2 Penyangga
2 Penyangga
perkuatan struktural awal ataupun permanen untuk bangunan struktur seperti jalan bawah tanah, terowongan
kereta api, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), , tambang bawah tanah, kereta bawah tanah, dll tempat
penyimpananNamun shotcrete juga dapat digunakan untuk stabilisasi lereng mencegah supaya tidak longsor ,
kolam renang, saluran air, perbaikan beton, inner lining arsitektur dan struktur. Kira-kira 90% dari shotcrete
akan diterapkan ke dalam proyek-proyek konstruksi bawah tanah. Total volume shotcrete yang diaplikasikankan
di seluruh dunia adalah lebih dari 12 juta meter kubik per tahun. Definisi Shotcrete Menurut American Concrete
Institute (ACI), shotcrete dapat didefinisikan sebagai mortar atau beton yang diberikan tekanan dengan
kecepatan tinggi . Komponennya campurannya terdiri atas semen, pasir, agregat, air, dan tambahan admixtures.
Perbedaan shotcrete dengan beton normal dapat dilihat dari 3 hal : 1.ukuran agregat maksimum yang digunakan.
2.Prosesnya 3.Campuran dari shotcrete bisa kering atau basah. Mengenai terminologi kita dapat menjelaskan
Gunite sebagai mortar yang disemprotkan sementara Shotcrete sebagai beton yang disemprotkan.Gunite adalah
campuran antara semen dengan partikel/aggregat ukuran diameter yang dibatasi sampai 8mm.Sedangkan untuk
Shotcrete penggunaan maksimum diameter aggregat adalah 16 mm. Namun, dalam 10 tahun terakhir ada
kecenderungan untuk membatasi maksimal ukuran agregat sampai 10 mm. Ada 2 cara proses shotcrete : 1.
Proses kering 2. Proses basah Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have $524,215:
https://goo.gl/efW8Ef
1.
1. Shotcrete adalah suatu proses dimana beton diproyeksikan atau disemprotkan di bawah
tekanan dengan menggunakan suatu alat bantu atau alat semprot ke suatu permukaan
untuk membentuk bentuk structural seperti dinding, lantai dan atap. Permukaan kayu dapat
disemprot berupa kayu, baja, polystyrene, atau permukaan lain dimana beton dapat diproyekdikan
pada permukaannya. Metoda shotcrete pertama kali diciptakan oleh seorang yang berkebangsaan
Amerika Serikat yang bernama Carl Ethan Akeley pada tahun 1907. Sistem penyemprotan
shotcrete ada 2 yaitu wet mix dan dry mix. Pada awalnya alat shotcrete adalah sistem dry mix,
seiring dengan perkembangannya muncul sistem wet mix. Timbulnya sistem ini karena merupakan
jawaban dari persoalan debu. Perbedaan antara sistem wet mix dan dry mix terletak pada input
mortar, dimana pada dry mix air dicampur pada ujung nozzle sedangkan wet mix pencampuran air
dilakukan sebelum dimasukkan ke dalam alat penyemprot.
Dewasa ini shotcrete telah digunakan secara luas, baik dry mix maupun wet mix, bahkan menjadi
pilihan tunggal bagi konstruksi-konstruksi tertentu seperti terowongan, dinding penahan tanah.
Metoda shotcrete mempunyai prospek yang baik mengingat banyaknya proyek konstruksi yang
akan dibangun dengan mengingat kondisi topografi Indonesia yang bergunung-gunung.
Untuk itulah kami ingin memaparkan studi mengenai shotcrete. Untuk mencapai tujuan, kami akan
menguraikan metoda pelaksanaan shotcrete, meliputi semua aspek yaitu spesifikasi bahan, alat,
tenaga kerja dan persyaratan teknis.
2. Fungsi
keuntungan dari shotcrete yaitu memiliki kekuatan dan daya tahan yang besar, permeability-nya
rendah, ikatannya sempurna dan dapat diaplikasikan pada bentuk apapun. keuntungan – keuntungan
ini membuat shotcrete banyak digunakan sebagai material struktural.
