Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN KOMUNITAS

ANALISIS JURNAL
Effect of Conventional and Game-based Teaching on Oral Health Status of
Children: A Randomized Controlled Trial

Oleh:
KELOMPOK 4

Made Gede Brata Aditya (1302106072)


Ni Kadek Devi Kumarayanti (1602526006)
Komang Anik Eviyanti (1602526009)
Ni Made Ayu Sukma Widyandari (1602526016)
Winda Yasinta Armeila .S (1602526022)
Ade Gede Yoga Darma Sentana (1602526025)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perawatan gigi dan mulut
secara keseluruhan diawali dari kebersihan gigi dan mulut pada setiap individu,
sehingga kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan badan, ikut
berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. (Barmo dkk, 2013).

Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan gigi dan
mulut. Untuk menilai status kesehatan gigi dapat dilihat dari ada dan tidaknya
penyakit gigi, di antaranya karies gigi. Karies gigi adalah penyakit bakterial
yang menyerang gigi di mana bagian organik dari gigi mengalami destruksi,
sedangkan bagian anorganiknya mengalami dekalsifikasi (Sukmono, 2009).

Penyakit karies gigi disebabkan oleh derajat kebersihan gigi dan mulut yang
masih rendah dan merupakan penyakit terbesar pada sebagian penduduk
Indonesia. Upaya kesehatan gigi dan mulut perlu ditinjau dari aspek lingkungan
serta kesadaran siswa terhadap derajat kebersihan gigi dan mulut. Faktor
lingkungan, distribusi penduduk dan perilaku siswa terhadap kebersihan gigi dan
mulut merupakan faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan upaya
kesehatan gigi dan mulut (Sintawati, 2007). Indikator derajat kebersihan gigi dan
mulut di Indonesia memiliki status derajat kebersihan gigi dan mulut dengan
rata-rata OHI-S <1,2 (Mintjelungan dkk, 2009). Indikator kebersihan gigi dan
mulut (OHI-S) didapatkan dari menjumlahkan angka debris indeks dan kalkulus
indeks. Indeks OHI-S adalah keadaan kebersihan gigi dan mulut dari subyek
yang dinilai dari adanya sisa makanan (debris) dan karang gigi (kalkulus) pada
permukaan gigi (Notohartojo dkk, 2010).

Anak-anak dan balita merupakan kelompok masyarakat yang jumlahnya cukup


besar dan memiliki prevalensi karies gigi yang cukup tinggi. Penelitian Taverud
menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi pada anak berusia satu tahun sebesar
5%, anak usia dua tahun sebesar 10%, anak usia tiga tahun sebesar 40%, anak
usia empat tahun 55%, dan anak usia lima tahun sebesar 75% (Eni Fitriani,
2012). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka
kejadian karies pada anak masih sebesar 60-90%. Survey yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada pelita III dan IV menunjukkan
prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%, dimana
90% diantaranya adalah golongan umur anak dan balita.

Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh pola makan dan kebiasaan


membersihkan gigi. Pada umumnya, anak sangat menggemari makanan yang
manis seperti gulali, permen, dan coklat yang diketahui sebagai substrat yang
disukai oleh bakteri untuk berkembang biak. Makanan tersebut tergolong
kariogenik yang dapat diubah menjadi asam oleh bakteri dan selanjutnya dapat
melarutkan struktur gigi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan kemalasan anak
membersihkan giginya atau anak belum mampu melakukannya, serta
ketergantungan anak kepada orang tuanya (Eni Fitriani, 2012).

Masa anak, merupakan awal dari pembentukan perilaku. Oleh karena itu,
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak semestinya ditanamkan sejak
dini dalam lingkup pergaulannya dengan teman sebaya. Berdasarkan hal
tersebut, perlu dilakukan penanaman sifat dan sikap pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut sejak dini pada balita dengan cara pemberian penyuluhan kesehatan
mengenai menyikat gigi yang baik dan benar (Sukmono, 2009). Namun
pemberian pendidikan kesehatan terkadang sulit dierikan pada anak-anak karena
kurangnya konsentrasi anak dan metode edukasi yang kurang menarik bagi anak,
oleh karena itu pemberian metode baru dalam edukasi kesehatan pada anak
sangat diperlukan. Berdasarkan pemaparan di atas sehingga kami tertarik untuk
memahas jurnal “Effect of Conventional and Game-based Teaching on Oral
Health Status of Children: A Randomized Controlled Trial”.

B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis jurnal “Effect of
Conventional and Game-based Teaching on Oral Health Status of Children:
A Randomized Controlled Trial” agar nantinya dapat diterapkan sebagai
salah satu intervensi keperawatan keluarga.

