Anda di halaman 1dari 6

CHANIF FACHRIZA/14511060/IBADAH DAN AKHLAK

AKHLAK TERHADAP MASYARAKAT


Akhlak kepada masyarakat mempelajari tentang bagaimana cara kita
bertingkah laku di masyarakat. Tujuan dari kehidupan bermasyarakat diantaranya
ialah menumbuhkan rasa cinta, perdamaian, tolong-menolong, yang merupakan
fondasi dasar dalam masyarakat Islam.
Kita harus memperhatikan saudara (kaum muslim semuanya) dan juga
tetangga kita. Tetangga selalu ada ketika kita membutuhkan bantuan. Seperti yang
diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah beriman seoarang dari kalian hingga ia menyukai saudaranya
sebagaimana ia menyukai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)
Bisa disebutkan bahwa apabila salah satu tetangga kita sedang tertimpa
suatu masalah dan sangat membutuhkan bantuan hendaklah membantu jangan
hanya berdiam diri padahal kita tidak sadar sedang melakukan kesalahan-
kesalahan. Pastilah Allah SWT sangat tidak suka terhadap orang yang seperti itu,
maka masuklah ke neraka (tidak masuk sorga).
1. Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah bisa diartikan sebagai persaudaraan di antara umat
islam, dimana persaudaraan diantara seorang muslim diibaratkan sebagai
bangunan yang kokoh yang sedang menguatkan. Sebagai umat islam, ada hal-hal
yang harus ditunaikan anatar sesama umat islam sebagaimana yang dijelaskan
Rasulullah dalam sabdanya:
“Apabila engkau berjumpa dengannya, ucapkanlah salam, apabila ia
mengundangmu, penuhilah, apabila dia meminta nasehat kepadamu berilah
nasehat, apabila dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, ucapkanlah
Yarhamukallah, apabila dia sakit, jenguklah dan apabila dia meninggal dunia,
antarkanlah jenazahnya” (HR. Bukhari Muslim)
Jadi, ada 6 hak seorang muslim sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits diatas, yaitu:
a. Apabila engakau berjumpa dengannya, ucapkanlah salam
b. Apabila ia mengundangmu penuhilah
c. Apabila dia minta nasehat maka nasehatilah
d. Apabila dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah maka ucapkanlah
Yarhamukallah
e. Apabila dia sakit, jenguklah
f. Apabila dia meninggal dunia antarkanlah jenazahnya.

2. Musyawarah.
Kata ( ‫ ) شورى‬Syûrâ terambil dari kata ( ‫ إستشاورة‬-‫ مشاورة‬-‫ )شاورة‬menjadi
( ‫ ) شورى‬Syûrâ. Kata Syûrâ bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat
yang terbaik dengan menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang
lain.Dalam Lisanul ‘Arab berarti memetik dari serbuknya dan wadahnya. Kata ini
terambil dari kalimat (‫ )شرت العسل‬saya mengeluarkan madu dari wadahnya.

Berarti mempersamakan pendapat yang terbaik dengan madu, dan


bermusyawarah adalah upaya meraih madu itu dimanapun ia ditemukan, atau
dengan kata lain, pendapat siapapun yang dinilai benar tanpa mempertimbangkan
siapa yang menyampaikannya. Musyawarah dapat berarti mengatakan atau
mengajukan sesuatu.

Adapun salah satu ayat dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai


Musyawarah adalah surah Al-Syura ayat 38:

َ‫ورى بَ ْي َن ُه ْم َو ِم َّما َرزَ ْقنَا ُه ْم يُ ْن ِفقُون‬


َ ‫ش‬ُ ‫صالة َ َوأ َ ْم ُر ُه ْم‬
َّ ‫َوالَّذِينَ ا ْست َ َجابُوا ِل َربِِّ ِه ْم َوأَقَا ُموا ال‬

Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya


dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka.” (QS. Asy-Syura: 38)

Musyawarah sangat diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang


paling baik disamping untuk memperkokoh rasa persatuan dan rasa tanggung
jawab bersama . Ali Bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam musyawarah
terdapat tujuh hal penting yaitu, mengambil kesimpulan yang benar, mencari
pendapat, menjaga kekeliruan, menghindari celaan, menciptakan stabilitas emosi,
keterpaduan hati, mengikuti atsar.

3. Menegakkan Keadilan

Istilah keadilan berasal dari kata ‘adl (Bahasa Arab), yang mempunyai arti
antara lain sama dan seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat
diartikan sebagai membagi sama banyak, atau memberikan hak yang sama kepada
orang-orang atau kelompok. Dengan status yang sama.
Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan hak
seimbang dengan kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan
kebutuhannya.
 Perintah Berlaku Adil
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya
manusia berlaku adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat
umum dan ada yang khusus dalam bidang-bidang tertentu. Yang bersifat umum
misalnya yang terdapat dalam Quran surah An-Nahl ayat 90 yaitu:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.”. (QS. An-Nahl 16:90)
 Keadilan Hukum
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama
dan sederajat dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit,
status sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Allah menegaskan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’4:58).
 Keadilan dalam Segala Hal
Disamping keadilan hukum, islam memerintahkan kepada umat manusia,
terutama orang-orang yang beriman untuk bersikap adil dalam segala aspek
kehidupan, baik terhadap diri dan keluarganya sendiri, apalagi kepada orang lain.
Bahkan kepada musuh sekalipun setiap mukmin harus dapat berlaku adil. Mari
kita perhatikan beberapa nash berikut ini :
1) Adil terhadap diri sendiri
2) Adil terhadap isteri dan anak-anak
3) Adil dalam mendamaikan perselisihan
4) Adil dalam berkata
5) Adil terhadap musuh sekalipun.

4. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Secara harfiah amar ma’ruf nahi munkar (al-amru bi ‘l-ma’ruf wa ‘n-


nahyu ‘an ‘l-munkar) berarti menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar.

Ma’ruf secara etimologis berarti yang dikenal, sebaliknya munkar adalah


sesuatu yang tidak dikenal. Yang menjadi ukuran ma’ruf atau munkarnya sesuatu
ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati nurani. Bisa kedua-duanya sekaligus
atau salah satunya. Semua yang diperintahkan oleh agama adalah ma’ruf, begitu
juga sebaliknya, semua yang dilarang oleh agama adalah munkar. Dalam hal ini
Allah menjelaskan:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka


(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. At-Taubah 9:71)

Dalam ayat diatas juga dapat kita lihat bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi
munkar tidak hanya dipikulkan kepada kaum laki-laki tapi juga kepada kaum
perempuan, walaupun dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kodrat dan
fungsi masing-masing.
5. Hubungan Pemimpin dan yang dipimpin

Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pemimpin orang-orang


yang beriman :

“Allah Pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari


kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pemimpin-pemimpin
mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada
kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS.
Al-Baqarah 2:257)

Azh-zhulumat (kegelapan) dalam ayat diatas adalah simbol dari segala


bentuk kekufuran, kemusyrikan, kefasikan dan kemaksiatan. Atau dalam bahasa
sekarang azh-zhulumat adalah bermacam-macam ideologi dan isme-isme yang
bertentangan dengan ajaran Islam seperti komunisme, sosialisme, kapitalisme,
liberalisme, materialisme, hedonisme dan lain sebagainya. Sedangkan an-Nur
adalah simbol dari ketauhidan, keimanan, ketaatan dan segala kebaikan lainnya.
At-thaghut adalah segala sesuatu yang disembah (dipertuhan) selain dari
Allah SWT dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut. Menurut Sayyid
Qutub, Thaghut adalah segala sesuatu yang menentang kebenaran dan melanggar
batas yang telah digariskan oleh Allah SWT untuk hamba-Nya. Dia bisa
berbentuk pandangan hidup, peradaban dan lain-lain yang tidak berlandaskan
ajaran Allah SWT.
Pemimpin umat atau dalam ayat diatas di istilahkan dengan waliy dan
dalam ayat lain (Q.S An-Nisa 4:59) disebut dengan Ulil Amri adalah penerus
kepemimpinan Rasulullah SAW setelah beliau meninggal dunia . Orang – orang
yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin minimal harus
memenuhi empat kriteria sebagaimana dijelaskan dalam surat Al – Maidah ayat
55 .
 Beriman kepada Allah SWT.
Karena Ulil Amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah SAW, sedangkan
Rasulullah sendiri adalah pelaksana kepemimpinan Allah SWT, maka tentu saja
yang pertama kali harus dimiliki penerus beliau adalah Keimanan.
Tanpa Keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya bagaimana mungkin pemimpin
dapat diharapkan memimpin umat menempuh jalan Allah diatas permukaan bumi
ini .
 Mendirikan Shalat.
Shalat adalah ibadah Vertikal langsung kepada Allah SWT. Seorang
pemimpin yang mendirikan shalat diharapkan memiliki hubungan vertical yang
baik dengan Allah SWT . Diharapkan nilai – nilai kemuliaan dan kebaikan yang
terdapat dalam shalat dapat tercermin dalam kepemimpinannya.
 Membayarkan Zakat.
Zakat adalah ibadah madhdhah yang merupakan simbol kesucian dan
kepedulian sosial. Seorang pemimpin yang berzakat diharapkan selalu berusaha
mensucikan hati dan hartanya. Dia tidak mencari dan menikmati harta dengan
cara yang tidak halal (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ). Dan lebih dari pada itu
dia memiliki kepedulian social yang tinggi terhadap kaum dhu’afa dan
mustadh’afin . Dia akan menjadi pembela orang-orang yang lemah.
 Selalu Tunduk Patuh kepada Allah SWT.
Dalam ayat diatas disebutkan pemimpin itu haruslah orang selalu ruku’. Ruku’
adalah simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang
secara konkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang kaffah ,
baik dalam aspek aqidah , ibadah , akhlaq maupun muamalat . Aqidahnya benar ,
ibadahnya tertib , dan sesuai tuntutan Nabi , akhlaknya terpuji , dan muamalatnya
tidak bertentangan dengan syariat.

Anda mungkin juga menyukai