Mewaspadai Risiko Sistematik Perusahaan Pembiayaan
A. Mengapa banyak perusahaan pembiayaan tutup? Tata kelola perusahaan yang buruk, yatitu adanya keserakahan sehingga terjadi gagal bayar medium term no tes (MNT) PT. Sunprima Nusantara Pembiayaan dan kredit macet di beberapa bank. Bank kian selektif dalam memberikan pembiayaan ke multifinance. Ketentuan permohonan minimum Rp 100M tidak mudah dipenuhi karena lebih dari 20% perusahaan yang modalnya dibawah Rp 100M. Bank semakin selektif dengan hanya memberikan kredit kepada nasabah multifinance yang lancar saja. Karena ketika bank memberikan kredit kepada nasabah yang tidak lancar dalam pembayarannya maka akan mempengaruhi peningkatan resiko pada bank. Pengawasan terintegrasi belum belum sepenuhnya efektif di OJK. Hal itu terlihat dari pengawasan dan pengaturan antar bank dan industri keuangan non bank (IKNB) belum terintegrasi dengan baik. Sehingga terjadi kasus multipladge dan brancasurance (Jiwasraya). Skema ponzy : adanya masalah likuiditas dan rendahnya kepercayaan bank terhadap multifinance sehingga multifinance yang mengalami kekurangan dana akan mengalami beban overhead yang akan mengakibatkan terjadinya financial distress. Praktik multipledge yang terjadi pada multifinance akan mengakibatkan kehancuran dan kebangkrutan perusahan. Jumlah multifinance sangat banyak dengan struktur modal yang sangat kecil Munculnya LSM yang melindungi para penunggak kredit motor dan mobil yang akan bernegosiasi dengan multifinance agar dapat menyerahkan motor ataupun mobil sehingga membuat biaya operasional multifinance akan membengkak.
B. Solusi yang harus dilakukan :
Multifinance harus memulihkan kepercayaan perbankan atau kreditor, membenahi tatakelola, manajemen risiko, dan kepatuhan yang sehat. Multifinance harus menguatkan permodalan dan kapasitas kepemilikan dengan membuat semacam peta jalan (road map) prndanaan dalam jangka panjanag. Semua pihak harus bersama-sama menjaga dampak sistematik multifinance tidak terjadi. Bank-bank tidak harus menutup ketat aliran kredit kepada multifinance karena tidak semua multifinance melakukan praktik yang buruk. Bisnis model multifinance harus segera diubah sejalan dengan hadirnya teknologi finansial (fintech) Dilakukan penutupan terhadap multifinance yang sakit dan tidak punya masa depan sehingga hanya akan ada multifinance yang sehat, kuat, dan transparan dengan tatakelola yang baik. Tindakan tegas harus terus dilakukan oleh Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) dan pihak kepolisian untuk mencegah timdakan anrkrisiris LSM. OJK harus memperbaiki kinerjanya dengan meningkatkan pengawasan dan pengaturan industri keuangan non bank dan perbankan secara terintegrasi.