2. METODE KERJA
Pada pelaksanaan pekerjaan shotcrete diperlukan beberapa tahapan dan persiapan yang terdiri dari :
PERALATAN
Kompressor dengan working pressure 7 bar dan kapasitas minimum 250 cfm.
Sumber Listrik PLN atau generator +/- 10 kVa 3 x 380 V/50 Hz.
Pompa Air dengan working pressure 2 – 5 bar dan kapasitas 501/menit.
MATERIAL
Pekerjaan shotcrete yang diaplikasikan untuk perbaikan struktur diperlukan mutu bahan yang konsisten
dan baik pencampurannya. Untuk itu biasanya menggunakan ready-pack Shotpach 20 S ex BASF atau site
mix
o Portland cement
o Pasir 0 – 5 mm yang bersih dan kering.
o Air
o Bahan admixture (ex-BASF) untuk memperoleh mutu beton yang diinginkan.
Pada keadaan tertentu bilamana diminta kesempurnaan kelekatan beton lama dengan beton baru,
biasanya diperlukan bonding agent.
BIDANG KERJA
o Tebing batu dengan kondisi existing dan material batu dinding yang bervariasai dengan
kemiringan tebing 60o – 80o
o Penambahan pembesian dengan menggunakan wiremesh bilamana diperlukan khususnya pada
daerah yang dinding tebingnya bukan batu atau batu lunak atau tanah.
PELAKSANAAN
1. Setelah semua persiapan sudah selesai dicek keamanan nya maka beton.mortar bisa diorder di
batching plant.
2. setelah beton tiba ditempat pengecoran, mortar dimasukan lagi kedalam mesin shotcrete.
3. Menembakkan mortar pada bidang yang akan dicor dengan tekanan compressor.
PERAWAT
Perawatan hasil pekerjaan shotcrete sama halnya seperti perawatan beton pada pengecoran biasanya
dengan cara disiram atau menyemprotkan compound pada beton.
2. BATASAN
1. Batasan Operasi
Pekerjaan Shotcrete dilakukan pada slop protection yang rawan longsor. sudut lebih dari 60o
Pengecoran perhari membutuhkan mortar sebanyak 20 m3
Menggunakan system wet mix, adalah campuran basah sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih
seragam.
1. Wewenang
Subkontraktor
Subkontraktor bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan pekerjaan Shotcrete dan mensupplay
mortar.
Kontraktor
Sebagai perantara antara owner dan subkontraktor. Memastikan pekerjaan itu telah diinspeksi
keamanan bekerja oleh HSE dari Kontraktor.
Owner
1. TROUBLE SHOTING
Pekerjaan slope protection di PLTU teluk sirih 2 x 112 MW menggunakan shotcrete dikarenakan pada
bukit merah terdapat batu- batuan yang sudut kemiringannya sekitar 60o yang kemungkinan akan terjadi
longsor jika tidak dilakukan pekerjaan shotcrete.
Apakah pekerjaan shotcrete di bukit merah perlu dilakukan?, banyak
Shotcrete
Pengenalan shotcrete atau beton kecipratan
Shotcrete atau gunite telah invented oleh Bapak Carl Ethan Akeley (1864-1926) pada 1910. Untuk sebuah taman
wisata, Arsitek Amerika ini telah diamanatkan dalam mewujudkan reproduksi yang nyata dari dinosaur.
Mengingat ukuran struktur, ia mempunyai ide untuk mengembangkan "semen gun" mesin memungkinkan
penyemprotan dari cementitious mortir. Shotcrete telah dibuat!
Simbolis mungkin kebetulan, tapi tahun yang sama, Bapak Kaspar Winkler didirikan sika. Sejak saat itu sangat
sika telah memberikan kontribusi kepada pembangunan shotcrete teknologi. Shotcrete oleh teknologi, berarti kita
yang berkesinambungan dari kimia tambahan dan admixtures untuk shotcrete dan juga pengembangan
penyemprotan peralatan.
