Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
mengenai Aset Lancar.

Makalah ini kami buat berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, dimana
kami mengambil berbagai referensi. Kami mengakui bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.

Kami juga mengucapkan terima kasih dari para pembaca demi


kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Pengertian Aset Lancar ................................................................................ 3

B. Komponen-KomponenaAset Lancar Menurut PSAK No. 9 .................. 5

C. Pengakuan, Pengukuran dan Pelaporan Aset Lancar .............................. 13

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15

A. Kesimpulan ................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi tentang
posisi keuangan (neraca), kinerja (laporan laba rugi), dan perubahan posisi
keuangan (laporan arus kas) suatu perusahaan. Laporan keuangan harus
disajikan secara wajar dimana transparansi terjamin. Kewajaran Laporan
Keuangan dapat bermanfaat untuk tujuan pengambilan keputusan manajemen.

Dalam Laporan Keuangan terdapat Laporan Neraca. Laporan Neraca


menyediakan informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan. Neraca
harus menyajikan secara terpisah kategori dan klasifikasi utama aktiva dan
kewajiban. Perlakuan akuntansi pada Neraca Perusahaan harus sesuai
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Perlakuan Akuntansi
didefinisikan meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan.

Aset merupakan aktiva yang mempunyai manfaat ekonomik di masa


datang yang cukup pasti, dikuasai oleh entitas dan timbul akibat transaksi atau
kejadian masa lalu. Aset mencerminkan kekayaaan baik berwujud maupun
tidak berwujud yang berharga atau bernilai pada sebuah perusahaan. Aset pada
perusahaan terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset tidak berwujud. Pada
dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aset
lancar dan aset tidak lancar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aset Lancar ?
2. Apa Komponen-Komponen Aset Lancar?
3. Bagaimana Pengakuan, Pengukuran dan Pelaporan Aset Lancar?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Aset Lancar?
2. Untuk Mengetahui Bagian-Bagian Aset Lancar Menurut PSAK No. 9?
3. Untuk Mengetahui Pengakuan, Pengukuran dan Pelaporan Aset Lancar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aset Lancar


Aset merupakan salah satu elemen dalam neraca yang menunjukkan
jumlah harta yang dimiliki oleh perusahaan atau dalam kata lain aset juga
merupakan investasi di dalam perusahaan. Definisi aset adalah:
“Manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang diharapkan dapat
diterima atau dikontrol oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-
transaksi atau kejadian-kejadian dimasa lalu [FASB 6th Concept dalam White
et. al(2003 :14)].”
Menurut Keiso dan Weygandt (2008:11-12), aset sebagai berikut:
“Aset adalah sumber penghasilan atas usahanya sendiri, dimana
karakteristik umum yang dimilikinya yaitu memberikan jasa atau manfaat
dimasa yang akan datang.”
Terdapat berbagai jenis pengelompokan aset yang ada dalam perusahaan,
salah satunya adalah aset lancar. Aset lancar merupakan bagian dari
keseluruhan aset yang ada dalam perusahaan. Aset lancar adalah uang kas dan
aset-aset lain atau sumber-sumber yang diharapkan dapat direalisasikan
menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus perusahaan yang
normal atau dalam waktu satu tahun. Aset lancar dalam akuntansi adalah jenis
aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun.
Menurut Bambang Riyanto (2001), aset lancar adalah sebagai berikut:
“Aset lancar adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam
proses produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang
pendek (umumnya kurang dari satua tahun).”
Menurut Alimsyah dan Padji (2006) mendefinisikan aset lancar sebagai
berikut:
“Aset lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukar dengan uang
tunai dalam waktu relatif singkat. Biasanya ukuran waktunya yang dipakai

