Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU
HEALTH EDUCATION
24 AGUSTUS 2017

ANEMIA DEFISIENSI BESI


PADA ANAK

Disusun Oleh :

Mei Andani Listiani (111677714129)

Pembimbing : dr. Irwansyah

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena


kekurangan besi yang digunakan untuk sintesis hemoglobin (Hb). Defisiensi
besi merupakan defisiensi nutrisi umum di seluruh dunia dan merupakan
masalah kesehatan yang penting terutama di negara berkembang. Berdasarkan
data WHO 2001, 30% anak usia 0-4 tahun dan 48% anak usia 5-14 tahun di
negara-negara berkembang menderita anemia.1
Di Indonesia, Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan suatu
masalah kesehatan. Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir
masa bayi dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi
saat kehamilan dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya
asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar
besi kurang. Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat
percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh
kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puteri. 2
Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian
anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-
45%. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan
prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-
turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1. 3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Anemia yang berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu anaimia yang artinya
kurang darah didefinisikan sebagai berkurangnya jumlah total dari hemoglobin
atau berkurangnya jumlah sel darah merah. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah
anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis
hemoglobin. 1

2.2 Etiologi

Penyebab paling umum dari ADB diamati pada anak-anak termasuk


kurangnya asupan bersama dengan pertumbuhan yang cepat, berat badan lahir
rendah serta gangguan pencernaan akibat konsumsi berlebihan susu sapi. Pada
periode intrauterine, satu-satunya sumber zat besi adalah besi yang dialirkan
melalui plasenta.
Penyebab anemia berdasarkan usia adalah :
a. Bayi dibawah umur 1 tahun
Persediaan besi yang kurang karena berat badan lahir rendah dan bayi
kembar.
b. Anak umur 1-2 tahun
1. Masukan (intake) besi yang kurang karena tidak mendapat makanan
tambahan (hanya minum susu)
2. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang
3. Malabsorbsi
4. Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infeksi parasit
dan divertikulum Meckeli
c. Anak berumur 2-5 tahun
1. Masukan besi berkurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe
Heme
2. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun
3. Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi parasit
dan divertikulum Meckeli
d. Usia remaja – dewasa. Pada wanita antara lain karena menstruasi berlebihan.

C. Epidemiologi

Prevalensi ADB tinggi pada bayi, hal yang sama juga dijumpai pada anak
usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian ADB pada anak usia sekolah (5-
8 tahun) di kota sekitar 5,5%, anak praremaja 2,6% dan gadis remaja yang hamil
26%. Apabila dipandang dari warna kulit, prevalens ADB lebih tinggi pada anak
kulit hitam dibanding kulit putih. Keadaan ini mungkin berhubungan dengan
status sosial ekonomi anak kulit hitam yang lebih rendah. 2
Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian anemia
defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%,
64,8% dan 48,1. 2

D. Patogenesis

Keadaan anemia defisiensi besi ditandai dengan saturasi transferin


menurun, dan kadar feritin atau hemosiderin sumsum tulang berkurang. Menurut
Walmsley et al, Secara berurutan perubahan laboratoris pada defisiensi besi
sebagai berikut:
(1) penurunan simpanan besi
(2) penurunan feritin serum
(3) penurunan besi serum disertai meningkatnya transferin serum, (4) peningkatan
Red cell Distribution Width (RDW),
(4) penurunan Mean Corpuscular Volume (MCV), dan terakhir (6) penurunan
hemoglobin.
Didasari keadaan cadangan besi, akan timbul defisiensi besi yang terdiri atas tiga
tahap yaitu :
1. Tahap pralaten (iron depletion)
Pada tahap pertama terjadi penurunan feritin serum kurang dari 12μg/L dan
besi di sumsum tulang kosong atau positif satu, sedangkan komponen yang lain
seperti kapasitas ikat besi total/total iron binding capacity (TIBC), besi
serum/serum iron (SI), saturasi transferin, RDW, MCV, hemoglobin dan
morfologi sel darah masih dalam batas normal, dan disebut tahap deplesi besi.

2. Tahap laten (iron deficient erythropoesis)


Pada tahap kedua terjadi penurunan feritin serum, besi serum, saturasi
transferin dan besi di sumsum tulang yang kosong, tetapi TIBC meningkat >390
μg/dl. Komponen lainnya masih normal, dan disebut eritropoesis defisiensi besi.

