A. Latar Belakang
Kabupaten Barru terletak di Pantai Barat Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 100 km arah utara
Kota Makassar. Secara geografis terletak pada koordinat 4°05'49" LS - 4°47'35"LS dan 119°35'00"BT -
119°49'16"BT. Di sebelah Utara Kabupaten Barru berbatasan Kota Parepare dan Kabupaten Sidrap,
sebelah Timur berbatasan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone, sebelah Selatan berbatasan
Kabupaten Pangkep dan sebelah Barat berbatasan Selat Makassar. Kabupaten Barru seluas 1.174,72
km2, terbagi dalam 7 kecamatan yaitu : Kecamatan Tanete Riaja seluas 174,29 km2, Kecamatan Tanete
Rilau seluas 79,17 km2, Kecamatan Barru seluas 199,32 km2, Kecamatan Soppeng Riaja seluas 78,90
km2, Kecamatan Mallusetasi seluas 216,58 km2,Kecamatan Pujananting seluas 314,26 km2, dan
Kecamatan Balusu seluas 112,20 km2. Selain daratan, terdapat juga wilayah laut teritorial seluas 4 mil
dari pantai sepanjang 78 km. Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah potensial di bidang kelautan
dan perikanan.luas wilayah penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha, tambak sekitar 2.570 Ha, pantai
1.400 Ha dan areal budidaya kolam/air tawar 39 Ha (Barrukab.Go.Id, 2013).
Dalam setiap pengoperasian suatu alat tangkap perlu dilakukan pengelolaan metode
pengoperasian dari alat tangkap. Pengaturan dilakukan mulai dari persiapan sebelum mengoperasikan
alat tangkap, proses pengoperasian alat tangkap, penanganan hasil tangkapan sampai pemasaran hasil
tangkapan. Manajemen Operasi Penangkapan Ikan adalah suatu proses pengelolaan, perencanaan
operasi penangkapan ikan untuk mencapai target tangkap dan penjualan dengan saling bekerja sama
untuk memaksimalkan semua potensi dalam perusahaan (Anonim, 2010).
Tujuan dari dilakukannya parktik lapang operasi penangkapan ikan ini pada alat tangkap bagan
perahu yang beroperasi di lingkungan Matene adalahmengetahui manajemen dalam pengoperasian alat
tangkap bagan perahu.
Kegunaan dari praktik lapang ini adalah sebagai bahan referensi untuk pembelajaran dan
pegelolaan perikanan tagkap di masa yang akan datang.
II. METODE PRAKTIK
Praktik lapang eksplorasi perikanan tangkap ini dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober – 31
Oktober 2016 yang berlokasi di Lingkungan Mate’ne, Kelurahan Tanete, Kecamatan Tanete Rilau,
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Gambar 1. Peta lokasi Praktik Lapang
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan selama praktik lapang Operasi Penangkapan Ikan di Barru dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan kegunaan alat praktik
Alat Kegunaan
Bagan Perahu Sebagai alat tangkap yang digunakan dalam praktik lapang
Alat Tulis Untuk mencatat semua data yang didapat dari hasil praktik lapang
Layangan Arus Untuk mengukur kecepatan arus pada daerah penangkapan ikan
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktik lapang operasi penangkapan ini adalah kuisioner yang
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada nelayan bagan perahu.
C. Metode Pengambilan Data
Dalam praktik lapang operasi penangkapan ikan, praktikan melakukan pengambilan data dengan
beberapa metode sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi melibatkan mahasiswa untuk ikut melaut bersama nelayan untuk menangkap ikan serta
melihat langsung proses penangkapan ikan dan mengetahui daerah penangkapan yang dioperasikan alat
tangkap bagan perahu. Ada beberapa data yang harus dikumpulkan yaitu:
a) Pengambilan titik kordinat fishing base dan fishing ground tiap hauling dengan menggunakan GPS
(global position system).
b) Pengukuran ikan hasil tangkapan dengan menggunakan penggaris.
c) Pengukuran suhu perairan pada daerah penangkapan dengan menggunakan thermometer setiap
hauling.
Air laut yang akan diukur suhunya diambil menggunakan wadah timba/ember.
Thermometer diaktifkan kemudian dicelupkan setengah ke dalam wadah yang berisi air laut.
Tunggu beberapa menit sampai angka pada layar thermometer tidak mengalami perubahan, setelah
tetap angka pada thermometer itulah yang merupakan suhu permukaan laut.
d) Pengukuran kecepatan arus dengan menggunakan layangan arus setiap hauling. Cara pengukurannya
yaitu sebagai berikut:
Layangan arus di turunkan dan memegang ujung tali,
Setelah diturunkan, stopwatch dinyalakan, tunggu sampai tali terbentang sempurna,
Setelah tali terbentang sempurna, stopwatch dimatikan,
Hitung kecepatan arus dengan rumus : , (diketahui jarak/panjang tali 10 m).
e) Pengukuran salinitas dengan menggunakan salinometer.
Air laut yang akan diukur salinitasnya diambil menggunakan wadah timba/ember.
Salinometer diaktifkan kemudian dicelupkan setengah ke dalam wadah yang berisi air laut.
Tunggu beberapa menit sampai angka pada layar salinometer tidak mengalami perubahan, setelah
tetap angka pada salinometer itulah yang merupakan suhu permukaan laut.
2. Wawancara
Wawancara bertujuan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Mahasiswa melakukan wawancara
langsung dengan beberapa nelayan mengenai proses penangkapan ikan dan daerah penangkapan
dengan menggunakan bagan perahu.
3. Studi Literatur
Studi literatur merupakan cara untuk membandingkan atau melengkapi segala kekurangan yang
ada pada kunjungan praktik lapangan dengan literatur yang digunakan, dalam hal ini literatur yang
berkaitan dengan daerah penangkapan ikan dengan menggunakan bagan perahu.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kapal
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu
penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dapat dikelompokkan kedalam jaring
angkat. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai
oleh masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Komponen dan peralatan
bagan yang penting adalah perahu, jaring, rangka bagan, lampu dan generator sebagai pembangkit listrik
(Sudirman, 2003).
Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada berbagai
tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian atau susunan
bambu berbentuk segi.Di atas bangunan bagan juga terdapat roller (sejenis pemutar) dari bambu yang
berfungsi untuk menarik jaring. Kapal yang digunakan memiliki dimensi L = 25 m, B= 24 m, D= 2 m.
Bagan perahu yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Barru adalah bagan perahu (mobile lift
net) nelayan di daerah tersebut biasa menyebutnya bagan pete-pete yang digerakkan dengan mesin
penggerak bernama mesin truk bertenaga 120 PK.
Kapal pada alat tangkap bagan perahu di Kecamatan Tanete Rilau memiliki ukuran panjang 24 m,
lebar 2,5 meter dan tinggi 1,5 m. Fungsi kapal itu sendiri pada alat tangkap bagan perahu sebagai alat
mobilisasi agar alat tangkap dapat berpindah pada wilayah perairan.
Berdasarkan hasil wawancara pemilik kapal, harga untuk pengadaan 1 unit kapal beserta rangka
bagan sebesar Rp 250.000.000,- dengan daya tahan pemakaian selama 15 tahun. Saat ini pemakain
kapal sudah mencapai 7 tahun. Perawatan kapal dilakukan dengan pengecatan kembali setiap satu
bulan
Pada dasarnya alat ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang diikatkan pada
bingkai yang terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan
menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas bangunan bagan di bagian
tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan
dan tempat untuk melihat ikan dan berukuran 23m x 24 m,
3. Jaring
Jaring yang digunakan adalah jaring yang disebut dengan waring dengan mata jaring 0.4 mm
dengan posisi terletak pada bagian bawah bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang
berbentuk segi empat dan memiliki dimensi L= 27m X B= 22 m.Bingkai bambu tersebut dihubungkan
dengan tali pada ke-4 sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke-4 sisi jaring diberi pemberat
yang berfungsi untuk menenggelamkan jaring dan memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air.
Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan (Subani dan Barus 1989).
Berdasarkan pengamatan, alat bantu penangkapan ikan yang digunakan dalam operasi penangkapan
pada bagan perahu yaitu lampu,serok (scoope net), dan roller/pemutar. Lampu sebagai atraktor
berfungsi untuk mengumpulkan ikan pada catch able area. Gunarso (1985) mengatakan bahwa dengan
aktraktor cahaya, ikan diharapkan akan bergerak ke arah bagan dan kemudian berkumpul. Sumber
cahaya yang digunakan pada perikanan bagan biasanya cahaya lampu petromak. Ada juga bagan yang
menggunakan lampu listrik sebagai atraktor untuk mengumpulkan ikan. Penggunaan cahaya di bawah air
dapat menjadikan pemikatan ikan lebih efektif pada saat bulan terang dimana ikan umumnya menyebar.
a. Lampu
Lampu yang digunakan pada bagan perahu oleh nelayan perairan Kabupaten Barru yaitu lampu
petromak dengan daya yang berbeda-beda yaitu 50 watt, 300 watt, dan 500 watt. Jumlah lampu yang
digunakan pada bagan perahu di kapal 1 yakni sebanyak 36 buah, dengan 32 buah lampu berwarna
putih dan 4 buah lampu fokus. Daya tahan lampu yang digunakan yakni 3 tahun sedangkan harga
Rp.15.000/buah.
b.
Serok
Serok berfungsi sebagai alat bantu penangkapan, nelayan bagan perahu tersebut juga
menggunakan serok sebagai alat bantu untuk mempermudah dan mempercepat dalam mengambil hasil
tangkapan yang berkumpul pada jaring ketika hauling.
c.
4
3
2
1
Roller
Roller sebagai alat bantu pada bagan perahu berfungsi untuk memudahkan pada saat
pengangkatan jaring. Saat jaring sudah mendekati permukaan, lalu pengangkatan jaring dipercepat agar
ikan yang sudah ada dalam bingkai jaring tidak meloloskan diri. Ini merupakan salah satu faktor
keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap bagan perahu.Terapat 4 roller pada alat
tangkap bagan perahu yang memiliki fungsi yang berbeda-beda yakni, roller 1 merupakan roller utama
yang digunakan untuk menaikkan jaring pada saat hauling dan menurunkan jaring pada saat setting,
roller 2 membantu menaikkan dan menurunkan jaring, roller 3 digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan jangkar, dan roller 4 digunakan untuk menaik turunkan pemberat.
C. Manajemen Operasi Penangkapan Ikan
Manajemen operasi penangkapan ikan merupakan suatu yang dibutuhkan untuk mengetahui
bagaimana manajement waktu yang digunakan suatu alat tangkap agar penangkapan ikan besifat efisien
dan efektif.
Pengisian
1 bahan bakar 2 17.27 17.29 1
solar
Pengisian es
2 dan kebutuhan 2 17.27 17.29 3
ransum
Persiapan ke
3 26 17.00 17.26 1
FG
Persiapan
4 penyalaan 3 17.22 17.25 2
lampu FG 1
Persiapan
5 penyalaan 3 20.56 20.59 2
lampu FG 2
Persiapan ke
6 10 16.50 17.00 3
FB
Persiapan
konsumsi
7 47 18.11 18.58 3
untukmakan
malam
Persiapan ke
8 27 16.56 17.23 3
FG
Setting alat di
9 8 19.14 19.22 3
FG 1
Kegiatan
10 penangkapan 76 19.24 20.40 3
FG 1
Penanganan
11 ikan diatas 7 20.48 20.55 1
kapal FG 1
Persiapan FG
12 3 20.46 20.49 1
2
Setting alat di
13 3 20.50 20.53 3
FG 2
Kegiatan
14 penangkapan 45 20.42 21.27 3
FG 2
Penanganan
15 ikan diatas 2 20.45 20.47 1
kapal FG 2
Perjalanan
16 pulang (FB) 24 21.50 22.14 3
Istirahat dalam
17 15 19.20 19.35 3
perjalanan
Kapal
mendarat di
pangkalan,
18 40 19.35 20.15 3
menaikkan
ikan hasil
tangkapan
D. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti tembang (Clupea sp), teri
(Stolephorus sp), japuh (Dussumieria sp), selar(Charanx sp), pepetek (Leiognathus sp), kerot-kerot
(Therapon sp), cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), layur (Trichiurus sp) dan kembung (Rastrelliger
sp) (Subani, 1972).
Monintja DR dan S Martasuganda (1989) mengungkapkan bahwa hasiltangkapan bagan pada
umumnya adalah ikan teri (Stolephorus sp), tembang(Clupea sp), peperek (Leiognathus sp), kembung
(Rastrelliger sp), layur(Trichiurus sp), selar (Charanx sp), tenggiri (Scomberomorus sp), japuh
(Dussumieria sp), cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp).
Berikut ini grafik hasil tangkapan berdasarkan perunit kapal dan jenis ikan hasil tangkapan pada bagan
perahu.
Gambar 11. Hasil Tangkapan Bagan Perahu
Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan perahu yang
beroperasi di Desa Matene Kelurahan Tanete, Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru yaitu pada
kapal 1 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 110 kg, ikan teri (Stolephorus
commersoni) sebanyak 110 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equluus) sebanyak 110 kg. Pada kapal
2 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 12 0kg, ikan teri (Stolephorus
commersoni) sebanyak 90 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 80 kg. Pada kapal 3
hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 100 kg, ikan teri (Stolephorus
commersoni) sebanyak 80 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 80 kg. Pada kapal 4
hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak 245 kg, ikan teri (Stolephorus commersoni)
sebanyak 80 kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 182 kg. Pada kapal 5 hasil tangkapan
ikan tembang (Sardinella Fimbriata) sebanyak 110 kg, ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 110
kg dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 110 kg. Pada kapal 6 hasil tangkapan ikan tembang
(Sardinella fimbriata) sebanyak 95 kg, ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 55 kg dan ikan bete-
bete (Leiognatus equllus) sebanyak 120 kg. Pada kapal 7 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella
fimbriata) sebanyak 6 kg, ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 7 kg dan ikan bete-bete
(Leiognatus equllus) sebanyak 7 kg. Pada kapal 8 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata)
sebanyak 306,7 kg, ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 306,7 kg dan ikan bete-bete
(Leiognatus equllus) sebanyak 306,7 kg. Pada kapal 10 hasil tangkapan ikan tembang (Sardinella
fimbriata) sebanyak 120 kg, ikan teri (Stolephorus commersoni) sebanyak 50 kg dan ikan bete-bete
(Leiognatus equllus) sebanyak 50 kg. Dari hasil total setiap kapal, hasil tangkapan terbanyak yaitu pada
kapal 8
yaitu dengan nilai hasil tangkapan 306,7 kg.
E. Sistem Kerja
a. Aspek Biologi
Pengukuran parameter biologi pada laporan ini dilakukan terhadap sumberdaya ikan sebagai
salah satu sampel penelitian. Beberapa parameter biologi yang ada yakni komposisi jenis hasil
Komposisi hasil tangkapan dominan pada bagan perahu di kapal satu yakni ikan teri (Stolephorus
commersoni) sebanyak 110 kg dengan persentase 34 % , ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebanyak
110 kg dengan persentase 33% dan ikan bete-bete (Leiognatus equllus) sebanyak 110 kg dengan
persentase 33 %. Berdasarkan diagram lingkaran di atas telah di ketahui bahwa ikan yang tertangkap
Kabupaten Barru adalah ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan teri (Stelophorus sp ), dan ikan bete-
Musim penangkapan
Musim penangkapan ikan tersebut terbagi atas tiga yaitu musim puncak (Bulan Agustus -
September), musim sedang (Bulan Oktober - Desember), dan musim paceklik (Desember-Maret). Pada
musim puncak rata-rata produksi per trip yaitu 50 box dengan jenis ikan dominan yaitu ikan teri. Pada
musim sedang rata-rata produksi per tripnya yaitu 10 box, sedangkan pada musim paceklik rata-rata
produksi ikan teri per trip yaitu 1 ember dan bahkan nelayan biasanya tidak melaut. Ikan teri tersebut
dijual berdasarkan musim penangkapannya, apabila memasuki musim puncak penangkapan ikan teri 1
box dapat dijual dengan kisaran harga Rp. 300.000 /box, untuk musim sedang ikan teri dapat dijual
dengan harga Rp. 250.000/box, dan untuk musim paceklik ikan teri dapat dijual seharga Rp. 150.000/box
(jika ada).
b. Aspek Tekhnisi
Pengukuran parameter tekhnisi pada laporan ini dilakukan terhadap sumberdaya ikan sebagai
salah satu sampel penelitian. Beberapa parameter biologi yang ada yakni ukuran kapal, tenaga
. Kapal
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu
angkat. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai
oleh masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Komponen dan peralatan
bagan yang penting adalah perahu, jaring, rangka bagan, lampu dan generator sebagai pembangkit listrik
(Sudirman, 2003).
Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada berbagai tempat)
dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian atau susunan
bambu berbentuk segi.Di atas bangunan bagan juga terdapat roller (sejenis pemutar) dari bambu yang
Bagan perahu yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Barru adalah bagan perahu (mobile lift
net) nelayan di daerah tersebut biasa menyebutnya bagan pete-pete yang digerakkan dengan mesin
Kapal pada alat tangkap bagan perahu di Kecamatan Tanete Rilau memiliki ukuran panjang 24 m,
lebar 2,5 meter dan tinggi 1,5 m. Fungsi kapal itu sendiri pada alat tangkap bagan perahu sebagai alat
Berdasarkan hasil wawancara pemilik kapal, harga untuk pengadaan 1 unit kapal beserta rangka
bagan sebesar Rp 250.000.000,- dengan daya tahan pemakaian selama 15 tahun. Saat ini pemakain
kapal sudah mencapai 7 tahun. Perawatan kapal dilakukan dengan pengecatan kembali setiap satu
bulan
tersebut, yakni mesin genset/ mesin lampu yang digunakan untuk menyalakan semua lampu yang ada di
bagan tersebut. Kemudian mesin penggerak digunakan untuk menggerakkan bagan perahu dari fishing
base menuju fishing ground begitupun sebaliknya. Sedangkan mesin roller digunakan untuk menaik
turunkan jaring yang ada pada bagan tersebut begitpun sebaliknya dan juga menaik turunkan jangkar
yang ada pada bagan tersebut, roller juga digunakan untuk menaikkan jaring pada setting dan
Lampu
Lampu yang digunakan pada bagan perahu oleh nelayan perairan Kabupaten Barru yaitu lampu
petromak dengan daya yang berbeda-beda yaitu 50 watt, 300 watt, dan 500 watt. Jumlah lampu yang
digunakan pada bagan perahu di kapal 1 yakni sebanyak 36 buah, dengan 32 buah lampu berwarna
putih dan 4 buah lampu fokus. Daya tahan lampu yang digunakan yakni 3 tahun sedangkan harga
Rp.15.000/buah.
C. Aspek Sosial
Ihsan (2000), menyatakan bahwa analisis aspek sosial perikanan tangkap meliputi penyerapan
tenaga kerja per unit penangkapan atau jumlah tenaga kerja per unit penangkapan, penerimaan per unit
penangkapan atau penerimaan nelayan yang diperoleh dari hasil per unit yaitu hasil bagi antara sistem
bagi hasil dengan jumlah nelayan personil penangkapan, dan kemungkinan kepemilikan unit tangkap
ikan untuk nelayan yang diperoleh dari penerimaan nelayan per tahun dibagi investasi dari setiap unit
penangkapan.
Monintja et al. (1986), mengemukakan bahwa aspek sosial yang penting diperhatikan dalam
pemilihan teknologi penangkapan ikan adalah penerimaan oleh nelayan (pengoperasian alat tangkap
tidak menimbulkan friksi atau keresahan nelayan yang telah ada), ketersedian tenaga kerja (pendidikan
dan pengalaman) serta memberikan pendapatan yang sesuai. Permasalahan utama usaha perikanan
adalah sifat common property sumberdaya ikan, sehingga upaya seorang nelayan menimbulkan suatu
biaya yang tidak diperhitungkan terhadap seluruh nelayan. Hal ini berpotensi menimbulkan friksi sosial
antara nelayan dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan. Oleh karena itu evaluasi terhadap
perikanan tangkap yang akan dikembangkan hendaknya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat
setempat. Tingkat partisipasi angkatan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor demografi, sosial, dan
ekonomi. Faktor ini antara lain adalah umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal
Batasan parameter sosial meliputi penyerapan tenaga kerja, latar belakang pendidikan,
penerimaan nelayan terhadap unit penangkapan bagan dan kelembagaan perikanan bagan.
1) Penyerapan tenaga kerja ƒ Jumlah nelayan yang bekerja dalam operasi penangkapan ikan
pada bagan yaitu berkisar antara 9-10 orang per kapal. ƒ Tenaga kerja yang diserap diluar dari operasi
penangkapan bagan misalnya kuli angkut, pengumpul ikan, pedagang dan lain-lain.
2) Latar belakang pendidikan ƒ Tingkat pendidikan nelayan secara formal maupun non formal
4) Kelembagaan perikanan bagan Lembaga yang terkait dalam perikanan bagan yaitu
Jika ditinjau dari aspek sosial dapat disimpulkan bahwa masyarakat Matene sangat berbaur antar
warga karena tidak pernah terjadi permusuhan khususnya pada kalangan nelayan itu sendiri sehingga
Tingkat pendidikan nelayan bagan di Barru masih relatif rendah yaitu mayoritas SD dan SLTP
dan hanya sebagian tamat SLTA. Hal ini disebabkan karena nelayan berasal dari keluarga sederhana
bahkan ada dari keluarga yang tidak mampu. Sehingga nelayan tidak dapat bersekolah kejenjang yang
lebih tinggi. Rendahnya pendidikan yang dimiliki menggambarkan tingkat kemampuan dalam melakukan
penangkapan ikan juga relatif rendah. Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat mutu
sumberdaya nelayan. Secara teoritis, makin tinggi pendidikan formal seseorang, maka semakin mudah
untuk memahami informasi yang diterima dan semakin rasional pula ia dalam berfikir serta mempunyai
Sedangkan pada aspek ekonomi dapat dijabarkan bahwa taraf perekonomian masyarakat
Matene masih dalam kategori standar karena hanya perpatokan pada hasil tangkapan, jika hasil
tangkapan yang didapatkan menurun maka kondisi perekonomian mereka juga ikut menurun karena
pemasukan berkurang. Jika ditinjau dari potensi perikanan tangkapnya yakni masih dapat dieksploitasi
dilihat dari jumlah hasil tangkapan pada saat praktik lapang kemarin, meskipun pada saat praktik musim
penangkapan yakni musim biasa tetapi jumlah hasil tangkapannya tergolong banyak.
1. Biaya Investasi
2. Biaya Operasional
Tabel 6. Produksi per trip alat tangkap bagan perahu di Kota Barru
Harga
per-trip Jual
(gabus) (Rp/unit penerimaan/trip Penerimaan/bulan Penerimaan/tahun
Teri 5 200.000 1.000.000 25.000.000 200.000.000
Peperek 10 350.000 3.500.000 87.500.000 700.000.000
Jumlah 4.500.000 112.500.000 900.000.000
Discount Factor : 5%
Analisis IRR:
Tahun Benefit Cost net (b-c) DF (i' = 5 PV' (B-C) DF (i"= PV" (B-C)
%) 90 %)
0 0 115.344.000 -115.344.000 1 -115.344.000 1 -115.344.000
1 900.000.000 546.200.000 353.800.000 0,952 336.952.381 0,526 186.210.526
2 945.000.000 546.200.000 398.800.000 0,907 361.723.356 0,277 110.470.914
3 992.250.000 546.200.000 446.050.000 0,864 385.314.761 0,146 65.031.346
4 1.041.862.500 546.200.000 495.662.500 0,823 407.782.765 0,077 38.033.970
5 1.093.955.625 546.200.000 547.755.625 0,784 429.180.865 0,040 22.121.717
NPV' = 1.805.610.128 NPV" = 306.524.474
i' = 5
i" = 90
NPV' = 1.805.610.128
NPV" = 306.524.474
NPV'/(NPV'-NPV")= 1,204474
IRR = 107,38031
IRR (%)= 10.738,03
Jadi Dapat disimpulkan bahwa pada tingkat suku
bunga 90 % keuntungan = 0
B/C Ratio) adalah perbandingan antara jumlah NPV positf dengan jumlah NPV negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu
manfaat.
Nilai bersih sekarang atau net present value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang
(present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate atau discount
factor tertentu.
Salah satu kekuatan metode NPV sebagai sarana mengevaluasi kelayakan rencana investasi barang
modal adalah penggunaan nilai waktu uang untuk menghitung nilai senyatanya cash flow yang diperoleh
pada masa yang akan datang. Dengan demikian akan diperoleh benefitabilitas proyek yang lebih
mendekati kenyataan. Sedangkan kekuatan metode evaluasi proyek ini adalah digunakan suku bunga
Jadi hasil yang di peroleh berdasarkan perhitungan NPV (Net Present Value) adalah Rp
20.705.982.600. Berdasarkan hasil tersebut, maka usaha ini dapat dikatakan layak untuk dilakukan.
dikembangankan tetapi masyarakat di sana harus menyesuaikan dengan stok ikan yang ada sehinggah
Menyesuaikan stok ikan yang ada dengan alat tangkap yang digunakan dapat juga dijadikan
dasar, tetapi sebaiknya masyarakat di sana harus selektif dalam memnggunakan alat tangkap yakni
jangan mennagkap ikan yang bellum matang gonad sehinggah nantinya terdapat regenerasi, karena
berdasarkan data DKP tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan di kabupaten barru masih dalam under
eksploited.
III. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktik lapang dapat disimpulkan bahwa operasi
penangkapan ikan dengan menggunakan bagan perahu yang berlokasi di perairan Kabupaten Barru
Kecamatan Tanete Rilau ini meliputi tahapan persiapan, proses penangkapan ikan, penanganan hasil
tangkapan, serta pemasaran hasil tangkapan.
Unit penangkapan bagan perahu terdiri atas komponen utama berupa kapal,rangka dan jaring,
dengan alat bantu roller, mesin, serok ,lampu danstyrofoam. Untuk sistem kerja teridiri atas beberapa
kegiatan terdiri dari beberapa kegiatan secara garis besar meliputi tahap perisiapan, setting ,hauling,
perapian jaring, penarikan jangkar dan perjalanan ke Fishing base. Pada tahap persiapan berlangsung
mulai pukul .....samapi... dan melibatkan semua ABK.setting hauling dan proses intinya.
B. Saran
Saran untuk praktik lapang selanjutnya sebaiknya pengambilan data di daerah lain agar dapat
dibandingkan manejemen operasi penangkapan ikan pada daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Monintja DR dan S. Martasuganda, 1989. Teknologi Penangkapan Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sudirman, et. al., 2003. Profil Pencahayaan dan Distribusi Ikan pada Areal Penangkapan Bagan Rambo di
Selat Makassar. Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin
Makassar.
Sudirman dan M.S. Baskoro,dkk (2006). “Hubunga Antara Keceraha Perairan Dan Kecepatan Arus
Dengan Hasil Tangkapan Dan Pengoperasian Bagan Rambo Di Selat Makassar.” Jurnal Ilmiah
Sorihi. 5(1), 1-18.