Anda di halaman 1dari 7

Tugas Nia

1. Mengapa kualitas itu penting?


Karena kualitas adalah derajat atau tingkat kesempurnaan. Dalam hal ini, kualitas adalah ukuran
relative dari kebaikan (Goodness). Harapan pelanggan dapat digambarkan melalui atribut-atribut
kualitas yang sering disebut dengan dimensi kualitas. Jadi produk atau jasa yang berkualitas adalah
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam 8 dimensi berikut :
1) Kinerja (Performance)
2) Estetika (Aesthetics)
3) Kemudahan perawatan dan perbaikan (Serviceability)
4) Fitur (Features)
5) Keandalan (Reliability)
6) Tahan lama (Durability)
7) Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance)
8) Kecocokan penggunaan (Fitness for Use)
4 dimensi pertama merupakan atribut kualitas yang penting, tetapi sulit untuk diukur. Kinerja
mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk. Dalam jasa, prinsip
tidak terpisahkan (Inseparability Principle) mengandung arti bahwa jasa dilakukan secara langsung
dihadapan pelanggan.
Dengan demikian, perbaikan kualitas berarti perbaikan satu atau lebih dari 8 dimensi tersebut
diatas sambal tetap mempertahankan kinerja dimensi lainnya. Menyediakan produk yang lebih
baik kualitasnya daripada pesaing berarti mengungguli produk pesaing, setidaknya satu dimensi,
sementara kinerja dimensi lainnya tetap setara.
Peningkatan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas melalui du acara, seperti : dengan
meningkatkan pelanggan atau menghemat biaya.
Peningkatan kualitas dapat menghasilkan peningkatan yang berarti dalam profitabilitas dan
efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Kualitas telah menjadi dimensi kompetitif yang penting
bagi perusahaan manufaktur maupun jasa, juga bagi usaha kecil dan usaha besar.

2. Mengapa biaya kualitas berhubungan terhadap kualitas?


Karena kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena
mungkin atau telah terdapat kualitas yang buruk. Biaya-biaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut disebut biaya kualitas. Biaya Kualitas (Cost of Quality) adalah biaya-biaya yang timbul
karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Definisi ini mengimplikasikan
bahwa biaya kualitas berhubungan dengan 2 sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan kualitas, antara lain :
1) Kegiatan pengendalian (Control Activities)
Dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk
(karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Jadi, kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan-
kegiatan pencegahan dan penilaian.
 Biaya Pengendalian (Control Cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan
kegiatan pengendalian.
 Biaya Pencegahan (Preventional Cost) adalah biaya yang digunakan untuk mencegah
kualitas yang buruk pada produk atau jasa yang dihasilkan. Sejalan dengan peningkatan
biaya pencegahan, kita mengharapkan biaya kegagalannya turun.
 Biaya Penilaian (Appraisal Cost) terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah
sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan
2) Kegiatan karena kegagalan (Failure Activities)
 Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost) terjadi karena produk dan jasa yang
diinginkan tidak sesuai dengan spesifikasi kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini
dideteksi sebelum dikirim ke pihak luar. Ini adalah kegagalan yang dideteksi oleh kegiatan
penilaian.
 Biaya kegagalan eksternal (External Failure Cost) terjadi karena produk dan jasa yang
dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan
setelah produk disampaikan kepada pelanggan.

3. Mengapa terdapat beberapa metode pengukuran biaya kualitas?


Karena biaya kualitas dapat diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati atau tersembunyi.
Biaya kualitas yang dapat diamati (Observable Quality Cost) adalah biaya-biaya yang tersedia atau
dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan. Sedangkan biaya kualitas yang tersembunyi
(Hidden Quality Cost) adalah biaya kesempatan (Opportunity) yang terjadi karena kualitas yang
buruk.
Ada 3 metode yang disarankan untuk mengestimasi biaya kualitas yang tersembunyi, antara
lain :
1) Metode Pengali (Multiplier Method)
Metode ini adalah metode yang mengasumsikan bahwa total biaya kegagalan adalah hasil
pengali dari biaya-biaya kegagalan yang terukur. Atau dapat dirumuskan seperti dibawah ini :
Total Biaya Kegagalan Eksternal = k (biaya kegagalan eksternal yang terukur)
2) Metode Penelitian Pasar (Market Research Method)
Metode ini adalah metode yang digunakan untuk menilai dampak kualitas yang buruk
terhadap penjualan dan pangsa pasar.
3) Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi (Taguchi Quality Loss Function)
Fungsi ini adalah fungsi yang mengasumsikan bahwa biaya kualitas yang tersembunyi hanya
terjadi atas unit-unit yang menyimpang dari batas spesifikasi atas dan bawah. Dimana setiap
penyimpangan dari nilai target suatu karakteristik kualitas dapat menimbulkan biaya kualitas
yang tersembunyi. Sehingga biaya kualitas yang tersembunyi dapat meningkat secara kuadrat
pada saat nilai actual menyimpang dari nilai target. Persamaan Taguchi :
L(y) = k (y – T)2
k = Konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya eksternal
perusahaan
y = Nilai actual dari karakteristik kualitas
T = Nilai target dari karakteristik kualitas
L = Kerugian kualitas