2) Tujuan Khusus
a) Untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan
penerapan jurnal “Effect of Conventional and Game-based Teaching on
Oral Health Status of Children: A Randomized Controlled Trial”.
b) Untuk mengetahui Implikasi keperawatan dalam penerapan jurnal
“Effect of Conventional and Game-based Teaching on Oral Health
Status of Children: A Randomized Controlled Trial”

C. Manfaat
1) Untuk Mahasiswa
a) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
b) Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis mengenai
isu keperawatan yang sedang berkembang.
c) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap keperawatan keluarga

2) Untuk Perawat
a) Mengembangkan keterampilan perawat dalam keperawatan keluarga.
b) Mengimplentasikan teori yang ada di jurnal dalam pemberian promosi
kesehatan khususnya pada anak-anak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak
2.1.1 Pengertian Anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak
adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang
masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan
pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak
tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun
(Damayanti,2008)

2.1.2 Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan


menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi,
perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang,
kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih saying
(Asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra
dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakansyarat
yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah),
stimulasi.

mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan


pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial diantaranya kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.
2.1.3 Tingkat perkembangan anak

Menurut Damaiyanti (2008), karakteristik anak sesuai tingkat


perkembangan :

1. Usia bayi (0-1 tahun)

Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah
dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan
perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi
dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi
dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan,
dan menggendong dan berbicara lemah lembut.

Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi
kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena
itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung
menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut.
Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa
kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.

2. Usia pra sekolah (2-5 tahun)

Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun
adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut
oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan
akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan
merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu
jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk
memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak
berbahaya untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan
karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu
saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan
istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek
transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-
malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa
keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan
memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.

3. Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh
yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.

Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang


dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi
dan anak sudah mampu berpikir secara konkret. Karakateristik anak usia
9-10 tahun sedang dalam masa pertumbuhan, anak pada masa ini
merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut,
memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang kurang dan masih
melakukan kebiasaan seperti mengkonsumsi makanan yang manis yang
dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut (Silaban, dkk., 2013). Masa
anak-anak usia 9-10 tahun merupakan usia penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan fisik anak. Periode tersebut juga disebut masa yang
rawan karena gigi anak sedang dalam periode gigi bercampur, sehingga
rentan terhadap karies gigi (Pradita, 2013). Menurut Soeparmin cit
Permatasari (2014) perawatan kesehatan gigi secara dini sangat berguna
bagi kesehatan gigi anak karena mereka masih dalam tahap tumbuh
kembang.
Anak usia 9-10 tahun masih membutuhkan kesempatan yang cukup untuk
belajar dan berprestasi dalam kegiatan di luar kelas. Anak pada usia ini
mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak, memahami hukum sebab
akibat, dan menggunakan logika dalam memahami sesuatu (Allen dan
Marotz, 2010). Kemampuan intelektual pada usia ini sudah cukup untuk
diberikan berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau
daya nalarnya. Anak dapat dilatih untuk belajar mengungkapkan pendapat,
gagasan atau penilaian terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya (Yusuf, 2011).

4. Usia remaja (13-18)

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku
anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak
harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara
positif. Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat
mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya.
Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang
prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan
ekspresi wajah bahagia.

d. Tugas Perkembangan Anak

Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961) adalah tugas yang


harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya.
Tugas perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan, berbicara,makan makanan
padat, kestabilan jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun
adalah mendapat kesempatan bermain, berkesperimen dan berekplorasi,
meniru, mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian sederhana
mengenai kenyataan social dan alam, belajar mengadakan hubungan
emosional, belajar membedakan salah dan benar serta mengembangkan
kata hati juga proses sosialisasi.
Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai
keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai
diri sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan
sesuai dengan jenis kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan yang
fundamental, mengembangkan pembentukan kata hati, moral dan sekala
nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok sosial dan
lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah menerima
keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-
laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua
jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap
diri sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai hidup.

2.2 Promosi Kesehatan


Promosi Kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Perilaku ditentukan oleh tiga faktor
utama yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan
sikap seseorang.
b. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan
fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.
c. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi
seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-
undang, peraturan-peraturan dan surat keputusan.

Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal,
yaitu :

a) Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat


b) Peningkatan perilaku masyarakat
c) Peningkatan status kesehatan masyarakat
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Ruang lingkup promosi kesehatan
berdasarkan aspek pelayanan kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), meliputi :
a) Promosi kesehatan pada tingkat promotif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada
kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan
kesehatannya.
b) Promosi kesehatan pada tingkat preventif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini selain pada orang yang sehat juga
bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil, para 11 perokok, para
pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya. Tujuan utama dari promosi
kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-kelompok
tersebut agar tidak jatuh sakit (primary prevention).
c) Promosi kesehatan pada tingkat kuratif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita penyakit,
terutama yang menderita penyakit kronis seperti asma, diabetes mellitus,
tuberculosis, hipertensi dan sebagainya. Tujuan dari promosi kesehatan pada
tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak
menjadi lebih parah (secondary prevention).
d) Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif.
Sasaran pokok pada promosi kesehatan tingkat ini adalah pada kelompok
penderita atau pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuan utama
promosi kesehatan pada tingkat ini adalah mengurangi kecacatan seminimal
mungkin. Dengan kata lain, promosi kesehatan pada tahap ini adalah
pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari suatu penyakit (tertiary
prevention) (Notoatmodjo, 2007).

2.3 Kesehatan Gigi dan Mulut


Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia
dan merupakan bagian dari kesehatan secara umum yang perlu diperhatikan
oleh masyarakat (Jose, dkk., 2009). Setiap orang tua menginginkan anaknya
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh
mereka sehat (Malik, 2008). Masalah kesehatan gigi dan mulut paling banyak
ditemukan di masyarakat luas adalah karies gigi. Karies gigi merupakan
penyakit infeksi paling umum yang terjadi pada anak (Macnab, 2015). Karies
gigi pada anak sekolah mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dari tahun
ke tahun. Karies gigi mempunyai sifat progresif serta akumulatif pada
jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari
permukaan gigi yaitu pit, fisur, dan daerah interproksimal hingga meluas ke
arah pulpa (Wala, dkk., 2014).
2. Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Pengertian
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang paling penting dalam
membentuk tindakan manusia (Bloom, 1908 cit Notoatmodjo 2007).
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut mempunyai hubungan terhadap
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Semakin banyak informasi yang
dimiliki seseorang tentang kesehatan gigi dan mulut, maka semakin baik
seorang tersebut memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. (Hapsoro dkk.,
2000).
b. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan menanyakan kepada
seseorang agar ia mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk jawaban.
Jawaban tersebut yang merupakan reaksi dari stimulus yang diberikan baik
dalam bentuk pertanyaan langsung maupun tertulis. Pengetahuan pengukuran
dapat berupa kuisioner maupun wawancara (Bloom, 1908 cit Notoatmodjo
2007).
c. Tingkat pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, cit Kholid 2012) bahwa yang di cakup dalam
tingkatan pengetahuan yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
2) Memahami (comprehension)
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Pengertian
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan dan menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti tetapi juga bersedia untuk
melakukan suatu anjuran yang berhubungan dengan suatu bidang, yaitu
bidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu
proses belajar yang ditujukan kepada individu dan kelompok
masyarakatuntuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya
(Herijulianti dkk, 2002).
b. Tujuan penyuluhan
Salah satu tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah terciptanya perubahan
perilaku individu dalam membina dan memelihara perilaku sehat, serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
(Dewi, 2012).
c. Media alat peraga penyuluhan
Menurut Prima (2016), media penyuluhan adalah alat bantu atau bahan
penyuluhan yang digunakan dalam proses penyampaian pesan atau informasi
yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian atau minat. Menurut
Notoatmodjo (2007), alat peraga penyuluhan merupakan alat atau benda yang
dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang
berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan menjelaskan uraian yang
disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar
mengajar, agar materi lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran. Alat
peraga dapat dibedakan menurut pembuatan dan penggunaannya:
a) Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip, slide, dan
sebagainya yang menggunakan listrik dan proyektor.
b) Alat peraga sederhana seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda
yang nyata seperti buah-buahan dan sebagainya. Selain itu juga poster,
spanduk, flanel graph, boneka tangan, boneka wayang dan sebagainya.
Media atau alat peraga yang di gunakan pada penelitian ini adalah media
boneka tangan. Menurut Aulia dan Suraida (2011), penyuluhan menggunakan
boneka tangan adalah penyuluhan dengan cara mendongeng atau bercerita,
hal itu merupakan cara yang paling efektif dalam pembelajaran tentang
kesehatan gigi dan mulut pada anak dan di dukung dengan berbagai macam
warna dari boneka tangan yang membuat anak tertarik untuk memperhatikan
dan memahami secara mudah materi atau informasi yang di sampaikan
penyuluh.
Media boneka tangan dipilih sebagai alternatif media pembelajaran karena
media boneka sangat dekat dengan dunia anak-anak (Pudi, 2014). Adanya
media boneka tangan ini, anak tidak hanya melihat dan mendengar tetapi anak
juga diminta untuk menirukan cara menggosok gigi dengan baik sehingga
proses pembelajaran anak menjadi lebih efektif dan menyenangkan dan
diharapkan akan meningkatkan perhatian dan konsentrasi anak untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemandiriannya dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut (Pratiwi, 2013).
BAB 3
RINGKASAN JURNAL

