Anda di halaman 1dari 5

BEBERAPA ASPEK PELAKSANAAN 'UNDERPINNING'

Indrastono Dwi Atmanto *)

Abstract
In areas of dense buildings often found limitations of the land, resulting in the possibility that new building
foundation coincides or lies below the existing foundation and excavation leads to instability of the existing
foundation. Similar problem also encountered in the construction of underground infrastructure and old building
restoration where the existing foundation must be strengthened. A row of bored pile or diaphragm wall are
commonly used for securing of excavation. Alternatively it is more economical to do underpinning by means of
grouting, soil nailing and micropile, in which each method has its own advantages and disadvantages. The
system of underpinning provides advantages over the diaphragm wall and bored pile because it can support the
load directly and saves space. This paper aims to introduce the principles of design, implementation, anticipated
actions and legal aspects of underpinning.
Key words : underpinning, grouting, soil nailing, micropile, legal aspects

Pendahuluan
Perluasan bangunan baik secara horisontal maupun digunakan diameter 25 cm. 'Micropile' insitu meng-
vertikal, atau pembangunan baru yang berbatasan gunakan tulangan baja memanjang atau batang baja
langsung dengan bangunan lama memerlukan perku- dan dicor beton pada lobang bor. Pemboran tidak
atan pondasi bangunan lama serta tindakan penga- boleh menggunakan 'water jetting', sedangkan tinggi
manan bangunan lama. Perkuatan pondasi bangunan ruang kerja minimal 1,8 m. Kapasitas dukung 'mic-
lama dapat dilakukan dengan beberapa metoda antara ropile' dipengaruhi oleh diameter dan panjang tiang,
lain : 'underpinning' klasik, 'micropile', 'grouting', mutu beton dan tulangan serta parameter tanah dasar.
paku tanah maupun kombinasi dari metoda-metoda Untuk menentukan kapasitas dukung aktual dapat
tersebut. dilakukan pengujian pembebanan di lapangan, se-
dangkan untuk mengatasi gaya-gaya lateral dari
Metoda klasik bangunan maupun tanah diperlukan pemasangan ang-
Metoda 'underpinning' klasik (galian terbuka, tanpa kur pada dinding tiang. Sebagai perlindungan agar
pengaman) dapat dilaksanakan pada tanah kohesif tanah tidak menembus celah-celah deretan tiang
kenyal maupun tanah granuler (kepadatan lapangan maka celah-celah tersebut diisi dengan beton tembak
sedang) dengan batasan sebagai berikut : (shotcrete). 'Micropile' banyak digunakan untuk per-
1. angunan rumah tinggal atau perkantoran mak- kuatan pondasi bangunan monumental dan infra-
simal 5 lantai atau bangunan lain dengan keting- struktur bawah tanah. Meskipun memerlukan biaya
gian, jenis pondasi dan tegangan tanah yang cukup besar, namun metoda ini memberikan keung-
setara (beban lajur p = 250 kN/m). gulan yaitu dapat membatasi bahaya penurunan.
2. bangunan di atas pondasi lajur dan dinding
bangunan memberikan efek cakram; di mana Stabilisasi tanah
pintu dan jendela harus ditembok atau diperkaku. Stabilisasi tanah untuk pengamanan bangunan eksis-
3. beban utama pada tanah dasar di area galian ting umumnya dilakukan pada jenis tanah dasar
berupa beban vertikal pondasi bangunan lama dan granuler. Ditinjau dari bahan stabilisasi dapat dibe-
harus diwaspadai terjadinya efek busur. dakan injeksi semen, gel silikat dan bahan kimiawi.
4. kedalaman galian tidak melebihi 5 m di bawah Injeksi semen sangat sesuai untuk tanah kerikil
permukaan tanah, disertai perhitungan statika. sedangkan gel silikat untuk tanah pasir. Injeksi bahan
kimiawi sangat mahal dan hanya digunakan pada
Pada jenis tanah pasir lepas sebaiknya tidak dilaksa- keadaan khusus. Mengingat bahaya pencemaran
nakan 'underpinning' klasik karena sangat rentan lingkungan (kontaminasi tanah dan air) maka injeksi
terhadap fluktuasi muka air tanah. Pekerjaan galian kimiawi sangat dibatasi pemakaiannya dan digan-
pada tanah pasir halus dan tanah kelanauan harus tikan dengan teknik injeksi bertekanan tinggi 'jet
memperhitungkan stabilitas lereng, mengingat sifat- grouting' yang lebih ramah lingkungan. Untuk ini
nya yang sangat rentan terhadap fluktuasi kadar air, dikembangkan produk semen ultra halus untuk
kenaikan sedikit kadar air saja berakibat perubahan injeksi tanah berpori kecil. Penetrasi bahan injeksi ke
konsistensi tanah dari padat menjadi cair. dalam ruang pori tanah melalui lobang bor dan pipa
injeksi, dengan tekanan antara 5 – 10 bar. Perkem-
Micropile bangan selanjutnya menggunakan pipa manset yang
'Micropile' merupakan pondasi tiang bor dengan dimasukkan ke dalam lobang bor. Ruang antara din-
diameter kecil ( D < 30 cm) dengan posisi tegak atau ding lobang bor dan pipa manset diisi dengan larutan
miring dengan panjang sesuai kebutuhan; umumnya penyangga, sedangkan jarak antar pipa berkisar 0,5 –
1,0 m. Proses penetrasi dikendalikan oleh alat pene-
trasi terpusat. Sebelum dimulai pekerjaan injeksi,
*) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil diperlukan penyelidikan tanah secara komprehensif
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

