INDIKASI OLIGOHIDRAMNION
1. Etiologi
Marmi, dkk 2014 mengatakan penyebab pasti belum diketahui dengan
jelas. Namun pada beberapa kasus bisa diklasifikasikan penyebab
oligohidramnion ada 2 yaitu:
a. Primer : karena pertumbuhan amnion yang kurang baik.
b. Sekunder : ketuban pecah dini.
2. Patofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari
oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi
secara fisiologis juga mengurangi jumlah cairan.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion
adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT),
ketuban pecah, kehamilan posterm, insufiensi plasenta dan obat-obatan
(misalnya dari golongan antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang
paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem
saluran kemih dan kelainan kromosom (Prawirohardjo, 2010:155).
Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan
hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion (Prawirohardjo, 2010:269).
3. Manifestasi Klinis
Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterusnya
akan tampak lebih kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut
pada setiap pergerakan anak, sering berakhir dengan partus prematus,
bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu ada his akan
sakit sekali, bila ketuban pecah air ketubannya sedikit sekali bahkan
tidak ada yang keluar dan dari hasil USG jumlah air ketuban kurang
dari 500 ml (Rukiyah dan Yulianti, 232-233).
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a. USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya
ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal
b. Rontgen perut bayi
c. Rontgen paru-paru bayi
d. Analisa gas darah
5. Pengobatan
Penanganan oligohidramnion bergantung apda situasi klinik dan
dilakukan pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat
prognosis janin yan tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses
persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu
persalinan dengan sectio caesaria merupakan pilihan terbaik pada
kasus oligohidramnion (Khumaira, 2012:189).
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010:233) penatalaksanaan pada
ibu dengan oligohidramnion yaitu:
a. Tirah baring
b. Hidrasi dengan kecukupan cairan
c. Perbaikan nutrisi
d. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)
e. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
6. Komplikasi
Menurut Manuaba, dkk 2007:500, komplikasi oligohidramnion dapat
diajabarkan sebagai berikut:
a. Dari sudut maternal
Komplikasi oligohidramnion pada maternal tidak ada kecuali
akibat persalinannya oleh karena
1) Sebagian persalinannya dilakukan dengan induksi
2) Persalinan dilakukan dengan tindakan sectio caesari
Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi
persalinan dengan tindakan perdarahan, infeksi, dan perlukaan
jalan lahir.
b. Komplikasi terhadap janin
1) Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung
terhadap janinnya:
a) Deformitas janin adalah :
- Leher terlalu menekuk-miring
- Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
- Deformitas ekstremitas
- Talipes kaki terpelintir keluar
b) Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat
menimbulkan fetal distress
c) Fetal distress menyebabkan makin
terrangsangnya nervus vagus dengn
dikeluarkannya mekonium semakin
mengentalkan air ketuban
- Oligohidramnion makin menekan dada
sehingga saat lahir terjadi kesulitan
bernapas karena paru-paru mengalami
hipoplasia sampai ateletase paru
- Sirkulu yang sulit diatasnya ini akhirnya
menyebabkan kematian janin intrauterin
2) Amniotic band
Karena sedikitnya air ketuban, dapat menyebabkan
hubungan langsung antara membran dengan janin
sehingga dapat menimbulkan gangguan tumbuh
kembang janin intrauterin. Dapat dijumpai
ekstremitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan
dengan membrannya.
7. Pencegahan
Pencegahan tidak mungkin dilakukan pada kasus idiopatik. Naun hal-
hal berikut ini bisa mengurangi resiko.
a. Konsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat-obatan
seperti vitamin dan suplemen herbal
b. Mengkonsumsi makanan sehat terutama pada penderita
diabetes
c. Minum cairan dalam humlah cukup untuk mencegah dehidrasi
d. Olahraga teratur
e. Berhenti merokok
f. Check up rutin ke dokter untuk mendeteksi ketidaknormalan
janin.
B. Sectio Caesaria
1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomiuntuk melahirkan janin dari dalam Rahim (Mansjoer,
2001).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomy
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar,1998).
