Anda di halaman 1dari 6

TETANUS Disahkan oleh Kepala

No. Kode : Puskesmas Selomerrto


Terbitan : 1
No. Revisi :
UPTD SPO Tgl. Mulai : 1 Mei 2013
PUSKESMAS Berlaku dr. Sumanto
SELOMERTO 1 Halaman : 1/3 NIP. 196409092002121001

1. Tujuan Agar petugas dapat memahami dan memberikan penanganan yang tepat
pada pasien Tetanus
2. Kebijakan  Sebagai pedoman bagi petugas dalam menangani pasien dengan
Tetanus
 Dalam menegakkan diagnose dan pengobatan pasien dengan Tetanus
harus mengikuti langkah langkah SPO penanganan Tetanus
3. Ruang lingkup Semua pasien yang mengalami Tetanus di IGD dan Rawat inap
Puskesmas Selomerto
4. Definisi Tetanus adalah penyakit pada sistem syaraf yang disebabkan oleh
tetanospasmin. Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik persisten disertai
dengan serangan yang jelas dan keras. Spasme hamper selalu terjadi
pada otot leher dan rahang yang menyebabkan penutupan rahang
(trismus, lockjaw), serta melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi
juga otot-otot batang tubuh.
Keluhan utama:
 Tetanus local meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai
rasa sakit pada otot disekitar proksimal luka. Tetanus local dapat
berkembang menjadi tetanus umum.
 Tetanus sefalik adalah tetanus local yang mengenai wajah dengan
masa inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah
kepala atau otitits media kronis. Gejala berupa trismus, disfagia,
rhesus sardonikus dan disfungsi nervi kranialis. Tetanus sefal jarang
terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya
biasanya jelek.
 Tetanus umum/generalisata gejala klinis dapat berupa trismus,
iritabel, kelakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut
(opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang
umum yang dapat terjadu denga rangsangan ringan seperti sinar,
suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
 Tetanus neonatorum terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya
infeksi tali pusat. Gejala ketidakmampuan untuk menetek,
kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan spasme.
Pemeriksaan Fisik:
 Pada tetanus local ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap
 Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhesus sardonikus dan
disfungsi nervus cranialis
 Pada tetanus umum/generalisata adanya trismus, kekakuan dada dan
perut, fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum
yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan
sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik
 Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan
posisi tubuh klasik, kekakuan pada otot-otot punggung, bayi
mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan
mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal,
ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada
pergelangan dan fleksi jari-jari kaki
5. Prosedur a. Petugas menerima pasien.
b. Petugas melakukan anamnesis singkat tentang perjalanan penyakit,
riwayat luka, riwayat imunisasi tetanus, dan keluhan-keluhan lain
kerah tetanus.
c. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
d. Petugas melakukan vital sign meliputi pengukuran tekanan darah,
nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu.
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, dari ujung rambut sampai kaki,
petugas mencari tanda-tanda tetanus local, tetanus sefalik, tetanus
umum atau tetanus neonatorum.
f. Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan.
g. Petugas mendiganosi pasien mengalami tetanus.
h. Petugas melakukan talaksanaan tetanus sebagai berikut:
1) Manajemen Luka
a) Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridement
b) Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan
c) TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10
tahun, jika riwayat imunisasi tidak diketahui TT tidak dapat
diberikan
2) Awasi agar tidak ada hambatan fungsi respirasi
3) Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori per hari dengan
100-150 gr protein
4) Oksigenasi
5) Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan respon
klinik. Diazepam 6-8 mg/hari. Bila pasien datang dalam keadaan
kejang diberikan diazepam dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v. perlahan-
lahan dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali kejang.
Kemudian diikuti pemberian diazepam oral dengan dosis
0,5mg/kgBB/kali sehari diberikan 6 kali. Dosis maksimal 240
mg/hari.
6) ATS dapat digunakan, tetapi sebelumnya diperlukan skintest. Dosis
50.000 iu, diberikan IM diikuti 50.000 unit dengan infuse IV
lambat.
7) Eliminasi bakteri, diberikan prokain penicillin 1,2 juta unit IM atau
IV setiap 6 jam selama 10 hari. Jika alergi diberikan tetrasiklin, 500
mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Jika alergi tetrasiklin
dapat diberikan Eritromisin 50mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5
mg/KgBB tiap 6 jam
8) Pemberian TT dapat diberikan bersamaan dengan ATS tetapi pada
sisi yang berbed dan menggunakan alat suntik yang berbeda
9) Rencana tindak lanjut:
a) Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap
tetanus selesai. Pengulangan dilakukan 8 minggu kemudian
dengan dosis yang sama dengan dosis inisial
b) Booster dilakukan 6-12 bulan kemudian
c) Subsequent booster, diberikan 5 tahun berikutnya
d) Laporkan kasus Tetans ke dinas kesehatan setempat
10) Kriteria rujukan:
a) Bila tidak terjadi perbaikan setelah penangan pertama
b) Terjadi komplikasi, seperti distress pernapasan
c) Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder
yang memiliki dokter spesialis neurologi
i. Petugas menulis hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnose dan
terapi kedalam rekam medik
j. Petugas menandatangani rekam medic
6. Diagram Alir
melakukan vital sign menegakan diagnose
Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

7. Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Primer Edisi I, 2013.
8. Dokumen  Rekam Medik
Terkait  Register
 Blanko Resep
9. Distribusi Apotik

10. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai
diberlakukan
PENANGANAN KARIES GIGI
No. Kode :
Terbitan :
DAFTAR No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
UPTD TILIK
PUSKESMAS Halaman : 1/3
SELOMERTO 1

No Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak


Berlaku
1 Apakah Petugas menerima pasien?
2 Apakah Petugas melakukan anamnesis singkat tentang
perjalanan penyakit, riwayat luka, riwayat imunisasi
tetanus, dan keluhan-keluhan lain kerah tetanus?
3 Apakah Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan?
4 Apakah Petugas melakukan vital sign meliputi pengukuran
tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu?
5 Apakah Petugas melakukan pemeriksaan fisik, dari ujung
rambut sampai kaki, petugas mencari tanda-tanda
tetanus local, tetanus sefalik, tetanus umum atau
tetanus neonatorum?
6 Apakah Petugas melakukan cuci tangan setelah
pemeriksaan?
7 Apakah Petugas mendiganosi pasien mengalami tetanus?
8 Apakah Petugas melakukan talaksanaan tetanus sebagai
berikut:
1) Manajemen Luka
a) Semua luka harus dibersihkan dan jika
perlu dilakukan debridement
b) Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu
didapatkan
c) TT harus diberikan jika riwayat booster
terakhir lebih dari 10 tahun, jika riwayat
imunisasi tidak diketahui TT tidak dapat
diberikan
2) Awasi agar tidak ada hambatan fungsi respirasi
3) Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori
per hari dengan 100-150 gr protein
4) Oksigenasi
5) Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai
kebutuhan dan respon klinik. Diazepam 6-8
mg/hari. Bila pasien datang dalam keadaan
kejang diberikan diazepam dosis 0,5
mg/kgBB/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis
optimum 10mg/kali diulang setiap kali kejang.
Kemudian diikuti pemberian diazepam oral
dengan dosis 0,5mg/kgBB/kali sehari diberikan
6 kali. Dosis maksimal 240 mg/hari.
6) ATS dapat digunakan, tetapi sebelumnya
diperlukan skintest. Dosis 50.000 iu, diberikan
IM diikuti 50.000 unit dengan infuse IV lambat.
7) Eliminasi bakteri, diberikan prokain penicillin
1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10
hari. Jika alergi diberikan tetrasiklin, 500 mg
PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Jika
alergi tetrasiklin dapat diberikan Eritromisin
50mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap
6 jam
8) Pemberian TT dapat diberikan bersamaan
dengan ATS tetapi pada sisi yang berbed dan
menggunakan alat suntik yang berbeda
9) Rencana tindak lanjut:
a) Pemberian TT harus dilanjutkan sampai
imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
Pengulangan dilakukan 8 minggu kemudian
dengan dosis yang sama dengan dosis inisial
b) Booster dilakukan 6-12 bulan kemudian
c) Subsequent booster, diberikan 5 tahun
berikutnya
d) Laporkan kasus Tetans ke dinas kesehatan
setempat
10) Kriteria rujukan:
a) Bila tidak terjadi perbaikan setelah
penangan pertama?
b) Terjadi komplikasi, seperti distress
pernapasan
Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
sekunder
9 Apakah Petugas menulis hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnose dan terapi kedalam rekam medic?
10 Apakah Petugas menandatangani rekam medic?

CR :………………%.

Selomerto,……………………
Pelaksana/ Auditor

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai