Anda di halaman 1dari 32

REFERAT TANAMAN HERBAL HEPATOPROTEKTOR

BLOK KEDOKTERAN HERBAL

Kelompok 2

Tutor:
dr. Dyah Retnani Basuki, M. Kes., AAAK.

Disusun oleh:
Fabella Khairina Pertiwi 1513010005
Firstkano Irandra Asa Rochman 1513010038

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, dapat menyelesaikan referat ini dengan judul Tanaman Herbal
Hepatoprotektor. Penulisan referat ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
pada blok kedokteran herbal.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan referat ini, sangatlah sulit
untuk menyelesaikan referat ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. dr. Mambodyanto SP., S.H., M.Kes.(MMR) selaku Dekan FK yang telah
memberi berbagai informasi dan bimingan tentang tata laksana
penyusunan referat;
2. dr. Yenni Bahar, M.Si, selaku penanggung jawab blok kedokteran herbal
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah
memberi berbagai informasi dan bimingan tentang tata laksana
penyusunan referat;
3. dr. Dyah Retnani Basuki, M. Kes. AAAK, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam
penyusunan referat ini;
4. Teman-teman angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan dukungan dalam
pembuatan referat ini.

Purwokerto, 3 September 2018


Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2


BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Tujuan ............................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 6
A. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) ................................................ 6
B. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii Ness ex) .......................................... 9
C. Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) ................................................... 11
D. Daun Paliasa (Kleinhovia hospita L) .......................................................... 15
E. Kunyit (Curcuma domestica Val.) .............................................................. 19
F. Meniran (Phylanthus niruri Val.) .............................................................. 23
SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 29

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan
berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya
sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat badan bayi. Hepar menempati
sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, di bawah diafragma,
dilindungi oleh tulang iga, dan merupakan pusat metabolisme tubuh
dengan fungsi yang sangat kompleks. Salah satu fungsi hepar adalah untuk
melindungi tubuh terhadap zat toksik dengan jalan proses detoksifikasi.
Sebagian besar zat kimia atau obat-obatan masuk melalui saluran cerna
akan melewati hepar sebagai organ metabolisme sentral (Yasmine, 2015).
Hepatoprotektor adalah suatu senyawa obat yang dapat
memberikan perlindungan pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh
obat, senyawa kimia, dan virus. Zat-zat beracun, baik yang berasal dari
luar tubuh seperti obat maupun dari sisa metabolisme yang dihasilkan
sendiri oleh tubuh akan didetoksifikasi oleh enzim-enzim hati sehingga
menjadi zat yang tidak aktif (Katzung, 2015).
Sejak dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya
penanggulangan masalah kesehatan jauh sebelum obat-obat modern
menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang obat tradisional ini
merupakan warisan budaya berdasarkan pengalaman yang secara
turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada
generasi saat ini. Peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan
dapat lebih ditingkatkan dengan mendorong upaya pengenalan,
penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat serta keamanan suatu
tumbuhan obat, sehingga secara bertahap potensi bahan alam Indonesia
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Depkes RI, 2012).

4
Salah satu fungsi tanaman herbal adalah sebagai hepatoprotektor.
Salah satu kandungan yang berfungsi sebagai hepatoprotektor adalah
antioksidan. Banyak tanaman yang ada di sekeliling kita yang bisa
dimanfaatkan sebagai hepatoprotektor. Salah satu contoh yaitu kunyit,
meniran, paliasa, temulawak, kayu manis, kenikir. Oleh karena itu, perlu
diketahui deskripsi, kandungan kimia hingga posologi mengenai keenam
tanaman tersebut (Permenkes, 2016).

B. Tujuan
1. Mengetahui tanaman herbal yang berfungsi sebagai hepatoprotektor
2. Mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia, indikasi, kontra
indikasi, toksisitas, posologi, efek samping, uji klinik dan uji preklinik
tanaman kunyit
3. Mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia, indikasi, kontra
indikasi, toksisitas, posologi, efek samping, uji klinik dan uji preklinik
tanaman meniran
4. Mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia, indikasi, kontra
indikasi, toksisitas, posologi, efek samping, uji klinik dan uji preklinik
tanaman paliasa
5. Mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia, indikasi, kontra
indikasi, toksisitas, posologi, efek samping, uji klinik dan uji preklinik
tanaman temulawak
6. Mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia, indikasi, kontra
indikasi, toksisitas, posologi, efek samping, uji klinik dan uji preklinik
tanaman kayu manis
7. Mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia, indikasi, kontra
indikasi, toksisitas, posologi, efek samping, uji klinik dan uji preklinik
tanaman kenikir

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)


1. Deskripsi
Perawakan terna berbatang semu, tinggi dapat mencapai 2 m,
berwarna hijau atau coklat gelap, rimpang berkembang sempurna,
bercabang-cabang kuat, berwarna hijau gelap, bagian dalam berwarna
jingga, rasanya agak pahit. Setiap individu tanaman mempunyai 2-9
daun, berbentuk lonjong sampai lanset, berwarna hijau atau coklat
keunguan terang sampai gelap, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm,
panjang tangkai daun (termasuk helaian) 43-80 cm. Perbungaan berupa
bunga majemuk bulir, muncul di antara 2 ruas rimpang (lateralis),
bertangkai ramping, 10-37 cm berambut, daun-daun pelindung
menyerupai sisik berbentuk garus, berambut halus, panjang 4-12 cm,
lebar 2-3 cm. Bentuk bulir lonjong, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm,
berdaun pelindung banyak, panjangnya melebihi atau sebanding dengan
mahkota bunga, berbentuk bulat telur sungsang (terbalik) sampai bulat
memanjang, berwarna merah, ungu atau putih dengan sebagian dari
ujungnya berwarna ungu, bagian bawah berwarna hijau muda atau
keputihan, panjang 3-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm (Permenkes, 2016).
2. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma

6
Species : Curcuma xanthorrhiza Roxb
(Mutmainah, 2015)

Gambar 2.1 Temulawak


3. Kandungan Kimia
Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid (0,8-2%) terdiri
dari kurkumin dan demetoksikurkumin, minyak atsiri (3-12%) dengan
komponen α-kurkumen, xanthorizol, β-kurkumen, germakren,
furanodien, furanodienon, arturmeron, β-atlantanton, d-kamfor. Pati (30-
40%) (Permenkes, 2016).
4. Mekanisme Kerja
Mekanisme hepatoprotektif terjadi karena efek kurkumin sebagai
antioksidan yang mampu menangkap ion superoksida dan memutus
rantai antar ion superoksida (O2- ) sehingga mencegah kerusakan sel
hepar karena peroksidasi lipid dengan cara dimediasi oleh enzim
antioksidan yaitu superoxide dismutase (SOD) dimana enzim SOD akan
mengonversi O2 - menjadi produk yang kurang toksik. Curcumin juga
mampu meningkatkan gluthation S-transferase (GST) dan mampu
menghambat beberapa faktor proinflamasi seperti nuclear factor-ĸB (NF-
kB) dan profibrotik sitokin. Aktifitas penghambatan pembentukan NF-kB
merupakan faktor transkripsi sejumlah gen penting dalam proses
imunitas dan inflamasi, salah satunya untuk membentuk TNF-α. Dengan
menekan kerja NF-kB maka radikal bebas dari hasil sampingan inflamasi
berkurang (Marinda, 2014).

7
5. Uji Pre Klinik
Xanthorrhizol (200 mg/kg BB/hari, po) selama 4 hari ternyata
mencegah hepatotoksisitas yang diinduksi cisplatin (45 mg/kg BB, ip)
secara bermakna. Juga menghilangkan cisplatin-induced DNA-binding
activity of nuclear factor-kappaB (NF-κB), sehingga mempengaruhi
kadar ekspresi mRNA dari NF-κB-dependent genes, inducible nitric
oxide synthase (iNOS), dan cyclooxygenase-2 (COX-2), walaupun
sebagian. Juga melemahkan supresi cisplatin terhadap DNA-binding
activity of activator protein 1 (AP-1). Terapi kombinasi xanthorrhizol
dan cisplatin memberi keuntungan dibanding terapi tunggal cisplatin
pada terapi Ca (Permenkes, 2016).
6. Uji Klinik
Uji coba kemanjuran temulawak dilakukan terhadap 33 orang
pasien penderita hepatitis kronis. Selama 12 minggu, setiap pasien
menerima 3 kali sehari satu kapsul yang mengandung kurkumin dan
minyak menguap. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa data serologi
(GOT, GPT, GGT, AP) dari 68-77% pasien menunjukkan tendensi
penurunan ke nilai normal dan bilirubin serum total dari 48% pasien juga
menurun. Keluhan nausea/vomitus yang diderita pasien dilaporkan
menghilang. Gejala pada saluran pencernaan dirasakan hilang pada 43%
pasien sedangkan sisanya masih merasakan gejala tersebut, termasuk
70% pasien yang merasakan kehilangan nafsu makannya (Laili, 2013).
7. Indikasi
Hepatoprotektor (Permenkes, 2016).
8. Kontra Indikasi
Obstruksi saluran empedu dan ikterus (Permenkes, 2016).
9. Interaksi Obat
Belum diketahui (Permenkes, 2016).
10. Efek Samping
Dosis besar atau pemakaian yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan iritasi membrane mukosa lambung. Tidak dapat

8
digunakan pada penderita radang saluran empedu akut atau ikterus. Hati-
hati menggunakan temulawak bersama dengan obat pengencer darah
(Permenkes, 2016).
11. Toksisitas
Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol yang diperoleh dari rimpang
temulawak yang tidak dan yang diradiasi 5 dan 10 kGy terhadap mencit
jantan dan betina menunjukkan bahwa dosis tunggal oral sampai 7500
mg/kg BB, tidak ada efek toksik yang bermakna dan nilai LD50 ketiga
ekstrak adalah lebih besar dari 7500 mg/kg BB. Sampai dosis 7500
mg/kg BB sebagai dosis tunggal oral ketiga ekstrak tidak memengaruhi
perkembangan bobot badan dan bobot organ (jantung, paru, hati, limpa,
ginjal, limpa, adrenal, testis dan vesica seminalis) pada mencit jantan dan
betina (Katrin, 2011).
12. Posologi
2 x 1 kapsul (250 mg ekstrak)/hari selama 30 hari (Permenkes, 2016).

B. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii Ness ex)


1. Deskripsi
Pohon tahunan tinggi 10-15 m, berkayu, tegak, bercabang,
berwarna hijau kecoklatan. Daun tunggal, lanset, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, panjang 4-14 cm, lebar 1-6 cm. Warna pucuknya
kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Bunga berkelamin dua,
warna kuning, ukurannya kecil. Buah buni, berbiji satu dan berdaging,
bentuk bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua
berwarna ungu tua (Permenkes, 2016).
2. Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Class : Magnoliopsida (Berkeping dua)
Ordo : Laurales
Family : Lauraceae

9
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii Ness ex
(Hermawan, 2017)

Gambar 2.2 Kayu Manis


3. Kandungan Kimia
Kulit kayu manis mengandung minyak atsiri sampai 4% dengan
kandungan utama cinnamaldehyde. Komponen lain cinnamil acetat,
eugenol, caryofilen, linalool dan cineol, prosianidin, musilago
polisakarida, asam sinamat dan asam fenolat (Permenkes, 2016).
4. Uji Pre Klinik
Pemberian kayu manis dapat mencegah terjadinya gambaran
degenerasi hidropik dan nekrosis pada sel hepar (p=0,0) yang diberi
paracetamol namun tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antar
dosis pada masing-masing kelompok perlakuan dengan kayu manis. Pada
kelompok P3 didapatkan sebukan sel limfosit pada pada sel-sel hepar
yang menunjukkan terjadinya inflamasi pada hepar. Hasil analisa statistik
uji SGOT (p=0,4) dan SGPT (p=1,0) tidak menunjukkan perbedaan yang
bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan (Gunawan, 2011).
5. Indikasi
Hepatoprotektor (Permenkes, 2016).
6. Kontra Indikasi

10
Demam yang tidak jelas kausanya, kehamilan, ulkus gaster atau
duodenum, alergi terhadap kayu manis dan cinnamaldehyde (Permenkes,
2016).
7. Interaksi
Dapat menurunkan jumlah trombosit setelah penggunaan lama. Secara
teoritis dengan obat antikoagulan dan antiplatelet meningkatkan risiko
perdarahan tetapi tidak ada laporan klinis. Efek aditif dengan obat
hipoglikemik. Sinergi dengan obat antiaritmia, herba ginko biloba,
cengkeh, artemisia, ephedra (Permenkes, 2016).
8. Efek Samping
Dapat mencegah pembekuan darah karena itu hati-hati bila dikombinasi
dengan obat pengencer darah. Alergi (dermatitis, stomatitis, gingivitis,
glositis, perioral dermatitis, cheilitis) (Permenkes, 2016).
9. Toksisitas
LD50 minyak kayu manis 4,16 g/kg BB. Uji toksisitas subkronik
dengan konsentrasi 1% pada pakan tikus menyebabkan sedikit
pembesaran sel hati. Pada dosis 0,25% tidak menimbulkan efek yang
tidak diinginkan. US FDA menggolongkan GRAS (Generally
Recognized as Safe) dengan status sebagai bahan tambahan pangan.
Tidak menimbulkan efek mutagenik. Ekstrak metanol kulit kayu manis
tidak menimbulkan efek teratogenik pada tikus (Permenkes, 2016).
10. Posologi
2 x 1 kapsul (500 mg ekstrak)/hari (Permenkes, 2016).

C. Kulit Manggis (Garcinia mangostana L)


1. Deskripsi
Tanaman yang pertumbuhannya paling lambat, berasal dari biji
umumnya membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah. Tinggi 10-25
m dan tajuk berbentuk piramida. Diameter batang 25-35 cm, kulit
berwarna cokelat gelap atau hampir hitam, kasar dan cenderung
mengkelupas. Getah berwarna kuning. Letak daun berhadapan, tangkai

11
pendek, panjang 1,5-2 cm berbentuk bulat telur, bulat panjang atau elip
dengan panjang 15-25 cm dan lebar 7-13 cm, mengkilap, tebal dan kaku,
ujung daun meruncing dan licin. Daun baru berwarna agak merah muda
yang berubah menjadi hijau gelap. Bunga uniseks terdapat pada pucuk
ranting muda dengan diameter 5-6 cm, pedikelnya pendek, tebal dan
panjang 1,8-2 cm terletak pada dasar bunga. Buah dihasilkan secara
partenogenesis, berbentuk bundar, berdaging lunak saat masak, pada
bagian dasarnya dan bagian bawah terdapat petal yang tebal dan rongga-
rongga stigma, sisa rongga stigma ini tetap tinggal pada ujung buah.
Buah berbentuk bulat atau agak pipih dengan diameter 3,5-8 cm. Kulit
buah mengandung getah kuning yang pahit. Kulit buah tebal 0,8-1 cm
berwarna keunguan biasanya mengandung cairan kekuningan yang pahit
dan mengandung tanin dan mangostin. Biji merupakan biji apomik yang
terbentuk dari sel- nuselus pada buah partenokarpi, berwarna coklat
dengan panjang 2-2,5 cm; lebar 1,5-2,0 cm dan tebalnya 0,7-1,2 cm
(Permenkes, 2016).
2. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Guttiferanales
Famili : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L
(Bahri et al., 2012).

12
2.3 Buah Manggis
3. Kandungan Kimia
Kulit buah yang setengah matang menghasilkan derivat polyhydroxy-
xanthone yaitu mangostin, α-mangostin, ßmangostin, γ-mangostin, dan
methoxy-β-mangostin. Kulit buah yang matang mengandung xanthones,
gartanin, 8-disoxygartanin, dan normangostin (Permenkes, 2016).
4. Uji Pre Klinik
Senyawa antioksidan kulit manggis pada tikus yang diinduksi 7,12-
dimethylbenz[α]anthracene (DMBA) didapatkan bahwa dari berbagai
senyawa xanton yang terisolasi, mayoritas secara aktif menginhibisi
adalah α-mangostin dan γ-mangostin. Senyawa xanton juga mempuyai
potensi sebagai antiinflamasi dalam menurunkan produksi TNF-α. Selain
xanton, antosianin pada kulit manggis juga merupakan senyawa yang
potensial memiliki aktivitas antioksidan. Efek antioksidan dan
antiinflamasi inilah yang kemudian berpotensi menjadi hepatoprotektor
(Zulfian, 2014)
5. Uji Klinik
Ekstrak kulit manggis dosis 20 mg/100gr BB, 40 mg/100gr BB, dan 80
mg/100gr BB dapat menurunkankan jumlah pembengkakan hepatosit
pada hepartikus jantan yang diinduksi oleh rifampisin (Muhartono,
2014).
6. Indikasi
Hepatoprotektor, Paliatif kanker (Ca mammae, Ca gaster, Ca paru, Ca