3.1 Latar Belakang


Karies gigi adalah penyakit global dengan prevalensi luas, khususnya di
kalangan anak-anak. Salah satu penyebab kedaan ini adalah karena peningkatan
ketersediaan makanan dan minuman olahan, yang mengandung gula olahan.
Kesehatan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum dan
pemeliharaannya sangat penting. Pendidikan kesehatan merupakan alat penting
dalam mendidik anak-anak sekolah tentang pencegahan masalah kesehatan
mulut. Salah satu cara untuk memberikan pendidikan kesehatan adalah dengan
mengintegrasikan pendidikan dan hiburan, sehingga membuat proses belajar
menjadi menyenangkan. Bermain game memiliki banyak manfaat untuk anak-
anak: ia mengembangkan kewaspadaan visual mereka, meningkatkan rentang
perhatian mereka dan juga membantu dengan strategi dan penalaran memori.
Pengajaran berbasis permainan adalah strategi pendidikan yang bisa menjadi
alternative untuk mengajarkan konsep kesehatan dasar. Berbagai metode seperti
permainan papan, drama, robot, telah digunakan untuk tujuan pendidikan
kesehatan. Ada bukti terbatas mengenai efektivitas permainan dalam pendidikan
kesehatan mulut dan perubahan yang dihasilkan dalam status kebersihan mulut.
3.2 Tujuan
Untuk membandingkan efektivitas pengajaran konvensional dan berbasis
permainan pada tingkat pengetahuan dan praktik mengenai kebersihan mulut di
antara anak-anak sekolah usia 7 hingga 10 tahun.
3.3 Metode
Sebanyak 60 anak-anak sekolah akan antara 7 dan 10 tahun berpartisipasi dalam
penelitian. Setiap kelompok tiga puluh anak secara acak dibagi menjadi dua
kelompok: kelompok A — dididik dengan metode konvensional (kartu flash);
grup B — dididik dengan metode flash card dan game (menghubungkan titik-
titik). Pola pengacakan diperoleh melalui perangkat lunak yang dihasilkan
komputer. Sebelum intervensi sebuah kuesioner kesehatan mulut dan estimasi
Debris Indexsimplified (DI-S) diberikan diberikan kepada anak-anak untuk
menilai tingkat pengetahuan dasar mereka mengenai kebersihan mulut.
Kuesioner terdiri dari data demografi dan 11 pertanyaan mengenai kesehatan
mulut, menyikat gigi dan diet. Pertanyaan-pertanyaan dibacakan dan juga
dijelaskan dalam bahasa lokal untuk menghilangkan bias. Setiap pertanyaan
diberi skor 0 (jawaban salah) atau 1 (jawaban yang benar) dan karenanya total
skor berkisar dari 0 hingga 11. Intervensi dimulai setelah evaluasi pretest dari
pengetahuan mereka mengenai kesehatan mulut dan estimasi DI-S. Untuk tujuan
mendidik anak-anak kami mengembangkan anagram dan permainan
menghubungkan titik-titik. Anagram yang digunakan adalah ‘Senyum Terang’,
di mana setiap alfabet mewakili instruksi kebersihan oral tertentu. Hubungkan
permainan titik dikembangkan dalam bentuk struktur gigi dengan 11 alfabet
seperti pada anagram dan instruksi kebersihan mulut. Di grup A, anak-anak
ditunjukkan kartu flash dengan gambar di depan dan instruksi kebersihan mulut
di belakang. Sedangkan di grup B, terpisah dari edukasi dengan kartu flash,
anak-anak terlibat dalam permainan ‘hubungkan titik-titik’. Anak-anak diminta
untuk menghubungkan titik-titik antara dua huruf dan membacakan instruksi
kebersihan mulut yang ditulis bersamanya. Ketika titik-titik terhubung, anak-
anak dapat melihat gigi 'Senyum Terang' yang bahagia. Ini membantu anak-anak
menyadari bahwa mengikuti serangkaian instruksi akan memberi mereka
senyuman yang cerah. Intervensi ini dilanjutkan sekali setiap hari untuk jangka
waktu 1 minggu. Evaluasi, mengenai kebersihan mulut dan DI-S dicatat pada
hari ke 8 setelah intervensi. Skor tindak lanjut juga dicatat setelah 1 dan 3 bulan.
Analisis statistik data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS
(15.0, SPSS Inc., Chicago Ill, USA). ‘t’ tes berpasangan dan tes Chi-square
digunakan untuk membandingkan.
3.4 Hasil
Terjadi penurunan jumlah responden selama penelitian dimana 10% (n = 3) di
grup A dan 6,5% (n = 2) di grup B. penelitian ini mendapatkan bahwa ada
penurunan yang signifikan dalam skor indeks Debris dari baseline ke post 3
bulan data di kedua kelompok A dan B. Dalam kelompok B, skor pengetahuan
menunjukkan peningkatan perbedaan persentase rata-rata sebesar 28,1% pada 3
bulan follow-up bila dibandingkan dengan nilai-nilai dasar. Dalam kelompok A,
skor pengetahuan meningkat secara signifikan pada interval 1 minggu;
menunjukkan penurunan bertahap selama periode tindak lanjut dan hampir
mencapai nilai-nilai dasar. Pada akhir 3 bulan, ada peningkatan 3,9% dalam
perbedaan persentase rata-rata di grup A. Kedua kelompok mengikuti tren
serupa dalam skor indeks puing-puing dan skor pengetahuan dari awal sampai 3
bulan. Awalnya, ada peningkatan yang sangat signifikan dalam skor segera
setelah intervensi yang secara bertahap menurun selama periode tindak lanjut.
3.5 Kesimpulan
Permainan menghubungkan titik-titik yang mencakup pedoman kesehatan serta
kebersihan mulut dan gigi yang baik serta kebiasaan diet dapat menjadi bantuan
intervensi yang efektif untuk mengajarkan konsep kesehatan mulut dasar di
kalangan anak-anak sekolah.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Critical appraisal

No Proses Pertimbangan Penjelasan


Dalam Mengkritisi
Artikel Penelitian
1. Judul Apakah judul artikel Judul artikel cukup jelas dan berkaitan,
secara keseluruhan judul artikel dapat
jelas dan akurat?
menggambarkan isi artikel dengan tepat.
Apakah judul
mencerminkan isi
artikel?
2. Penulis Apa kualifikasi Penulis berasal dari berbagai profesi yaitu
pendidikan dan posisi Mahasiswa Pascasarjana, Pembaca,
penulis saat ini? Profesor dan Kepala Departemen
Pedodonsia, Institut Ilmu Gigi KSR dan
Penelitian, Tiruchengode, Tamil Nadu,
India
3. Waktu Kapan penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taiwan
dilakukan? tahun 2013

Kapan penelitian Penelitian ini di publikasikan pada May-


dipublikasikan? Agustus 2015

Apakah penelitian ini Penelitian ini, yang pertama dari jenisnya,


merupakan karya dilakukan untuk membandingkan
baru? efektivitas konvensional (kartu flash) dan
permainan (menghubungkan titik-titik)
pengajaran pada status kesehatan mulut
antara anak-anak 7 sampai 10 tahun.
Apakah penelitian ini Jurnal ini sangat relevan dengan praktik
relevan dengan keperawatan terkini khususnya dalam
praktik terkini? keperawatan keluarga

4 Jurnal Apakah jurnal yang Jurnal ini memiliki keterkaitan dengan


dipilih berhubungan bidang keperawatan karena salah satunya
dengan keperawatan? adalah memberikan promosi kesehatan
khususnya pada anak

Apakah anggota Tidak dijelaskan dalam jurnal


editorial berasal dari
berbagai ahli dari
pendidikan dan
praktik?
Siapakah target Target pembacanya adalah mahasiswa,
pembacanya? Luas perawat atau tim medis serta klien dan
atau khusus? keluarga yang memberikan perawatan anak
5. Abstrak Apakah abstrak secara Pada jurnal ini peneliti sudah
jelas menampilkan menampilakan masalah penelitian yaitu
masalah penelitian, ada tidaknya perbandingan efektifitas
hipotesis/ pertanyaan konvensional (kartu flash) dan permainan
penelitian, tujuan (menghubungkan titik-titik) pengajaran
(umum/khusus), pada status kesehatan mulut antara anak-
metodologi, hasil, anak 7 sampai 10 tahun.
kesimpulan dan
rekomendasi?
Apakah anda dapat Mampu karena sudah dijelaskan dengan
memahami dengan baik dalam abstrak.
jelas fokus dari
penelitian?

6 Identifikasi Apakah masalah dan/ Pada penelitian ini masalah dan tujuan
masalah atau tujuan penelitian sudah teridentifikasi dengan jelas dan
diidentifikasi secara sudah dalam abstrak
jelas?

Apakah penulis Pada penelitian ini peneliti mencantumkan


mencantumkan rasional penelitiannya yaitu pada
rasional dilakukannya pendahuluan yang menyatakan bahwa
penelitian? karies gigi adalah penyakit global dengan
prevalensi luas, khususnya di kalangan
anak-anak. Pendidikan kesehatan
merupakan alat penting dalam mendidik
anak-anak sekolah tentang pencegahan
masalah kesehatan mulut. Salah satu cara
untuk memberikan pendidikan kesehatan
adalah dengan mengintegrasikan
pendidikan dan hiburan, sehingga
membuat proses belajar menjadi
menyenangkan.
7 Formulasi Apakah tujuan (umum Tujuan penelitian ini sudah dinyatakan
pertanyaan dan/ atau khusus) secara jelas oleh peneliti.
penelitian dinyatakan secara
penelitian jelas?
atau hipotesis
Berapa banyak Pada penelitian ini tidak dijelaskan berapa
pertanyaan penelitian/ pertanyaan peneliti dan hipotesis dari
hipotesis yang penelitian ini.
diangkat? Apakah
memadai (terlalu
banyak)?
Apakah hipotesis Pada penelitian ini tidak dijelaskan
yang diangkat disusun hipotesis penelitian
secara logis mengikuti
masalah penelitian?
Apakah tujuan dan/ Pada penelitian ini tidak dijelaskan
atau pertanyaan hipotesis penelitian
penelitian yang
diangkat disusun
secara logis mengikuti
masalah penelitian?
8. Kajian Apakah penulis Pada penelitian ini dalam sesi diskusi
pustaka menampilkan diskusi peneliti mengatakan mungkin saja
yang tidak bias? menimbulkan bias karena adanya
responden yang keluar dalam proses
penelitian ini pada ke 2 kelompok
intervensi.

Apakah penulis Pada penelitian ini penulis sudah


mencerminkan mencerminkan pemahamannya mengenai
pemahamannya subjek yang diteliti yaitu anak yang berusia
terhadap subjek yang 7-10 th.
diteliti?
Apakah penulis Pada penelitian ini penulis sudah
menggunakan sumber menggunakan sumber pustaka terkini , bisa
pustaka terkini? dilihat dari tahun sumber referensi yang
digunakan.

Apakah penulis hanya Pada penelitian ini penulis sudah


menampilkan mengkritisi hasil dari penelitian-penelitian
kumpulan kutipan terdahulu.
langsung atau
mengkritisi hasil dari
penelitian-penelitian
terdahulu?
9. Metodelogi Apakah rancangan Rancangan penelitian cukup jelas dengan
a. Rancangan penelitian rancangan komparatif
disampaikan dengan
jelas?
Apakah anda dapat Dapat karena sudah disebutkan didalam
mengidentifikasi jenis metode penelitian bahwa menggunakan
rancangan penelitian metode penelitian Randomized Controlled
apa yang digunakan, Trial
mis. deskriptif,
eksperimental, kuasi-
eksperimental?

b. Alat ukur Apakah peneliti Ya, peneliti menggunakan kuesioner


menuliskan alasan sebagai alat ukur setelah pemberian
memilih instrumen/ intervensi.
alat ukur yang
digunakannya, mis.
kuisioner, observasi,
wawancara, rekam
medis, catatan harian,
dll
c. Sampel Apakah sampel Iya, Sampel yang digunakan dalam
mewakili populasi penelitian ini berjumlah 60 orang yang
yang diteliti? dibagi dalam 2 kelompok intervensi.

Apakah karakteristik Dipertimbangkan karena memiliki kriteria


dari sampel inklusi dan eksklusi serta ada kriteria drop
dipertimbangkan out namun tidak dijelaskan dengan rini
dalam pemilihan dalam penelitian.
sampel, mis. besar
sampel, budaya, jenis
kelamin, dll?
Apakah penulis Tidak dijelaskan dalam jurnal
menggunakan metode
pemilihan sampel
yang tepat?

d. Etik Apakah peserta Iya. Sudah dijelaskan dalam jurnal lembar


menerima lembar persetujuan diberikan kepada orang tua
persetujuan untuk ikut responden.
serta dalam
penelitian?

Apakah kerahasiaan Tidak dijelaskan dalam jurnal.


dan privasi peserta
penelitian dijamin?
Apakah hak peserta Tidak dijelaskan dalam jurnal.
untuk menolak ikut
serta dalam penelitian
disampaikan?
Apakah peserta bebas Tidak dijelaskan dalam jurnal.
dalam perlakuan yang
membahayakan?

