1. Tujuan Agar petugas dapat memahami dan memberikan penanganan yang tepat
pada pasien Tetanus
2. Kebijakan Sebagai pedoman bagi petugas dalam menangani pasien dengan
Tetanus
Dalam menegakkan diagnose dan pengobatan pasien dengan Tetanus
harus mengikuti langkah langkah SPO penanganan Tetanus
3. Ruang lingkup Semua pasien yang mengalami Tetanus di IGD dan Rawat inap
Puskesmas Selomerto
4. Definisi Tetanus adalah penyakit pada sistem syaraf yang disebabkan oleh
tetanospasmin. Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik persisten disertai
dengan serangan yang jelas dan keras. Spasme hamper selalu terjadi
pada otot leher dan rahang yang menyebabkan penutupan rahang
(trismus, lockjaw), serta melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi
juga otot-otot batang tubuh.
Keluhan utama:
Tetanus local meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai
rasa sakit pada otot disekitar proksimal luka. Tetanus local dapat
berkembang menjadi tetanus umum.
Tetanus sefalik adalah tetanus local yang mengenai wajah dengan
masa inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah
kepala atau otitits media kronis. Gejala berupa trismus, disfagia,
rhesus sardonikus dan disfungsi nervi kranialis. Tetanus sefal jarang
terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya
biasanya jelek.
Tetanus umum/generalisata gejala klinis dapat berupa trismus,
iritabel, kelakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut
(opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang
umum yang dapat terjadu denga rangsangan ringan seperti sinar,
suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
Tetanus neonatorum terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya
infeksi tali pusat. Gejala ketidakmampuan untuk menetek,
kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan spasme.
Pemeriksaan Fisik:
Pada tetanus local ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap
Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhesus sardonikus dan
disfungsi nervus cranialis
Pada tetanus umum/generalisata adanya trismus, kekakuan dada dan
perut, fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum
yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan
sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik
Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan
posisi tubuh klasik, kekakuan pada otot-otot punggung, bayi
mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan
mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal,
ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada
pergelangan dan fleksi jari-jari kaki
5. Prosedur a. Petugas menerima pasien.
b. Petugas melakukan anamnesis singkat tentang perjalanan penyakit,
riwayat luka, riwayat imunisasi tetanus, dan keluhan-keluhan lain
kerah tetanus.
c. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
d. Petugas melakukan vital sign meliputi pengukuran tekanan darah,
nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu.
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, dari ujung rambut sampai kaki,
petugas mencari tanda-tanda tetanus local, tetanus sefalik, tetanus
umum atau tetanus neonatorum.
f. Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan.
g. Petugas mendiganosi pasien mengalami tetanus.
h. Petugas melakukan talaksanaan tetanus sebagai berikut:
1) Manajemen Luka
a) Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridement
b) Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan
c) TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10
tahun, jika riwayat imunisasi tidak diketahui TT tidak dapat
diberikan
2) Awasi agar tidak ada hambatan fungsi respirasi
3) Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori per hari dengan
100-150 gr protein
4) Oksigenasi
5) Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan respon
klinik. Diazepam 6-8 mg/hari. Bila pasien datang dalam keadaan
kejang diberikan diazepam dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v. perlahan-
lahan dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali kejang.
Kemudian diikuti pemberian diazepam oral dengan dosis
0,5mg/kgBB/kali sehari diberikan 6 kali. Dosis maksimal 240
mg/hari.
6) ATS dapat digunakan, tetapi sebelumnya diperlukan skintest. Dosis
50.000 iu, diberikan IM diikuti 50.000 unit dengan infuse IV
lambat.
7) Eliminasi bakteri, diberikan prokain penicillin 1,2 juta unit IM atau
IV setiap 6 jam selama 10 hari. Jika alergi diberikan tetrasiklin, 500
mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Jika alergi tetrasiklin
dapat diberikan Eritromisin 50mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5
mg/KgBB tiap 6 jam
8) Pemberian TT dapat diberikan bersamaan dengan ATS tetapi pada
sisi yang berbed dan menggunakan alat suntik yang berbeda
9) Rencana tindak lanjut:
a) Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap
tetanus selesai. Pengulangan dilakukan 8 minggu kemudian
dengan dosis yang sama dengan dosis inisial
b) Booster dilakukan 6-12 bulan kemudian
c) Subsequent booster, diberikan 5 tahun berikutnya
d) Laporkan kasus Tetans ke dinas kesehatan setempat
10) Kriteria rujukan:
a) Bila tidak terjadi perbaikan setelah penangan pertama
b) Terjadi komplikasi, seperti distress pernapasan
c) Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder
yang memiliki dokter spesialis neurologi
i. Petugas menulis hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnose dan
terapi kedalam rekam medik
j. Petugas menandatangani rekam medic
6. Diagram Alir
melakukan vital sign menegakan diagnose
Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien
CR :………………%.
Selomerto,……………………
Pelaksana/ Auditor
(………………………………)