Shotcrete terutama digunakan dalam proyek konstruksi bawah tanah sebagai awal atau permanen dukungan
struktural. Oleh konstruksi bawah tanah, kami berarti pembangunan struktur seperti jalan-terowongan kereta api,
hydropower pabrik, tambang, parkir, kereta bawah tanah, metro, dll tempat penyimpanan
Namun shotcrete adalah juga sebagai alat untuk mewujudkan ekonomi stabilisasi kerja (lereng), kolam renang,
waterways, perbaikan beton, inner lining arsitektur dan struktur. Kira-kira 90% dari shotcrete akan diterapkan ke
dalam proyek-proyek konstruksi bawah tanah. Total volume shotcrete tahunan diterapkan di seluruh dunia adalah
lebih dari 12 juta meter kubik
Apakah shotcrete?
As per the American Concrete Institute (ACI), shotcrete dapat didefinisikan sebagai mortir atau beton,
pneumatically diproyeksikan pada kecepatan tinggi melalui tekanan tahan menyampaikan sebuah baris ke
permukaan, di mana pada dampak yang kompak.
Semen, pasir, agregat, air, dan tambahan admixtures komponen yang masuk dalam produksi dari shotcrete
campuran.
Dibandingkan dengan beton normal, terutama shotcrete berbeda dari tiga poin:
Shotcrete pembangunan dapat diringkas dari mulai saat ini sebagai berikut:
Kering proses -> proses kering dengan bedak penderas -> dengan proses basah Alkali cair penderas -> dengan
proses basah Alkali penderas gratis
Maksud pengujian kekuatan beton adlah untuk menentukan terpenuhinya spesifikasi kekuatan dan mengukur
variabilitas beton. Beton adalah suatu massa yang keras terdiri dan bahan-bahan yang heterogen.Variabilitas
karakteristik dan setiap bahan penyusun dalam beton dapat menyebabkan variasi kekuatan dalam beton. Variasi
kekuatan ini dapat juga disebabkan oleh pelaksanaan dalam penentuan proporsi campuran, pelaksanaan
pencampuran, pengangkutan, penuanangan dan pemeliharaan beton, selain Variasi kekuatan dapat juga
sisebabkan oleh fabrikasi, pengujian, dan perlakuan pada benda-benda uji. Variasi dalam kekuatan beton dapat
diterima, namun, beton yang berkualitas cukup dapat dihasilkan jika dilakukan kontrol yang baik, hasil uji
diinterprestasikan dengan akurat dan mempertimbangkan batasan-batasan yang ada.Kontrol yang baik dapat
dicapai dengan menggunakan bahan-bahan yang memenuhi syarat,penakaran dan pencampuran bahan yang
benar, sesuai dengan kualitas yang diinginkan, serta pelaksanaan yang baik dalam pengangkutan, penuangan,
perawatan dan pengujian.
2. Semen atau beton
Keuntungan penyangga semen atau beton :
- Mempunyai kuat tekan yang tinggi
- Tahan terhadap pengaruh cuaca
- Bahan-bahan mudah didapat
2. Shotcrete campuran basah, pada dasarnya memiliki komponen yang sama pada campuran kering,
tetapi airnya sudah dicampurkan kedalam "Mixer"
- Shotcrete Campuran kering, akselerator dapat ditambahkan pada saat pencampuran.
- Shotcrete Campuran basah, akselerator harus ditambahkan pada saat penyemprotan (nozzle)
Penyanggaan diperlukan apabila berdasarkan perhitungan massa batuan tidak mampu menyangga dirinya
sendiri agar lubang bukaan tidak runtuh.
Adapun macam penyanggaan secara umum ada dua macam yaitu;
1. Natural Support ( penyanggaan alamiah)
Adalah penyanggaan yang dibuat dari batuan atau badan bijih itu sendiri dan dibentuk menjadi semacam pilar
yang disebut ore / rock pillar. Biasanya dipilih dari batuan atau bijih dengan kadar rendah.