2. Etiologi
Penyebab dilakukannya sectio caesarea antara lain adalah:
a. Chepalopelvic disproportion atau panggul sempit
b. Gawat janin
c. Plasenta previa
d. Pernah sectio caesarea sebelumnya
e. Kelainan letak incoordinate uterine action
f. Eklampsia, hipertensi
3. Patofisiologi
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya
adalah bakterostatik untuk mencegah infeksi pada janin atau disebut
juga sawar mekanik. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri dan terjadi
kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga
pada 25% klien cukup bulan terkena infeksi amnion. Persalinan kurang
bulan terkena indikasi ketuban pecah dini pada 10% persalinan cukup
bulan. Indikasi ketuban pecah dini akan menjadi karidaminoritas
(sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan serviks yang baik pada
kontraksi uterus yang baik, maka persalinan pervaginam dianjurkan
tetapi apabila terjadi gagal indikasi pada serviks atau indikasi serviks
yang tidak baik maka tindakan section caesarea dapat dilakukan
secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya janin
lebuh parah
4. Manifestasi Klinis
a. Kejang parsial ( fokal, lokal )
1) Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal
berikut ini:
a) Tanda – tanda motoris, kerutan pada wajah atau salah satu
sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
b) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka
merah, dilatasi pupil.
c) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar
musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
d) Gejala psikis : rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks.
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik :
mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel
yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan
lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
c. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
1) Kejang absens
a) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
b) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya
berlangsung kurang dari 15 detik
c) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada
dan konsentrasi penuh
d. Kejang mioklonik
a) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot
yang terjadi secara mendadak.
b) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila
patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher,
lengan atas dan kaki.
c) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam
kelompok.
d) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
e. Kejang tonik klonik
a) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku
umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang
berlangsung kurang dari 1 menit.
b) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.
c) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
d) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
f. Kejang atonik
a) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
b) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu
menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b) Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif
dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c) Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan
dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio,
berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak
jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
d) Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
e) Uji laboratorium
1) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematocrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) GDA
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah
6. Pengobatan
a. Memberantas kejang Secepat mungkin.
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih
dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih
terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama
juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih
kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi
melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid
4 % secara intravena.
b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya
pengobatan penunjang
1) Semua pakaian ketat dibuka
2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
3) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
4) Penghisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan
diberikan oksigen.
c. Pengobatan rumat
1) Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran
anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan
sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang
demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4
tahun.
2) Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
- Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
- Kejang demam yang mempunyai ciri:
a) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti
serebral palsi, retardasi perkembangan dan
mikrosefali
b) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit,
berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang
sementara atau menetap
c) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat
genetic
d) Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1
bulan
d. Mencari dan mengobati penyebab
7. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
a. Ibu:
1) Infeksi puerperal
Kenaikan suhu beberapa hari merupakan infeksi ringan,
kenaikan suhu yang disertai dehidrasi serta perut kembung
termasuk infeksi sedang.Sedangkan peritonitis, sepsis serta
ileus paralitik merupakan infeksi berat.
2) Perdarahan
Perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak
yang terputus atau dapat juga karena atonia uteri
3) Luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru
Emboli paru dan terluka kandung kemih bila repertonial terlalu
tinggi
4) Ruftur uteri
5) Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
b. Bayi: kematian perinatal
5. Analisa data
· Data subyektif :
· Data obyektif :
6. Pengkajian Fisik
a) Aktifitas / istirahat
Kemampuan untuk mengikuti aktivitas hidup yang
diperlukan/diinginkan (kerja dan kesenangan) dan untuk dapat
tidur/istirahat.
b) Sirkulasi
Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrien yang perlu
untuk memenuhi kebutuhan seluler.
c) Integritas Ego
Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan
keterampilan dan perilaku untuk mengintegrasikan dan mengatur
pengalaman hidup.