3. Tahap anemia defisiensi besi (iron deficiency anemia)

Anemia defisiensi besi ialah tahap defisiensi besi yang berat dari dan ditandai
selain kadar feritin serum serta hemoglobin yang turun. Semua komponen lain
juga akan mengalami perubahan seperti gambaran morfologi sel darah mikrositik
hipokromik, sedangkan RDW dan TIBC meningkat >410 μg/dl. 4

Tabel 1. Urutan Tahapan Defiensi Besi


E. Manifestasi Klinis

a) Gejala Klinis
Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu
diperhatikan oleh penderita dan keluarganya. Gejala-gejala klinis yang
dapat timbul pada anemia defisiensi besi antara lain:
1. Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan
2. Kelemahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
3. Pica, yaitu keinginan untuk memakan makanan yang tidak biasa seperti
kertas, tanah atau rambut4.
4. Pagophagia, keinginan untuk memakan es batu.3
Ketika hemoglobin berada pada level <5g/dL, gejala yang timbul
biasanya:
1. Iritabilitas
2. Anorexia
3. Lethargy
4. Murmur sistolik (anemic murmur)2
b) Tanda Klinis
Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada penderita anemia
defisiensi besi ialah sebagai berikut:9
1. Pucat. Muka pucat merupakan tanda klinisi yang paling penting,
namun biasanya tidak kelihatan sampaikadar hemoglobin turun hingga
7-8 g/dL. Pucat biasanya dapat dilihat di telapak tangan, nail beds atau
konjungtiva mata. Biasanya orangtua gagal untuk melihat bahwa
anaknya pucat, biasanya yang pertama kali melihat pucat ialah teman
yang berkunjung.3
2. Cheilosis. Cheilosis merupakan fissura yang terbentuk di sudut mulut2
3. Koilonichia. Koilonichia ialah bentuk jari tangan yang menyerupai

sendok3

4. Splenomegali. Splenomegali timbul ketika anemia defisiensi besi yang


terjadi sudah sangat berat, persisten dan tidak diobati.6

Pada ADB gejala klinis terjadi secara bertahap. Kekurangan zat besi di
dalam otot jantung menyebabkan terjadinya gangguan kontraktilitas otot organ
tersebut. Pasien ADB akan menunjukkan peninggian ekskresi norepinefrin;
biasanya disertai dengan gangguan konversi tiroksin menjadi triodotiroksin.
Penemuan ini dapat menerangkan terjadinya iritabilitas, daya persepsi dan
perhatian yang berkurang, sehingga menurunkan prestasi belajar kasus ADB. 3
Anak yang menderita ADB lebih mudah terserang infeksi karena
defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan fungsi neutrofil dan berkurangnya
sel limfosit T yang penting untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi. Perilaku
yang aneh berupa pika, yaitu gemar makan atau mengunyah benda tertentu antara
lain kertas, kotoran, alat tulis, pasta gigi, es dan lain lain, timbul sebagai akibat
adanya rasa kurang nyaman di mulut. Rasa kurang nyaman ini disebabkan karena
enzim sitokrom oksidase yang terdapat pada mukosa mulut yang mengandung
besi berkurang. 3
Dampak kekurangan besi tampak pula pada kuku berupa permukaan yang
kasar, mudah terkelupas dan mudah patah. Bentuk kuku seperti sendok
(spoonshaped nails) yang juga disebut sebagai kolonikia terdapat pada 5,5%
kasus ADB. Pada saluran pencernaan, kekurangan zat besi dapat menyebabkan
gangguan dalam proses epitialisasi.Papil lidah mengalami atropi. Pada keadaan
ADB berat, lidah akan memperlihatkan permukaan yang rata karena hilangnya
papil lidah. Mulut memperlihatkan stomatitis angularis dan ditemui gastritis pada
75% kasus ADB. 3

F. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang hampir mirip dengan anemia defisiensi besi ialah
thalasemia alfa atau thalasemia beta dan anemia karena penyakit kronik. 2
Tabel dibawah ini yang dapat perlihatkan perbedaan diantara penyakit-
penyakit di atas.2
G. Penegakkan Diagnosis

Diagnosis ADB ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis,


pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan
gejala klinis yang sering tidak khas.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk mendiagnosis perkembangan
penyakit anemia defisiensi besi ialah:
1. Serum ferritin
2. Serum besi
3. Free erythrocite protoporphyrin (FEPs)
4. Saturasi transferin
5. Hitung jumlah eritrosit
6. Hitung jumlah reticulocyte
7. Hemoglobin
8. Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
9. RBC Distribution Width
10. Pemeriksaan darah tepi2

Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan ADB:


Kriteria diagnosis menurut WHO:
1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata<31% (N: 32-35%)
3. Kadar Fe serum <50 ug/dL (N:80-180ug/dL)
4. Saturasi Transferin <15% (N: 20-50%)2

Bila sarana terbatas, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:


1. Anemia tanpa perdarahan
2. Tanpa organomegali
3. Gambaran darah tepi: mikrositik, hipokrom, anisositosis, sel target
4. Respon terhadap pemberian terapi besi4
H. Penatalaksanaan
a) Farmakologi
Respon umum pada anemia defisiensi besi terhadap terapi besi yang
adekuat merupakan suatu diagnostik kunci yang mempertegas bahwa pasien
tersebut menderita anemia jenis ini. Pemberian tablet besi oral merupakan terapi
yang tidak mahal dan sangat efektif. Tidak ada bukti yang kuat bahwa
penambahan elemen metal lain atau vitamin dapat meningkatkan respon terhadap
terapi garam besi. Disamping rasa yang tidak enak dari tablet besi, intoleransi
terhadap tablet besi pada anak jarang dibanding dengan anak yang lebih tua dan
remaja.8 ,1,2
Dosis terapi untuk elemen besi yang harus diberikan ialah 3-6 mg/kg yang
dibagi dalam 3 waktu sehari. Ferrous sulfate memiliki jumlah elemen besi
sebanyak 20% dan idealnya diberikan bersamaan diantara makanan. Pemberian
dalam bentuk parenteal hanya digunakan apabila terdapat malabsorbsi. Garam
ferous sekitar 3 kali lebih baik penyerapannya dibandingkan garam feri.2, 8
Dosis obat yang terlalu besar akan memberikan efek samping pada saluran
pencernaan dan tidak memberikan efek penyembuhan yang cepat. Absorbsi besi
yang terbaik adalah pada saat lambung kosong, diantara dua waktu makan, akan
tetapi dapat menimbulkan efek samping pada aluran cerna. Untuk mengatasi hal
tersebut pemberian besi dapt dilakukan pada saaat makan atau segera setelah
makan meskipun akan mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%. Preparat besi ini
harus terus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.2 Jika
anemianya ringan, pemeriksaan darah dilakukan kembali dalam waktu 4 minggu
setelah terapi awal. Pada titik ini setidaknya sudah terdapat peningkatan kadar
hemoglobin sebanyak 1-2 g/dL dan biasanya menjadi baik kembali. Jika anemia
lebih berat lagi, konfirmasi yang lebih cepat dari diagnosis dapat dibuat dengan
melihat adanya retikulosit dalam 48-96 jam setelah terapi awal. Hemoglobin akan
meningkat sebanyak 0.1-0.4 g/dL per hari tergantung dari beratnya anemia.
Pemberian terapi zat besi harus dilanjut sampai 8 minggu setelah kadar
hemoglobin normal.2
Sebagai ringkasan untuk dosis terapi dan dosis profilaksis sebagai berikut:
1. Profilaksis: PO; 1-2 mg/kg/hari dari elemental besi (maksimum 15 mg/hari)
2. Defisiensi: PO;3-6 mg/kg/hari dari elemen besi dalam 3 dosis terbagi.8
Untuk pemberian IM atau IV, kemampuan untuk menaikkan kadar Hb
tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran
besi. Larutan ini mengandung 50 mg besi/mL.2
Dosis dihitung berdasarkan:
Dosis besi (mg) = BB(kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dL) x 2.5
Terapi berupa transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia yang
sangat berat dengan kadar Hb <4 g/dL. Pasien dalam keadaan ini ditransfusi PRC
dengan dosis 2-3 mL/kgBB/ kali pemberian disertai dengan pemberian diuretik
seperti furosemid2.

b. Tatalaksana non farmakologi


Pencegahan primer:
 Mempertahankan ASI eksklusif hingga 6 bulan
 Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun
 Menggunakan sereal/makanan tambahan yang difortifikasi tepat pada
waktunya, yaitu sejak usia 6 bulan sampai 1 tahun
 Pemberian vitamin C seperti jeruk untuk meningkatkan absorbsi besi, serta
menghindari bahan yang menghambat absorbsi besi seperti the, fosfat dan
phytat pada makanan
 Pendidikan kebersihan lingkungan
Pencegahan sekunder:
 Skrining ADB
Periksa Hb atau Ht. American Academy of Pediatrics (AAP)
menganjurkan skrining antara usia 9-12 bulan,6 bulan kemudian14 dan usia
24 bulan. Pada daerah resiko tinggi sejak usia 1 tahun sampai 5 tahun.
 Suplementasi besi
Cara yang paling tepat untuk mencegah ADB di daerah prevalens tinggi.
Dosis elemental yang dianjurkan:
- BBL normal dimulai sejak usia 6 bulan dianjurkan 1 mg/kgBB/hari
- BBL 1,5-2,0 kg : 2 mg/kgBB/ hari diberikan sejak usia 2 minggu
- BBL 1,0-1,5 kg : 3 mg/kgBB/ hari diberikan sejak usia 2 minggu
- BBL <1 kg : 2 mg/kgBB/ hari diberikan sejak usia 2 minggu4

I . Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat anemia defisiensi besi ialah:
1. Jari kuku yang menjadi lebih rapuh dan membentuk kuku seperti sendok
2. Lidah memperlihatkan suatu atrofi dari papilla lingua dan membentuk
tampakan yang glossy
3. Tingkat intelegensia dari anak menjadi berkurang di sekolah
4. Pertumbuhan anak terhambat7

J. Prognosis
Prognosis dari penyakit anemia defisiensi besi pada umumnya baik (dubia
et bonam) asalkan terapi besi dan nutrisi yang kaya zat besi di konsumsi
dengan tepat. Pengawasan ketat harus dilakukan pada anak agar tidak terjadi
kelebihan besi yang dapat mengakibatkan keracunan.9
Pada anak, pertumbuhan akan menjadi lambat dan penurunan kapabilitas
untuk belajar sering ditemukan. Pada anak yang lebih muda, anemia defisiensi
yang berat berhubungan dengan tingkat intelegensia (IQ) yang rendah,
berkurangnya kemampuan untuk belajar hal baru dan pertumbuhan yang
suboptimal.7
BAB III

KESIMPULAN

Anemia defisiensi besi merupakan penyakit yang sangat banyak dijumpai


ditengah-tengah masyarakat. Sebagai dokter umum kita dituntut untuk mampu
membuat diagnosis klinis dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut
secara mandiri dan tuntas. Namun tugas kita di pelayanan primer bukan saja
hanya mengobati namun yang terpenting ialah kita harus meningkatkan
pendidikan kesehatan masyarakat awam dan melakukan kegiatan-kegiatan yang
dapat mencegah timbulnya anemia defisiensi besi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Johnson TD, Graham DY. Diagnosis and management of iron deficiency


anemia in the 21st century. Ther Adv Gastroenterol, 2011. 4(3): 177-184
2. Permono HB et al. BUKU AJAR HEMATOLOGI-ONKOLOGI ANAK. Badan
penerbit IDAI; 2012.
3. Kliegman RM, et al. Nelson Textbook of Pediatrics, 19th Edition. Philadelphia:
Elseiver Saunders, 2011
4. Pudjiadi AH, et al. PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKTER
ANAK INDONESIA. Badan penerbit IDAI; 2009
5. Dinaz Z, Jinelle AW, Urs G. Iron deficiency Anemia. Can Vet, 2012. 53: 250-
256
6. Mayo Clinic[Internet]. Disease and Conditions Iron deficiency anemia; 2014
[cited Jan 02, 2014]. Available from: http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/irondeficiency- anemia/basics/risk-factors/con-20019327 .
7. Harper JL. Medscape[Internet]. Iron Deficiency Anemia; 2015 [Updated on
Nov 7,2015]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/202333-
overview#a6.
8. Chattri GL. PEDIATRIC DRUG DOSES Second Edition. India: Jaypee
Brothers Medical Publishers, 2012
9. Nanda R. MedlinePlus [Internet]. Iron Deficiency Anemia; 2015 [updated on
Feb 13, 2015]. Available from:
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000584.htm.
LAMPIRAN
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Mei Andani Listiani


No. Stambuk : 111677714129
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Alkhairaat
Judul HE : Anemia Defesiensi Besi
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


RSU ANUTAPURA
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, Agustus 2017

Pembimbing

dr. Irwansyah
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU

Health Education
Agustus 2017

ANEMIA DEFESIENSI BESI

Disusun Oleh :
Mei Andani Listiani (111677714129)

Pembimbing : dr. Irwansyah

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2017

Anda mungkin juga menyukai