Berdasarkan bentuk dan posisinya, pillar dapat dibagi menjadi:
a. random pillar, yaitu pillar yang bentuk dan letak satu sama lainnya tak beraturan.
b. regular pillar, yaitu pillar yang bentuk dan leatak satu sama lain saling teratur.
c. barrier pillar, yaitu pillar besar yang bentuknya tidak teratur melintang dan pada jalan masuk utama.
2. Artifiacial Support
Adalah penyanggaan batuan dimana material yang digunakan dapat berupa kayu, semen, atau beton, logam baja,
dan material pengisi.
"sistem penyanggaan pada tambang bawah tanah secara garis besar dibagi menjadi yaitu Penyangga *ktif dan Penyangga
pasif. Penyanggaa k t i f yaitu penyangga yang bersifat memperkuat batuan secara
l a n g s u n g sedangkan Penyangga pasif adalah penyangga yang dipasang pada bagian yangmerupakan
massa batuan itu sendiri sehingga membuat massa batuan tersebutdapat menahan dirinya sendiri.
"saat ini penyangga beton sangat banyak digunakan pada tambang bawah tanah. "hotcrete ( beton
tembak ) merupakan contoh penyangga batuan primer ( primary ground supporting ) y a n g dominan
digunakan pada tambang bawah tanah. "hotcrete merupakan penyangga pasif,
I. LATAR BELAKANG
PT Arutmin Indonesia sebagai perusahaan tambang skala besar dengan produktifitas sebesar 15,7 jt ton pada
tahun 2007 dan pelabuhan batubara skala internasional memiliki 4 lokasi tambang dan 1 pelabuhan utama
(NPLCT ). Semua lokasi penambangan PT Arutmin Indonesia terletak di provinsi Kalimantan Selatan, mulai
dari Asam-asam sampai ke Senakin.
PT Arutmin Indonesia memiliki visi jangka panjang dalam upaya konservasi cadangan dengan telah memulai
mengkaji potensi tambang bawah permukaan mulai tahun 1993. Proyek Tambang Bawah Permukaan Percobaan
sejak tahun 2002 merupakan program perusahaan untuk mempelajari kelayakan teknis sebagai upaya di dalam
memaksimalkan cadangan di daerah tambang terbuka yang berpotensi untuk dilakukan penambangan dengan
sistem tambang bawah permukaan.
Investigasi keruntuhan atap telah mengungkap faktor-faktor penyebab kegagalan penyanggaan atap sebagai
berikut:
1. Lebihnya beban mudstone antara lapisan batubara SL1 dan SM2 .
2. Adanya pengaruh tingginya tekanan air di lapisan batubara SM2.
3. Pengaruh sifat kelemahan strukturalnya sendiri.
4. Pengurangan ketebalan lapisan atap batubara menjadi 0,3m mengurangi retakan lapisan atap dan elastisitas
penopang untuk menahan beban.
5. Keefektifan roof bolt berkurang karena sebagian roof bolt dijangkarkan pada mudstone.
6. Lebar terowongan yang diluar dari standar yang ditentukan
II. TARP
TARP merupakan suatu prosedur yang mengatur aturan, tanggung jawab dan tindakan yang harus dilakukan
oleh setiap karyawan tambang bawah tanah percobaan Satui. Prosedur ini sangat diperlukan untuk menjamin
terpeliharanya kestabilan atap dan terowongan di tambang bawah permukaan secara berkesinambungan.
TARP disusun berdasarkan pengalaman di lapangan dan perhitungan keteknikan yang harus memenuhi
beberapa parameter seperti di bawah ini:
1. Menjelaskan parameter-parameter kondisi dilapangan untuk dirumuskan dalam beberapa kategori
terowongan.
