FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU
HEALTH EDUCATION
24 AGUSTUS 2017
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Anemia yang berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu anaimia yang artinya
kurang darah didefinisikan sebagai berkurangnya jumlah total dari hemoglobin
atau berkurangnya jumlah sel darah merah. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah
anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis
hemoglobin. 1
2.2 Etiologi
C. Epidemiologi
Prevalensi ADB tinggi pada bayi, hal yang sama juga dijumpai pada anak
usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian ADB pada anak usia sekolah (5-
8 tahun) di kota sekitar 5,5%, anak praremaja 2,6% dan gadis remaja yang hamil
26%. Apabila dipandang dari warna kulit, prevalens ADB lebih tinggi pada anak
kulit hitam dibanding kulit putih. Keadaan ini mungkin berhubungan dengan
status sosial ekonomi anak kulit hitam yang lebih rendah. 2
Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian anemia
defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%,
64,8% dan 48,1. 2
D. Patogenesis
Anemia defisiensi besi ialah tahap defisiensi besi yang berat dari dan ditandai
selain kadar feritin serum serta hemoglobin yang turun. Semua komponen lain
juga akan mengalami perubahan seperti gambaran morfologi sel darah mikrositik
hipokromik, sedangkan RDW dan TIBC meningkat >410 μg/dl. 4
a) Gejala Klinis
Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu
diperhatikan oleh penderita dan keluarganya. Gejala-gejala klinis yang
dapat timbul pada anemia defisiensi besi antara lain:
1. Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan
2. Kelemahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
3. Pica, yaitu keinginan untuk memakan makanan yang tidak biasa seperti
kertas, tanah atau rambut4.
4. Pagophagia, keinginan untuk memakan es batu.3
Ketika hemoglobin berada pada level <5g/dL, gejala yang timbul
biasanya:
1. Iritabilitas
2. Anorexia
3. Lethargy
4. Murmur sistolik (anemic murmur)2
b) Tanda Klinis
Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada penderita anemia
defisiensi besi ialah sebagai berikut:9
1. Pucat. Muka pucat merupakan tanda klinisi yang paling penting,
namun biasanya tidak kelihatan sampaikadar hemoglobin turun hingga
7-8 g/dL. Pucat biasanya dapat dilihat di telapak tangan, nail beds atau
konjungtiva mata. Biasanya orangtua gagal untuk melihat bahwa
anaknya pucat, biasanya yang pertama kali melihat pucat ialah teman
yang berkunjung.3
2. Cheilosis. Cheilosis merupakan fissura yang terbentuk di sudut mulut2
3. Koilonichia. Koilonichia ialah bentuk jari tangan yang menyerupai
sendok3
Pada ADB gejala klinis terjadi secara bertahap. Kekurangan zat besi di
dalam otot jantung menyebabkan terjadinya gangguan kontraktilitas otot organ
tersebut. Pasien ADB akan menunjukkan peninggian ekskresi norepinefrin;
biasanya disertai dengan gangguan konversi tiroksin menjadi triodotiroksin.
Penemuan ini dapat menerangkan terjadinya iritabilitas, daya persepsi dan
perhatian yang berkurang, sehingga menurunkan prestasi belajar kasus ADB. 3
Anak yang menderita ADB lebih mudah terserang infeksi karena
defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan fungsi neutrofil dan berkurangnya
sel limfosit T yang penting untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi. Perilaku
yang aneh berupa pika, yaitu gemar makan atau mengunyah benda tertentu antara
lain kertas, kotoran, alat tulis, pasta gigi, es dan lain lain, timbul sebagai akibat
adanya rasa kurang nyaman di mulut. Rasa kurang nyaman ini disebabkan karena
enzim sitokrom oksidase yang terdapat pada mukosa mulut yang mengandung
besi berkurang. 3
Dampak kekurangan besi tampak pula pada kuku berupa permukaan yang
kasar, mudah terkelupas dan mudah patah. Bentuk kuku seperti sendok
(spoonshaped nails) yang juga disebut sebagai kolonikia terdapat pada 5,5%
kasus ADB. Pada saluran pencernaan, kekurangan zat besi dapat menyebabkan
gangguan dalam proses epitialisasi.Papil lidah mengalami atropi. Pada keadaan
ADB berat, lidah akan memperlihatkan permukaan yang rata karena hilangnya
papil lidah. Mulut memperlihatkan stomatitis angularis dan ditemui gastritis pada
75% kasus ADB. 3
F. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang hampir mirip dengan anemia defisiensi besi ialah
thalasemia alfa atau thalasemia beta dan anemia karena penyakit kronik. 2
Tabel dibawah ini yang dapat perlihatkan perbedaan diantara penyakit-
penyakit di atas.2
G. Penegakkan Diagnosis
I . Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat anemia defisiensi besi ialah:
1. Jari kuku yang menjadi lebih rapuh dan membentuk kuku seperti sendok
2. Lidah memperlihatkan suatu atrofi dari papilla lingua dan membentuk
tampakan yang glossy
3. Tingkat intelegensia dari anak menjadi berkurang di sekolah
4. Pertumbuhan anak terhambat7
J. Prognosis
Prognosis dari penyakit anemia defisiensi besi pada umumnya baik (dubia
et bonam) asalkan terapi besi dan nutrisi yang kaya zat besi di konsumsi
dengan tepat. Pengawasan ketat harus dilakukan pada anak agar tidak terjadi
kelebihan besi yang dapat mengakibatkan keracunan.9
Pada anak, pertumbuhan akan menjadi lambat dan penurunan kapabilitas
untuk belajar sering ditemukan. Pada anak yang lebih muda, anemia defisiensi
yang berat berhubungan dengan tingkat intelegensia (IQ) yang rendah,
berkurangnya kemampuan untuk belajar hal baru dan pertumbuhan yang
suboptimal.7
BAB III
KESIMPULAN
Pembimbing
dr. Irwansyah
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU
Health Education
Agustus 2017
Disusun Oleh :
Mei Andani Listiani (111677714129)