Anda di halaman 1dari 27

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Kelompok
Kelompok atau grup merupakan kumpulan manusia dengan interaksi
sosial yang nyata (Wursanto, 2002). Interaksi sosial ini terjadi karena antara
individu yang satu dengan yang lain saling pengaruh-mempengaruhi.
Kelompok (group ) menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai
dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling
bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Sementara Gibson (1995)
memandang kelompok dari empat kelompok prespektif, diantaranya :
1. Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang
yang saling berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing anggota
menerima kesan atau persepsi dari anggota lain.
2. Dari sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem terorganisasi yang
terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan dengan sistem
menunjukkan beberapa fungsi, mempunyai standar dari peran hubungan di
antara anggota.
3. Dari sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok individu
yang keberadaannya sebagai suatu kumpulam yang menghargai individu.
4. Dari sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah
interaksi dalam bentuk interpedensi.
Dari beberapa pandangan tersebut, Gibson menyimpulkan bahwa yang
disebut kelompok itu adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau
kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota yang
lainnya.
Dipandang dari proses kemunculannya, kelompok dapat terbentuk
karena tindakan manajerial dan karena adanya keinginan individu. Manager
menciptakan kelompok kerja untuk melaksanakam pekerjaan dan tugas yang
diberikan. Kelompok juga berfungsi dan berinteraksi dengan kelompok lain,
masing-masing mengembangkan satu set karakteristik yang unik termasuk
struktur, kepaduan peran, norma-norma dan proses. Kelompok juga
menciptakan sendiri kultur mereka. Akibatnya, kelompok akan bekerja sama
atau bersaing dengan kelompok lain dan perrsaingan antara kelompok dapat
memicu akan adanya konflik.

B. Tipe – Tipe Kelompok


Dilihat dari segi interaksinya, kelompok dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelompok dengan interaksi langsung atau kelompok dengan antar hubungan
langsung, dan kelompok dengan interaksi tidak langsung atau kelompok
dengan antar hubungan tidak langsung.
1. Kelompok dengan interaksi langsung
Kelompok dengan interaksi langsung atau kelompok dengan antar hubungan
langsung disebut juga kelompok primer.Dalam kelompok ini terdapat
interaksi sosial yang berlangsung secara tatap muka. Masing-masing
anggota sering bertatap muka sehingga saling mengenal dari dekat dan
terjadi hubungan yang sangat erat, maka kelompok ini dinamakan kelompok
tatap muka /face to face.
Kelompok ini memegang peran penting dalam pembentukan perilaku
individu, karena di dalam kelompok inilah individu pertama-tama
memperoleh pendidikan dan berkembang sebagai makhluk sosial. Melalui
kelompok inilah individu mulai mengembangkan sifat-sifat sosialnya
(bekerjasama dengan individu-individu yang lain).
Kelompok ini yang pertama adalah keluarga, kemudian para tetangga,
kelompok agama, dan persekutuan hidup kecil (small community)lainnya,
serta kelompok dengan antar hubungan luas. Oleh karena itu kelompok
dengan interaksi langsung atau kelompok primer ini dapat dibedakan
menjadi dua macam kelompok, yaitu kelompok dengan interaksi yang luas,
dan kelompok dengan interaksi terbatas. Yang termasuk kelompok dengan
interaksi luas seperti keluarga, rukun tetangga, rukun kampung, dan small
comumunity
2. Kelompok dengan interaksi tidak langsung
Kelompok dengan interaksi tidak langsung atau kelompok dengan antar-
hubungan tidak langsung disebut juga kelompok sekunder atau secundary
group. Tonnies menyebutnya dengan istilah kelompok Gesellschaft.
Kelompok Gesellschaft ialah kelompok dengan hubungan yang tidak
langsung, kurang bersifat kekeluargaan. Hubungan dalam kelompok
Gesellschaft didasarkan atas perhitungan rasional, untung dan rugi, dan
bersifat zakelijk. Yang termasuk dalam kelompok Gesellschaft, misalnya
Big community (kota, bangsa, persekutuan politis), dan berbagai asosiasi
besar (serikat pekerja, persatuan pengusaha, berbagai perhimpunan dan
berbagai lembaga ilmiah)

Kelompok-kelompok di dalam organisasi secara sengaja direncanakan


atau sengaja dibiarkan terbentuk oleh manajemen selaku bagian dari struktur
organisasi formal. Kendati begitu, kelompok juga kerap muncul melalui
proses sosial dan organisasi informal. Organisasi informal muncul lewat
interaksi antar pekerja di dalam organisasi dan perkembangan kelompok
jika interaksi tersebut berhubungan dengan norma perilaku mereka sendiri,
kendati tidak digariskan lewat struktur formal organisasi. Dengan demikian,
terdapat perbedaan antara kelompok formal dan informal.
1. Kelompok Formal
Kelompok ini dibangun selaku akibat dari pola struktur organisasi dan
pembagian kerja yang ditandai untuk menegakkan tugas – tugas. Kebutuhan
dan proses organisasi menimbulkan formulasi tipe – tipe kelompok yang
berbeda – beda. Khususnya ada dua tipe kelompok formal, diantaranya :
a. Kelompok Komando (Command Group)
Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi. Kelompok terdiri
dari bawahan yang melapor langsung kepada seorang supervisor tertentu.
Hubungan wewenang antara manajer departemen dengan supervisor, atau
antara seorang perawat senior dan bawahannya, merupakan kelompok
komado.
b. Kelompok tugas (Task Group)
Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja – sama untuk
menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu. Misalnya, kegiatan para
karyawan administrasi dalam perusahaan asuransi pada waktu orang
mengajukan tuntutan kecelakaan, merupakan tugas yang harus
dilaksanakan.
2. Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelompokan secara wajar dari orang – orang
dalam situasi kerja untuk memenuhi kebutuhan sosial. Dengan perkataan
lain, kelompok informal tidak muncul karena dibentuk dengan sengaja,
tetapi muncul secara wajar. Orang mengenal dua macam kelompok informal
khusus diantaranya:
a. Kelompok Kepentingan (Interest Group)
Orang yang mungkin tidak merupakan anggota dari kelompok komando
atau kelompok tugas yang sama, mungkin bergabung untuk mencapai
sesuatu sasaran bersama. Para karyawan yang bersama – sama bergabung
dalam kelompok untuk membentuk front yang terpadu menghadapi
manajemen untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak dan pelayan
wanita yang mengumpulkan uang persen mereka merupakan contoh dari
kelompok kepentingan. Perlu diketahui juga tujuan kelompok semacam
itu tidak berhubungan dengan tujuan organisasi, tetapi tujuan itu bersifat
khusus bagi tiap – tiap kelompok.
b. Kelompok Persahabatan (Friendship Group)
Banyak kelompok dibentuk karena para anggotanya mempunyai sesuatu
kesamaan, misalnya usia, kepercayaan politis, atau latar belakang etnis.
Kelompok persahabatan ini seringkali melebarkan interaksi dan
komunikasi mereka sampai pada kegiatan diluar pekerjaan.
Jika Pola gabungan karyawan dicatat, maka akan segera menjadi jelas
bahwa mereka termasuk dalam berbagai macam kelompok yang sering
bersamaan. Maka diadakan perbedaan diantara dua klasifikassi kelompok yang
luar : kelompok formal dan informal. Perbedaan utama antara keduanya adalah
bahwa kelompok formal ( kelompok komando dan kelompok tugas) dibentuk
oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai tujuan, sedangkan
kelompok informal (kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan)
adalah penting untuk keperluan mereka sendiri ( artinya, mereka memenuhi
kebutuhan pokok akan berkelompok).

C. Syarat Terbentuknya Kelompok


Suatu kelompok terbentuk dengan tidak sendiri namun ada unsur-unsur tertentu
sehingga suatu kelompok dapat terbentuk dengan adanya :
1. Setiap individu harus merupakan bagian dari kesatuan social. Setiap anggota
kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari
keseluruhan anggota kelompok yang bersangkutan. Dan kesadaran itu
tumbuh dari diri anggota itu sendiri. Banyak kelompok di bentuk karena
adanya target dari LSM . tanpa melalui proses penyadaran yang sudah
diatur oleh pemerintah atau LSM. Tanpa melalui proses penyadaran
penyadaran terlebih dahulu, masyarakat “terpaksa” ikut menjadi anggota
dengan aturan main yang sudah ditentukan oleh lembaga.Sering terjadi,
seorang petugas datang ke desa, mengajak masyarakatmembentuk
kelompok dalam tempo 1 hari, lalu meninggalkan lokasi.Masyarakat
bersemangat menjadi anggota kelompok, karena petugastersebut
menjanjikan sejumlah bantuan apabila kelompok dankepengurusnanya
sudah terbentuk. Beberapa waktu kemudian, petugasdatang kembali dan
membawa bantuan seperti yang pernah dijanjikan.Kasus ini
menggambarkan bahwa kelompok dibentuk dengan tujuan hanya untuk
menangkap bantuan berup kucuran dana segar atau menangkap pinjaman
yang disalurkan oleh lembaga yang bersangkutan. Masyarakat mau
berkumpul dan menjadi anggota karena mendengar janji petugasatau
lembaganya, tanpa memahami konsekuensinya. Mereka sering kali justru
tidak paham mengenai manfaat dan aturan pembentukan kelompokyang
mendasar. Tak sedikit pula masyarakat yang berebut menjadipengurus
karena peluang untuk memperoleh porsi bantuan biasanya lebihbesar.
Biasanya, kelompok semacam ini hanya bertahan hidup seumur jagung.
Apabila proyek usai dan petugas meninggalkan lokasi, kelompoksudah
tidak aktif lagi. Buntutnya, acap kali ditemukan pengurus yangmelakukan
penyelewengkan dana, sementara masyarakat tidak lagi pedulikarena tidak
merasa memiliki. Pengalaman-pengalaman pahit yang terjadidi masa-masa
lalu ini sering menjadi hambatan dalam memotivasimasyarakat untuk mau
berkelompok atau membentuk sebuah koperasi,meskipun tujuan dan
kegiatannya lebih baik dan jelas.Sepintas, model pembentukan kelompok
tersebut tidak menimbulkandampak bagi masyarakat. Namun, jika dikaji
lebih jauh, ternyata adapengaruh negatif yang muncul. Pertama,
masyarakat menjadi apatisterhadap upaya-upaya pembentukan kelompok.
Kedua, tipisnya tingkatkepercayaan masyarakat dan berakibat pada
terhambatnya perkembangan
2. Terdapat hubungan timbal-balik di antara individu-individu yang
tergabung dalam kelompok,
3. Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat memperat hubungan mereka
yang tergabung dalam kelompok, seperti nasib yang sama, kepentingan
yang sama, tujuan yang sama, tempat tinggal yang sama, dan sebagainya.
4. Memiliki struktur atau kaidah, sehingga memiliki pola yang teratur tentang
perilaku.
5. Bersistem dan berproses.

D. Tahapan Perkembangan Kelompok


1. Tahap pertama ( forming ) memerupakan tahap awal dimana keadaan
ketidakpastian akan tujuan, struktur dan kepemimpinan kelompok harus
dihadapi. Para anggotanya ‘menguji kedalaman air’ untuk menentukan jenis
–jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para
anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2. Tahap kedua timbulnya konflik ( stroming stage ) adalah satu dari kelompok
intra kelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut,
tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan
kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terhadap
konflik atas siapa yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika
tahap ini selesai, terdapat sebuah herarki yang relatif jelas atas
kepemimpinan dalam kelompk tersebut.
3. Tahap ketiga normalisai ( norma stage ) merupakan hubungan yang dekat
terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap
ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan
persahabatan. Tahap ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi
kelompok solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi
umum definisi yang benar atas perilaku anggota.
4. Tahap keempat berkinerja ( performing ) merupakan Fase ini
memperlihatkan fungsi kelompok berjalan dengan baik dan diterima oleh
anggota . Jadi di sini energi kelompok sudah bergerak dari tahap saling
mengenal dan saling mengerti ke pelaksanaan tugas-tugas yang ada. Untuk
kelompok yang relatif permanen, fase ini merupakan fase terakhir dari fase
perkembangan.
5. Tahap kelima pembubaran ( adjourning stage ) merupakan Fase ini
merupakan fase terakhir yang ada pada kelompok yang bersifat temporer,
yang di dalamnya tidak lagi berkenaan dengan pelaksanaan tugas – tugas
tetapi dengan berakhirnya rangkaian kegiatan.

E. Fungsi – Fungsi Kelompok


Pada dasarnya fungsi kelompok dibagi menjadi dua yaitu, fungsi
organisasi formal dan fungsi kebutuhan individual. Fungsi kelompok formal
sebagai sarana untuk mengerjakan tugas-tugas yang kompleks yang saling
berkaitan dan terlalu sukar untuk dikerjakan oleh siapapun, sebagai sarana
untuk mencetuskan gagasan-gagasan yang baru atau pemecahan masalah yang
memerlukan kreativitas tertentu, dan sebagai wahana sosialisasi serta
pelaksanaan keputusan yang rumit.
Fungsi kelompok individual yang didasarkan bahwa setiap individu
memiliki beraneka macam kebutuhan, dan kelompok dapat memenuhi
kebutuhan yang meliputi pemenuhan kebutuhan persahabatan, dukungan, dan
kasih sayang, sebagai sarana untuk mengembangkan, meningkatkan, dan
menegaskan rasa identitas dan memelihara harga diri, sebagai sarana untuk
menguji kenyataan sosial melalui diskusi dengan orang lain, pengembangan
perspektif, dan konsensus bersama yang dapat mengurangi keragu-raguan
dalam lingkungan sosial sehingga dapat diambil sebuah keputusan.

F. Ciri – Ciri Utama Kelompok


Penelitian mendalam mengenai sifat-sifat dan hasil-hasil interaksi dalam
kehidupan (empat) ciri kelompok yaitu :
1. Terdapat dorongan (motif) yang sama pada individu-individu yang
menyebabkan terjadinya interaksi di antaranya ke arah tujuan yang sama.
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu-individu
yang satu dari yang lain berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-
kecakapan-kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di
dalamnya. Oleh karea itu, lambat laun mulai terbentuk pembagian tugas
serta struktur tugas-tugas tertentu dalam usaha bersama untuk mencapai
tujuan yang sama itu. Di sisi lain, terbentuk pula norma-norma yang khas
Dalam interaksi kelompok kearah tujuannya sehinggga mulai terbentuk
kelompok sosial dengan ciri-ciri yang khas.
3. Pembentukan dan penegasan strukutr (organisasi) kelompok yang jelas dan
terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun
berkembang dengan sendirinya dalam usaha pencapaian tujuan. Terjadi
pembatasan yang jelas antara usaha-usaha dan orang yang termasuk
ingroup serta usaha-usaha dan orang outgroup.
4. Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku
anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok
dalam merealisasikan tujuan kelompok. Norma-norma dan pedoman tingkah
laku ini sebagaiman juga struktur pembagian tugas anggotanya merupakan
norma dan struktur yang khas bagi kelompoknya itu.
G. Manfaat Kelompok bagi Organisasi
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik di dalam
maupun di luar satuan organisasi, antara lain:
1. Dengan adanya kelompok maka resiko pekerjaan ditanggung oleh
kelompok.
2. Sumber lebih banyak dan terjadi proses belajar.
3. Kelemahan individu teratasi oleh kelompok.
4. Kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dapat lebih
akurat.
5. Kelompok merupakan alat perjuangan bagi anggotanya.
6. Kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan inovasi dan kreatifitas.
7. Kelompok lebih baik dari pada perorangan dalam pengambilan keputusan
yang mengangkut orang banyak
8. Anggota kelompok dapat memperoleh keuntungan dari pelaksanaan
pengambilan keputusan.
9. Kelompok dapat mengendalikan dan mendisiplinkan anggotanya dibanding
dengan mereka yang tidak masuk dalam kelompok
10. Kelompok membantu menangkis pengaruh – pengaruh negative dari
meningkatnya organisasi yang semakin besar.
11. Kelompok adalah fenomena alami di dalam organisasi. Perkembangannya
yang spontan tidak dapat dihalangi, dan dibutuhkan oleh para anggota
sebagai alat untuk mencapai tujuan.

H. Syarat Pembentukan Kelompok


Kumpulan individu-individu yang mempunyai hubungan tertentu yang
membuat mereka saling bergantung satu sama lain dalam ukuran-ukuran yang
bermakna atau dengan kata lain memiliki hubungan tertentu yang bermakna.
Sekumpulan individu dikatakan sebagai kelompok apabila memiliki syarat -
syarat sebagai berikut :
1. Keanggotaan yang jelas, teridentifikasi melalui nama atau identitas lainya.
2. Adanya kesadaran kelompok sebagai anggota, (memiliki kesatuan persepsi).
3. Suatu perasaan mengenai adanya kesamaan tujuan atau sasaran.
4. Saling ketergantungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan untuk mencapai
tujuan.
5. Saling interaksi, berkomunikasi untuk bereaksi terhadap anggota lainnya.
6. Merupakan satu kesatuan organisasi yang tunggal dalam mencapai tujuan
kelompok dengan terbentuk struktur kelompok.

I. Alasan Mengapa Orang Membentuk Kelompok (Siagian, 2008)


Menurut (Gibson dkk, 1989, 205-207, Marvin E.Shaw, 1981, 81-97)
1. Pemuasan Kebutuhan
Hasrat untuk mendapatkan kepuasan dari terpenuhinya kebutuhan dapat
merupakan daya motivasi yang kuat dalam pembentukan kelompok.
a. Keamanan
Individu yang berada dalam kelompok bisa mengurangi rasa tidak aman
karena sendirian. Individu akan merasa lebih kuat, percaya diri, dan tahan
terhadap ancaman.
b. Sosial
Keinginan untuk termasuk dalam kelompok dan menjadi anggota
kelompok menunjukkan kebutuhan sosial semua orang.
c. Penghargaan
Dalam lingkungan tertentu, suatu kelompok yang bergengsi tinggi karena
berbagai macam alasan (missal; keahlian, teknis, kegiatan di luar, dsb).
2. Kedekatan dan Daya Tarik
Kedekatan adalah jarak fisik antara para karyawan yang melaksanakan
pekerjaan , sedangkan daya tarik adalah menunjukkan daya tarik orang yang
satu dengan lainnya karena mereka mempunyai kesamaan
persepsi,sikap,hasil karya atau motivasi.
3. Tujuan Kelompok
Untuk mencapai tujuan kelompok dan menyelesaikan tugas dibutuhkan
lebih dari satu atau dua orang. Ada kebutuhan mengumpulkan bakat,
pengetahuan, atau kekuasaan untuk menyelesaikan pekerjaan.
4. Alasan Ekonomi
Motif ekonomis menyebabkan terbentuknya kelompok, karena mereka
menganggap akan memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar dari
pekerjaan mereka, jika mereka membentuk kelompok.

Juga dijumpai beberapa teori tentang terbentuknya kelompok, yaitu:


1. Teori tukar menukar (exchange theory of attraction)
Teori ini diperkenalkan oleh Thibaut dan Kelley pada tahun 1959, yang
melihat individu melakukan interaksi dan membentuk kelompok melalui
proses tukar-menukar oleh adanya daya tarik antara imbalan (reward) dan
biaya (cost). Dalam tiap interaksi seseorang akan mendapat imbalan
terpenuhinya kepuasan atau kebutuhan meskipun untuk itu ia harus
menyerahkan sebagian hak berkurangnya kebebasan dan tunduk pada
aturan tertentu
2. Teori kesamaan sikap (theory of similar attitude)
Teori ini dikemukakan oleh Newcomb tahun 1961 dan melihat individu
atau seseorang cenderung tertarik kepada orang lain dan membentuk
kelompok karena dianggap mempunyai sikap yang sama dengannya.
Orang yang berpendapat sama, bahwa tugas lebih penting dari kepentingan
pribadi akan saling tertarik dibandingkan dengan orang yang menganggap
penting mendahulukan persahabatan
3. Prinsip saling melengkapi (the principle of complementary)
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh winch (1958), di mana teori ini
menganggap, bahwa daya tarik untuk berinteraksi dan membentuk
kelompok ditentukan oleh prinsip saling melengkapi. Seseorang
melakukan interaksi bukan karena kesamaan sikap, tetapi justru karena ada
perbedaan dengan orang lain sehingga orang tersebut ingin melengkapi
perbedaan atau kekurangannya dari orang lain.
Jika proses interaksi terjadi, maka Tuckman (1965) mengidentifikasi
empat tahap terbentuknya suatu kelompok organisasi, yaitu tahap
pembentukan (forming), tahap pancaroba (storming), tahap pembentukan
norma (norming), dan tahap beprestasi (performing). Gibson dkk.
(1983:208), mengemukakan pengembangan kelompok melalui empat
tahapan yaitu:
1. Saling menerima
2. Berkomunikasi dan mengambil keputusan
3. Motivasi dan produktivitas
4. Pengendalian dan organisasi

J. Definis Tim
Definisi tim menurut Naresh Jain (2009), tim memiliki anggota dengan
keterampilan yang saling melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya
yang terkoordinasi yang memungkinkan setiap anggota untuk memaksimalkan
kekuatan mereka dan meminimalkan kelemahan mereka. Anggota tim
diharapkan mampu belajar untuk saling membantu, mengenali potensi diri
mereka, dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap orang untuk
melampaui keterbasannya.
Katzenbach dan Smith, mendefinisikan team sebagai sekelompok kecil
orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk
maksud bersama.Sedangkan menurut Hunsaker (2001) Tim ialah kelompok
dengan keterampilan yang saling melengkapi dan berkomitmen untuk mecapai
tujuan bersama secara efektif dan efisien.
Tim adalah sebuah kelompok kerja lengkap atau satu tujuan kerja yang
para anggotanya paling sedikit memiliki satu tujuan kerjasama dari seluruh
anggotanya (Wayne, 2001).
Istilah tim dapat didefinisikan sebagai sebuah kelompok kerja, yang
terdiri dari beberapa orang dengan kompetensi yang setara, dimana mereka
bekerja secara interdependen/ ketergantungan dalam melaksanakan pekerjaan
di satu organisasi (Burn, 2004). Hare (1992; dalam Burn 2004) menyebutkan
bahwa semua tim adalah kelompok, tetapi tidak semua kelompok dapat di
kategorikan sebagai tim. Disini , istilah tim merujuk pada kelompok kerja
(WorkGrups) yang terdiri dari beberapa individu yang memandang diri
mereka, dan dipandang oleh lingkungan kerjanya, sebagai sebuah kesatuan
sosial. Tim adalah kelompok kerja yang terbentuk dari individu-individu yang
melihatdiri mereka dan dilihat oleh orang lain sebagai satu kesatuan sosial,
yang salin ketergantungan karena tugas yang mereka kerjakan sebagai anggota
kelompok yang terikat dalam satu atau lebih organisasi, dimana tugas yang
dikerjakan mempengaruhi orang lain (Guzzo & Dickson, 1996). Sedangkan
menurut McShane, Von Glinov (2008), tim adalah kelompok dari dua atau
lebih orang yang berinteraksi dan saling mempengaruhi, yang bertanggung
jawab untuk mencapai tujuan objektif organisasi, dan merasakan diri mereka
sebgai satu kesatuan sosial dalam organisasi.

K. Perbedaan Kelompok dan Tim


Kelompok dengan tim dalam dunia masyarakat dianggap sebagai hal
yang sama bahkan sulit untuk dibedakan, suatu orang dapat dikatakan sebagai
kelompok apabila antara dua orang atau lebih saling berinteraksi dengan tidak
kolektif serta tidak menghasilkan energi yang positif.
Kelompok dan tim bukanlah hal yang sama dalam bagian ini kita akan
membahas mengenai perbedaan kelompok kerja dengan tim. Dalam bab
sebelumnya, kita membahas tentang pengertian kelompok serta bagian-bagian
kelompok lainya. Apabila kelompok di definisikan sebagai dua individu atau
lebih yang berinteraksi dan tergantung yang berkumpul untuk mencapai tujuan
tertentu. Maka kelompok kerja adalah kelompok yang berinteraksi terutama
untuk berbagi informasi dan membuat berbagai keputusan untuk membantu
setiap anggota bekerja didalam area tanggung jawabnya.
Kelompok kerja tidak mempunyai kebutuhan atau kesempatan untuk
terlibat dalam kerja kolektif yang membutuhkan usaha yang sama. Jadi kinerja
mereka hanya merupakan gabungan akhir dari kontribusi individual setiap
anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang bisa menciptakan seluruh
tingkatkinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan.
Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi.
Usaha-usaha individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih
tinggi daripada jumlah masukan individual.
Definisi-definisi ini membantu menjelaskan mengapa ada begitu banyak
organisasi yang akhir-akhir ini menyusun ulang proses kerja seputar tim.
Manejemen mencari sinergi positif yang memungkinkan organisasi mereka
untuk meningkatkan kinerja. Penggunaan tim secara ekstensif menghasilkan
potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih
besar tanpa peningkatan masukan. Namun, perhatikan apa yang kita sebut
‘potensi’. Tidak ada yang dengan sendirinya membuat berbagi tim yang
memastikan pencapaian sinergi positif. Hanya semata-mata menyebut sebuah
memastikan pencapaian sinergi positif. Hanya semata-mata menyebut sebuah
kelompok sebagai tim tidak otomatis meningkatkan kinerjanya. Tim yang
efektif memiliki berbagai karakteristik umum. Apabila ingin mendapatkan
peningkatkan kinerja organisasi dengan menggunakan tim, menejemen harus
memastikan bahwa tim-timnya memiliki karakteristik-karakteristik.
Stephen P. Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok
Kerja dengan Tim Kerja berdasarkan 4 variabel yaitu: Sasaran, Sinergi,
Akuntabilitas, dan Keahlian.
1. Sasaran
a. Kelompok : Berbagi informasi, saling membantu membuat keputusan
kinerja masing-masing.
b. Tim : Kebutuhan kerja kolektif, saling membantu demi usaha
bersama.
2. Sinergi
a. Kelompok : Netral (kadang negatif)
b. Tim : Positif melaui usaha yang terkoordinasi.
3. Akuntabilitas
a. Kelompok : Individu tidak saling melengkapi.
b. Tim : Individual dan saling melengkapi.
4. Keahlian
a. Kelompok : Acak dan jarang
b. Tim : Saling mengganti

Agar lebih memahami perbedaan antara kelompok dengan tim adalah dengan
melihat skema berikut :

Sementara itu, penulis lain seperti Laurie J. Mullins membedakan


Kelompok dan Tim berdasarkan 6 variabel yaitu : Ukuran, Seleksi,
Kepemimpinan, Persepsi, Gaya, dan Semangat. Taksonomi beda lengkapnya
sebagai berikut :
Contoh perbedaan kelompok dan tim, sebagai berikut:
NO. KELOMPOK TIM
1 Anggota beranggapan Anggota menyadari ketergantungan
pengelompokan hanya sekedar satu sama lain, dan tidak mencari
administrasi. keuntungan pribadi.
2 Pendekatan hanya sebagai Adanya komitmen terhadap sasaran
tenaga bayaran. yang akan dicapai.
3 Mengerjakan tugas bagian Rasa peka, atau sadar diri terhadap
masing-masing masih harus tugas masing-masing, yang dapat
diperintah. dikontribusikan untuk keberhasilan.
4 Dalam penyampaian saran harus Bekerja dalam suasana saling percaya,
berhati-hati, karena dapat saran dapat diterima dengan terbuka.
dianggap sebagai upaya untuk
memecah belah.
5 Dalam penerapan hasil kerja Penerapan hasil kerja sangat didukung
sangat dibatasi oleh pemimpin. oleh tim.
6 Anggota tidak berperan aktif Anggota berpartisipasi dalam
terhadap pengambilan pengambilan keputusan.
keputusan.
NO. KELOMPOK TIM
1. Jumlah berkisar 5-30 orang 2-15 orang
2. Ada beberapa informasi yang hanya Semua informasi wajib
diketahui oleh sebagian orang saja didengar dan diketahui
anggota tim.
3. Mengutamakan skill individu untuk bekerja Semua berperan saling
sesuai kemampuan dan pendidikan terkait menyelesaikan
pekerjaan
4. Kinerja ditentukan oleh kemampuan individu Kinerja akan terlihat
untuk bekerja efisien dan efektif nyata ketika semua
individu mengerjakan
pekerjaann secara kolektif
5. Sama-sama bekerja, tetapi ketika mengalami Sama-sama bekerja
kebuntuan akan meminta bantuan individu dengan bekerjasama. Di
lain. Dan individu lain hanya sebagai dalamnya saling
pendukung/penolong bukan penentu mendukung, mengerti dan
penyelesaian kebuntuan. Kebuntuan mutlak melengkapi
diselesaikanoleh individu yang mengalami
kebuntuan
(Duha, 2012)
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa kelompok dan tim
memiliki perbedaan dari berbagai aspek. Tim cenderung memiliki interaksi
yang lebih intens dan fokus pada kerjasama antar individu dalam
menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan, kelompok memiliki interaksi pula,
tetapi sangat bergantung terhadap arahan ketua atau pemimpin kelompok
mereka.

L. Jenis-Jenis Tim
Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:
1. Tim Formal
Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur formal
organisasi. Dua jenis tim formal yang paling umum adalah tim vertikal dan
tim horizontal.
2. Tim Vertikal
Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam rantai
komando formal. Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim
komando. Setiap tim diciptakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan –
tujuan tertentu lewat aktifitas dan interaksi bersama para anggota.
3. Tim Horizontal
Tim horizontal terdiri atas karyawan – karyawan dari tingkat hierarkis yang
hamper sama, tetapi dari bidang keahlian yang berbeda. Dua jenis tim
horizontal yang paling umum adalah angkatan tugas dan komite.
a. Angkatan tugas adalah kelompok karyawan dari departemen –
departemen berbeda yang dibentuk untuk menangani aktifitas tertentu
dan hanya bertahan sampai tugas itu selesai.
b. Komite biasanya berumur panjang dan mungkin merupakan bagian
permanen dari struktur organisasi. Komite memberikan keuntugan yaitu:
memungkinkan para anggota organisasi untuk bertukar informasi,
menghasilkan saran – saran untuk mengoordinasi unit – unit
organisasional yang diwakilkan, mengembangkan berbagai ide dan solusi
baru untuk masalah – masalah organisasional yang ada, dan membantu
perkembangan berbagai praktik dan kebijaksanaan organisasional yang
baru.
4. Tim dengan Tujuan Khusus
Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar organisasi
formal untuk mengerjakan proyek kepentingan atau kreatifitas khusus. Tim
dengan tujuan khusus masih merupakan bagian dari organisasi formal dan
memiliki struktur laporannya sendiri.
5. Tim dengan Kepemimpinan Mandiri
Tim yang dibentuk dalam satu departemen yang sama dan anggotanya
adalah karyawan untuk mendiskusikan cara-cara peningkatan kualitas,
efisiensi dll.
(Tim pemecahan masalah) biasanya terdiri atas 5 sampai 12 karyawan per
jam dari departemen yang sama yang dengan sukarela bertemu untuk
mendiskusikan cara – cara peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan
kerja. Tim pemecahan masalah biasanya merupakan langkah pertama dalam
langkah perusahaan menuju partisipasi karyawan yang lebih besar. Seiring
dengan bertambah dewasanya perusahaan, tim pemecahan masalah
berangsur – angsur berkembang menjadi tim dengan kepemimpinan
mandiri.
(Kepemimpinan mandiri) biasanya terdiri dari 5 sampai 20 pekerja dengan
lebih dari satu keterampilan yang menggilir pekerjaan untuk menghasilkan
produk atau layanan yang menyeluruh atau setidaknya satu aspek
menyeluruh atau bagian dari sebuah produk atau layanan. Ide pokoknya
adalah bahwa tim – tim itu sendiri, dan bukan para manajer atau supervisor,
bertanggung jawab atas pekerjaan mereka, membuat keputusan, mengawasi
kinerja mereka sendiri, dan mengubah perilaku kerja mereka seperti yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah, mencapai tujuan, dan
menyusuaikan diri terhadap kondisi – kondisi yang berubah.
Tim dengan kepemimpinan mandiri merupakan tim permanen yang secara
khusus meliputi elemen – elemen berikut ini :
a. Tim mencakup para karyawan yang memiliki beberapa keterampilan dan
fungsi, dan keterampilan – keterampilan yang dikombinasikan sudah
cukup untuk mengerjakan tugas organisasional yang besar.
b. Tim diberi akses menuju sumber – sumber daya seperti informasi,
peralatan, mesin dan persediaan yang dibutuhkan untuk mengerjakan
seluruh tugas.
c. Tim diberi kekuasaan dengan otoritas pembuatan keputusan yang berarti
bahwa para anggota memiliki kebebasan untuk memilih anggota baru,
memecahkan masalah, menghabiskan uang, mengawasi hasil, dan
merencanakan masa depan.
6. Tim di Lingkungan Kerja yang Baru
Dua jenis tim yang semakin sering digunakan adalah tim virtual/maya dan
tim global
a. Tim virtual terdiri atas anggota – anggota yang tersebar secara geografis
dan organisasional yang terikat terutama oleh kemajuan teknologi
informasi dan telekomunikasi. Tim virtual sering meliputi para pekerja
lepas, anggota organisasi rekanan, pelanggan, pemasok, konsultan, atau
pihak – pihak luar lainnya. Salah satu keuntungan utama tim virtual
adalah kemampuan untuk dengan cepat mengumpulkan kelompok orang
yang paling tepat untuk menyelesaikan proyek yang kompleks,
memecahkan masalah tertentu, atau mengekploitasi peluang strategis
tertentu.
b. Tim global adalah tim kerja lintas batas yang terbentuk dari anggota –
anggota dengan kebangsaan yang berbeda yang aktifitasnya menjangkau
banyak Negara. Tim global dapat dibagi dalam dua kategori yaitu tim
interkultiral yang para anggotanya berasl dari berbagai negara atau
budaya yang berbeda dan bertemu dengan berhadapan secara langsung,
dan tim global virtual yang para anggotanya tinggal di lokasi yang
terpisah di seluruh penjuru dunia dan melaksanakan pekerjaan mereka
dengan bantuan teknologi elektronik.

M. Manfaat Membangun Tim (Robert b. Maddux dalam buku “team


building”)
1. Dengan adanya tim, sasaran yang realistik dapat ditentukkan dan dicapai
optimal.
2. Anggota tim dan pemimpin tim memiliki komitmen untuk saling
mendukung sama lain agar tim berhasil.
3. Anggota tim memahami prioritas anggota lainnya dan dapat saling
membantu.
4. Komunikasi bersifat terbuka, diskusi cara kerja baru atau memperbaiki cara
kerja.
5. Pemecahan masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih memadai.
6. Umpan balik tim lebih memadai karena anggota tim mengetahui apa yang
diharapkan.
7. Konflik diterima sebagai hal yang wajar, dan dianggotaap sebagai
kesempatan untuk memecahkan masalah.
8. Keseimbangan tercapainya produktivitas tim dengan pemenuhan kebutuhan
pribadi.
9. Tim dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji atas
kontribusi pribadinya.
10. Anggota kelompok termotivasi untuk mengeluarkan ide-idenya dan
mengujinya serta menularkan dan mengembangkan potensi dirinya secara
maksimal.
11. Anggota kelompok menyadari pentingnya disiplin sebagai kebiasaan kerja
dan menyesuaikan perilakunya untuk mencapai standard kelompok.
12. Anggota kelompok lebih berprestasi dalam bekerjasama dalam tim dan
dengan tim lainnya.

N. Tahapan PertumbuhanTim
1. Pembentukan (forming) Tingkat pembentukan adalah periode orientasi dan
perkenalan. Selama tigkat pembentukan ini, pemimpin tim harus
memberikan waktu bagi para anggota untuk mengenal satu sama lain dan
mendorong mereka terlibat dalam diskusi informal dan social.
2. Prahara (storming) Selam tingkat prahara kepribadian individual muncul.
Tingkat ini ditandai oleh konflik dan perselisihan pendapat.
3. Penetuan norma (Norming) Selama tingkat penentuan norma, konflik
konflik diselesaikan, dan keharmonisan serta kesatuan tim muncul.
konsensus terwujud pada siapa yang memiliki kekuasaan, siapa
pemimpinnya, dan peran – perab para anggota.
4. Pelaksanaan (Performing) Selama tingkat pelaksanaan, penekanan utama
ada pada pemecahan masalah dan penyelesaian tugas yang diberikan.
Selama tingkat ini pemimpin harus berkonsentrasi terhadap pelaksanaan
kinerja tugas yang tinggi. Spesialis sosioemosional dan spesialis tugas harus
memberikan kontribusi.
5. Pembubaran. Tingkat pembubaran muncul dalam komite, angkatan tugas,
dan tim yang memiliki tugas yang terbatas untuk dikerjakan dan dibubarkan
setelahnya. Pada saat ini, pemimpin berharap untuk memberitahukan
pembubaran tim dengan suatu ritual atau upacara, barangkali memberikan
piagam dan penghargaan untuk menandakan penutupan dan kelengkapan.
O. Indikator-Indikator Kerjasama Tim
Mangkuprawira (2009) menyatakan bahwa Kerjasama Tim terdiri dari
sekumpulan karyawan yang dikoordinasi oleh ketua tim dan atau seorang
manajer. Pada umumnya kerja tim dibentuk sebagai suatu kebutuhan organisasi
agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan kerjasama tim diharapkan
fungsi kontrol akan berjalan lebih efektif dan efisien.
Mekanisme hubungan sesama mitra kerja pun dapat berjalan intensif.
Ketangguhan sebuah tim kerja dicirikan oleh orang-orang terpilih yang
menduduki posisi tertentu dan mampu menjalankan tugas sesuai dengan
kompetensinya. Keberhasilan tim merupakan akumulasi dari proses dan
prestasi kerja setiap karyawan. Hal ini merupakan tugas dan hasil kolektif
dalam suatu sistem kerja yang sinergis. Semakin tinggi kekuatan sinergitas
diantara karyawan dan manajer semakin tinggi kekuatan sebuah tim. Tingkat
kesalahan dalam pekerjaan pun dapat ditekan sekecil mungkin.
Indikator-indikator Kerja Sama:
West (2002) menetapkan indikator-indikator kerja sama sebagai alat ukurnya
sebagai berikut :
1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu
dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yang baik.
2. Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun
pikiran akan terciptanya kerja sama.
3. Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan
kemampuan masing-masing anggota tim secara maksimal, kerja sama akan
lebih kuat dan berkualitas.

P. Pengertian Tim Dinamis


Tim yang dinamis merupakan tim yang memiliki kinerja tinggi, dapat
memanfaatkan segala energi secara optimal untuk menghasilkan sesuatu. Pada
tim yang dinamis, para anggotanya menyadari kekuatan dan kelemahannya
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Ciri-ciri tim yang dinamis dikemukakan oleh richard y. Chang :
1. Menyatakan secara jelas misi dan tujuan.
2. Beroperasi secara kreatif.
3. Memfokuskan pada hasil.
4. Memperjelas peran dan tanggung jawab.
5. Diorganisasikan dengan baik.
6. Dibangun di atas kekuatan individu.
7. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain.
8. Mengembangkan iklim tim.
9. Menyelesaikan ketidak sepakatan.
10. Berkomunikasi secara terbuka.
11. Membuat keputusan secara obyektif.
12. Mengevaluasi efektivitasnya sendiri.

Q. Tahapan Perkembangan Tim


Mewujudkan tim yang dinamis memerlukan komitmen dan kinerja yang kuat
dan secara bertahap. Mengacu pada pendapat Richard Y. Chang dimuat dalam
bukunya “membangun tim yang dinamis”, terdapat beberapa tahapan
perkembangan , yaitu:
1. Menetapkan Arah (Drive)
Dalam tahap ini tim harus fokus terhadap misi dan membuat garis besar
strategi yang akan ditempuh serta menetapkan tujuan, prioritas, prosedur
kerja, dan peraturan bagi tim.
2. Bergerak (Strive)
Dalam tahap ini peran dan tanggung jawab anggota tim ditetapkan dengan
jelas. Kendala harus dihadapi dengan dewasa bersama seluruh anggota tim
sehingga permasalahan dapat diselesaikan secara arif dan bijaksana
3. Mempercepat gerak (Thrive)
Pada fase ini dimungkinkan untuk meningkatkan produktifitas secara
maksimal. Pemecahan masasalah dapat dilakukan dengan umpan balik dari
sesama anggota, manajemen konflik, kerjasama, dan pembuatan keputusan
yang efektif. Penguasaan terhadap wilayah secara cepat dan efektif dengan
daya tahan yang tangguh juga sangat diperlukan
4. Sampai (Arrive)
Melalui kerjasama yang kompak tim dapat mencapai puncak dengan
mengatasi segala kendala dan mampu mencapau prestasi luar biasa. Namun
apabila dalam fase ini belum mencapai puncak ideal, maka yang perlu
dilakukan adalah melaksanakan konsolidasi (upayanya bisa dilakukan
dengan berkoordinasi secara maksimal). Selain itu peninjauan kembali
(review) juga diperlukan terhadap target atau sasaran untuk mengetahui
masih relevan atau tidak.

R. Karakteristik Tim yang berkinerja unggul


1. Memiliki tujuan yang jelas. Tim yang memiliki kinerja tinggi mampu
mendefinisikan dengan baik, menyetujui dan membagi tujuan kepada
anggota tim yang lain apa yang tim inginkan.
2. Saling percaya dan saling menghormati. Pada tim yang berkinerja tinggi,
anggotanya memiliki tingkat rasa percaya dan menghormati satu sama lain.
3. Memiliki kejelasan peran dan tanggung jawab setiap anggota tim
4. Komunikasi tingkat tinggi
5. Bersedia bekerja keras demi kepentingan tim
6. Memiliki seorang pemimpin yang mampu mendukung dan memberikan
tantangan kepada anggota tim
7. Iklim Kerjasama
8. Memiliki ruang untuk menyuarakan dan menghargai perbedaan
Sopiah (2008) menyatakan bahwa, Ada 6 (enam) karakteristik tim yang
sukses yaitu:
1 mempunyai komitmen terhadap tujuan bersama,
2 menegakkan tujuan spesifik,
3 kepemimpinan dan struktur,
4 menghindari kemalasan sosial dan tanggung jawab,
5 evaluasi kinerja dan sistem ganjaran yang benar, dan
6 mengembangkan kepercayaan timbal balik.

Selain karakteristik di atas, Mangkuprawira (2009) menyatakan bahwa, Ciri-


ciri yang mencerminkan terdapatnya keberhasilan sebuah kerja tim yang
meliputi:
1. Kesamaan visi dan misi kerja, yaitu para karyawan dan manajer memiliki
sudut pandang yang relatif sama dalam mengerjakan tugas perusahaan.
Orientasi dan fokusnya pada proses dan hasil. Walau debat di antara
karyawan tidak bisa dihindarkan namun selalu diarahkan pada bagaimana
target hasil bisa dicapai. Perbedaan pendapat dianggap sebagai sesuatu yang
wajar.
2. Prioritas perhatian dan tindakan pada sesuatu yang terbaik buat organisasi
yaitu tim memandang baik buruknya kinerja perusahaan merupakan
akumulasi dari kinerja tim. Sementara kalau perusahaan memiliki kinerja
(profitability) yang baik maka akan berpengaruh terhadap kompensasi yang
diberikan kepada karyawan. Semakin besar kompensasi semakin puas
karyawan dalam bekerja. Pada gilirannya kinerja karyawan juga akan
meningkat. Untuk itu tim yang baik adalah tim yang mampu
mempertahankan bahkan mencapai tujuan organisasi yang lebih besar
secara taat asas (konsisten).
3. Karyawan berkomitmen tinggi pada pekerjaan, yaitu pada umumnya tim
yang kuat dicerminkan pula oleh kekuatan kepentingan para karyawannya.
Tanggung jawab dan hak dibuat sedemikian rupa secara seimbang. Mereka
tidak saja bekerja untuk kepentingan memperoleh taraf kehidupan keluarga
yang semakin baik tetapi juga buat kesehatan organisasi.
4. Tim yang kuat sebagai magnit talenta, yaitu dalam bekerja, setiap anggota
tidak lepas dari suasana kompetisi sesama mitra kerja. Idealnya setiap orang
ingin siap untuk demikian, namun dalam kenyataannya ada saja yang tidak
bisa dan tidak biasa bekerja keras.
DAFTAR PUSTAKA
Duha, T. (2012). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: BUDI UTAMA.
Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1995. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1
dan 2. Binarupa Aksara: Jakarta.
Kurnia Rahmawati. 2012. Kelompok dan Tim Organisasi. (Online)
https://www.scribd.com/doc/115629898/Makalah-Kelompok-Dan-Tim
diakses tanggal 13 Oktober 2018
Wursanto, I. (2002). Dasar- Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Siagian,P. Sondang. 2008. Administrasi Pembangunan, Konsep, Dimensi dan
Strateginya. Bumi Aksara.Jakarta
Sri Kuncoro. 2017. PENGERTIAN DAN TAHAP PERKEMBANGAN TIM
YANG DINAMIS.https://www.matsansaga.com/2017/12/pengertian-dan-
tahap-perkembangan-tim-dinamis.html?m=1. (diakses pada 04-10-2018
pukul 09:53 WIB)

Anda mungkin juga menyukai