13
kolon, lekemia, hepatoma) (Permenkes, 2016).
7. Kontra Indikasi
Alergi, kehamilan, laktasi (Permenkes, 2016).
8. Interaksi Obat
Sinergis dengan antibiotik gentamisin, vankomisin, ampisilin, dan
minosiklin untuk mengatasi bakteri VRE (Vancomycin-Resistant
Enterococci) dan MRSA (Multiresistant Staphylococcus aureus).
Mungkin berinteraksi dengan obat kemoterapi anthracycline, platinum,
dan pengalkilasi, karena efek antioksidannya. Efek adiksi dengan
antihistamin (Permenkes, 2016).
9. Efek Samping
Minum jus manggis setiap hari selama 12 bulan, dapat mengalami
asidosis laktat berat, diduga akibat alphamangostin menyebabkan
disfungsi mitochondria (Permenkes, 2016).
10. Toksisitas
LD50: semu > 8.96 g/kgBB. LD50 per oral pada mencit: > 5 g/kg BB.
Pemberian ekstrak G. Mangostana 1,2 dan 3 g/kg BB per oral pada
hewan uji selama 14 hari, tidak terjadi perubahan bermakna pada
perilaku dan parameter biokimia darah. Toksisitas subkronik: ekstrak per
oral 400, 600, dan 1200 mg/kg BB pada tikus setiap hari selama 12
minggu, tidak menunjukkan perubahan tingkah laku, pola makan dan
minum, pertumbuhan atau kesehatan, juga nilai hematologi (Permenkes,
2016) (Permenkes, 2016).
11. Posologi
2 x 1 kapsul (500 mg ekstrak)/hari (Permenkes, 2016).

14
D. Daun Paliasa (Kleinhovia hospita L)
1. Deskripsi

Pohon timoho (Kleinhovia hospita L.) adalah pohon belukar yang


selalu hijau. Nama lain pohon timoho adalah paliasa, timanga, palisade,
tengkele (sunda), dan apung-apung (Sulawesi). Tanaman ini memiliki tinggi
5-20 meter. Tumbuhan yang masuk ke dalam famili Sterculiaceae ini
mempunyai batang berwarna abu-abu dan mempunyai akar tunjang
berbentuk akar papan. Batangnya berbonggol-bonggol dan dipenuhi cabang-
cabang tebal. Kayunya berwarna pucat kekuningan dengan urat-urat hitam
tetapi tidak merata pada seluruh batang. Daun tunggal berseling berbentuk
bulat telur sampai berbentuk jantung. Daun bertangkai panjang, berbentuk
jantung 4,5 – 27 cm, lebar 3,2-24 cm. Perbungaan malai terminal dengan
lebar bunga ±5 mm berwarna merah jambu. Daun kelopak memita melanset
dan daun mahkota berwarna kuning. Buah berbentuk kapsul berselaput
membulat dan merekah pada rongganya. Masing-masing rongga berisi biji
1-2 buah berwarna keputihan dan berkutil (Permenkes, 2016).
2. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae

15
Kelas : Dikotiledon
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Genus : Kleinhovia
Species : Kleinhovia hospital L.
(Permenkes, 2016).
3. Simplisia
Bagian tanaman paliasa ini yang biasa digunakan yaitu daun.
(Permenkes, 2016).
4. Kandungan Kimia
Kuersetin, kaemferol, tanin, rutin, tirterpen, asam prusid, minyak
atsiri, saponin, cardenolin & bufadienol serta antrakinon. (Permenkes,
2016).
5. Mekanisme Kerja
Terdapat empat isolat cycloartane triterpenoid alkaloid dari K. hospita,
yaitu Kleinhospitines A, B, C dan D. Kleinhospitines C dan D menunjukkan
aktivitas hepatoprotektif terhadap kultur sel hepatosit yang diinduksi
kerusakan dengan H2O2 (Zhou et al., 2013). Sebuah penelitian
menunjukkan adanya efek hepatoprotektif dari ekstrak daun K. hospita,
untuk hepatitis pada hewan coba, yang diinduksi paparan karbon
tetraklorida. Ekstrak daun K. hospita pada dosis perlakuan 250 mg/kgBB,
500 mg/kgBB, 750 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBB secara efektif dapat
menurunkan aktivitas enzim SGPT dalam darah, sehingga dapat mengurangi
kerusakan sel hati yang ditimbulkan oleh karbon tetraklorida dan berkhasiat
untuk pengobatan radang hati. Daun K. hospita mengandung saponin,
cardenolin, bufadienol dan antrakuinon yang diduga berperan dalam efek
hepatoprotektif ini (Raflizar dan Sihombing, 2009).
6. Uji Preklinik
Uji khasiat dan manfaat daun paliasa dilakukan terhadap tikus
penderita radang hati. Tikus yang digunakan sebanyak 63 ekor tikus putih
betina strain Wistar yang berumur 6 bulan dengan berat rata-rata (±SD)

16
150,28 ± 4,45 g. Ekstrak daun paliasa diberikan secara per oral melalui
sonde. Sebelum penelitian dimulai, semua tikus kecuali kelompok kontrol
diberi 0,55 mg/kgBB larutan CCl4 untuk merusak organ hatinya. Penelitian
dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 7 perlakuan
dan 9 ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari pemberian :
- Akuades (Kn) Kontrol negative
- CCl4 (Kp) Kontrol positif
- CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 250 mg/kgBB (P1)
- CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 500 mg/kgBB (P2)
- CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 750 mg/kgBB (P3)
- CCl4 + ekstrak daunpaliasa dengan dosis 1000 mg/kgBB (P4)
- CCl4 + ekstrak daunpaliasa dengan dosis 1250 mg/kgBB (P5)
Pada ketujuh kelompok tikus tersebut dilakukan pengukuran kadar
SPGT plasma, kandungan peroksida lipid hati dan derajat kerusakan sel
hati. Pada hari kedua atau jam ke-50 semua tikus dibunuh menggunakan
larutan eter dan dilakukan pengambilan darah melalu jantung serta organ
hati untuk pemeriksaan histopatologi. Hasil memperlihatkan bahwa ketiga
parameter tersebut secara statistik tidak berbeda secara bermakna antar
masing-masing perlakuan dengan ekstrak daun paliasa, sebaliknya berbeda
bermakna jika dibandingkan dengan kelompok posiif CCl4 (kontol positif ,
p0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun paliasa semua dosis
perlakuan secara efektif dapat mengurangi kerusakan sel hati yang
ditimbulkan oleh CCl4 (carbon tetrachloride). Peningkatan dosis ekstrak
daun paliasa (1250mg/kgBB) menimbulkan pengurangan efek perbaikan sel
hati dan dosis ini kurang efektif untuk pengobatan radang hati. Ekstrak daun
paliasa ternyata berkhasiat untuk pengobatan radang hati pada dosis 250,
500, 750, dan 1000 mg/kgBB (Permenkes, 2016).
7. Uji Klinik
Uji efektivitas daun paliasa diakukan dengan penelitian secara
Randomized Clinical Trial (RCT), pada populasi pasien/penderita hepatitis

