Tahun Biaya Kualitas ($) Penjualan Aktual ($) Biaya Sebagai Presentase (%)
Penjualan
2004 440.000 2.200.000 20,0
2005 423.000 2.350.000 18,0
2006 412.500 2.750.000 15,0
2007 392.000 2.800.000 14,0
2008 280.000 2.800.000 10,0
Misalkan, tahun 2004 sebagai tahun 0, tahun 2005 sebagai tahun 1, dan seterusnya, grafik
trennya diperlihatkan pada table diatas. Grafik menunjukkan terdapat tren yang tetap menurun
pada biaya kualitas yang dinyatakan sebagai presentase dari penjualan. Grafik tersebut juga
menunjukkan bahwa perbaikan masih sangat mungkin untuk dilakukan dalam jangka panjang.
Pengetahuan tambahan bisa diperoleh dengan membuat tren untuk setiap kategori kualitas.
Anggaplah setiap kategori dinyatakan sebagai persentase dan penjualan untuk periode waktu yang
sama.
Kegagalan Kegagalan
Tahun Pencegahan (%) Penilaian (%)
Internal (%) Eksternal (%)
2004 2,0 2,0 6,0 10,0
2005 3,0 2,4 4,0 8,6
2006 3,0 3,0 3,0 6,0
2007 4,0 3,0 2,5 4,5
2008 4,1 2,4 2,0 1,5
Grafik yang menunjukkan tren untuk setiap kategori diperlihatkan pada table diatas. Kita dapat
melihat perusahaan berhasil mengurangi biaya kegagalan eksternal dan internal. Uang yang
digunakan untuk pencegahan lebih banyak (jumlahnya meningkat dua kali lipat). Biaya penilaian
meningkat, kemudian menurun. Perhatikan juga bahwa distribusi relative dari biaya telah berubah.
Pada tahun 2004, biaya kegagalan adalah 80 persen dari total biaya kualitas (0,16/0,20). Pada
tahun 2008, biaya tersebut turun menjadi 35 persen dari biaya total (0,035/0,10). Potensi untuk
mengurangi biaya kualitas juga mempengaruhi cara pengambilan keputusan. Manfaat informasi
biaya kualitas dalam pengambilan keputusan dan perencanaan tidak boleh dipandang remeh.
Pendekatan penerapan TQM berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal
ini disebabkan oleh adanya produk dan proses produksi yang bervariasi di antara perusahaan-
perusahaan tersebut. Namun, TQM memiliki karakteristik yang berlaku umum, yaitu:
Karena peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya. Penurunan
jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sedangkan pengurangan jumlah input yang digunakan
meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan
sedikit atau tanpa cacat, tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien. Sebagai contoh, ada
barang yang melewati dua proses yang masing-masing membutuhkan waktu lima menit
(anggaplah barang tersebut diproduksi tanpa cacat). Jadi, untuk memproduksi satu unit
dibutuhkan waktu 10 menit untuk melalui kedua proses tersebut. Saat ini, jumlah yang diproduksi
dalam setiap batch produksi adalah 1200 unit. Proses 1 memproduksi 1200 unit. Selanjutnya, batch
produksi tersebut dipindahkan ke lokasi lain untuk menjalani proses kedua. Jadi, untuk setiap
proses dibutuhkan waktu 6000 menit (5 menit x 1200 unit) atau 100 jam. Total waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan 1200 unit adalah 200 jam (100 jam untuk setiap proses) ditambah
waktu pengiriman dari proses 1 ke proses 2, anggaplah 15 menit. Berarti waktu produksinya 200
jam 15 menit. Dengan mendesain ulang proses manufaktur, efisiensi dapat diperbaiki. Misalkan
lokasi proses 2 berada cukup dekat dengan lokasi proses 1 sehingga setelah 1 unit diselesaikan
pada proses 1, unit tersebut langsung dimasukkan ke proses 2. Dengan cara ini, proses 1 dan 2
dapat berjalan secara bersamaan. Sehingga proses 2 tidak lagi perlu menunggu sampai selesainya
proses produksi 1200 unit ditambah dengan waktu pengiriman sebelum ia mulai dapat beroperasi.
Sekarang total waktu untuk memproduksi 1200 unit menjadi 6000 menit ditambah waktu
pengiriman unit pertama (5 menit). Jadi, waktu produksi 1200 unit tekah berkurang dari 200 jam
15 menit menjadi 100 jam 5 menit. Hasilnya adalah lebih banyak output yang dapat di produksi
dengan lebih sedikit input (dalam hal ini, waktu).