Pada percobaan partisi ekstrak rimpang kunyit, tidak dilakukan partisi lagi sebab pada
percobaan sebelumnya yaitu uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) digunakan ekstrak heksan
yang telah yang aktif dan memiliki efek toksik yang tinggi.
Ekstrak heksan tersebut tidak dapat lagi dipartisi, baik pada Ekstraksi Cair Padat (ECP)
maupun Ekstraksi Cair – Cair (ECC) karena ekstrak heksan rimpang kunyit adalah adalah
ekstrak yang telah diekstraksi dengan pelarut non – polar sehingga tidak dapat lagi menarik
senyawa yang terlarut pada pelarut yang lebih polar dikarenakan polaritasnya yang lebih tinggi
serta pada pelarut non - polar seperti heksan, tidak dapat mengekstraksi senyawa yang
terkandung dalam ekstrak heksan rimpang kunyit dikarenakan ekstrak tersebut dan pelarut
sebanyak 2 gram dan diserbukkan dengan silika kasar. Penjerap yang digunakan yaitu silika
kasar 100 gram yang disuspensikan dengan pelarut heksan dan dimasukkan dalam tabung
kolom yang ujungnya telah disumbat kapas dan ditutupi lagi dengan kertas saring, kemudian
ekstrak heksan rimpang kunyit yang telah diserbukkan dimasukkan dalam kolom.
Deret eluen yang digunakan yaitu Heksan 100%, H : E (4:1), H : E (3:1), H : E (1:1) dan
etil asetat 100%. Eluen dengan polaritas yang rendah mengelusi terlebih dahulu hingga yang
memiliki polaritas tinggi. Setelah diperoleh fraksi hasil elusi, masih terdapat pita kuning dalam
penjerap sehingga digunakan metanol untuk mengelusi senyawa yang terkandung dalam
penjerap agar tidak ada lagi pita kuning pada penjerap kolom, kemudian hasil fraksi di uapkan
Pada percobaan fraksinasi, hasil fraksi pada kromatografi kolom ditotolkan pada
lempeng silika GF254 untuk mengelompokkan fraksi berdasarkan kepolarannya. Hasil fraksi
kromatografi kolom kemudian ditotolkan dengan pipa kapiler pada lempeng silika dan dielusi
dengan fase gerak yaitu Heksan : Etil asetat (3:1) sebanyak 10 mL. Dilakukan pengamatan
pada sinar UV 254 nm dan 366 nm. Pada pengamatan sinar UV 254 nm diperoleh spot noda
pada lempeng KLT sedangkan pada pengamatan sinar UV 366 nm spot noda tidak terlalu jelas.
Lempeng KLT selanjutnya disemprot dengan reagen asam sitoborat untuk mendeteksi adanya
kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak yang dianalisis. Lempeng KLT kemudian
dipanaskan selama 5 menit, fungsi pemanasan pada lempeng KLT yaitu menggeser panjang
gelombang sehingga noda dapat dilihat secara visibel, kemudian diamati kembali pada sinar UV
366 nm, hasil yang diperoleh yaitu terdapat spot noda yang berpendar setelah dilakukan
pemanasan. Pada sinar UV 366 nm noda akan berpendar, disebabkan karena adanya interaksi
antara gugus kromofor yang terdapat dalam sampel dengan sinar UV. Dari hasil tersebut dapat
diamati secara jelas fraksi E (metanol 100%) dan F (metanol 100%) serta fraksi G (metanol
100%) dan H (metanol 100%) dapat dikelompokkan berdasarkan jarak spot noda yang sama
pada lempeng silika. Hasil spot noda pada lempeng silika berwarna kuning yang dilihat secara
visibel menandakan bahwa senyawa atau sampel ekstrak heksan rimpang kunyit positif
V.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa dalam percobaan partisi tidak dilakukan
lagi karena ekstrak yang aktif dan memiliki efek toksik adalah ekstrak heksan, pada
kromatografi kolom diperoleh fraksi dari tiap deret eluen yaitu H : E (4:1), H : E (3:1), H : E (1:1),
Etil asetat 100%, Metanol 100%, pada fraksinasi pelarut diperoleh fraksi yang sama pada fraksi
E dan F serta fraksi G dan H berdasarkan jarak spot noda pada lempeng KLT serta spot noda
Lempeng KLT berwarna kuning setelah disemprot asam sitoborat yang menandakan ekstrak
V.2 Saran
Dalam pengerjaan praktikum, praktikan harus fokus dan berhati - hati agar pengerjaan
setiap prosedur kerja dilakukan dengan benar dan hasil yang diperoleh baik.