17
di RS Haji Mina, RS Daya dan RS Wahidin Sudirohusodo dan UTD PMI
SulSel. Sampling secara random dan terdiri dari:
- Kelompok 1 : 30 sampel yang memperoleh terapi suportif dan ekstrak
paliasa
- Kelompok 2 : 30 sampel yang memperoleh terapi suportif dan bat standar
hepatitis dengan menilai kadar SGPT dan SGOT pre dan post intervensi
dengan kriteria inklusif penderita hepatitis kronis dengan kadar enzim
transaminase (SGPT) lebih besar 2 kali nilai normal. Kriteria inklusif
penderita hepatitis kronis dengan kadar enzim transaminase (SGPT) lebih
besar dua kali nilai normal dan kriteria eksklusi sedang hamil dan
menyusui serta penderita hepatoma.
- Obat standar hepatitis yang digunakan kapsul ekstrak Fructus Schezandre
(Hp Pro) dengan dosis 3 x kapsul @250 mg. Lama pemberian : 4
minggu.
- Hasil penelitian adalah ekstrak daun paliasa memiliki efektivitas sama
dengan obat standar dalam menurunkan kadar SPGT dan SGOT
penderita hepatitis. (Permenkes, 2016).
8. Indikasi
Hepatitis (Permenkes, 2016).
9. Kontra indikasi
Belum diketahui (Permenkes, 2016).
10. Efek samping
Belum di kentahui (Permenkes, 2016).
11. Tokisisitas
Senyawa alkaloid quinolin yang tersubstitusi metoksi alilik benzen,
berhasil diisolasi dari K. hospital, bersifat non toksik terhadap A. salina
dengan LC50 1511,77 ug/mL (Pasaribu et al., 2013). Uji toksisitas ekstrak
daun K. hospita pada A. salina melalui metode BSLT (Brine
ShrimpLethality Test), menunjukkan toksisitas rendah hingga menengah,
dengan LC50 untuk dekok daun K. hospita 698,54 ug/mL dan untuk
ekstrak etanol daun K. hospita 452,03 ug/mL. Uji toksisitas sub kronik dari

18
ekstrak alkohol K. hospita pada hewan coba menunjukkan tidak ada
perbedaan signifikan diantara seluruh dosis yang diberikan, untuk kadar
SGOT, SGPT, bilirubin direk dan indirek, ureum, kreatinin dan kerusakan
sel liver (Raflizar, 2009).
12. Posologi
3 x 1 kapsul (250 mg ekstrak)/hari minum selama 7 hari (Permenkes, 2016)

E. Kunyit (Curcuma domestica Val.)

1. Deskripsi

Habitus berupa semak dengan tinggi ±70 cm. Batang semu, tegak, bulat,
membentuk rimpang. Berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal, berbentuk
lanset memanjang. Helai daun tiga sampai delapan. Ujung dan pangkal daun
runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun
menyirip. Daun berwarna hijau pucat. Bunga majemuk, berambut, bersisik.
Panjang tangkai 16-40 cm. Panjang mahkota ±3 cm, lebar ±1±cm, berwarna
kuning. Kelopak silindris, bercangap tiga, tipis dan berwarna ungu. Pangkal
daun pelindung putih. Akar berupa akar serabut dan berwarna coklat muda
(BPOM RI, 2008).
2. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.
(BPOM RI, 2008)

19
Gambar 2. Kunyit (BPOM RI, 2008)

3. Kandungan Kimia
Ada tiga (3) komponen utama kunyit yaitu kurkumin (60–80%),
demetoksikurkumin (10–20%), dan bisdemetoksikurkumin. Kurkuminoid
yaitu campuran dari kurkumin (diferuloilmetan), monodeks metoksi
kurkumin dan bisdes metoksi kurkumin. Minyak atsiri 5.8% terdiri dari a-
felandren 1%, sabinen 0.6%, sineol 1%, borneol 0.5%, zingiberen 25%, dan
seskuiterpen 53%. Mono- dan seskuiterpen termasuk zingiberen, kurkumen,
α- dan β- turmeron (Permenkes, 2016).
4. Mekanisme Kerja
Kunyit berpotensi sebagai hepatoprotektor dengan mekanisme yang
melibatkan enzim gluthation (GSH). Peran kunyit dalam memperbaiki
fungsi hati melalui perbaikan aktivitas enzim gluthation peroksidase
sehingga mampu menangkap radikal bebas (Aswani, 2016).
5. Uji Pre Klinik
Kunyit menunjukan aktivitas hepatoprotektor in vitro maupun in vivo
pada mencit, tikus dan itik yang diinduksi hepatotoksik dengan karbon
tetraklorida, aflatoksin B1, parasetamol, besi dan cyclophosphamide.
Pemberian 30 mg/kg BB kurkumin/hari selama 10 hari efektif sebagai
protektor. Pemberian kunyit 80% dan kurkumin pada konsentrasi 2 µg dapat
menghambat induksi mutagen yaitu aflatoksin B1 pada percobaan
pembiakan Salmonella thyphimurium Strain TA98 dan TA100. Pemberian
kunyit 5% dan 10% merangsang enzim (arylhidrokarbon hidroksilase, UDP
glukuronil transferase, glutathion-S-transferase) yang memetabolisme