d) Eliminasi
Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
e) Makanan/Cairan
Kemampuan untuk mempertahankan masukan dan penggunakan
nutrien dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
f) Hygiene
Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
g) Neurosensori
Kemampuan untuk menerima, menggabungkan, dan berespon
terhadap isyarat internal dan eksternal.
h) Nyeri/Ketidaknyamanan
Kemampuan untuk mengontrol lingkungan internal/eksternal
untuk mempertahankan kenyamanan.
i) Pernapasan
Kemampuan untuk memberikan dan menggunakan oksigen untuk
memenuhi kebutuhan fisiologi.
j) Keamanan
Kemampuan untuk memberikan lingkungan yang meningkatkan
pertumbuhan, aman.
k) Seksualitas
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan/karakteristik peran pria
atau peran wanita.
l) Interaksi Sosial
Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan.
m) Belajar/Mengajar
Kemampuan untuk menghubungkan dan menggunakan informasi
untuk mencapai gaya hidup yang sehat/kesejahteraan optimal.
B. Penyimpangan KDM
C. Diagnosa Kepperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan bayi)
2. Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya cairan
amnion
3. Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan janin
(kelahiran posterm)
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
C. Intervensi
2. Dx2 : Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya cairan
amnion
INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan tes nitrazin. 1. Memeriksa pecah ketuban yang
menunjukkan peningkatan resiko
inseksi serta mempengaruhu pilihan
intervensi dan waktu kelahiran
3. Dx3 : Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan janin
(kelahiran posterm)
Tujuan :
1. Mengungkapkan rasa takut dan masalah yang berhubungan dengan
komplikasi dan atau kehamilan
2. Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi ansietas
3. Mendemonstarasikan keterampilan pemecahan masalah
4. Menggunakan sumber-sumber system pendukung secara efektif
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Perhatikan tingkat ansietas dan 1. Stres yang tidak diatasi dapat
derajat pengaruh terhadap mempengaruhi penyelesaian tugas-
kemampuan untuk berfungsi atau tugas kehamilan, dengan
mengambil keputusan penerimaan normal dari
kehamilan/janin dan dengan
keputusan mengenai kehamilan
masa datang versus sterilisasi.
2. Berikan kehangatan secara 2. Memudahkan perkembangan
emosional dan situasi mendukung ; hubungan saling percaya.
terima klien/pasangan seperti Penerimaan yang tidak
adanya mereka menghakimi meningkatkan rasa
percaya.
Kolaborasi
12. Koordinasikan tim konferehensi 12. Meningkatkan kelanjutan
termasuk klien. Buat rencana perawatan dan pendekatan tim
perawatan terus menerus pada situasi. Bila perawatan
dirumah sakit diperlukan, tingakat
stress cenderung meningkat setelah
dua minggu dan tetap tinggi selama
sisa perawatan dirumah sakit.
13. Rujuk pada kelompok pendukung 13. Menurunkan rasa kesepian dan
komunitas, atau pada pasangan dapat membantu pasangan
yang telah berhasil menyelesaikan mengembangkan pandangan positif
kehamilan resiko tinggi. pada kehamilan.
Kriteria hasil :
1. Memulai perilaku yang meningkatkan kesehatan diri sendiri dan janin.
2. Tidak meminum obat tanpa memberi tahu dokter kandungannya.
3. Tidak merokok, minum alcohol, dan obat-obat terlarang.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Buat hubungan perawat-klien yang 1. Peran penyuluh/konselor dapat
mendukung dan terus menerus. memberikan bimbingan antisipasi
dan meningkatkan tanggung jawab
individu terhadap kesehatan.
14. Identifikasi hal yang 14. Janin paling rentan dalam trimester
membahayakan pada janin. Kaji pertama selam periode kritis
oabt-obatan yang digunakan klien perkembangan organ.
(nikotin, alcohol, kokain dan
sebagainya). Tekankan perlunya
menghidari semua obat-obatn
tersebut sampai dikonsultasikan
dengan anggota tim kesehatan.