3
ialah siklus usaha atau tahun buku yang termasuk aset lancar adalah uang
kas, rekening giro bank, investasi jangka pendek, piutang usaha, perseediaan
barang dagang, biaya dibayar dimuka, wesel, dll.”
Menurut S Munawir (2004) mendefinisikan aset lancar sebagai berikut:
“Aset lancar adalah uang kas atau aset lainnya yang dapat diharapkan
untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer
dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran
kegiatan perusahaan yang normal).”
Dari berbagai pengertian aset lancar diatas, maka dapat disimpulan bahwa
aset lancar adalah aset yang merupakan kas dan aset lain yang diharapkan
dapat diubah menjadi kas, dijual atau dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau
satu siklus operasi, mana yang lebih lama. Siklus operasi adalah rata-rata
waktu yang dibutuhkan mulai dari pengeluaran kas untuk membeli saham,
memproduksinya, menjual barang jadi sampai penjualan tersebut menjadi kas
lagi.
Berdasarkan PSAK 1 (revisi 2009), Entitas mengklasifikasikan aset
sebagai aset lancar jika
1. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud
untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal,
2. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan,
3. Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12
bulan setelah periode pelaporan, atau
4. Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2:
Laporan Arus Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya
atau penggunaannya untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-
kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar disebut sebagai rasio
lancar. Nilai ini sering digunakan sebagai tolok ukur likuiditas suatu
perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
Mencermati besarnya aset lancar menjadi syarat bagi beberapa kegiatan
manajemen yang berkenaan dengan pemeliharaan tingkat likuiditas

4
perusahaan, misalnya manajemen kas, manajemen piutang, dan manajemen
persediaan. Ada tiga indikasi umum bagi manajemen mengenai efisiensi dan
profitabilitas dalam penggunaan aset atau aktiva lancar.
1. Perputaran harta lancar, yaitu angka yang diperoleh dari jumlah harga
pokok penjualan dan biaya operasi (keduanya dipetik dari laporan laba
rugi) dibagi angka rata-rata aset lancar pada permulaan operasi (dipetik
dari neraca tahun lalu) dan aset lancar pada akhir operasi (dipetik dari
neraca terakhir). Angka ini dinyatakan dalam kali.
2. Rasio laba dibanding perputaran harta lancar. Ini mengukur besarnya
laba dalam sekian kali perputaran dalam satu masa operasi. Dinyatakan
dalam persen.
3. Tingkat laba per perputaran. Angka persentase yang diperoleh dari
angka rasio laba dibanding perputaran harta lancar dibagi perputaran
harta lancar. Nilai no.2 dibagi nilai no. 1 di atas.
Dalam industri tertentu ada nilai pedoman untuk indikasi mengenai
keunggulan dalam hal-hal itu, yang biasanya digunakan dalam analisis rasio

B. Komponen-KomponenaAset Lancar Menurut PSAK No. 9


Aktiva lancar adalah aktiva yang dapat direalisasikan dalam satu tahun
atau dalam siklus operasi normal perusahaan, mana yang lebih lama, antara
lain meliputi:

1. Kas dan Setara Kas


Karena kas merupakan aktiva yang paling liquid yang dimiliki
perusahaan, kas akan diurut atau ditempatkan sebagai komponen
pertama dari aktiva lancer dalam neraca. Kas meliputi uang logam,
uang kertas, cek, wesel pos( kiriman uang lewat pos; money orders ),
dan deposito. Perangko bukanlah merupakan kas melainkan biaya yang
dibayar dimuka (prepaid expence) atau beban yang ditangguhkan
(deferred expence)
Beberapa perusahaan menggunakan istilah “kas dan setara kas”
dalam melaporkan kasnya. Kas sendiri dari uang kas yang disimpan di
bank (cash in bank ) dan uang kas yang tersedia di perusahaan (cash on