20
xenobiotik. Kurkumin merupakan penghambat sitokrom 450 IA yang kuat
yaitu isoenzim yang terlibat pada beberapa toksin, termasuk benzopyren.
Curcumin melindungi sel terhadap lipid peroxidation yang diinduksi
parasetamol, mungkin karena efek antioxidatif gugus fenol pada curcumin.
Curcumin menurunkan aktivitas aspartate transaminase and serum fosfatase
alkali, serta kadar asam lemak bebas, kolesterol and fosfolipid. Ekstrak air
C. domestica (10 mg/mL) menghambat produksi toxin 99% pada duckling
yang diinduksi oleh aflatoxin. Extrak alkohol menunjukkan penghambatan
yang sama namun lebih lemah. Terapi kunyit dan curcumin menunjukkan
perbaikan hampir sempurna dari perlemakan dan nekrosis yang diinduksi
aflatoxin (Permenkes, 2016).
6. Uji Klinik
Pemberian ramuan jamu hepatoprotektor yang terdiri atas 28 gram
rimpang temulawak, 6 gram rimpang kunyit dan 12 gram daun jombang
memberikan manfaat sebagai hepatoprotektor yang dibuktikan dengan
perbaikan gejala klinis dan menurunnya rerata SGPT dan SGOT (Marinda,
2014).

7. Indikasi
Kunyit digunakan sebagai hepatoprotektor (Permenkes, 2016).
8. Kontra Indikasi
Kontraindikasi pada pasien yang mengalami obstruksi saluran
empedu, penyakit batu empedu, hiperasiditas lambung, tukak lambung dan

21
pasien yang hipersensitif terhadap tanaman ini. Penggunaan pada pasien
batu empedu harus di bawah pengawasan dokter. Tidak direkomendasikan
untuk digunakan pada masa kehamilan. Kunyit dapat mengakibatkan efek
emenagogik dan abortif dikarenakan aktivitas stimulasi uterin (BPOM RI,
2012).
9. Interaksi Obat
Kunyit dapat meningkatkan aktivitas obat antikoagulan, antiplatelet,
heparin, trombolitik sehingga meningkatkan risiko perdarahan. Interaksi
kurkumin dengan herbal yang lain: Orang sehat diberi 2 g curcumin
dikombinasi dengan 20 mg piperine, bioavailabilitas kurkumin meningkat
20 kali. Teh hijau dapat meningkatkan efek curcumin (Permenkes, 2016).
10. Efek Samping
Masalah pencernaan dapat terjadi bila digunakan secara berlebihan
atau melebihi dosis (Gruenwald, 2004)
11. Toksisitas
Kunyit telah dikonsumsi di seluruh dunia dan tidak ada laporan
toksisitas sejauh ini. Pada percobaan pada tikus, kurkumin ditemukan
berbahaya jika digunakan sampai dosis 2 g/kg walau tanpa ada kematian.
Dosis tunggal akut 500 mg/kg BB tidak dapat menginduksi
micronucleated polychromic erythrocytes tapi menyebabkan aberasi
kromosomal yg lebih tinggi (Negi, et al., 2008). Pemberian ekstrak etanol
rimpang kunyit maupun curcumin secara per oral pada uji intoksikasi akut
pada tikus, marmut dan monyet menunjukkan bahwa ekstrak etanol
rimpang kunyit dan curcumin bersifat tidak toksik. Hal tersebut
mendukung hasil penelitian sebelumnya bahwa LD50 curcumin pada tikus
lebih besar dari 5 g/kg bb dan pada mencit lebih dari 2 g/kg bb. Pemberian
2 g/kg bb dan 5 g/kg bb curcumin secara per oral pada tikus tidak
menimbulkan efek toksik (Winarsih et al, 2012).

22
12. Posologi
3x 1 tablet (500 mg ekstrak)/hari (Permenkes, 2016).

F. Meniran (Phylanthus niruri Val.)


1. Deskripsi
Semak, tanaman semusim. Terna tumbuh tegak, tinggi 0,5-1 m,
bercabang berpencar, cabang mempunyai daun tunggal yang berseling dan
tumbuh mendatar dari batang pokok. Batang berwarna hijau pucat atau hijau
kemerahan. Batang masif, bulat licin, tidak berambut, diameter 3 mm. Daun
majemuk, berseling, anak daun 15-24, berwarna hijau. Bentuk daun bundar
telur sampai bundar memanjang, panjang daun 5 mm-10 mm, lebar 2,5-5
mm, permukaan daun bagian bawah berbintik-bintik kelenjar, tepi rata,
ujung tumpul, pangkal membulat. Bunga berwarna putih, tunggal. Bunga
keluar dari ketiak daun. Bunga jantan terletak di bawah ketiak daun,
berkumpul 2-4 bunga, gagang bunga 0,5- 1 mm, helai mahkota bunga
berbentuk bundar telur terbalik, panjang 0,75-1 mm, berwarna merah pucat.
Bunga betina di bagian atas ketiak daun, gagang bunga 0,75-1 mm, helai
mahkota bunga berbentuk bundar telur sampai bundar memanjang, tepi
berwarna hijau muda, panjang 1,25-2.5 mm. Buah kotak, bulat, diameter 2
mm, berwarna hijau keunguan, licin, panjang gagang buah 1,5-2. Biji kecil,
keras, berwarna coklat (Permenkes, 2016).
2. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta

23
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus urinaria L
(Kardinan & Kusuma, 2004)

Gambar 3. Meniran (Permenkes, 2016)


3. Kandungan Kimia
Meniran mengandung lignan yang terdiri dari phyllanthine,
hypophyllanthine, phyltetralin, lintretalin, nirathin, nitretalin, nirphylline,
nirurin, dan niruriside. Terpen yang terdiri dari cymene, limonene, lupeol,
dan lupeol acetate. Flavanoid terdiri dari quercetin, quercitrin, isoquercitrin,
astragalin, rutine, dan physetinglucoside. Lipid terdiri dari ricinoleic acid,
dotriancontanoic acid, linoleic acid, dan linolenic acid. Benzenoid terdiri
dari methylsalicilate. Alkaloid terdiri dari norsecurinine, 4-metoxy-
norsecurinine, entnorsecurinina, nirurine, phyllantin, dan phyllochrysine.
Steroid berupa beta-sitosterol. Alcanes berupa triacontanal dan triacontanol.
Komponen lain berupa tannin, vitamin C dan vitamin K. Akar dan daun
meniran kaya akan senyawa flavonoid, antara lain phyllanthin,
hypophyllanthin, qeurcetrin, isoquercetin, astragalin, dan rutin. Minyak