Apakah persetujuan Dijelaskan. Sudah direview dan di setujui


komite etik diperoleh? oleh Institutional Review Board
e. Reliabilitas Apakah permasalahan Tidak dijelaskan dalam jurnal.
dan validitas terkait reabilitas dan
validitas
dipertimbangkan?
Apakah metodologi Tidak dijelaskan dalam jurnal
penelitian bias ?
10. Pilot study Bagaimana penelitian Peneliti hanya mencari jurnal terkait dan
pendahuluan mencari jumlah kejadian sesuai sampel
dilakukan? yang diinginkan.
Modifikasi apa yang Membandingkan efektivitas pemberian
dilakukan dan pendidikan kesehatan dengan permainan
mengapa? flash card dan dots game
(menyambungkan titik).
11. Penelitian Apakah hasil Iya. Hasil penelitian dijelaskan dalam tabel
utama penelitian dalam , kemudian dideskripsikan baik dalam
a. Hasil wujud persentase atau presentase maupun jumlah.
narasi/ teks
ditampilkan?
Apakah penulis Penulis hanya menampilkan tabel hasil
menampilkan gambar pengolahan data yang telah dilakukan.
untuk membantu
mengkomunikasikan
hasil penelitiannya?

Apakah peneliti Tidak. Peneliti telah menampilkan uji


menampilkan rasional statistik yang digunakan yaitu dengan
untuk menampilkan SPSS (15.0, SPSS Inc., Chicago Ill, USA).
atau tidak ‘t’ tes berpasangan dan tes Chi-square
menampilkan uji digunakan untuk membandingkan.
statistik tertentu?
b. Diskusi/re Apakah diskusi hasil Dapat dipahami dengan baik.
komendasi penelitian dapat
dipahami?
Apakah rekomendasi Ya. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
yang ditampilkan dots game lebih efektif dalam memerikan
sesuai dengan hasil pendidikan kesehatan pada anak, dan
penelitian? peneliti merekomendasikan permainan ini
untuk pendidikan kesehatan pada anak
terutama pendidikan mengenai kesehatan
mulut
Apakah rekomendasi Ya. Karena dalam implementasinya
dapat/ memungkinkan intervensi permainan dots ini tidak
untuk membutuhkan alat dan cara bermain yang
diimplementasikan? rumit, dampak dan respon yang lebih
besar, efektivitas biaya dan kemudahan
implementasi, memungkinkan secara rutin
digunakan untuk memberikan pendidikan
kesehatan mulut kepada anak-anak
sekolah, sehingga membantu dalam
pencegahan karies gigi.
Apakah penulis Sudah dijelaskan yaitu periode tindak
menampilkan lanjut terbatas 3 bulan yang mungkin tidak
kerterbatasan memungkinkan pematangan pesan
penelitiannya? kesehatan gigi.
Apakah penulis Tidak dijelaskan dalam jurnal.
menampilkan saran
untuk penelitian
berikutnya?

c. kesimpul Apakah kesimpulan Iya, penulis menyampaikan kesimpulan


an yang disampaikan hasil uji.
berkaitan dengan hasil
penelitian?
Apakah penulis Tidak dijelaskan dalam jurnal. Tetapi tidak
berupaya untuk terlihat memaksakan kesimpulan agar
memanipulasi hasil sesuai tujuan.
temuannya agar
sesuai dengan ide
penelitiannya di awal?
Apakah penulis Iya, penulis membuat kesimpulan sesuai
menampilkan hasil tujuan.
penelitiannya sesuai
dengan tujuan,
pertanyaan atau
hipotesis penelitian?
Informasi apa yang Jika ada yang ingin mengcopy atau
tidak ditampilkan dan membuat penelitian serupa diharapkan
apakah penulis menghubungi penelti terlebih dahulu.
merujuk pembaca
untuk mendapatkan
informasi terkait?

4.2 Analisa SWOT


STRENGTH/KEKUATAN

1. Penulis berasal dari berbagai profesi yaitu Mahasiswa Pascasarjana,


Pembaca, Profesor dan Kepala Departemen Pedodonsia, Institut Ilmu
Gigi KSR dan Penelitian, Tiruchengode, Tamil Nadu, India
2. Penelitian ini, yang pertama dari jenisnya, dilakukan untuk
membandingkan efektivitas konvensional (kartu flash) dan permainan
(menghubungkan titik-titik) pengajaran pada status kesehatan mulut
antara anak-anak 7 sampai 10 tahun.
3. Jurnal ini sangat relevan dengan praktik keperawatan terkini khususnya
dalam keperawatan keluarga
4. Pada penelitian ini penulis sudah menggunakan sumber pustaka terkini,
bisa dilihat dari tahun sumber referensi yang digunakan.
5. Design penelitian randomize control trial
6. Intervensi ini (permainan dots) dalam implementasinya intervensi
permainan dots ini tidak membutuhkan alat dan cara bermain yang rumit,
dampak dan respon yang lebih besar, efektivitas biaya dan kemudahan
implementasi
7. Dapat dilakukan oleh orang terdekat anak

WEAKNESS/KELEMAHAN

1. Pada penelitian ini tidak dijelaskan berapa pertanyaan peneliti dan


hipotesis dari penelitian ini.
2. Pada penelitian ini dalam sesi diskusi peneliti mengatakan mungkin saja
menimbulkan bias karena adanya responden yang keluar dalam proses
penelitian ini pada ke 2 kelompok intervensi.

OPPOURTUNITY/PELUANG
1. Memungkinkan secara rutin digunakan untuk memberikan pendidikan
kesehatan mulut kepada anak-anak sekolah, sehingga membantu dalam
pencegahan karies gigi.
2. Puskesmas dapat membentuk tim khusus dalam membentuk tim edukasi
anak yang lebih mendalami pendidikan kesehatan pada anak dengan
metode bermain
3. Puskesmas dapat membuat tim untuk melatih guru atau keluarga pasien
untuk menjadi tim edukasi kesehatan anak.

THREAT/ANCAMAN
1. Anak sulit untuk berkonsentrasi
2. Anak tidak menyukai permainan dots

4.3 Implikasi Keperawatan


Edukasi kesehatan gigi dengan metode permainan dots sangat mungkin
dilakukan oleh perawat mengingat metode sangat mudah dilakukan. Perawat di
sini tidak hanya dapat menjadi educator namun dapat juga sebagai pembina yang
dapat memerikan pembinaan pada guru maupun orang tua anak yang diharapkan
dapat menjadi educator kesehatan bagi anak, sehingga pendidikan kesehatan
dapat diberikan sedidi mungkin dan berkelanjutan.
BAB 5
PENUTUP

a. Kesimpulan
Jurnal yang berjudul “The Effectiveness and barriers of implementing a
workplace health promotion program to improve metabolic disorder in older
workers in Taiwan” merupakan jurnal terbitan tahun 2014. Mempunyai penerbit
yang jelas, namun kualifikasi pendidikan penulis kurang jelas. Jurnal ini
memiliki judul jurnal yang jelas dan menarik. Walaupun kriteria sampel kurang
dipaparkan namun hasil penelitian sudah tercantum dalam jurnal. Penelitian ini
tujuannya untuk mengetahui efektivitas dan hambatan penerapan promosi
kesehatan di tempat kerja khususnya kepada pekerja lansia untuk menekan
terjadinya gangguan metabolisme. Jurnal ini dapat diterapkan secara luas
khususnya pada tempat kerja karena tingginya prevalensi lansia yang masih
produktif dalam dan semakin tinggi pula angka kejadian kemunginan terkena
penyakit degeneratif. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa promosi kesehatan
berbasis tempat kerja dapat mencapai keberhasilan yang cukup besar dalam
kesehatan pekerja dengan memperbaiki WC, BMI, dan BW.

b. Saran
Bagi peneliti yang ingin membuat jurnal agar menampilkan komponen penting
dalam penelitiannya secara jelas seperti waktu penelitian, metode, instrument,
lokasi penelitian, tujuan, hipotesis penelitian dan memaparkan kekurangan
penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Katalog
BPS 4104001. Jakarta : BPS.

Chen, Meei.M., Tsai,A.C., Wang, J.Y., 2014. The Effectiveness and barriers of
implementing a workplace health promotion program to improve
metabolic disorder in older workers in Taiwan. Global Health
Promotion

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Situasi dan Analisis Lanjut


Usia. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.

Fatimah, A. (2009). Hipertensi pada Pasien Lanjut Usia. Surakarta.


Fedotov, I.A., Saux M., Rantanen, J.(1998). Occupational Health Services, In:
Stellman JM, editor. Encyclopedia of occupatinal health and safety.
4th ed. Geneva: ILO
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015.
Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. (2007). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat


Cetakan ke-2, Jakarta : Rineka Cipta

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC

Taylor, G., Easter,K., Hegney ,R. (2004). Enhancing occupational safety and
health. Amsterdam: Elsevier;

Anda mungkin juga menyukai