Anda di halaman 1dari 3

PROBABILITAS DALAM INTEGRITAS KEISLAMAN

Oleh: Kamalatus Sholekhah

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang, Pendidikan Matematika 5B

Seiring dengan berjalannya kehidupan di alam ini. Kemungkinan-


kemungkinan sering kita jumpai, karena pada dasarnya sangat sedikit hal yang pasti
dalam hidup ini. Islam mengajarkan kita ketika hendak mengucap atau berjanji
diiringi dengan “insyaallah” (jika Allah menghendaki). Hal ini telah dijelaskan
dalam kisah Bani Israil yang terdapat dalam surat al Baqarah ayat 70, yang artinya:

“Mereka berkata: mohonkanlah kepada tuhanmu untuk kami agar Dia


menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena
sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insyaallah
akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)”. (QS. Al Baqarah: 70)

Mungkinkan Bani Israil mendapatkan sapi betina?

Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan sekiranya mereka tidak mengucapkan insyaallah,


niscaya Allah tidak akan memberikan kejelasan kepada mereka untuk selama-
lamanya dan petunjuk kepadanya untuk mendapatkan sapi betina tersebut. Disini
jelas bahwa agama islam telah mengetahui tentang semua rahasia alam yang dalam
hidup ini tidak pasti. Kemungkinan-kemungkinan itu para ahli menyebutnya
dengan istilah probabilitas atau kebolehjadian. Dalam hal ini, Allah menunjukkan
adanya kehendak dan kekuasaan-Nya yang berlaku dialam jagat raya.

Adanya hukum probabilitas atau kebolehjadian menunjukkan bahwa


terdapat peristiwa di alam yang terjadi di luar hukum alam atau hukum sebab akibat.
Misalnya peristiwa kelahiran Nabi Isa AS tanpa ayah. Mungkinkah seorang bayi
lahir tanpa wujud sosok ayah? Peristiwa tersebut tidak dapat dijelaskan dengan teori
hukum alam atau teori sebab akibat. Namun adanya hukum probabilitas terkait
kekuasaan dan kehendak Allah, peristiwa tersebut dapat terjadi. Jika diintegrasikan
dengan ayat al Quran hukum probabilitas tersebut terdapat dalam firman Allah
SWT surat Yasin ayat 82, yang artinya:
“sesungguhnya kepada-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya, Jadilah! Maka terjadilah ia.”(QS. Yasin: 82)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa betapa mudah bagi Allah untuk menciptakan
segala sesuatu. Kemungkinan yang mustahil dapat terjadi dengan pasti karena atas
kehendak dan kuasa Ilahi.

Probabilitas juga mampu menjawab adanya keraguan-keraguan orang kafir


tentang al Quran. Seperti dalam surat al Baqarah ayat 23-24 Allah menantang kaum
kafir untuk membuat satu surat saja yang menyerupai al Quran baik kandungan
maupun diksinya. Dalam surat lain dijelaskan Allah menantang mereka yang inkar
dengan al Quran untuk membuat semisal al quran, dengan mengumpulkan atau
mengajak seluruh umat manusia dan seluruh bangsa jin sekaligus.

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Quran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al Quran
itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak dapat
membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan
batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. al Baqarah: 23-24)

“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain.” (QS. al Isra’: 88)

Dari segi teori probabilitas, Rasyad Khalifa telah menghitungnya, yaitu 1 diantara
626 septilion yaitu 626 dengan 24 angka nol dibelakangnya. Diantara 626 septilion
manusia dipermukaan bumi ini hanya ada satu orang diantaranya yang dapat
menyusun al quran. Namun ini mustahil terjadi, karena jumlah manusia yang
mungkin hidup dipermukaan bumi ini sejak manusia pertama yang tidak mungkin
dapat hidup lagi sangat jauh dari angka 626 septilion. Jadi tidak mungkin al Quran
itu karangan manusia. Al Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Jika berfikir secara rasional, di luar dari kehendak dan kuasa Allah. Banyak
juga hal yang tidak dapat diketahui kebenarannya dengan pasti. Namun adanya
pengalaman-pengalaman dari manusia, dengan analisis yang tepat dan sesuai
dengan fakta, akan menimbulkan berbagai macam kemungkinan. Seorang filosof
Inggris mengatakan “Probability is the guide to life”. Tanpa percaya dengan
probabilitas maka kehidupan manusia akan mengalami kesulitan-kesulitan yang
tidak dapat diatasi. Mengapa demikian? Berdasarkan kenyataan, ilmu-ilmu tidak
pernah memberikan keterangan yang pasti tentang peristiwa-peristiwa. Hal ini
dikarenakan keterangan yang diberikan bersifat kemungkinan. Suatu probabilitas
dapat dipertanggungjawabkan karena disusun berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang ada. Dengan pengalaman inilah manusia dapat merumuskan
suatu penyelesaian dari masalah yang dihadapi.

Dari uraian probabilitas tersebut, dapat dikatakan bahwa segala sesuatu


yang terjadi di alam semesta ini tidak terlepas dari kehendak dan kuasa Ilahi Rabbi,
manusia sifatnya hanya berusaha memperoleh peluang dari apa yang diinginkan.
Dalam hal ini probabilitas mengajarkan cara menyikapi kemungkinan-
kemungkinan dalam hidup dengan senantiasa ikhtiar, berdoa, tawakkal,
berhusnudzon kepada qadha dan qadar yang telah ditetapkan Allah.

Sumber:

https://radarsemarang.com/2017/11/25/integrasi-imtaq-dengan-materi-peluang/

https://thedevilnumber.blogspot.com/2012/08/probabilitas-dalam-
alquran.html?m=1

Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahally, Tafsir


Jalalain, dalam Terjemah Tafsir Jalalain 30 Juz.pdf

Al Qur’an al Karim wa Tarjamatu Ma’aniyah ila al Lugoh al Indonisia

Anda mungkin juga menyukai