5
hand). Sedangkan setara kas adalah investasi jangka pendek yang
sangat liquid yang dapat di konversi atau di cairkan menjadi uang kas
dalam jangka waktu yang sangat segera, biasanya kurang dari 3 bulan(
90 hari). Investasi ini memang pada awalnya sengaja dilakukan oleh
perusahaan dengan maksud untuk memperoleh pendapatan bungan dari
uang kasnya yang untuk sementara waktu memang berlebihan atau
tidak terpakai dalam kegiatan operasional perusahaan. Contoh dari
setara kas adalah sertifikat deposito yang diterbitkan bank, surat
berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memiliki peringkat
kredit yang baik (commercial paper), surat utang yang diterbitkan
perusahaan, pemerintah atau Negara, dan investasi dalam dana pasar
uang. Kas dan setara kas ini akan disajikan dalam neraca sebesar nilai
wajar.
2. Investasi jangka pendek
Investasi dalam sekuritas utang (obligasi ) dan sekuritas ekuitas
(saham) dapat dikelompokkan kedalam held-to-maturity securities
(sekuritas yang dimiliki hingga jatuh tempo), available for sale
securities (sekuritas yang tersedia untuk dijual), trending securities
(sekuritas yang diperdagangkan), dan equity method securities(
sekuritas metode equitas). Held-to-maturity securities adalah sekuritas
uang yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud dan kemampuan
untuk memiliki sekuritas tersebut hingga jatuh tempo. Kategori ini
meliputi sekuritas utang, karena sekuritas ekuitas umumnya tidak
memiliki jatuh tempo. Cirri-ciri sekuritas utang adalah memiliki nilai
nominal, memerlukan pembayaran bungan secara berkala, dan ada
tanggal jatuh tempo. Available- sale - securities adalah sekuritas utang
dan dapat berupa sekuritas ekuitas yang dibeli oleh perusahaan dengan
maksud bukan untuk secara aktif diperjual belikan namun tersedia
untuk dijual ketika kebutuhan kas perushaan sewaktu-waktu
meningkat. Trending securities adalah sekuritas utang dan juga dapat
berupa sekuritas ekuitas yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud
untuk diperjual belikan secara aktif dalam rangka mendapatkan

6
keuntungan dari selisih harga jangka pendek ( capital gain). Sedangkan
equity method securities adalah sekuritas ekuitas yang dibeli oleh
perusahaan dengan maksud untuk dapat mengendalikan atau
mempengaruhi secara signifikan kegiatan operasii investasi
Investasi dalam trending securities di laporkan dineraca sebagai
aktiva lancar(investasi jangka pendek ). Trending securities lebih
bersifat lancar dibandingkan dengan available for sale securities.
Investasi dalam available for sale securities bias diklasifikasi sebagai
aktiva lancar atau juga aktiva tidak lancar tergantung pada situasi (
kebutuhan dana perusahaan). Investasi dalam held-to-maturity-
securities dan equity method securities akan dilaporkan dineraca
sebagai investasi jangka panjang. Trending securities dan available for
sale securities akan disajikan dalam neraca sebesar nilai pasar wajar.
3. Piutang
Dalam praktek, piutang pada umumnya diklasifikasikan
menjadikan piutang usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain.
Piutang usaha adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai
akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha biasanya
dipekirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif
pendek, biasanya dalam waktu 30 hingga 60 hari. Piutang usaha
diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
Piutang wesel adalah tagihan perisahaan kepada pembuat wesel.
Pembuat wesel disimi adalah pihak yang telah berhutang kepada
perusahaan, baik melalui pembelian barang dan jasa secara kredit
maupun melalui peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berhutang
berjanji kepada perusahaan (selaku pihak yang diutangkan) untuk
membayar sejumlah uang tertentu berikut bunganya dalam kurun
waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut ditulis secara
formal dalam sebuah wesel atau promes (promissory note). Bagi pihak
yang berjanji untuk membayar (dalam hal ini adalah pembuat wesel),
intstrumen kreditnya dinamakan wesel bayar, yang tidak lain akan
dicatat sebagai utang wesel. Sedangkan bagi pihak yang dijanjikan

7
untuk menerima pembayaran, instrumennys dinamakan wesel tagih,
yang akan dicatat dalam pembekuan sebagai piutang wesel. Piutang
wesel dapat diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar atau
aktiva tidak lancar (jangka panjang). Biasanya , piutang wesel yang
timbul sebagai akibat dari penjualan barang ataa jasa secara kredit dan
dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar, sedangakan piutang
wesel yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman sejumlah uang
kepada debitur akan dilaporkan dalam neraca kreditor sebagai aktiva
lancar atau aktiva tidak lancar, tergantung pada lamanya jangka waktu
pinjaman. Piutang wesel yang bersifat lancar, yang timbul sebagai
akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit, merupakan peganti
dari piutang usaha yang belum juga di terima pembayarannya hingga
batas waktu kredit berakhir.
Sedangkan yang termasuk piutang lain-lain adalah piutang bunga
(Tagihan kreditur kepada debitur sabagai hasil dari pemberian
pinjaman uang), Piutang deviden (tagihan investor kepada investee
sebagai hasil dari penanaman modal), piutang pajak (tagihan subjek
pajak kepada pemerintah berupa restitusi atau pengembalian atas
kelebihan pembayaran pajak), dan piutang kariyawan (tagihan majikan
kepada karyawan yang berutang). Jika piutang dapat ditagih dalam
jangka waktu satu tahun atau sepanjang siklus normal operasi
perusahaan, yang mana lebih lama, maka piutang lain-lain ini akan
diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Jika tidak, tagihan
akan dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar.
Disamping klasifikasi yang umum seperti di atas, piutang dapat
diklasifikasikan sebagai piutang dagang dan non dagang atau piutang
lancar dan tidak lancar. Piutang dagang (trade receivable) dihasilkan
dari kegiatan normal bisnis perusahaan, yaitu penjualan secara kredit
barang atau jasa kepelanggan. Piutang dagang yang dibuktikan dengan
sebuah janji tertulis secara formal oleh pelanggan untuk membayar,
diklasifikasikan sebagai piutang wesel (notes reseivable). Dalam
kebayakan kasus, akan tetapi, piuang dagang merupakan tagihan

8
kepasa pelanggan yang tanpa ada jaminan dari pelanggan untuk
membayar, yang sering dikenal sebagai piutang usaha (accounts
receivable) atau “open accounts”. Sedangkan piutang non dagang
(nontrade receivable) meliputi seluruh jenis piutang lainnya, seperti
yang telah disebutkan diatas, yaitu piutang bunga, piutang deviden,
piutang pajak, tagihan kepada perusahaan asosiasi, dan tagihan kepada
karyawan. Jika piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan
tidak lancar, maka piutang lancar meliputi seluruh piutang yang
diperkirakan akan dapat ditagih dalam waktu satu tahun atas sepanjang
siklus normal operasi perusahaan, yang mana yang lebih lama. Untuk
tujuan klasifikasi, seluruh piutang dagang (trade receivable) di anggap
sebagai piutang lancar. Sedangkan untuk setiap unsur piutang non
dagang (non trade receivable) memerlukan analisis lebih lanjut untuk
menentukan apakah dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun (satu
siklus oprasi normal perusahaan) atau lebih. Piutang tidak lancar akan
dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva tidak lancar lainnya. Piutang
usaha adalah piutang dagang oleh karenanya bersifat lancar; piutang
wessel bisa merupakan piutang dagang oleh karenanya bersifat lancar,
tetapi bisa juga merupakan piutang non dagang baik lancar atau tidak
lancar. Piutang akan disajikan dalam neraca sebesar nilai realisasi
bersih yang dapat ditagih.
4. Persedian
Bagaimana perusahaan mengklasifikasikan persediaannyan
tergaung pada apakah perusahaan adalah pedagang (perusahaan
dagang ) atau pembuat ( perusahan manufaktur). Untuk perusahaan
dagang, persediaannya dinamakan persediaan barang dagangan (hanya
ada satu klasifikasi) , dinamakan barang dagangan ini dimiliki oleh
perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam
kegiatan bisnis normal perusahaan sehari-hari. Sedangkan untuk
perusahaan manufaktur, mula-mula persediaanya belum siap untuk
dijual sehingga perluh diolah terlebi dahulu. Persediaannya
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bahan mentah,barang setegah jadi