24
bijinya mengandung beberapa asam lemak seperti asam ricinoleat, asam
linoleat, dan asam linolenat (Lasmadiwati, 2010).
4. Mekanisme Kerja
Zat kimia yang terkandung di dalam meniran, yaitu phyllanthin dan
hypophyllanthin, memiliki efek antioksidatif dan efek antihepatotoksik
terhadap CCl4 dan galaktosamin. Phyllanthin juga meningkatkan viabilitas
hepatosit, mencegah pelepasan enzim-enzim hepar, menurunkan peroksidasi
lipid, dan meningkatkan glutation (Krithika, 2009).
5. Uji Pre Klinik
Berdasarkan penelitian hasil pemeriksaan SGPT dan SGOT,
kelompok perlakuan ekstrak etanol meniran dosis 50 dan 250 mg/kgBB
pada tikus jantan, aktivitas SGOT hari ke-0 dan 90 turun secara signifikan,
demikian juga SGPT tikus jantan yang diberi ekstrak meniran 250 mg/kgBB
mengalami penurunan yang signifikan, namun penurunan ini masih berada
dalam range normal, sehingga penurunan ini tidak bermakna klinis. Hal ini
dimungkinkan karena meniran bersifat hepatoprotektif (Chatterjee & Sil,
2006; Naaz et al, 2007)

6. Uji Klinik
P. niruri memperlihatkan aktivitas antihepatitis B virus surface antigen
pada studi in vivo dan in vitro. Studi pada 37 pasien dengan hepatitis B

25
kronik diterapi dengan P. niruri 600 mg/hari selama 30 hari, memberikan
hasil 59% pasien HBsAg negatif 2 minggu pasca terapi. Pada evaluasi 9
bulan, P. niruri dapat menghambat proliferasi virus dengan menghambat
replikasi materi genetik (Permenkes, 2016).
7. Indikasi
Meniran mempunyai efek hepatoprotektor (Permenkes, 2016)
8. Kontra Indikasi
Meniran mempunyai efek hipotensif pada hewan. Selain itu, meniran
dosis tinggi menyebabkan efek abortif sehingga sebaiknya tidak diberikan
pada wanita hamil atau wanita yang sedang mengonsumsi obat fertilitas
(Taylor, 2003).
9. Interaksi Obat
Meniran memperkuat efek insulin dan obat diuretik. Meniran juga
memperkuat efek obat antihipertensi dan betabloker yang termasuk obat
ionotropik dan kronotropik. Hal tersebut dikarenakan meniran mengandung
geraniin yang mempunyai efek kronotropik dan ionotropik negatif (Taylor,
2003).
10. Efek Samping
Pemakaian secara luas tidak dilaporkan mempunyai efek samping
berbahaya. Hipotensi, hipoglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit
dapat terjadi (Permenkes, 2016).
11. Toksisitas
Toksisitas subkronik pada dosis s/d 4800 mg/kg BB tikus diberikan
selama 3 bulan per oral tidak menimbulkan kelainan pada organ vital. Pada
tikus hamil 7 hari dosis 96, 960, 4800 mg/kg BB - 198 - setiap hari selama
16 hari tidak menimbulkan efek teratogenik (Permenkes, 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika Phyllanthus niruri
dikonsumsi pada dosis 50 mg/kgBB atau lebih didapatkan gambaran
histopatologi sel hepar berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Dengan demikian pemberian ekstrak meniran secara akut tidak
memberikan perbedaan secara bermakna terhadap gambaran makroskopis

26
hepar, yaitu morfologi makroskopis dan volume hepar. Namun, pemberian
ekstrak meniran secara akut memberikan perbedaan secara bermakna
terhadap gambaran mikroskopis sel hepar berupa degenerasi
parenkimatosa (albuminosa), degenerasi hidropik, dan nekrosis (Firdaus,
2010).

12. Posologi
2 x 1 kapsul (25 mg ekstrak)/hari (Permenkes, 2016).

27
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penulis menuliskan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan referat ini
sebaagai berikut :
1. Hepatoprotektor adalah suatu senyawa yang dapat memberikan
perlindungan pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh obat,
senyawa kimia, dan virus. Zat-zat beracun, baik yang berasal dari
luar tubuh seperti obat maupun dari sisa metabolisme yang
dihasilkan sendiri oleh tubuh akan didetoksifikasi oleh enzim-
enzim hati sehingga menjadi zat yang tidak aktif.
2. Efek hepatoprotektor bisa didapatkan dari tanaman herbal, beberpa
diantaranya adalah temulawak, kayu manis, kulit manggis, daun
paliasa, kunyit, dan meniran. Hal tersebut disebabkan karena
adanya kandungan kurkuminoid yang berfungsi sebagai
hepatoprotektor.
B. Saran
1. Diharapkan pembaca mampu mengetahui tanaman herbal yang
berfungsi sebagai hepatoproktektor setelah membaca referat ini.
2. Diharapkan referat ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca.
3. Diharapkan pembaca lebih banyak membaca dan menambah wawasan
pembaca.
4. Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan pustaka untuk keperluan
yang semestinya.
5. Perlu telaah lebih lanjut untuk mengetahui manfaat tanaman obat.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aswani, Tuti. 2016. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) dan Kunyit
(Curcuma longa) terhadap Peningkatan Aktivitas Enzim GSH-Px pada Hati
Tikus yang Diinduksi Parasetamol.[Thesis]

Bahri, S., Sitorus, P., Pasaribu, F. (2012). Uji ekstrak etanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L) terhadap penurunan kadar glukosa darah. Journal
of Pharmaceutics and Pharmacologi. 1(1):1-8.

BPOM RI. 2008.Curcuma domestica Val. Jakarta: Badan POM RI - Direktorat


Obat Asli Indonesia

BPOM RI. 2012.Acuan Sediaan Herbal Vol 7 Ed 1. Jakarta : Direktorat Obat Asli
Indonesia Badan Pengawas Obat dan Makanan RI

Chatterjee, M. & Sil, P.C. 2006. Hepatoprotective effect of aqueous extract of


Phyllanthus niruri on nimesulide-induced oxidative stress in vivo. Indian
J.Biochem Biophys. 43(5):299-305

Departemen Kesehatan RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Firdaus, G.I. 2010. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Meniran (Phyllanthus niruri)
terhadap Hepar Mencit Balb/C.[Skripsi]

Gruenwald, Joerg., et.al (ed.), 2004, PDR for Herbal Medicines, Third edition.
New Jersey, Medical Economics Company, 231-232

Gunawan, Evan Sebastian. (2011). Pengaruh Pemberian Ekstrak Kayu Manis


(Cinnamomum Burmannii) Terhadap Gambaran Mikroskopis Hepar, Kadar
SGOT dan SGPT Darah Mencit BALB/C Yang Diinduksi Paracetamol
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

Hermawan, Aji & Wicaksono, Muhammad Ikhsan. (2017). Pengembangan Bisnis


Kayu Manis (Cinnamonum burmanii) di Kabupaten Kerinci dengan

29
Pendekatan Human Centered Design [Skripsi]. Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kardinan, Agus dan Kusuma, Fauzi Rahmat . 2004. Hidup sehat secara Alami.
Dalam:Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Cet.1. Jakarta: Agro.
Media Pustaka. h. 5-14, 16, 20.

Katrin, E., Susanto., & Winarno, H. (2011). Toksisitas Akut Ekstrak Etanol
Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb.) Iradiasi yang Mempunyai
Aktivitas Antikanker. A Scientific Journal for The Applications of Isotopes
and Radiation. 7(1): 41-52.

Katzung, Bertram G. (2015). Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC,
Jakarta

Krithika R, Mohankumar R, Verma RJ. Shrivastav PS, Mohamad IL,


Gunasekaran P, et al. Isolation, characterization and antioxidative effect of
phyllanthin against CCl4-induced toxicity in HepG2 cell line. CBJ 2009;
181: 351-8

Laili, Ulfiatul. (2013). Pengaruh Pemberian Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza


Roxb) Dalam Bentuk Kapsul Terhadap Kadar Sgpt (Serum Glutamat
Piruvat Transaminase) dan SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetat
Transaminase) pada Orang Sehat [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Lasmadiwati, E., M.M. Hermiati dan Y.H. Indriani. 2004. Pegagan.


Meningkatkan Daya Ingat, Membuat Awet Muda, Menurunkan Gejala
Stres, Meningkatkan Stamina. Jakarta. Penebar Swadaya

Marinda, Ferina Dwi. (2014). Hepatoprotective Effect of Curcumin in Chronic


Hepatitis. J Majority. 3(7): 52-56.

Marinda, Ferina Dwi.2014. Hepatoprotective Effect of Curcumin in Chronic


Hepatitis. J Majority. Volume 3 Nomor 7.52-56

30
Muhartono, Clarinta U. (2014). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 40% Kulit
Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis
Hepar Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Galur Sprague dawley yang
Diinduksi Rifampisin [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Lampung.

Mutmainah, Siti. (2015). Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Rimpang
Temulawak Sebagai Penghasil Senyawa Antibakteri Terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli [Skripsi]. Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Naaz, F. Javed, S. And Abdin, M.Z. 2007. Hepatoprotective effect of ethanolic


extract of Phyllanthus amarus Schum. et Thonn on Aflatoxin B1- induced
liver damage in mice, Journal of Ethnopharmacology, 113 (3):503-509

Negi, A. S., Kumar, J. K., Luqman, S., Shanker, K., Gupta, M. M., & Khanuja, S.
P. S. (2008). Recent advances in plant hepatoprotectives: a chemical and
biological profile of some important leads. Inc. Med Res Rev, 28(5), 746-
772.

Pasaribu YP., Soekamto NH., dan Zenta F. 2013. Penelusuran Senyawa Metabolit
Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Kayu Akar Kleinhovia hospita Linn.
(Paliasa) dan Uji Bioaktivitasnya. Indonesia Chimica Acta, 6(1): 9-14.

Permenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6


Tahun 2016 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Raflizar R., dan Sihombing M. 2009. Dekok Daun Paliasa (Kleinhovia hospita
Linn) Sebagai Obat Radang Hati Akut. Jurnal Ekologi Kesehatan, 8(2): 984-
993.

Taylor, L.2003.Herbal Secrets of Rainforest. 4 Desember 2017.Rain Tree

31
Winarsih et al.2012. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Rimpang Kunyit pada Mencit :
Kajian Histopatologis Lambung, Hati dan Ginjal. Jurnal Veteriner. Vol. 13
No. 4: 402-409

Yasmine, Rosanna. (2015). Pengaruh Ekstrak Buah Merah (Pandanus Conoideus


Lam.) Terhadap Penurunan Kadar SGPT Plasma Darah Tikus Jantan
Galur Wistar (Rattus Norvegicus L.) Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida
(Ccl4) [Skripsi]. Fakultas Kedokteran. Universitas Kristen Maranatha.
Bandung.

Zhou C., Zou L., Gan L., dan Cao YL. 2013. Kleinhospitines A-D, New
Cycloartane Triterpenoid Alkaloids from Kleinhovia hospita. Organic
Letters, 15(11): 2734- 2737.

Zulfian, Susanto M. (2014). Efek Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) yang
Diekstraksi Etanol 40% Terhadap Aktivitas Ast dan Alt Pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague dawley yang Diinduksi Isoniazid
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Lampung.

32

Anda mungkin juga menyukai