TEKNIK – Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 1


serta pengujian sifat bahan injeksi. Selain itu dilaku- tanda/marka dari gips. Pengukuran penurunan dan
kan juga pengamatan bangunan lama dan tes hasil deformasi bangunan diperlukan untuk mengantisipasi
pekerjaan injeksi. Protokol lapangan harus mencan- risiko kegagalan. Penyelidikan tanah di lapangan
tumkan secara rinci mengenai metoda pelaksanaan maupun laboratorium sangat diperlukan untuk
penetrasi, volume, waktu dan tekanan injeksi. D- menentukan parameter tanah dalam perancangan.
engan penggalian, pemboran atau sondir dapat dila-
kukan pengujian lapangan dan pengambilan sampel Perancangan 'underpinning'
untuk tes laboratorium. Injeksi dengan gel silikat Dalam pelaksanaan 'underpinning', sinergi dan inte-
memerlukan pengujian tes rayapan monoaksial se- raksi dari semua 'stakeholder' sangat menentukan
hingga dapat dikaji kriteria dan perilaku deformasi hasil akhir. Diperlukan koordinasi antara arsitek, ahli
stabilisasi tanah. struktur dan ahli geoteknik maupun pihak pelaksana.
Hasil penyelidikan awal harus menjadi bahan per-
Paku tanah. timbangan dalam proses perancangan, khususnya
Guna meningkatkan kuat tarik serta kuat geser tanah gambar konstruksi harus memuat hal-hal berikut :
dapat dilakukan pemasangan paku tanah (soil nailing) 1. Gambar denah dan potongan bangunan rencana.
yang berfungsi sebagai komponen struktur. Prinsip 2. Gambar denah dan potongan bangunan eksisting,
ini yang ditransfer dari mekanika batuan, seringkali detail pondasi, dinding dan atap.
digunakan dalam pekerjaan 'underpinning' sebagai 3. Ukuran tindakan pengamanan pada bangunan
elemen penyangga temporer maupun permanen. eksisting.
Dalam pelaksanaannya, tanah di bawah pondasi 4. Tanah dasar dan kondisi air tanah.
digali secara segmental dengan kedalaman 1,0 – 1,5 5. Batas kedalaman galian dan struktur pengaman.
m dan diperkuat dengan 'shotcrete' bertulang. Pema- 6. Rencana kerja meliputi detail setiap tahapan.
sangan batang tulangan (Gewi-steel berdiameter 20 7. Gambar denah 'underpinning', detail potongan
hingga 28 cm) maupun proses injeksi dilakukan dan spesifikasi teknis material
menurut cara yang lazim pada pemasangan angkur,
namun dalam hal ini berkaitan dengan tulangan yang Perancangan 'undepinning' harus memperhitungkan
ekstra panjang. Paku tanah tidak diberi tekanan berbagai kombinasi pembebanan, karena pembeba-
'prestressed' dan pada fase penggalian berikutnya nan vertikal dapat meningkatkan momen penahan,
dapat dilakukan penembokan yang lebih panjang. sehingga harus diperhitungkan pula terjadinya teka-
Tebal 'shotcrete' bertulang pada pekerjaan temporer nan ekstrim. Yang perlu diwaspadai adalah pelak-
berkisar 10 – 15 cm, sedangkan pada pekerjaan per- sanaan 'underpinning' pada bangunan dengan beban
manen berkisar 15 – 25 cm. Panjang batang tulangan kerja kecil, misalnya garasi. Selain tekanan tanah
untuk paku tanah sekitar 0,5 – 0,7 tinggi dinding, aktif, perlu diperhitungkan juga tekanan tanah diam,
sedangkan jarak antar paku ditentukan berdasarkan utamanya pada 'underpinning' tanpa angkur penahan.
perhitungan statika dengan pengkajian faktor aman 'Underpinning' yang melebihi tinggi 2 m harus
internal maupun eksternal massa tanah yang dipaku. menggunakan angkur atau konstruksi penahan
Beberapa faktor aman yang perlu dikaji antara lain : lainnya, agar tidak terjadi deformasi yang berlebihan.
gaya geser di dalam maupun di bawah massa tanah 'Underpinning' kimiawi berfungsi sebagai dinding
yang dipaku, pembuktian bahwa resultan semua gaya penahan tanah dengan tinggi maksimal 2,5 m; dan di
statis memotong alas di dalam inti dan faktor aman atas ketinggian itu harus diperkuat dengan angkur.
terhadap kelongsoran tanah. Penentuan dimensi paku Berat jenis massa injeksi berkisar 19 – 21 kN/m3.
tanah mengacu pada hasil perhitungan yang meng- Gaya-gaya yang harus diperhitungkan harus menca-
hasilkan gaya terbesar bagi paku tanah, sedangkan kup beban maksimal dan minimal bangunan.
tebal 'shotcrete' ditentukan berdasarkan tekanan aktif Perhitungan tekanan tanah harus mengkaji tekanan
tanah. Dalam zona kepala paku perlu dikaji besarnya tanah aktif maupun tekanan tanah diam, tergantung
gaya geser pons (tembus) yang terjadi. Beban deformasi yang diijinkan pada sistem 'underpinning'.
rencana dari hasil perhitungan statika harus diuji Distribusi tekanan tanah akibat beban bangunan
dengan percobaan pembebanan di lapangan, minimal dapat diperhitungkan menurut metoda Boussinesq.
3 % dari jumlah paku atau tiga paku pada tiga jenis
tanah yang berlainan. Pada pekerjaan yang kurang Pengamanan bangunan lama
dari 100 paku, perlu diuji minimal 5 % dari jumlah Dalam pelaksanaan 'underpinning', selain perkuatan
paku. pondasi eksisting diperlukan juga tindakan penga-
manan terhadap bangunan tetangga akibat galian
Persiapan 'underpinning' terbuka yang menyebabkan perubahan terhadap
Penyelidikan awal dilakukan untuk mempelajari geostatika. Tindakan pengamanan ini mutlak dila-
gambar teknis dari bangunan eksisting baik mengenai kukan khususnya untuk bangunan yang dindingnya
pondasi maupun struktur atas, termasuk statikanya. berimpit. Pengamanan tersebut dapat berupa :
Selanjutnya dibuat gambar rencana 'underpinning' 1. 'Tie back' (pengangkuran) komponen bangunan
yang harus disetujui oleh pemilik bangunan maupun yang rawan.
ijin dari instansi pemerintah. Sebelum pelaksanaan, 2. Memperkaku dinding, penembokan bagian yang
haruslah dilakukan pembuktian faktor aman. Data terbuka.
kondisi eksisting bangunan perlu didokumentasikan, 3. Penyangga lateral antar dua dinding bangunan
retak-retak yang ada dapat diamati dengan diberi yang berdekatan.

TEKNIK – Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 2


4. Pemantauan secara periodik hasil pengukuran Undang-Undang Hukum Perdata Jerman (Bürger-
deformasi di lapangan. lichen Gesetzbuch) § 909 B66 diatur sebagai berikut :
5. Peringatan dini terhadap kemungkinan bahaya “Suatu lahan tidak boleh digali sehingga mem-
yang akan terjadi. bahayakan bangunan tetangga, kecuali dilakukan
tindakan pengamanan yang terjamin.” Ini berarti
Antisipasi risiko 'underpinning' klasik bahwa perencanaan dan metoda pelaksanaannya
Jenis tanah dasar dengan kohesi semu perlu diwas- harus mendapat persetujuan tetangga. Sedangkan
padai, karena sangat rentan terhadap fluktuasi kadar dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata negara
air. Pada musim hujan konsistensi tanah ini mudah bagian Niedersachsen mengenai 'underpinning' men-
berubah menjadi cair yang berakibat penurunan daya cantumkan sebagai berikut : “Perkuatan pondasi
dukung dan stabilitas lereng. Proses pengeringan tembok batas hanya boleh dilaksanakan apabila (1)
tanah sewaktu penggalian dan kesalahan estimasi tidak ada alternatif penyelesaian teknis lain yang
parameter tanah dapat menyebabkan situasi yang layak untuk dilaksanakan dan (2) tidak menimbulkan
rawan kegagalan. Kohesi semu yang menyesatkan kerusakan pada bangunan tetangga”. Jelaslah bahwa
bisa menghasilkan tindakan pengamanan yang 'underpinning' awalnya merupakan permasalahan
kurang memadai, misalnya kemiringan galian terlalu teknis, namun dalam pelaksanaannya diperlukan
terjal. Pada jenis tanah pasir perlu dikaji pula sinergi dari semua 'stakeholder' agar tercapai hasil
mekanisme aliran air tanah. Pelaksanaan 'underpin- pelaksanaan secara maksimal.
ning' klasik dalam kondisi demikian juga memerlu-
kan tindakan pengamanan ekstra terhadap bangunan Daftar Pustaka
tetangga. 'Underpinning' pondasi bangunan dengan 1. Englert, K; Bauer, K (1986) : Rechtsfragen zum
beban vertikal kecil akan menghasilkan momen Baugrund. Werner Verlag.
penahan yang kecil pula sehingga tidak mampu 2. Hilmer, K (1975) : Anwendung der chemischen
mengimbangi momen pengguling akibat tekanan Bodenverfestigung bei Unterfangungen. LGA-
tanah aktif. Umumnya pekerjaan 'underpinning' de- Rundschau 1975, Heft 1.
ngan beban vertikal kecil pada tanah pasir tanpa 3. Rizkallah, V (2000) : Unterfangungen, Vorlesung-
struktur pengaman dibatasi hingga kedalaman 0,5 m. sscrift, Universität Hannover.
4. Smoltczyk, U (1982) : Unterfangungen und Un-
Kesimpulan terfahrungen. Grundbautaschenbuch, 3. Auflage,
Tulisan di atas membahas beberapa aspek teknis Verlag Wilhelm Ernst + Sohn, Berlin.
pekerjaan 'underpinning', namun perlu diperhatikan 5. Schultze, E; Muhs, H (1967) : Bodenuntersuchu-
pula beberapa aspek hukum terkait. Codex Ham- ngen für Ingenieurbauten. Springer Verlag Berlin.
murabi dapat menjadi acuan hukum atau peraturan 6. Trinkner, R (1985) : Der Sachverständige 1985,
mengenai pekerjaan 'underpinning'. Dalam Kitab Heft 4. Verlag, Recht und Wirtschaft, Heidelberg.

TEKNIK – Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 3


TEKNIK – Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 4
TEKNIK – Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 5

Anda mungkin juga menyukai