Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan pertumbuhan terjadi pada sel, jaringan, dan organ baik
sebelum maupun sesudah kelahiran. Faktor faktor yang mempengaruhi
adanya gangguan pertumbuhan berupa; jumlah sel dalam jaringan atau
organ, ukurannya, kombinasi dari jumlah dan ukuran sel dan perubahan
tipe sel normal yang berubah. Istilah bagi gangguan pertumbuhan yang
digunakan adalah troph atau nutrisi dan plasia artinya membentuk.
Atresia berasal dari bahasa yunani, a artinya tidak ada, terpis
artinya nutrisi atau makanan. Atresia adalah suatu keadaan dimana tidak
adanya atau tertutupnya suatu lubang alami atau organ tubulur secara
kongenital pada tubuh individu sejak dilahirkan (Archibald J, 1974).
Dengan kata lain tidak adanya lubang ditempat yang seharusnya berlubang
atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena
bawaan sejak lahir atau tejadinya kemudian karena proses penyakit yang
mengenai saluran itu. Keadaan atresia ini hampir mirip dengan agenesis,
namun yang terjadi pada atresia adalah kelainan pada pembukaan di suatu
saluran tubuh. Umumnya atresia ini disebabkan karena kelainan pada masa
pertumbuhan embrional. Contoh kasus atresia pada hewan berupa Atresia
ani, atrea usus dan saluran empedu (atresia bilier).
Atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang
anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila
tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum. Atresia
ani merupakan kondisi kelainan pada anus yang umumnya terjadi pada
anak-anak atau bayi hewan yang baru lahir. Atresia ani paling sering
ditemui pada anak kucing dan anjing, kambing, babi dan sapi.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan atresia?
 Apa saja contoh kasus atresia yang terjadi pada hewan?
 Apa yang dimaksud dengan Atresia ani?
 Bagaimana gejala klinis dan penyebabnya?

1.3 Tujuan
o Mengetahui dan memahami gangguan pertumbuhan atresia
o Mengetahui dan memahami tentang Atresia ani
o Mengetahui gejala klinis dan penyebab atresia
o Mengetahui contoh kasus atresia pada hewan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Atresia ani


Kasus atresia yang banyak terjadi pada hewan, khususnya yang baru
dilahirkan adalah Atresia ani. Atresia ani adalah keadaan suatu organ tertutup
pada daerah anus hewan. Pada dasarnya organ pada anus memiliki aturan
normal atau terbentuk dengan normal. Sedangkan pada kelainan ini, organ
rektum hewan berkembang dengan sempurna namun anusnya tidak terbentuk.
Saat inspeksi hanya terlihat kulit pada daerah dubur tanpa membentuk lubang
dari anus. Kasus Atresia ani umumnya merupakan kasus yang menyebabkan
yang hanya menyebabkan penekanan feses di daerah anus dan spincternya
karena dasarnya organ terbentuk normal.
Menurut Ladd dan Gross (1966) terdiri dari 4 golongan yaitu: stenosis
rectum yang lebih rendah atau pada anus, membran anus yang menetap, anus
imperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-macam
jarak dari peritonium, lubang anus yang terpisah dari ujung rektum. Pada (1)
tipe pertama yang merupakan penyakit bawaannya sejak lahir tidak memiliki
anus. (2)Tipe kedua dimana hewan memiliki kekuatan untuk mengeluarkan
feses dari luar anus dan rektumnya dari cranial sampai anus. (3)Tipe ketiga
keadaan anusnya yang tertutup sampai pada rektumnya yang buntu hingga
daerah kranioal. (4) Pada tipe empat, anus dan rektumnya berkembang tidak
normal dari cranial hingga pembungkus kantung saluran pelvisnya. Atresia
ani tipe IV merupakan kejadian penyakit yang tidak normal. Daerah abdomen
yang berdekatan dengan kebutuhan akan pengangkutan daerah colon dan
rectum. Karena daerah ini merupakan daerah yang sangat penting dalam
perjalanan/saluran makanan setelah di olah dan akan di keluarkan.
Kebuntuan dan tidak adanya lubang anus ini dapat juga disertai dengan
kebuntuan dari colon desenden. Pada kelainan ini rectum berkembang penuh
namun anus tidak terbentuk. Pada inspeksi hanya terlihat kulit pada daerah
dimana lubang dubur seharusnya berada. Berdasarkan derajat pembesaran
rectum atau perional, pemeriksaan radiografi daerah abdominal dapat
membantu menentukan posisi ujung pada saluran pelvis sehingga dapat
dengan mudah dalam penanganan selanjutnya. Karena bila penanganan yang
terlambat pada tipe ini maka akan terjadi akumulasi.
2.2 Penyebab Atresia ani
Atresia ani dapat terjadi apabila pembungkus pada bagian caudal
mengalami kerusakan, sehingga menjadi burut. kelainan pada masa
pertumbuhan embrional. Tidak adanya rectum bila ujung rectum tertutup oleh
adanya kantong sebelum mencapai anus. Pada kasus Atresia ani dan recti
kebuntuan anus dan rekti dapat pula disertai dengan kebuntuan kolon
desendens, diagnosa kelainan ini secara pasti juga hanya diketahui melalui
pemeriksaan rontgen. Kelainan atau cacat sejak lahir atau sejak dari rahim,
kelainan-kelainan struktur atau fungsi yang ada saat kelahiran, hingga bisa
disebabkan oleh genetik atau faktor lingkungan, atau suatu kombinasi
keduanya.
2.3 Gejala klinis
Gejala yang menunjukkan terjadinya Atresia ani atau anus imperforate
terjadi dalam waktu 24 sampai 48 jam dengan gejala yang tampak yaitu perut
kembung, muntah, tidak bisa buang air besar, pada pemeriksaan radiology
dapat dilihat adanya penyumbatan, tidak dapat atau megalami kesulitan
mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja yang menyerupai pita). Atresia
ani pada hewan yang baru dilahirkan menunjukkan gejala perejanan. Anus
yang tidak ada dan biasanya tampak penononjolan pada daerah perineum,
yang seharusnya berfungsi sebagai pengumpulan feses dan meconium.
Hewan yang mengalami penyakit Atresia ani tipe pertama (I) terlihat
menahan rasa sakit hingga terjadi kelemahan, konstipasi, kelemahan
tenesmus, pembukaan stenotic pada anus. Anak-anak anjing dan kucing yang
baru lahir penderita Atresia tipe kedua secara klinis tampak normal, untuk
jangka waktu 2 sampai 4 minggu,setelahnya akan mengalami anoreksia,
kegelisahan, kelemahan dan pembesaran abdomen hingga tidak ada proses
defekasi. Dalam kondisi ini, beberapa jam setelahnya akan timbul gejala
abstruksi. Untuk Atresia ani tipe II dan III, mulai tampak sebuah lekukan
yang terlihat pada anus yang tertutup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atresia ani merupakan suatu kelainan malformasi kongenital di
mana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau
tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang
secara tetap pada daerah anus. Atresia ani ini dapat meliputi bagian anus,
rektum, atau bagian diantara keduanya. Atresia ani paling sering ditemui
pada anak kucing dan anjing, kambing, babi dan sapi. Tanda-tanda klinis
umum yang ditunjukkan adalah konstipasi, kelemahan tenesmus,
pembukaan stenotic pada anus.
DAFTAR PUSTAKA

Archibald,J (1974). Canine Surgery, 2 nd ed. American Veterinary Publications,


inc. Drawer KK .Santa Barbara, California.
Anonimus. 2013. Atresia ani.
http://centerveterinary.blogspot.co.id/2015/11/atresi-ani.html
Anonimus. 2014. Atresia ani. https://kuliahbhn.blogspot.co.id/2012/12/atresia-
ani.html

Ibrahim, R. 2000. Ilmu Pengantar Bedah Umum Veteriner. Syiah Kuala


University Press, Banda Aceh.
Ellison, G. & Papazoglou, L. 2012. Atresia Ani in Dogs and Cats. Journal of The
American Veterinary Medical Association, n.d.
S. Anwar & G.N. Purohit. 2012. Rare Congenital Absence of Tai (anury) and
Anus (atresia ani) in Male Camel (Camelus dromedarius) Calf. Open
Veterinary Journal, (2012), Vol. 2: 69-71. India
Suberata et all. 2016. Kajian Aktivitas Ovarium Babi Betina Hasil Pemotongan di
Rumah Potong Hewan Tradisional. Majalah Ilmiah Peternakan
Vol:19:2:80. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai