Anda di halaman 1dari 47

WRAP UP

SKENARIO 2
MAYAT PEREMPUAN DI KAMAR KOS

Kelompok B – 8

Ketua : Muhammad Bayhaqi Rachman 1102015143


Sekretaris : Raudina Fisabila Martadipura 1102015191
Yongki Cappala Bakurru 1102014287
Muhammad Hidayat 1102015147
Putri Indah Fauzani 1102015182
Samira 1102015215
Shabrina Radyaning Windria 1102015220
Shifa Kaunan Nathasia 1102015223
Siti Sarah Novianti Musthafa 1102015229
Tri Cynthia Yupa 1102014268

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 021-4244574 Fax. 021-4244574
Daftar Isi

Daftar isi.............................................................................................................................. 2
Skenario .............................................................................................................................. 3
Pertanyaan dan Jawaban .................................................................................................... 4
Hipotesis ............................................................................................................................. 5
Sasaran Belajar.................................................................................................................... 6
Hasil Sasaran Belajar .......................................................................................................... 7
1. Memahami dan Menjelaskan Perubahan-Perubahan Setelah Kematian (Tanatologi) .7
2. Memahami dan Menjelaskan Identifikasi dan Investigasi Kasus Pembunuhan dan
Pemerkosaan .............................................................................................................. 23
3. Memahami dan menjelaskan Hukum yang Mengatur Tentang Pembunuhan dan
Pemerkosaan ...............................................................................................................22
4. Memahami dan menjelaskan Pandangan Islam Tentang Pembunuhan dan
Pemerkosaan ...............................................................................................................39
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 46

2
SKENARIO 2

MAYAT PEREMPUAN DI KAMAR KOS

Mayat seorang perempuan diduga berusia 23 tahun ditemukan meninggal di kamar kos-
kosannya di daerah Salemba. Korban ditemukan setengah telanjang dengan tangan diikat
dan mulut di sumpal. Mayat dalam keadaan mulai membusuk, berbau, ditemukan belatung
pada bagian lubang hidungnya, kulit mulai mengelupas dan tampak pembuluh darah mulai
melebar pada bagian dada dan leher. Diperkirakan kejadian sekitar 3 hari yang lalu.

Polisi menduga korban diperkosa sebeum dibunuh. Tim identifikasi mengambil sidik jari
korban dan mengambil swab vagina untuk memastikan adanya sperma pelaku.

3
PERTANYAAN

1. Mengapa ditemukan belatung pada lubang hidung?


2. Berapa lama batas waktu, bukti yang ditinggalkan pelaku (sperma dan sidik jari) dapat
di identifikasi?
3. Mengapa kulit mengelupas?
4. Atas dasar apa penyidik mengambil sidik jari?
5. Mengapa pembuluh darah melebar pada bagian dada dan leher?
6. Bagaimana cara menentukan waktu kematian?
7. Pandangan islam terhadap pemerkosaan dan pembunuhan?

` JAWABAN

1. Korban membusuk mengundang binatang, sala satunya lalat yang akan meninggalkan
larva pada mayat
2. Sidik jari tidak ada batas waktu selama TKP belum tersentuh
3. Tubuh: udara : mencari jalan keluar lalu mendorong kuit sehingga menyebabkan
kulit mengelupas
4. Identifikasi pelaku
5. Pembuluh darah melebar
Pada mayat:
1) Relaksasi
2) Asfiksi > kompensasi> pembuluh darah melebar
3) Akumulasi gas-gas produksi dari bakteri

6. Lebam mayat,ukuran belatung, kaku mayat

7. Pembunuhan akan dihukum dengan cara qishas. Untuk pemerkosaan, baagi perempuan
tidak dapat hukuman karena korban, namun untuk pria akan dihukum sama dengan
humun zina

4
HIPOTESIS

Pembusukan mayat dapat dilihat dari pengelupasan kulit, lebam mayat, ukuran belatung,
kaku mayat dan melebarnya pembuluh darah. Identifikasi korban dapat dilakukan dengan
cara pemeriksaan sidik jari dan swab vagina. Menurut pandangan islam, pembunuhan
hukumnya haram dan dihukum secara qishas dan pemerkosaan juga haram dan hukuman
dijatuhkan pada pemerkosa.

5
SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan menjelaskan perubahan-perubahan setelah kematian (tanatologi)


2. Memahami dan menjelaskan identifikasi dan investigasi kasus pemerkosaan dan
pembunuhan
3. Memahami dan menjelaskan hukum yang mengatur tentang pembunuhan dan
pemerkosaan
4. Memahami dan menjelaskan pandangan islam tentang pembunuhan dan pemerkosaan

6
HASIL SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan menjelaskan perubahan-perubahan setelah kematian (tanatologi)


Definisi Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi
pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut (Idries, 1997). Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya
fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan
teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan.
Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death
is death. Mati adalah kematian batang otak.

Manfaat tanatologi
Ada tiga manfaat tanatologi ini, antara lain untuk dapat menetapkan hidup atau matinya
korban, memperkirakan lama kematian korban, dan menentukan wajar atau tidak wajarnya
kematian korban. Menetapkan apakah korban masih hidup atau telah mati dapat kita
ketahui dari masih adanya tanda kehidupan dan tanda-tanda kematian. Tanda kehidupan
dapat kita nilai dari masih aktifnya siklus oksigen yang berlangsung dalam tubuh korban.
Sebaliknya, tidak aktifnya siklus oksigen menjadi tanda kematian.

Jenis Kematian
Agar suatu kehidupan seseorang dapat berlangsung, terdapat tiga sistem yang
mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem persarafan, sistem
kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat mempengaruhi satu sama
lainnya, ketika terjadi gangguan pada satu sistem, maka sistem-sistem yang lainnya juga
akan ikut berpengaruh. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati
somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak).
1. Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi
gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap. Pada kejadian mati
somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks, elektro ensefalografi (EEG)

7
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan
dan suara napas tidak terdengar saat auskultasi.
2. Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis,
akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus
seperti ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik
dan tenggelam .
3. Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ
atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak
bersamaan.
4. Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu
sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
5. Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh
isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum.
Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang
secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat
dihentikan.

Tanda Kematian tidak pasti

1. Berhentinya sistem pernafasan dan sistem sirkulasi


Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru
berhenti selama 10 menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan
diagnosis sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama waktu
tertentu. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope
pada daerah precordial dan larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan
mudah terdengar.
Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain
disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga
disebabkan depresi pusat sirkulasi darah yang tidak adekwat, denyut nadi yang
menghilang merupakan indikasi bahwa pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada

8
kasus judicial hanging dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun
korban sudah diturunkan dari tiang gantungan.

2. Kulit yang pucat


Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah
sehingga darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir
ke bagian yang lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat.
Akan tetapi ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang
kematian dihubungkan dengan spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan. Pada
mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya
karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat
menjadi pucat

3. Relaksasi otot
Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan
mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini
disebut relaksasi primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut
terbuka, dada menjadi kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh
kebawah. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang
mati tampak lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos
akan mengakibatkan iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila
menemukan anus yang mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai
akibat hubungan seksual perani/anus corong.

4. Perubahan pada mata


Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang
menyebabkan kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif.

Tanda kematian pasti

1. Lebam mayat
Lebam Mayat disebut juga Post Mortem Lividity, Post Mortem Suggilation,
Hypostasis, Livor Mortis, Stainning. Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan
sirkulasi darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah

9
mencapai capillary bed dimana pembuluh–pembuluh darah kecil afferent dan efferent
saling berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam
pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan mengalir
ke bawah, ke tempat–tempat yang terendah yang dapat dicapai. Dikatakan bahwa
gravitasi lebih banyak mempengaruhi sel darah merah tetapi plasma akhirnya juga
mengalir ke bagian terendah yang memberikan kontribusi pada pembentukan
gelembung–gelembung di kulit pada awal proses pembusukan.

Adanya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat di kulit sebagai
perubahan warna biru kemerahan. Oleh karena pengumpulan darah terjadi secara pasif
maka tempat–tempat di mana mendapat tekanan lokal akan menyebabkan tertekannya
pembuluh darah di daerah tersebut sehingga meniadakan terjadinya lebam mayat yang
mengakibatkan kulit di daerah tersebut berwarna lebih pucat.

Lebam mayat ini biasanya timbul setengah jam sampai dua jam setelah kematian,
Dimana setelah terbentuk hypostasis yang menetap dalam waktu 10–12 jam ternyata
akan memberikan lebam mayat pada sisi yang berlawanan setelah dilakukan reposisi
pada tubuh dari pronasi ke supinasi (interpostmorchange).

Lebam mayat ini biasanya berkembang secara bertahap dan dimulai dengan
timbulnya bercak-bercak yang berwarna keunguan dalam waktu kurang dari setengah
jam sesudah kematian dimana bercak-bercak ini intensitasnya menjadi meningkat dan
kemudian bergabung menjadi satu dalam beberapa jam kemudian, dimana fenomena
ini menjadi komplet dalam waktu kurang lebih 8–12 jam, pada waktu ini dapat
dikatakan lebam mayat terjadi secara menetap. Menetapnya lebam mayat ini
disebabkan oleh karena terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat
rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel–sel darah dalam jumlah yang
banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding
pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan
setelah 8-12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu
jari dapat memberi indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna.
Setelah empat jam, kapiler-kapiler akan mengalami kerusakan dan butir-butir darah
merah juga akan rusak. Pigmen-pigmen dari pecahan darah merah akan keluar dari

10
kapiler yang rusak dan mewarnai jaringan di sekitarnya sehingga menyebabkan warna
lebam mayat akan menetap serta tidak hilang jika ditekan dengan ujung jari atau jika
posisi mayat dibalik. Jika pembalikan posisi dilakukan setelah 12 jam dari kematiannya
maka lebam mayat baru tidak akan timbul pada posisi terendah, karena darah sudah
mengalami koagulasi.

Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih bersifat relatif. Perubahan
lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam pertama sesudah kematian, bila telah
terbentuk lebam primer kemudian dilakukan perubahan posisi maka akan terjadi lebam
sekunder pada posisi yang berlawanan. Distribusi dari lebam mayat yang ganda ini
adalah penting untuk menunjukan telah terjadi manipulasi posisi pada tubuh. Akan
tetapi waktu yang pasti untuk terjadinya pergeseran lebam ini adalah tidak pasti, Polson
mengatakan “ untuk menunjukan tubuh sudah diubah dalam waktu 8 sampai 12 jam”,
sedangkan Camps memberi patokan kurang lebih 10 jam.

Akan tetapi pada kematian wajarpun darah dapat menjadi permanent incoagulable
oleh karena adanya aktifitas fibrinolisin yang dilepas kedalam aliran darah selama
proses kematian. Sumber dari fibrinolisin ini tidak diketahui tetapi kemungkinan
berasal dari endothelium pembuluh darah, dan permukaan serosa dari pleura. Aktifitas
fibrinolisin ini nyata sekali pada kapiler-kapiler yang berisi darah. Darah selalu
ditemukan cair dalam venule dan kapiler, dan ini yang bertanggung jawab terhadap
lebam mayat.

Akumulasi darah pada daerah yang tidak tertekan akan menyebabkan pengendapan
darah pada pembuluh darah kecil yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah
kecil tersebut dan berkembang menjadi petechie (tardieu`s spot) dan purpura yang
kadang-kadang berwarna gelap yang mempunyai diameter dari satu sampai beberapa
milimeter, biasanya memerlukan waktu 18 sampai 24 jam untuk terbentuknya dan
sering diartikan bahwa pembusukan sudah mulai terjadi. Fenomena ini sering terjadi
pada asphyxia atau kematian yang terjadinya lambat.

2. Kaku mayat
Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-
kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode

11
pelemasan/ relaksasi primer. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan kimiawi
pada protein yang terdapat pada serabut-serabut otot. Menurut Szen-Gyorgyi di dalam
pembentukan kaku mayat peranan ATP adalah sangat penting. Seperti diketahui bahwa
serabut otot dibentuk oleh dua jenis protein, yaitu aktin dan myosin, dimana kedua jenis
protein ini bersama dengan ATP membentuk suatu masa yang lentur dan dapat
berkontraksi (gambar I). Bila kadar ATP menurun, maka akan terjadi pada perubahan
pada akto-miosin, diamana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi menghilang
sehingga otot yang bersangkutan akan menjadi kaku dan tidak dapat berkontraksi.

Oleh karena kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot itu berbeda-beda,
sehingga sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada
saat terjadinya kematian somatic, dimana energi tersebut digunakan untuk resintesa
ATP, akan menyebabkan adanya perbedaan kadar ATP dalam setiap otot. Keadaan
tersebut dapat menerangkan mengapa kaku mayat akan mulai nampak pada jaringan
otot yang jumlah serabut ototnya sedikit. Atas dasar itulah mengapa pada kematian
karena infeksi, konvulsi kelelahan fisik serta keadaan suhu keliling yang tinggi akan
dapat mempercepat terbentuknya kaku mayat, demikian pula pada mereka yang
keadaan gizinya jelek akan lebih cepat terjadi kaku mayat bila dibandingkan dengan
korban yang mempunyai tubuh yang baik.
Secara biokimiawi saat relaksasi primer, pH protoplasma sel otot masih alkalis.
Perubahan alkalis menjadi asam terjadi 2-6 jam kemudian karena adanya perubahan

12
biokimia, yaitu glikogen menjadi asam sarkolaktik / fosfor. Perubahan protoplasma
menjadi asam menyebabkan otot menjadi kaku (rigor). Relaksasi sekunder terjadi
setelah ada perubahan biokimia, yaitu asam berubah menjadi alkalis kembali saat
terjadi pembusukan.
Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot (gambar II), baik otot lurik maupun
otot polos. Dan bila terjadi pada otot rangka, maka akan didapatkan suatu kekakuan
yang mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan cukup tenaga untuk dapat
melawan kekakuan tersebut , bila hal ini terjadi otot dapat putus sehingga daerah
tersebut tidak mungkin lagi terjadi kaku mayat.
Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortem dan mencapai puncaknya
setelah 10-12 jam pos mortem, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah
24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai
dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.
Adanya kejanggalan dari postur pada mayat dimana kaku mayat telah terbentuk
dengan posisi sewaktu mayat ditemukan, dapat menjadi petunjuk bahwa pada tubuh
korban telah dipindahkan setelah mati. Ini mungkin dimaksudkan untuk menutupi
sebab kematian atau cara kematian yang sebenarnya.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kaku mayat:
a. Kondisi otot
1) Persediaan glikogen
Cepat lambat kaku mayat tergantung persediaan glikogen otot. Pada kondisi
tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan lama, juga
pada orang yang sebelum mati banyak makan karbohidrat, maka kaku
mayat akan lambat.
2) Gizi
Pada mayat dengan kondisi gizi jelek saat mati, kaku mayat akan cepat
terjadi.
3) Kegiatan otot
Pada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku
mayat akan terjadi lebih cepat.

13
b. Usia
1) Pada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidak berlangsung lama.
2) Pada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada bayi
cukup bulan.
c. Keadaan lingkungan
1) Keadaan kering lebih lambat dari pada panas dan lembab
2) Pada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan
berlangsung lama.
3) Pada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi
pada suhu rendah kaku mayat lebih lambat dan lama.
4) Kaku mayat tidak terjadi pada suhu dibawah 10oC, kekakuan yang terjadi
pembekuan atau cold stiffening.
d. Cara kematian
1) Pada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama.
2) Pada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat dan berlangsung lebih
lama.

Waktu terjadinya rigor mortis (kaku mayat)


a. Kurang dari 3 – 4 jam post mortem : belum terjadi rigor mortis
b. Lebih dari 3 – 4 jam post mortem : mulai terjadi rigor mortis
c. Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam setelah kematian
d. Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam
e. Rigor mortis menghilang 24 – 36 jam post mortem

Terdapat kekakuan pada pada mayat yang menyerupai kaku mayat :

a. Cadaveric spasme (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi
pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasme sesungguhnya merupakan kaku
mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer.
Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat
setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum
meninggal.

14
a. Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya.
Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus tenggelam,
tangan yang menggenggam pada kasus bunuh diri.

b. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-otot
berwarna merah muda, kaku, tepi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai
pada korban mati terbakar. Pada saat stiffening serabut-serabut ototnya memendek
sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha, dan lutut, membentuk sikap petinju
(pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap
semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian.

c. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin (dibawah 3,5oC atau
40oF), sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan
jaringan lemak subkutan dan otot, bila cairan sendi yang membeku menyebabkan sendi
tidak dapat digerakan. Bila sendi di bengkokkan secara paksa maka akan terdengar
suara es pecah. Dan mayat yang kaku ini akan menjadi lemas kembali bila diletakkan
ditempat yang hangat, kemudian rigor mortis akan terjadi dalam waktu yang sangat
singkat.

3. Pembusukan mayat/ Decompositio


Pembusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. Pembusukan
adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses
autolisis dan aktivitas mikroorganisme, terutama Clostridium welchii.

Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan
steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzim-enzim intraseluler, sehingga
organ-organ yang kaya dengan enzim-enzim akan mengalami proses autolisis lebih cepat
daripada organ-organ yang tidak memiliki enzim, dengan demikian pankreas akan
mengalami autolisis lebih cepat dari pada jantung. Proses autolisis ini tidak dipengaruhi
oleh mikroorganisme oleh karena itu pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam
kandungan proses autolisis ini tetap terjadi. Proses auotolisis terjadi sebagai akibat dari
pengaruh enzim yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena adalah
nukleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian

15
dinding sel akan mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi lunak
dan mencair.

Pada mayat yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh pengaruh suhu
yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian juga pada suhu tinggi
enzim-enzim yang terdapat pada sel akan mengalami kerusakan sehingga proses ini akan
terhambat.

Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh akan hilang,
bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan segera masuk ke jaringan
tubuh melalui pembuluh darah, dimana darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri
untuk berkembang biak. Bakteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang
terjadi sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan jaringan-
jaringan dan pembentukan gas pembusukan. Bakteri yang sering menyebabkan destruktif
ini sebagian besar berasal dari usus dan yang paling utama adalah Cl. welchii. Bakteri ini
berkembang biak dengan cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang
menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi antara H2S
(gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi Sulf-Meth-Hb. Tanda
pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48 jam pasca mati berupa warna
kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana
isinya lebih cair, mengandung lebih banyak bakteri dan letaknya yang lebih superfisial.
Perubahan warna ini secara bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen sampai ke
dada dan bau busukpun mulai tercium. Perubahan warna ini juga dapat dilihat pada
permukaan organ dalam seperti hepar, dimana hepar merupakan organ yang langsung
kontak dengan kolon transversum. Pada saat Cl.welchii mulai tumbuh pada satu organ
parenchim, maka sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami disintegrasi dan nukleusnya
akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel menjadi lepas
sehingga jaringan kehilangan strukturnya.

Bakteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan berkembang biak
didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian mewarnai dinding pembuluh
darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi
pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah superfisial tanpa merusak

16
dinding pembuluh darahnya sehingga pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak
lebih jelas seperti pohon gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang sering
disebut marbling. Bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru, maka
gambaran marbling ini jelas terlihat pada bahu, dada bagian atas, abdomen bagian bawah
dan paha.

Secara mikroskopis bakteri dapat dilihat menggumpal pada rongga-rongga jaringan


dimana bakteri tersebut banyak memproduksi gelembung gas. Ukuran gelembung gas yang
tadinya kecil dapat cepat membesar menyerupai honey combed appearance. Lesi ini dapat
dilihat pertama kali pada hati . Kemudian permukaan lapisan atas epidermis dapat dengan
mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada dibawahnya dan ini disebut ‘skin slippage’.
Skin slippage ini menyebabkan identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan. Pembentukan
gas yang terjadi antara epidermis dan dermis mengakibatkan timbulnya bula-bula yang
bening, fragil, yang dapat berisi cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini
kadang-kadang tidak mengisi secara penuh di dalam bula. Bula dapat menjadi sedemikian
besarnya menyerupai pendulum yang berukuran 5 – 7,5 cm dan bila pecah meninggalkan
daerah yang berminyak, berkilat dan berwarna kemerahan, ini disebabkan oleh karena
pecahnya sel-sel lemak subkutan sehingga cairan lemak keluar ke lapisan dermis oleh
karena tekanan gas pembusukan dari dalam. Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala,
aksila dan pubis mudah dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada akar
rambut.

Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembung-gelembung udara


mengisi hampir seluruh jaringan subkutan. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding
tubuh akan menyebabkan terabanya krepitasi udara. Gas ini menyebabkan pembengkakan
tubuh yang menyeluruh, dan tubuh berada dalam sikap pugilistic attitude.

Scrotum dan penis dapat membesar dan membengkak, leher dan muka dapat
menggembung, bibir menonjol seperti “frog-like-fashion”, Kedua bola mata keluar, lidah
terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit dikenali kembali oleh keluarganya.
Pembengkakan yang terjadi pada seluruh tubuh mengakibatkan berat badan mayat yang
tadinya 57 - 63 kg sebelum mati menjadi 95 - 114 kg sesudah mati.

17
Tekanan yang meningkat didalam rongga dada oleh karena gas pembusukan yang
terjadi didalam cavum abdominal menyebabkan pengeluaran udara dan cairan pembusukan
yang berasal dari trakea dan bronkus terdorong keluar, bersama-sama dengan cairan darah
yang keluar melalui mulut dan hidung. Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam
rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak dan biasanya cairan pembusukan ini
tidak lebih dari 200 cc.

Pengeluaran urine dan feses dapat terjadi oleh karena tekanan intra abdominal yang
meningkat. Pada wanita uterus dapat menjadi prolaps dan fetus dapat lahir dari uterus yang
pregnan. Pada anak-anak adanya gas pembusukan dalam tengkorak dan otak menyebabkan
sutura-sutura kepala menjadi mudah terlepas.

Organ-organ dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang berbeda-beda.


Jaringan intestinal, medula adrenal dan pancreas akan mengalami autolisis dalam beberapa
jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain seperti hati, ginjal dan limpa merupakan
organ yang cepat mengalami pembusukan. Perubahan warna pada dinding lambung
terutama di fundus dapat dilihat dalam 24 jam pertama setelah kematian. Difusi cairan dari
kandung empedu kejaringan sekitarnya menyebabkan perubahan warna pada jaringan
sekitarnya menjadi coklat kehijauan. Pada hati dapat dilihat gambaran honey combs
appearance, limpa menjadi sangat lunak dan mudah robek, dan otak menjadi lunak.

Pembusukan lanjut dari organ dalam ini adalah pembentukan granula- granula milliary atau
‘milliary plaques’ yang berukuran kecil dengan diameter 1-3 mm yang terdapat pada
permukaan serosa yang terletak pada endotelial dari tubuh seperti pleura, peritoneum,
pericardium dan endocardium.

Golongan organ berdasarkan kecepatan pembusukannya, yaitu:

1. Early : Organ dalam yang cepat membusuk antara lain jaringan intestinal, medula
adrenal, pankreas, otak, lien, usus, uterus gravid, uterus post partum, dan darah

2. Moderate : Organ dalam yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung, ginjal,
diafragma, lambung, otot polos dan otot lurik.

18
3. Late : Uterus non gravid dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap
pembusukan karena memiliki struktur yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu
jaringan fibrousa.

Pada orang yang mengalami obesitas, lemak-lemak tubuh terutama perirenal, omentum
dan mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yang transluscent yang mengisi
rongga badan diantara organ yang dapat menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan.

Disamping bakteri pembusukan insekta juga memegang peranan penting dalam proses
pembusukan sesudah mati. Beberapa jam setelah kematian lalat akan hinggap di badan dan
meletakkan telur-telurnya pada lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Biasanya
jarang pada daerah genitoanal. Bila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering meletakkan
telur-telurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat didaerah genitoanal
ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum kematian. Telur-telur lalat ini
akan berubah menjadi larva dalam waktu 24 jam. Larva ini mengeluarkan enzim proteolitik
yang dapat mempercepat penghancuran jaringan pada tubuh. Larva lalat dapat kita
temukan pada mayat kira-kira 36-48 jam pasca kematian. Berguna untuk memperkirakan
saat kematian dan penyebab kematian karena keracunan. Saat kematian dapat kita
perkirakan dengan cara mengukur panjang larva lalat. Penyebab kematian karena racun
dapat kita ketahui dengan cara mengidentifikasi racun dalam larva lalat.

Insekta tidak hanya penting dalam proses pembusukan tetapi meraka juga memberi
informasi penting yang berhubungan dengan kematian. Insekta dapat dipergunakan untuk
memperkirakan saat kematian, memberi petunjuk bahwa tubuh mayat telah dipindahkan
dari satu lokasi ke lokasi lainnya, memberi tanda pada badan bagian mana yang mengalami
trauma, dan dapat dipergunakan dalam pemeriksaan toksikologi bila jaringan untuk
specimen standart juga sudah mengalami pembusukan.

Aktifitas pembusukan sangat optimal pada temperatur berkisar antara 70°- 100°F
(21,1-37,8°C) aktifitas ini dihambat bila suhu berada dibawah 50°F(10°C) atau pada suhu
diatas 100°F (lebih dari 37,8°C). Bila mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka
proses pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat diletakkan pada
suhu dingin maka proses pembusukan akan berlangsung lebih lambat. Pada mayat yang

19
gemuk proses pembusukan berlangsung lebih cepat dari pada mayat yang kurus.
Pembusukan berlangsung lebih cepat karena kelebihan lemak akan menghambat hilangnya
panas tubuh dan pada mayat yang gemuk memiliki darah yang lebih banyak, yang
merupakan media yang baik untuk perkembangbiakkan organisme pembusukan.

Pada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh yang cepat menghambat pertumbuhan
bakteri disamping pada tubuh bayi yang baru lahir memang terdapat sedikit bakteri
sehingga proses pembusukan berlangsung lebih lambat. Proses pembusukan juga dapat
dipercepat dengan adanya septikemia yang terjadi sebelum kematian seperti peritonitis
fekalis, aborsi septik, dan infeksi paru. Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit
masih terasa hangat.

Secara garis besar terdapat 17 tanda pembusukan pada jenazah, yaitu :


1. Wajah membengkak.
2. Bibir membengkak.
3. Mata menonjol.
4. Lidah terjulur.
5. Lubang hidung keluar darah.
6. Lubang mulut keluar darah.
7. Lubang lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid).
8. Badan gembung.
9. Bulla atau kulit ari terkelupas.
10. Aborescent pattern / morbling yaitu vena superfisialis kulit berwarna kehijauan.
11. Pembuluh darah bawah kulit melebar.
12. Dinding perut pecah.
13. Skrotum atau vulva membengkak.
14. Kuku terlepas.
15. Rambut terlepas.
16. Organ dalam membusuk.
17. Larva lalat.

Pembusukan dipengaruhi oleh beberapa faktor interinsik diatas, selain itu juga
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik antara lain kelembaban udara dan medium di mana

20
mayat berada. Semakin lembab udara di sekeliling mayat maka pembusukan lebih cepat
berlangsung, sedangkan pembusukan pada medium udara lebih cepat dibandingkan
medium air dan pembusukan pada medium air lebih cepat dibandingkan pada medium
tanah. Pada keadaan tertentu tanda-tanda pembusukan tersebut tidak dijumpai, namun yang
ditemui adalah modifikasi pembusukan.

4. Mumifikasi
Mumifikasi dapat terjadi karena proses dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan.
Proses mumufikasi terjadi bila keadaan disekitar mayat kering, kelembaban rendah,
suhunya tinggi dan tidak ada kontaminasi dengan bakteri. Terjadinya beberapa bulan
sesudah mati dengan tanda-tanda sebagai berikut mayat menjadi kecil, kering, mengkerut
atau melisut, warna coklat kehitaman, kulit melekat erat dengan tulang di bawahnya, tidak
berbau, dan keadaan anatominya masih utuh.

5. Saponifikasi
Saponifikasi dapat terjadi pada mayat yang berada di dalamsuasana hangat, lembab
atau basah. Terjadi karena proses hidrolisis dari lemak menjadi asam lemak. Selanjutnya
asam lemak yang tak jenuh akan mengalami dehidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh
dan kemudian bereaksi dengan alkali menjadi sabun yang tak larut. Terbentuk pertama kali
pada lemak superfisial bentuk bercak, di pipi, di payudara, bokong bagian tubuh atau
ekstremitas. Terjadinya saponikasi memerlukan waktu beberapa bulan dan dapat terjadi
pada setiap jaringan tubuh yang berlemak dengan tanda-tanda berwarna keputihan dan
berbau tengik seperti minyak kelapa.

6. Penurunan suhu tubuh mayat/ algor mortis


Pada saat sel masih hidup ia akan selalu menghasilkan kalor dan energi. Kalor dan energi
ini terbentuk melalui proses pembakaran sumber energi seperti glukosa, lemak, dan
protein. Sumber energi utama yang digunakan adalah glukosa. Satu molekul glukosa dapat
menghasilkan energi sebanyak 36 ATP yang nantinya digunakan sebagai sumber energi
dalam berbagai hal seperti transport ion, kontraksi otot dan lain-lain.

21
Terdapat dua hal yang mempengaruhi cepatnya penurunan suhu mayat ini yakni:

a. Faktor internal
1) Suhu tubuh saat mati
2) Sebab kematian, misalnya perdarahan otak dan septikemia, mati dengan suhu
tubuh tinggi. Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati ini akan mengakibatkan
penurunan suhu tubuh menjadi lebih cepat. Sedangkan, pada hypothermia
tingkat penurunannya menjadi sebaliknya.
b. Keadaan tubuh mayat
Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu
tubuh mayat. Pada mayat yang tubuhnya kurus, tingkat penurunannya menjadi lebih
cepat.
c. Faktor Eksternal
1) Suhu medium
Semakin besar selisih suhu antara medium dengan mayat maka semakin cepat
terjadinya penurunan suhu. Hal ini dikarenakan kalor yang ada di tubuh mayat
dilepaskan lebih cepat ke medium yang lebih dingin.

2) Keadaan udara di sekitarnya


Pada udara yang lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih besar. Hal ini
disebabkan karena udara yang lembab merupakan konduktor yang baik. Selain
itu, Aliran udara juga makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
3) Jenis medium
Pada medium air, tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat sebab air
merupakan konduktor panas yang baik sehingga mampu menyerap banyak
panas dari tubuh mayat.
4) Pakaian mayat
Semakin tipis pakaian yang dipakai maka penurunan suhu mayat semakin
cepat. Hal ini dikarenakan kontak antara tubuh mayat dengan suhu medium atau
lingkungan lebih mudah.

22
2. Memahami dan menjelaskan identifikasi dan investigasi kasus pemerkosaan dan
pembunuhan

Investigasi kasus pemerkosaan

Tugas dokter dalam kasus delik kesusilaan ini adalah membuktikan

1) Adanya persetubuhan

2) Adanya tanda kekerasan


Tergantung pada kasusnya:

1. Luka tangkisan, cekikan, usaha perlawanan, dsb.

23
2. Tanda bekas pingsan/ tidak berdaya/ pengaruh obat tertentu.
3. Benda bukti biologis pelaku, seperti serpihan kulit dari ujung kuku korban, rambut
kepala maupun pubis, darah, dll yang sering dapat ditentukan jenis kelaminnya,
golongan darah ABO-nya yang berguna bagi identifikasi.
Visum perkosaan dan persetubuhan kriminal lainnya:

Pemeriksaan dimulai bila telah ada


1. Permintaan tertulis dari polisi yang berwenang
2. Korban diantar polisi sebagai pemastian identitas
3. Ijin tertulis dari korban/ keluarganya
4. Saksi (perawat) wanita seperti pendamping dokter
a. Catat semua data yang didapatkan
b. Catat nama polisi, nama pendamping (saksi), nama korban, dsb.
c. Catat pula tempat kejadian yang sebaiknya diperiksa juga untuk mendapatkan
benda bukti biologis di tempat tersebut.
d. Periksa keadaan umum, pakaian, kesadaran, tanda kekerasan, dsb.
e. Catat hasil pemeriksaan local.
f. Bila korban tidak berdaya, periksalah tokiskologis.

Pengujian

Pakaian

Ketika sang korban dalam keadaan tanpa busana, pakaian yang dikenakan juga harus
diuji. Harus dapat dipastikan apakah pakaian yang terpakai tersebut juga dipakai pada
saat kejadian.Jika iya, apakah telah terkotori oleh tanah atau rumput?Apakah terkena
noda darah atau yang lainnya, apakah telah rusak, dan apakah salah satu kancingnya
telah hilang?Kondisi dari sepatunya juga bisa menjadi bukti dari kebohongan cerita
korban.Ketika seorang gadis bernama nannie kembali ke tempat kerjanya pada suatu
malam, dia mengaku bahwa dia telah diperkosa dan pergi dengan berjalan bermil-
mil.Petugas kepolisian kemudian menguji sepatunya, dan tidak ada tanda-tanda telah
terpakai. Ahli bedah dari kepolisian kemudian tidak menemukan tanda-tanda
pemerkosaan, dia sedang mengalami menstruasi pada sat itu. Kemudian, dari beberapa

24
pemeriksaan yang lain dapat diindikasikan bahwa dia adalah seorang yang pembohong
dan pencuri.

Orang

Secara fisik, jika dalam kasus yang melibatkan anak kecil, ketika dalam masa
berkembang, terutama pada payudara dan alat kelamin, akan sangat terlihat. Apakah
sang korban menawarkan pembalasan? Apakah anak tersebut terlihat lebih tua dari
seharusnya, dan terlihat seperti anak berusia 16 tahun?Sangat relevan saat ini untuk
memperhatikan apakah sudah memakai kosmetik atau dari cara berpakaian.Anak kecil
berusia 14 atau seumurnya kadang-kadang, atau sepertinya, sudah berpakaian dan
menggunakan make-up dengan cara yang seharusnya dia belum ketahui.

Luka : Pertimbangan Umum

Seluruh bagian dari luar tubuh korban harus diperiksa apabila terdapat luka, khususnya
lecet dan memar.Detail dari setiap luka harus dicatat dan berapa kemungkinan dari
umur memarnya.Apakah luka tersebut terlihat seperti terkena saat kejadian atau usaha
secara paksa pada saat berhubungan?Apakah bersamaan umurnya dengan tanggal
terjadinya penyerangan? Perhatian yang lebih mendalam akan diberikan kepada
tangan, muka, leher, dan aspek dalam pada selangkangan. Pemerkosaan pada anak
muda yang dibawah 13 tahun akan dengan mudah terpenuhi tanpa adanya luka pada
bagian luar karena korbannya tidak dapat melakukan perlawanan pada saat diserang.
Beberapa bahkan bersedia untuk berhubungan bahkan dia lah yang mengundangnya.
Kunjungan ketempat kejadian juga sangatlah diperlukan

Alat Kelamin dan Payudara

Payudara

Satu atau kedua payudara akan mengalami memar apabila diperlakukan secara kasar.
Mungkin digigit dan cetakan gigi dari si pelaku terlihat jelas, seperti pada kasus
Gorringe, putingnya mungkin terlihat seperti bekas digigit.

Genitalia

25
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan secara menyeluruh yang biasa
dilakukan, tetapi padda bagian vulva dan hymen diperlukan pemeriksaan yang lebih
lanjut dan teliti.

Rambut kemaluan

Sampel diperlukan dan harus diambil pada saat pemeriksaan lanjut karena rambut harus
didapat tanpa pemotongan langsung pada daerah yang dicurigai.Perlengketan dari
rambut dapat disebabkan oleh cairan semen yang mengering. Sampel rambut
diperlukan untuk pembuktian akan hal ini dan juga untuk perbandingan dengan rambut
yang ditemukan pada baju tersangka.

Vulva

Cedera/trauma pada vulva dapat dilihat dengan adanya sakit pada perabaan,
pembengkakan, kemerahan (perubahan warna dengan sekitar), memar, dan lecet.

Selaput dara

Pemeriksaan selaput darah terutama pada anak, yang sulit dilakukan atau sulit dinilai /
dijangkau difasilitasi dengan penggunaan pemeriksaan tertentu.

Robekan (luka) selaput dara yang masih baru dapat dilihat dengan adanya perdarahan
pembengkakan dan proses inflamasi, tetapi jika sudah terjadi proses penyembuhan
luka, perlu diperhatikan dengan seksama antara robekan selaput dara dengan bentuk –
bentuk yang tidak biasa dari selaput darah yang masih utuh.

Liang senggama (Vagina )

Pelebaran dari liang senggama (vagina ) dapat menunjukkan akan adanya


persetubuhan, tapi hal tersebut juga dapat disebabkan oleh masuknya benda asing
(seperti tampon). Memar, lecet atau terkikisnya kulit dapat terjadi karena adanya
paksaan dalam persetubuhan dan tidak menyatakan bahwa hal tersebut sebagai
tindakan perkosaan.

Terdapat kasus-kasus menarik tentang robeknya liang senggama yang tidak disebabkan
olen perkosaan. Seperti yang diilustrasikan pada kasus robeknya liang senggama

26
(vagina) dikarenakan koitus yang biasa, yang dilaporkan oleh Victor Boney (1912).
Seorang wanita dilarikan ke rumah sakit setelah dilaporkan menderita perdarahan dan
peritonitis.Robekan pada fornix posterior sampai peritoneum. Dia sempat disangka
melakukan aborsi kriminalis dengan menggunakan alat bantu (dia adalah seorang
wanita yang telah memiliki banyak anak sebelumnya). Pada kenyataannya perdarahan
tersebut terjadi dikarenakan melakukan koitus dengan posisi berdiri pada saat
mabuk.Adapula kasus perforasi vagina yang disebabkan karena kelemahnya tekstur.

Cairan vagina

Cairan vagina dikumpulkan ( swab& fresh smear) terutama untuk menunjang


pemeriksaan. Dapat untuk mendeteksi penyakit sexual yang ditularkan, menemukan
sperma, dan cairan semen untuk mengarahkan akan telah terjadinya persetubuhan

Pemeriksaan Terhadap Tersangka

Ijin untuk pemeriksaan terhadap tersangka tidak merupakan patokan utama,


seharusnya didapat oleh dokter serta ditulis dan melalui kesaksian pada pemeriksaan.

Pemeriksa akan menulis tentang usia, ukuran fisik dan bentuk fisik yang terdapat pada
tersangka. Pemeriksaan juga harus menjelaskan jika terdapat luka-luka ( bekas cakaran
kuku/luka lecet, luka memar, dan tanda-tanda yang mengarah kepala perlawanan)

Pemeriksaan cairan semen, bercak sperma pada pakaian diharapkan dapat memberikan
penjelasan. Juga diperlukan pemeriksaan lanjut seperti ukuran penis, apakah pria
tersebut potent/impotent. Akumulasi dari smegma kurang dapat menentukan tetapi
robekan pada frenum mengarahkan atas terjadi hubungan sex. Pemeriksaan
bakteriologis juga dapat dilakukan (penularan penyakit sexual yang terjadi akibat
persetubuhan), pemeriksaan sampel darah juga dapat dilakukan (terutama pada kasus-
kasus grouping ). Pemeriksaan terhadap baju tersangka perlu dilakukan terutama untuk
menemukan adanya rambut, darah, bercak.Jika didapatkan bercak darah maka harus
ditentukan milik siapa.

3) Adanya tanda kedewasaan

27
Kronologis Pemeriksaan Kasus Kejahatan Seksual:

1. Informed consent
2. Anamnesa Pasien
a. Umum :
1) Umur, tempat/tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid
2) Penyakit kelamin/penyakit kandungan/penyakit lain
3) Apa pernah bersetubuh
4) Kapan persetubuhan terakhir
5) Apakah memakai kondom
b. Khusus:

1) Waktu kejadian, tanggal, jam, tempat kejadian


2) Apakah korban melawan
3) Apakah korban pingsan
4) Apa ada penetrasi dan ejakulasi
5) Apa setelah kejadian korban mencuci, mandi, atau ganti pakaian

3. Memeriksa pakaian

1) Robekan
2) Kancing putus
3) Bercak darah
4) Air mani
5) Lumpur
6) Rapi atau tidak

4. Memeriksa tubuh korban

a. Umum
1) Penampilan
2) Keadaan emosional
3) Tanda bekas hilang kesadaran
4) Tanda needle mark
5) Tanda kekerasan

28
6) Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, TB, BB, TD,
keadaan jantung, paru, abdomen
7) Adakah trace evidence pada tubuh korban
b. Khusus
1) Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani mongering gunting
2) Bercak air manikerok/swab
3) Vulva tanda kekerasan
4) Introitus vagina
5) Selaput daratentukan orifisiumperawan= 2,5cm ; persetubuhan= 9cm
6) Frenulum labiorum pudenda
7) Vagina dan cervi
5. Pemeriksaan Laboratorium

1) Tes Penyaring cairan mani  Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV


2) Tes Penentu cairan mani  Berberio, Florence, Puranen
3) Tes Penentu spermatozoa  Sediaan langsung, Malascheet Green, Baechii
4) Tes toksikologi (urin,darah)
5) Tes kehamilan
6) Tes kuman Gonorrhea

Pemeriksaan laboratorium pada kasus kejahatan seksual

Pemeriksaan cairan mani

Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas.
Dapat mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia). Mengandung
spermatozoa, sel-sel epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut
plasma seminal yang mengandung spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam.
Karena kekhasan kandungan zat ini, zat ini dapat digunakan untuk menentukan apakah
suatu cairan atau bercak adalah sperma atua bukan.

Bahan yang diambil dari tubuh korban:

29
Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan
dengan bantuan spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior
vagina dan permukaan mulut rahim.

Penentuan ada/ tidaknya spermatozoa

Tanpa pewarnaan

1) Untuk melihat apakah ada spermatozoa yang masih bergerak


2) Umumnya, dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa
yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang sampai 3-4 jam.
3) Cara pemeriksaan: satu tetes lendir vagina diletakan pada kaca obyek, dilihat dengan
pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. Perhatikan gerakan sperma.

Spermatozoa dapat ditemukan 3-6 hari pasca persetubuhan

Dengan pewarnaan

1) Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada
nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green
2) Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan.
a. Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan
air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin Yellowish 1%
selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air
b. Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau)

Penentuan cairan mani (kimiawi)

Reaksi fosfatase asam

a. Mendeteksi adanya enzim Fosfatase asam dalam bercak/ cairan


b. Merupakan reaksi penyaring ada/ tidaknya mani, sehingga kharus dikonfirmasi ulang
lagi dengan menggunakan tes penentu
c. Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring ang telah
terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menit. Kemudian kertas
saring diangkat dan disemprotkan dengan reagens.

30
(+)timbul warna ungu dalam waktu ± 30 detik
+ palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-
tumbuhan.

Reaksi Berberio

a. Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam semen


b. Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani
c. Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh
(+)kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung
tumpul, kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal

Reakssi florence

a. Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin.


b. Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup
dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.
(+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering
terbelah.
+ palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan
memberikan warna serupa.

Pemeriksa bercak mani pada pakaian

Visual

Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang sudah agak tua
berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak menyerap, bercak yang
segar akan menunjukkan permukaan mengkilap dan translusen, kemudian akan
mengering.

a. Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih
b. Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh
c. Taktil
d. Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji

Pewarnaan baecchi

31
a. Untuk mengetahui adanya spermatozoa pada bercak kain
b. Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, leyakkan pada gelas obyek dan diuraikan
sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan balsem kanada,
periksa dengan mikroskop pembesaran 400 kali. Serabut pakaian tidak mengambil
warna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor merah muda terlihat
banyak menempel pada selaput benang.

Pemeriksaan pria tersangka

Cara lugol

a. Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian
kolom, korona serta frenulum
b. Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan spesimen
menghadap ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan agar uap
iodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel epitel vagina
dengan sitoplasma berwarna cokelat karena mengandung banyak glikogen.
c. Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan
adanya kromatin seks (barr body).

32
3. Memahami dan menjelaskan hukum yang mengatur tentang pembunuhan dan
pemerkosaan

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Hukum mengenai pemerkosaan di Indonesia diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum


Pidana, Bab XIV mengenai Kejahatan terhadap Kesusilaan.

1. Pasal 285

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2. Pasal 286

Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal


diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

3. Pasal 289

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena
melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.

4. Pasal 290

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya


bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya
atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum lima belas tahun atau
kalau umumya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin;
3) Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak
jelas atau yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk melakukan

33
atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar
perkawinan dengan orang lain.

5. Pasal 291

(1) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290
mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua
belas tahun;
(2) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287, 289 dan 290
mengakibatkan kematian dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.

6. Pasal 292

Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin,
yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

7. Pasal 293

1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,


menyalahgunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan
penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik
tingkahlakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya
harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya
dilakukan kejahatan itu.
3) Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-
masing sembilan bulan dan dua belas bulan.

8. Pasal 294

1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, tirinya, anak


angkatnya, anak di bawah pengawannya yang belum dewasa, atau dengan orang
yang belum dewasa yang pemeliharaanya, pendidikan atau penjagaannya

34
diannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
2) Diancam dengan pidana yang sama:
a. Pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena
jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya
dipercayakan atau diserahkan kepadanya,
b. Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara,
tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,
rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul
dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.

9. Pasal 295

(1) Diancam:

1) Dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan sengaja
menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya,
anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah pengawasannya yang belum
dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan
atau penjagaannya diserahkan kepadanya, ataupun oleh bujangnya atau
bawahannya yang belum cukup umur, dengan orang lain;
2) Dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan sengaja
menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut
dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya belum
dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan orang lain.
Jika yang melakukan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan, maka
pidana dapat ditambah sepertiga.

10. Pasal 297

Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa, diancam
dengan pidana penjara paling lama enam tahun

11. Pasal 298

35
Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 281, 284 -
290 dan 292 - 297, pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 5 dapat
dinyatakan.
(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasarkan pasal 292 - 297
dalam melakukan pencariannya, maka hak untuk melakukan pencarian itu dapat
dicabut.

Menurut R. Soesilo, pasal 293 termasuk ke dalam Delik aduan absolut,


yaitu delik (peristiwa pidana) yang selalu hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan.
Dalam hal ini, pengaduan diperlukan untuk menuntut peristiwanya, sehingga permintaan
dalam pengaduannya harus berbunyi: “..saya minta agar peristiwa ini dituntut”. [12] Pasal-
pasal di atas selain pasal 293 tergolong dalam delik biasa sehingga dapat diproses tanpa
adanya persetujuan dari pelapor atau korban. Mengenai pengaduan diatur
dalam KUHP Bab VII mengenai Mengajukan Dan Menarik Kembali Pengaduan
Dalam Hal Kejahatan-Kejahatan Yang Hanya Dituntut Atas Pengaduan

1. Pasal 72

(1) Selama orang yang terkena kejahatan yang hanya boleh dituntut atas pengaduan,
dan orang itu umurnya belum cukup enam belas tahun dan lagi belum dewasa, atau
selama ia berada di bawah pengampuan yang disebabkan oleh hal lain daripada
keborosan, maka wakilnya yang sah dalam perkara perdata yang berhak mengadu;

(2) Jika tidak ada wakil, atau wakil itu sendiri yang harus diadukan, maka
penuntutan dilakukan atas pengaduan wali pengawas atau pengampu pengawas,
atau majelis yang menjadi wali pengawas atau pengampu pengawas; juga mungkin
atas pengaduan istrinya atau seorang keluarga sedarah dalam garis lurus, atau jika
itu tidak ada, atas pengaduan seorang keluarga sedarah dalam garis menyimpang
sampai derajat ketiga.

2. Pasal 73

Jika yang terkena kejahatan meninggal di dalam tenggang waktu yang ditentukan
dalam pasal berikut maka tanpa memperpanjang tenggang itu, penuntutan
dilakukan atas pengaduan orang tuanya, anaknya, atau suaminya (istrinya) yang

36
masih hidup kecuali kalau ternyata bahwa yang meninggal tidak menghendaki
penuntutan.

3. Pasal 74

(1) Pengaduan hanya boleh diajukan dalam waktu enam bulan sejak orang yang
berhak mengadu mengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal di Indonesia,
atau dalam waktu sembilan bulan jika bertempat tinggal di luar Indonesia.
(2) Jika yang terkena kejahatan berhak mengadu pada saat tenggang waktu tersebut
dalam ayat 1 belum habis, maka setelah saat itu, pengaduan masih boleh diajukan
hanya selama sisa yang masih kurang pada tenggang waktu tersebut.

4. Pasal 75

Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik kembali dalam waktu tiga
bulan setelah pengaduan diajukan.

Pencabulan terhadap anak-anak

Hukum pencabulan terhadap anak-anak diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

BAB IX. Penyelenggaraan Perlindungan (Bagian Kelima: Perlindungan Khusus)


1. Pasal 59

Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab


untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak
yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak
tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak
yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak
korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan
anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

Bab XII. Ketentuan Pidana

1. Pasal 78

37
Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak dalam situasi darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, anak yang berhadapan dengan hukum, anak
dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi secara ekonomi
dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza),
anak korban penculikan, anak korban perdagangan, atau anak korban kekerasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, padahal anak tersebut memerlukan
pertolongan dan harus dibantu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Pasal 81

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling
singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain.

3. Pasal 82

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling
sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

4. Pasal 88

Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara

38
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).

4. Memahami dan menjelaskan pandangan islam tentang pembunuhan dan pemerkosaan

Klasifikasi Jinayat Pembunuhan

Jinayat (tindak pidana) terhadap badan terbagi dalam dua jenis:

1) Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya nyawa
(pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:
a. Pembunuhan dengan sengaja (al-‘amd)
i. Perbuatan yang dapat menghilangkan jiwa”,
ii. Pembunuhan dengan sengaja oleh seorang mukallaf secara sengaja (dan
terencana) terhadap jiwa yang terlindungi darahnya, dengan cara dan alat
yang biasanya dapat membunuh.
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan
cara dan alat yang biasanya tidak membunuh
Sangsi Hukuman: Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil

c. Pembunuhan karena keliru (al-khatha’) atau pembunuhan tidak sengaja, kesalahan


semata tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama sekali.

Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak


panahnya nyasar mengenai orang hingga meninggal dunia.

Sangsi Hukuman:

Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.

Sangsi Hukuman:

Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.

39
Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin
karena tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang
memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba
sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian
(damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh)
berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya
ialah Jahannam.Ia kekal di dalamnya. Allah pun murka kepadanya, mengutuknya, serta
menyediakan azab yang besar baginya.” (Qs. An-Nisa`: 93)

2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan
nyawa:
1. Luka-luka ‫ش َجا ُج َو ْال َج َرا ُح‬
ُ ‫ال‬
2. Lenyapnya fungsi anggota tubuh ِ‫ف ْال َمنَافِع‬
ُ َ‫إِتْال‬

40
3. Hilangnya anggota tubuh ‫اء‬
ِ ‫ض‬َ ‫ف األ َ ْع‬
ُ َ‫ِإتْال‬

Cara Melaksanakan Qisas

Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman serupa (qishash)
atau diyat (ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau walinya).Pembunuhan dengan
sengaja, semi sengaja, menyebabkan kematian karena kealpaan, penganiayaan dengan
sengaja, atau menyebabkan kelukaan tanpa sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku
perbuatan persis seperti apa yg dilakukan terhadap korban dengan pedang atau senjata atau
dengan alat dan cara yg digunakan oleh pembunuh.

Hukuman-hukuman JARIMAH QISHASH dan DIYAT

1. Pembunuhan sengaja,
2. Pembunuhan menyerupai sengaja,
3. Pembunuhan karena kesalahan, (tidak sengaja).
4. Penganiayaan sengaja,
5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).

Larangan membunuh

Islam melarang umatnya membunuh seseorang manusia atau seekor binatang


sekalipun, kalau itu tidak berdasarkan kebenaran hukumnya. Dalam Islam orang-orang
yang halal darah atau boleh dibunuh karena perintah hukum dengan prosedurnya adalah
orang-orang murtad, yaitu orang-orang Islam yang berpindah agama dari Islam ke agama
lainnya, sesuai dengan hadis

Rasulullah saw: Man baddala diynuhu faqtuluwhu (barangsiapa yang menukar


agamanya maka bunuhlah dia). Ketentuan ini dilakukan setelah orang murtad itu diajak
kembali ke agama Islam selama batas waktu tiga hari, kalau selama itu dia tidak juga sadar
baru dihadapkan ke pengadilan.Yang halal darah juga adalah pembunuh, bagi dia berlaku
hukum qishash yakni diberlakukan hukuman balik oleh yang berhak atau negara melalui
petugasnya. Penzina muhshan (yang sudah kawin) adalah satu pihak yang halal darah juga
dalam Islam melalui eksekusi rajam, mengingat jelek dan bahayanya perbuatan dia yang
sudah kawin tetapi masih berzina juga. Semua pihak yang halal darah tersebut harus

41
dieksekusi mengikut prosedur yang telah ada dan tidak boleh dilakukan oleh seseorang
yang tidak punya otaritas baginya.

Selain dari tiga pihak tersebut dengan ketentuan dan prosedurnya masing-masing
tidak boleh dibunuh, sebagaimana firman Allah swt: “...wala taqtulun nafsal latiy
harramallahu illa bilhaq...” (...jangan membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali
dengan kebenaran...) (QS. al-An’am: 151). Larangan ini berlaku umum untuk semua
nyawa baik manusia maupun hewan, kecuali yang dihalalkan Allah sebagaimana terhadap
tiga model manusia di atas tadi atau hewan nakal yang mengganggu manusia dan hewan
yang disembelih dengan nama Allah.

Allah memberi perumpamaan terhadap seorang pembunuh adalah: “...barangsiapa


yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya...” (QS. Al-Maidah: 32).

Hukuman bagi pembunuh

Hukuman duniawi terhadap seorang pembunuh dalam Islam sangatlah berat yaitu
dibunuh balik sebagai hukuman qishash ke atasnya. “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat)
kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah
itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. al-Baqarah: 178).

Sementara hukuman ukhrawi-nya adalah dilemparkan dalam neraka oleh Allah


SWT suatu masa nanti, sesuai dengan firman-Nya: “Dan barangsiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya
dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar
baginya.” (QS. an-Nisa’: 93)

42
Bagi pembunuh yang sudah dimaafkan oleh keluarga terbunuh sehingga bebas dari
hukuman qishash, wajib baginya membayar diyat kepada keluarga terbunuh sebanyak 100
ekor unta. Jumhur ulama sepakat dengan jumlahnya dan bagi wilayah yang tidak
mempunyai unta dapat diganti dengan lembu atau kerbau atau yang sejenis dengannya.
Dalam Islam, qishash diberlakukan karena di sana ada kelangsungan hidup umat manusia,
sebagaimana firman Allah: “Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup
bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 179).

Qishash ini betul-betul sebuah keadilan dalam sistem hukum pidana Islam, di mana
seseorang yang membunuh orang lain tanpa salah harus dibunuh balik. Ini sama sekali
tidak melanggar hak azasi manusia (HAM) sebagaimana diklaim orang-orang yang tidak
paham hukum Islam. Bagaimana mungkin kalau seseorang membunuh orang lain tanpa
dibenarkan agama dapat diganti dengan hukuman penjara 5-9 tahun, sementara orang yang
dibunuhnya sudah meninggal. Malah yang seperti itulah melanggar HAM, karena tidak
berimbang antara perbuatan jahat yang dilakukannya dengan hukuman terhadapnya.

Ada tiga macam jenis pembunuhan dalam Islam yang mempunyai hukum qishash
yang berbeda, yaitu pembunuhan sengaja, semi sengaja dan tidak sengaja. Pembunuhan
sengaja adalah seseorang sengaja membunuh orang lain yang darah dan keselamatan
jiwanya dilindungi. Yaitu dengan menggunakan alat untuk membunuh seperti senjata api
dan senjata tajam.

Tindak pidana pembunuhan secara sengaja jika memenuhi unsur-unsur: (1) orang
yang melakukan pembunuhan adalah orang dewasa, berakal, sehat, dan bermaksud
membunuh; (2) terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya (tidak halal untuk
dibunuh); dan (3) alat yang digunakan untuk membunuh dapat mematikan atau
menghilangkan nyawa orang. Jika pembunuh sengaja dimaafkan oleh keluarga terbunuh
maka sipembunuh wajib membayar diyat berat berupa 100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor
unta betina berumur 3-4 tahun, 30 ekor unta betina berumur 4-5 tahun, dan 40 ekor unta
betina yang sedang bunting.

Pembunuhan semi sengaja adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan alat
yang tidak biasa digunakan untuk membunuh dan tidak dimaksudkan untuk membunuh. Ia
juga harus membayar diyat berat kalau sudah dimaafkan keluarga terbunuh dengan cara

43
mengangsurnya selama 3 tahun. Sementara pembunuhan tidak sengaja adalah seperti orang
melempar buah mangga di pohon lalu terkena seseorang di bawah pohon mangga tersebut
sehingga mati.

Diyat bagi kasus seperti ini adalah diyat ringan, yaitu 100 ekor unta terdiri atas 20
ekor unta betina berumur 1-2 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta
jantan berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, dan 20 ekor unta betina
berumur 4-5 tahun. Pihak pembunuh wajib membayarnya dengan mengangsur selama 3
tahun, setiap tahun wajib membayar sepertiganya. Kalau tidak dapat dibayar 100 ekor unta,
maka harus dibayar 200 ekor lembu atau 2.000 ekor kambing.

Hukum Perkosaan Dalam Islam

Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual


dengan paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha
sepakat perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100
kali maupun hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2
hlm. 364; Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah Zuhaili, Al
Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al
Muhadzdzab, Juz 20 hlm.18).
Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah SWT
(artinya), ”Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan dan
tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145). Ibnu Qayyim mengisahkan ayat ini
dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah Umar bin Khaththab ra
untuk membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina oleh seorang penggembala,
demi mendapat air minum karena perempuan itu sangat kehausan. (Abdul Qadir Audah, At
Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa
Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294).
Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, ”Telah diangkat dari umatku (dosa/sanksi)
karena ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan atas mereka.”
(HR Thabrani dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, ”Ini hadits hasan”). (Wahbah

44
Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir Audah, At Tasyri’
Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu dari
tiga bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar) orang
yang berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik pengakuannya itu
hingga selesainya eksekusi hukuman zina. Kedua, kesaksian (syahadah) empat laki-laki
Muslim yang adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak), yang mempersaksikan satu
perzinaan (bukan perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan
tempat yang sama), dengan kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas. Ketiga,
kehamilan (al habl), yaitu kehamilan pada perempuan yang tidak bersuami. (Abdurrahman
Al Maliki,Nizhamul Uqubat, hlm. 34-38).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah
diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina)
kepada laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim dapat
berbeda-beda sesuai fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:
Pertama, jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu
kesaksian empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-
laki itu dijatuhi hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukanmuhshan, dan
dirajam hingga mati jika dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu,
Juz 7 hlm. 358).
Kedua, jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka hukumnya
dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-baik yang
menjaga diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman menuduh
zina (hadd al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun jika laki-
laki yang dituduh memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang baik-baik yang menjaga
diri dari zina, maka perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman menuduh zina. (Ibnu
Hazm, Al Muhalla, Juz 6 hlm. 453; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz
20 hlm.53; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 346).

45
DAFTAR PUSTAKA

Atmadja. DS., Thanatologi;Ilmu Kedokteran Forensik;Edisi Pertama; Bagian Kedokteran


Forensik FKUI;1997:5:37-55.

Di Maio Dominick J. and Di Maio Vincent J.M; Time of Death; Forensic Pathology;CRC
Press,Inc;1993:2:21-41.

http://www.mediaumat.com/

Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia.1997. Thanatologi. Halaman 25-35.

46
47

Anda mungkin juga menyukai