2. Sistem penyanggaan diterapkan sesuai kondisi terowongan dan perubahan kondisinya
3. Pola dan desain penyanggaan harus dapat mencakup beberapa kondisi terowongan semaksimal mungkin
4. Setiap personel terkait harus mengerti dan dapat melaksanakan tanggung jawabnya seperti yang diatur dalam
TARP
5. Deteksi dini dan reaksi seketika harus dapat terlaksana
6. Sistem monitoring dan evaluasi hasil monitoring dapat segera disimpulkan dan di terapkan dilapangan
7. Evaluasi terhadap TARP yang sudah ada harus berlangsung secara berkelanjutan sesuai pengalaman terhadap
kondisi-kondisi baru dan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada sistem
Dalam penyusunannya prosedur tanggap darurat (TARP) ini perlu melibatkan karyawan operasional, insinyur
geo-teknik, insinyur tambang, ahli geo-teknik dan lain-lain. Faktor-faktor aktual yang ada sebelum prosedur ini
di buat harus dipertimbangkan dan menjadi bahan masukan yang berharga dalam penyusunan TARP seperti data
tell tale, data extensometer, lebar terowongan, data pull out test, dan lain-lain. Dengan demikian, maka prosedur
yang disusun nantinya harus mudah dimengerti oleh karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan
penerowongan sehingga pemasangan sistem penyanggaan dapat dilakukan dengan tepat dan efektif.
Insinyur tambang dan atau geo-teknik perlu memastikan bahwa sistem penyanggaan yang telah dipasang sudah
sesuai dengan kriteria dan aturan yang ada. Prosedur tanggap darurat ini juga bersifat dinamis, yang artinya
bahwa segala bentuk pengaruh dan faktor kestabilan terowongan yang baru ditemukan, harus dapat dimasukan
ke dalam TARP.
TARP yang telah disusun dan disahkan harus segera disosialisasikan kepada karyawan yang terlibat langsung
dalam proses penerowongan dan perawatan terowongan. Pengujian secara berkesinambungan terhadap
pengetahuan para karyawan tersebut perlu dilakukan untuk menjamin telah dipahaminya aturan tersebut. TARP
akan lebih baik ditempatkan pada tempat-tempat tertentu di terowongan dan dibagikan ke karyawan yang
terlibat langsung untuk mempermudah dan menjamin penerapannya dengan benar. Inspeksi rutin perlu
dilakukan untuk memastikan TARP telah diterapkan dengan benar dilapangan dan disusun laporan kondisi
terowongan sesuai TARP.
SB = 104 kN = 0.3kN/mm
347,5mm
Jika ada baut yang dijangkarkan 0,45m ke lapisan batubara SM2 maka kekuatan penjangkaran adalah :
FA = LA x SB = 450 x 0,3 = 135 kN
Faktor keamanan dibandingkan dengan daya selip jangkar
Pola penyanggaan harus sesuai dengan kategori terowongan sebagaimana halnya di atur dalam TARP. Salah
satu contoh pola penyanggaan pada terowongan jalan yang diatur dalam TARP dapat dilihat pada lampiran 1.
Tabel 3. Perbedaan Hasil Uji Pull Out Test Sebelum dan Setelah Perbaikan Sistem Penyanggaan
VII. KESIMPULAN
Dalam upaya menjaga kestabilan atap (strata control) adalah sangat penting dokumen sejenis TARP harus
dibuat dan diterapkan sesuai kondisi geologi dan struktur di masing-masing lokasi tambang bawah permukaan.
Sarana-sarana penunjang untuk penerapan TARP agar tersedia dengan baik. Evaluasi terhadap TARP yang
sudah ada harus berlangsung secara berkelanjutan sesuai pengalaman terhadap kondisi-kondisi baru dan
kelemahan-kelemahan yang terjadi pada sistem
DAFTAR PUSTAKA
1. ITB & Tekmira. Resistivity Measurement for Dewatering Project PT Arutmin, February 2006.
2. ITB & Tekmira 2006. Analisis Kestabilan Alternatif Dimensi Terowongan, Proyek Tambang Bawah Tanah
Satui, PT Arutmin Indonesia, 2006
3. McCowan, Brian. The McCowan Consulting Report, Satui Underground Mine, Roof Fall Investigation and
Roof Reinforcement Review – Report No. MC06012, Australia, 2006
4. PT Arutmin Indonesia. Trigger Action Response Plan Revision, PT Arutmin Satui Underground Mine, 2007