ Memberi respon bahkan lebih rumit dibanding mendengarkan; tak seorangpun sempurna.
Anda tidak harus sempurna, tetapi semakin akurat semakin baik.
◦ Pendengar yang baik akan fokus pada perasaan pembicara, bukan pada keadaan atau
tindakannya.
Contoh: Ketika bicara dengan seseorang yang baru saja ditinggalkan oleh kekasihnya, jangan
tanyakan ” Apa yang telah dia katakan?” atau ” Sejak kapan kamu orang curiga ini akan
terjadi?”
◦ Sebaiknya kita perhatikan dan refleksikan perasaannya, seperti “Ini benar-benar menyakitkan
ya…” atau ” Kamu pasti merasa ditinggalkan dan kehilangan.”
Tugas
Berikan suatu masalah atau kasus (masalah kesehatan gigi) yang sedang dihadapi
teman/saudara/orang tua anda
Deskripsikan bagaimana cara anda berempati terhadap teman/saudara/orang tua yang mendapat
masalah tersebut
Referensi

◦ Modul Komunikasi Interpersonal antara Petugas kesehatan dengan Pasien


Penderita PenyakitKusta (2005)– Sayang Ajeng Mardhiyah
◦ Beberapa file ppt pribadi; PKRS dll
◦ Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai