ANALISIS JURNAL
Effect of Conventional and Game-based Teaching on Oral Health Status of
Children: A Randomized Controlled Trial
Oleh:
KELOMPOK 4
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perawatan gigi dan mulut
secara keseluruhan diawali dari kebersihan gigi dan mulut pada setiap individu,
sehingga kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan badan, ikut
berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. (Barmo dkk, 2013).
Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan gigi dan
mulut. Untuk menilai status kesehatan gigi dapat dilihat dari ada dan tidaknya
penyakit gigi, di antaranya karies gigi. Karies gigi adalah penyakit bakterial
yang menyerang gigi di mana bagian organik dari gigi mengalami destruksi,
sedangkan bagian anorganiknya mengalami dekalsifikasi (Sukmono, 2009).
Penyakit karies gigi disebabkan oleh derajat kebersihan gigi dan mulut yang
masih rendah dan merupakan penyakit terbesar pada sebagian penduduk
Indonesia. Upaya kesehatan gigi dan mulut perlu ditinjau dari aspek lingkungan
serta kesadaran siswa terhadap derajat kebersihan gigi dan mulut. Faktor
lingkungan, distribusi penduduk dan perilaku siswa terhadap kebersihan gigi dan
mulut merupakan faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan upaya
kesehatan gigi dan mulut (Sintawati, 2007). Indikator derajat kebersihan gigi dan
mulut di Indonesia memiliki status derajat kebersihan gigi dan mulut dengan
rata-rata OHI-S <1,2 (Mintjelungan dkk, 2009). Indikator kebersihan gigi dan
mulut (OHI-S) didapatkan dari menjumlahkan angka debris indeks dan kalkulus
indeks. Indeks OHI-S adalah keadaan kebersihan gigi dan mulut dari subyek
yang dinilai dari adanya sisa makanan (debris) dan karang gigi (kalkulus) pada
permukaan gigi (Notohartojo dkk, 2010).
Masa anak, merupakan awal dari pembentukan perilaku. Oleh karena itu,
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak semestinya ditanamkan sejak
dini dalam lingkup pergaulannya dengan teman sebaya. Berdasarkan hal
tersebut, perlu dilakukan penanaman sifat dan sikap pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut sejak dini pada balita dengan cara pemberian penyuluhan kesehatan
mengenai menyikat gigi yang baik dan benar (Sukmono, 2009). Namun
pemberian pendidikan kesehatan terkadang sulit dierikan pada anak-anak karena
kurangnya konsentrasi anak dan metode edukasi yang kurang menarik bagi anak,
oleh karena itu pemberian metode baru dalam edukasi kesehatan pada anak
sangat diperlukan. Berdasarkan pemaparan di atas sehingga kami tertarik untuk
memahas jurnal “Effect of Conventional and Game-based Teaching on Oral
Health Status of Children: A Randomized Controlled Trial”.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis jurnal “Effect of
Conventional and Game-based Teaching on Oral Health Status of Children:
A Randomized Controlled Trial” agar nantinya dapat diterapkan sebagai
salah satu intervensi keperawatan keluarga.
2) Tujuan Khusus
a) Untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan
penerapan jurnal “Effect of Conventional and Game-based Teaching on
Oral Health Status of Children: A Randomized Controlled Trial”.
b) Untuk mengetahui Implikasi keperawatan dalam penerapan jurnal
“Effect of Conventional and Game-based Teaching on Oral Health
Status of Children: A Randomized Controlled Trial”
C. Manfaat
1) Untuk Mahasiswa
a) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
b) Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis mengenai
isu keperawatan yang sedang berkembang.
c) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap keperawatan keluarga
2) Untuk Perawat
a) Mengembangkan keterampilan perawat dalam keperawatan keluarga.
b) Mengimplentasikan teori yang ada di jurnal dalam pemberian promosi
kesehatan khususnya pada anak-anak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak
2.1.1 Pengertian Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak
adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang
masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan
pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak
tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun
(Damayanti,2008)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah
dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan
perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi
dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi
dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan,
dan menggendong dan berbicara lemah lembut.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi
kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena
itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung
menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut.
Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa
kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun
adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut
oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan
akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan
merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu
jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk
memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak
berbahaya untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan
karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu
saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan
istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek
transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-
malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa
keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan
memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh
yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku
anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak
harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara
positif. Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat
mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya.
Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang
prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan
ekspresi wajah bahagia.
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal,
yaitu :
6 Identifikasi Apakah masalah dan/ Pada penelitian ini masalah dan tujuan
masalah atau tujuan penelitian sudah teridentifikasi dengan jelas dan
diidentifikasi secara sudah dalam abstrak
jelas?
WEAKNESS/KELEMAHAN
OPPOURTUNITY/PELUANG
1. Memungkinkan secara rutin digunakan untuk memberikan pendidikan
kesehatan mulut kepada anak-anak sekolah, sehingga membantu dalam
pencegahan karies gigi.
2. Puskesmas dapat membentuk tim khusus dalam membentuk tim edukasi
anak yang lebih mendalami pendidikan kesehatan pada anak dengan
metode bermain
3. Puskesmas dapat membuat tim untuk melatih guru atau keluarga pasien
untuk menjadi tim edukasi kesehatan anak.
THREAT/ANCAMAN
1. Anak sulit untuk berkonsentrasi
2. Anak tidak menyukai permainan dots
a. Kesimpulan
Jurnal yang berjudul “The Effectiveness and barriers of implementing a
workplace health promotion program to improve metabolic disorder in older
workers in Taiwan” merupakan jurnal terbitan tahun 2014. Mempunyai penerbit
yang jelas, namun kualifikasi pendidikan penulis kurang jelas. Jurnal ini
memiliki judul jurnal yang jelas dan menarik. Walaupun kriteria sampel kurang
dipaparkan namun hasil penelitian sudah tercantum dalam jurnal. Penelitian ini
tujuannya untuk mengetahui efektivitas dan hambatan penerapan promosi
kesehatan di tempat kerja khususnya kepada pekerja lansia untuk menekan
terjadinya gangguan metabolisme. Jurnal ini dapat diterapkan secara luas
khususnya pada tempat kerja karena tingginya prevalensi lansia yang masih
produktif dalam dan semakin tinggi pula angka kejadian kemunginan terkena
penyakit degeneratif. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa promosi kesehatan
berbasis tempat kerja dapat mencapai keberhasilan yang cukup besar dalam
kesehatan pekerja dengan memperbaiki WC, BMI, dan BW.
b. Saran
Bagi peneliti yang ingin membuat jurnal agar menampilkan komponen penting
dalam penelitiannya secara jelas seperti waktu penelitian, metode, instrument,
lokasi penelitian, tujuan, hipotesis penelitian dan memaparkan kekurangan
penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Katalog
BPS 4104001. Jakarta : BPS.
Chen, Meei.M., Tsai,A.C., Wang, J.Y., 2014. The Effectiveness and barriers of
implementing a workplace health promotion program to improve
metabolic disorder in older workers in Taiwan. Global Health
Promotion
Taylor, G., Easter,K., Hegney ,R. (2004). Enhancing occupational safety and
health. Amsterdam: Elsevier;