9
(barangdalam proses), dan barang jadi (produk akhir). Jadi , dalam
perusahaan manufaktur, perusahaan jenis ini terlebih dahulu akan
mengubah (merakit) input atau bahan mentah (raw material) menjadi
output atau barang jadi (finished goods/ final goods), baru kemudian di
jual kepda para pelanggan (distributor). Persediaan akan di sajikan
dalam neraca sebesar harga perolehan (FIFO,LIFO, ataurat-rata) atau
harga terendah antara harga perolehan dengan harga pasar (lowerof
cost or market method).
Mengenai kepemilikan barang , barang yang masih dalam
perjalananseharusnya masuk atau di perhitungkan sebagai bagian
persediaan dari pihak yang memengsecara hokum memiliki hak yang
sah atas barang tersebut. Untuk tujuan akuntansi,hak kepemilikan
barang biasanya ditentukan diawal transaksi jual beli, yaitu
berdasarkan perjanjian atau syarat-syarat penjualan yang disepakati.
Jika syarat penjualan adalah franko gudang penjualan maka begitu
barang keluar dari gudang penjual, barang tersebut sudah bukan lagi
milik penjual tetapi telah menjadi milik atau tanggung jawab penuh
pembeli. Sedangkan jika syarat penjualannya adalah franko gudang
pembeli maka kepemilikan barang baru akan beralih dari penjual
kepembeli apabilah barang tersebut benar-benar telah diterima atau
sampai ke gudang pembeli.
Dalam beberapa transaksi perusahaan dagang,kadang-kadang
dagangan dapat diperoleh atas dasar konsinyasi. Dalam hal
ini,kepemilikan barang akan tetap berada di pihak pengirim (penitip),
bukan pihak yang dititipkan. Karena barang konsinyasi bukan
merupakan nilik dari pihak yang dititipkan, sehingga barang
konsinyasi bukan merupakan milik dari pihak yang dititipkan ,
sehingga barang konsinyasi tersebut seharusnya tidak masuk sebagai
persediaan dari pihak yang dititipkan. Sedangkan bagi pihak yang
mengirim atau yangmenitipkan, barang konsinyasi ini masih tetap akan
diperhitungkan sebagai bagian dari persediaan sampai barang
konsinyasi tersebut nyata-nyata tejual ke kansumen.

10
5. Wesel Tagih
Wesel tagih bersifat lebih formal dari piutang usaha. Wesel tagih
yang jatuh tempo dalam satu tahun atau kurang merupakan asset
lancar. Wesel yang jatuh tempo melebihi satu tahun merupakan
piutang jangka panjang dan dilaporkan sebagai asset jangka panjang.
Beberapa wesel tagih akan ditagih secara cicilan. Bagian yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun merupakan asset lancar dan sisanya
merupakan asset jangka panjang.
Sebelum membahas untuk akuntansi wesel tagih, beberapa istilah
kunci di definisikan sebagai berikut :
1. Kreditur. Pihak kepada siapa uang terutang. Kreditur juga disebut
pemberi pinjaman (lender)
2. Debitur. Pihak yang meminjam dan berutang uang atas wesel. D
ebitur juga disebut pembuat (maker) wesel atau peminjam
(borrower)
3. Bunga (interest) adalah biaya meminjam uang. Bunga dinyatakan
dalam suatu tingkat persentase tahunan
4. Tanggal jatuh tempo (maturity dath) tanggal dimana debitur harus
membayar wesel
5. Nilai jatuh tempo (maturity value) jumlah pokok dan bunga atas
wesel
6. Poko (principle) adalah jumlah uang yang dipinjam oleh debitur
7. Masa (term) adalah lamanya waktu sejak wesel ditangdatangani
oleh debitur hingga ketika debitur harus membayar wesel.
Terdapat dua pihak yang terlibat pada wesel
1. Kreditur memiliki wesel tagih
2. Debitur memiliki wesel bayar
6. Biaya dibayar dimuka
Biaya dibayar dimuka yang termasuk dalam aktiva lancar adalah
pengeluaran-pengeluaran yang telah dilakukan untuk manfaat yang
akan diterima dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal
perusahaan, tergantung mana yang paling lama. Contoh yang paling

11
umum dari biaya dibayar dimuka adalah biaya asuransi, sewa, iklan,
dan perlengkapan (perlengkapan took maupun kantor). Biaya dibayar
dimuka akan disajikan dalam neraca sebesar biaya historis.
7. Deposito
Deposito atau yang sering juga disebut sebagai deposito berjangka,
merupakan produk bank sejenis jasa tabungan yang biasa ditawarkan
kepada masyarakat. Dana dalam deposito dijamin oleh pemerintah
melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan persyaratan
tertentu. Deposito merupakan produk penyimpanan uang di bank
dengan sistem penyetoran yang penarikannya hanya bisa dilakukan
setelah melewati waktu tertentu.
Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu di mana uang di
dalamnya tidak boleh ditarik nasabah. Deposito baru bisa dicairkan
sesuai dengan tanggal jatuh temponya, biasanya deposito mempunyai
jatuh tempo 1, 3, 6, atau 12 bulan. Bila deposito dicairkan sebelum
tanggal jatuh tempo, maka akan kena penalti sesuai dengan kebijakan
bank yang bersangkutan. Deposito juga dapat diperpanjang secara
otomatis menggunakan sistem ARO (Automatic Roll Over). Deposito
akan diperpanjang otomatis setelah jatuh tempo, sampai pemiliknya
mencairkan depositonya.
Bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan
biasa. Bunga dapat diambil setelah tanggal jatuh tempo atau
dimasukkan lagi ke pokok deposito untuk didepositokan lagi pada
periode berikutnya.
Deposito ada 3 macam jenis, yaitu Deposito Berjangka, Sertifikat
Deposito dan Deposito On-Call :
a. Deposito Berjangka, yaitu deposito yang umum dikenal
masyarakat, Deposito berjangka adalah jenis tabungan berjangka
Yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu.
Deposito berjangka diterbitkan bisa dengan atas nama
perorangan maupun lembaga. Uang yang disimpan, hanya bisa

12
diambil ketika jatuh tempo oleh pihak yang tertera pada
bilyetnya.
b. Sertifikat Deposito, diterbitkan atas unjuk dalam bentuk
sertifikat. Sertifikat tersebut tidak mengacu pada nama
seseorang atau lembaga tertentu, sehingga dapat
dipindahtangankan dan sangat mungkin untuk diperjualbelikan.
c. Deposito On Call, yaitu tabungan berjangka dengan waktu
penyimpanan yang relatif singkat, minimal 7 hari dan paling
lama hanya kurang dari 1 bulan. Deposito ini dikhususkan
dalam jumlah yang besar.

C. Pengakuan, Pengukuran dan Pelaporan Aset Lancar


1. Pengakuan
Aset lancar diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa
manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset
tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur secara andal.
Aset lancar tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam
perusahaan setelah periode akuntansi berjalan. Sebagai alternative
transaksi semacam ini menimbulkan pengakuan beban dalam laporan
laba rugi. Implikasi dari transaksi tersebut bahwa tingkat kepastian dari
manfaat-manfaat yang diterima perusahaan setelah periode akuntansi
berjalan tidak mencukupi untuk membenarkan pengakuan aset
2. Pengukuran
a. Biaya Historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar
atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang
diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukaran
dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya,
pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang

13
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha yang normal.
b. Biaya Kini (current cost).
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya
dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value).
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat
diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal
(orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai
penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak
didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
d. Nilai sekarang (present value).
Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban
dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
e. Nilai wajar (Fair Value).
Nilai aset dan kewajiban yang dapat berubah sesuai kewajarannya
pada pasar saat transaksi dilakukan atau neraca disiapkan.
3. Pelaporan

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aset Lancar adalah aset yang merupakan kas dan aset lain yang
diharapkan dapat diubah menjadi kas, dijual atau dikonsumsi dalam waktu satu
tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih lama. Komponen aset lancar
terdiri dari Kas dan setara kas, Investasi Jangka Pendek, Piutang, Persediaan,
Wesel Tagih, Beban dibayar dimuka, deposito. Pengakuan Aset Lancar terjadi
jika memiliki masa manfaat dimasa yang akan datang. Aset Lancar di ukur
dengan Biaya Historis, Biaya Kini, Nilai Realisasi/Penyelesaian, Nilai
Sekarang dan Nilai Wajar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hery. 2017. Teori Akuntansi Pendekatan Konsep dan Analisis. PT Gramedia.


Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba


Empat

Suwardjono. (2008). Teori Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

16

Anda mungkin juga menyukai