4. Mengapa biaya kualitas harus dilaporkan?


Karena sebuah system pelaporan akuntansi memiliki arti penting bagi perusahaan yang
menaruh perhatian serius pada perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Langkah pertama dan
paling sederhana dalam menciptakan system ini ialah dengan menilai biaya kualitas actual saat ini.
Pencatatan biaya kualitas secara rinci berdasarkan kategorinya memberikan dua masukan
pandangan penting. Pertama catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas setiap
periode, sehingga manajer dapat menilai dampak keuangannya. Kedua catatan tersebut
menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori, sehingga para manajer dapat menilai
kepentingan relative masing-masing kategori.
Pentingnya biaya kualitas terhadap keuangan perusahaan dapat lebih mudah dengan
menampilkan biaya-biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan actual.
Laporan biaya kualitas menunjukkan jumlah dan distribusi biaya kualitas di antara 4 kategori
yaitu biaya pencegahan, penilaian, kegagalan internal dan kegagalan eksternal, sehingga
menunjukkan peluang untuk perbaikan kualitas. Perubahan biaya kualitas dari waktu ke waktu
dapat digambarkan oleh grafik tren atau biasanya disebut laporan tren kualitas multi periode.
Tujuan utama pelaporan biaya kualitas adalah memperbaiki dan mempermudah perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial. Informasi biaya kualitas dapat digunakan
dalam keputusan penetapan harga strategis dan analisis produk baru. Informasi biaya kualitas
menjadi dasar yang sangat penting bagi penelusuran perusahaan atas perbaikan yang
berkelanjutan.

5. Mengapa fungsi biaya kualitas terbagi menjadi beberapa pandangan?


Karena sejatinya fungsi biaya kualitas terbagi menjadi 2 pandangan, yaitu pandangan kualitas
yang dapat diterima dan pandangan cacat nol.
1) Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima
Pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan terdapat perbandingan terbalik
antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian meningkat, biaya
kegagalan seharusnya menurun. Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada
kenaikan biaya pengendalia, perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah
atau mendeteksi unit-unit yang tidak sesuai. Pada akhirnya akan dicapai suatu titik dimana
kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar daripada
penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas. Hal ini
merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan, serta
mendefinisikan apa yang dikenal sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima (Acceptable
Quality Level – AQL).
2) Pandangan Cacat Nol
Dalam pengertian klasik, produk dikatakan cacat, bila kualitasnya di luar batas toleransi
karakteristik kualitas. Biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai spesifikasi. Selain
itu, terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian.
Pada akhir tahun 1970-an, model cacat nol (zero defects model) menentang model AQL karena
model cacat nol menyatakan bahwa dengan mengurangi unit cacat hingga nol maka akan
diperoleh keunggulan biaya. Perusahaan dengan semakin sedikit produk cacat akan lebih
kompetitif relative daripada perusahaan dengan model AQL tradisional. Pertengahan tahun
1980-an, model cacat nol disempurnakan dengan model kualitas kokoh (robust quality model),
yang menentang AQL. Menurut pandangan ini penyimpangan dari spesifikasi ideal adalah
merugikan dan batas toleransi spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun, bahkan menipu.
Model cacat nol menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari upaya yang
lebih besar untuk meningkatkan kualitas. Model kualitas kokoh menentang definisi unit cacat,
menyempurnakan pandangan terhadap biaya kualitas, mengintensifkan upaya perbaikan
kualitas. Perubahan yang berupaya mencapai kondisi cacat nol atas produk mereka (kondisi
dengan toleransi nol), dapat mengkapitalisasi kualitas dengan menurunkan jumlah unit cacat
sambil menekan total biaya kualitas. Tingkat optimal dari biaya kualitas ialah keadaan dimana
produk-produk yang diproduksi memenuhi nilai target. Upaya untuk mencapai nilai target
menciptakan sebuah dunia kualitas dinamis, berlawanan dengan dunia kualitas statis AQL.

6. Mengapa manajemen berbasis kegiatan sangat penting dalam biaya kualitas?


Karena manajemen berbasi kegiatan (Activity Based Management – ABM) mengklasifikasikan
berbagai kegiatan sebagai bernilai tambah dan tak bernilai tambah, serta hanya mempertahankan
kegiatan-kegiatan yang memberikan nilai tambah. Prinsip ini dapat diaplikasikan pada kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan kualitas. Kegiatan-kegiatan kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya
terkait tidak menghasilkan nilai tambah dan harus dihilangkan. Kegiatan pencegahan yang
dilakukan secara efisien dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan bernilai tambah dan perlu
dipertahankan.
Setelah berbagai kegiatan untuk setiap kategori diidentifikasi, pendorong timbulnya
penggunaan sumber daya (resource drivers) dapat digunakan untuk memperbaiki pembagian biaya
pada setiap kegiatan. Pendorong (biaya) akar juga dapat diidentifikasi, khususnya untuk kegiatan-
kegiatan yang gagal, dan berguna untuk membantu para manajer memahami hal-hal yang
menyebabkan biaya kegiatan. Selanjutnya informasi ini dapat digunakan untuk memilih cara
mengurangi biaya kualitas sampai ke tingkat tertentu. Hasilnya, manajemen berbasi kegiatan
(Activity Based Management – ABM) mendukung pandangan cacat nol (zero defects model) atau
yang sudah disempurnakan yaitu model kualitas kokoh (robust quality model) mengenai biaya
kualitas. Tidak ada perbandingan terbalik optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan;
biaya kegagalan adalah biaya yang tidak menghasilkan nilai tambah, tetapi mungkin dijalankan
dengan tidak efisien. Biaya yang disebabkan oleh kegiatan yang tidak efisien adalah tak bernilai
tambah. Jadi, biaya untuk kategori-kategori tersebut juga dapat dikurangi ke tingkat yang lebih
rendah.

7. Mengapa analisis tren termasuk cara melihat laporan biaya kualitas?


Karena laporan biaya kualitas menujukkan jumlah dan distribusi biaya kualitas di antara
keempat kategori sehingga menunjukkan peluang untuk perbaikan kualitas. Setelah ukuran-ukuran
peningkatan kualitas ditentukan, hal penting yang harus dilakukan perusahaan adalah menentukan
apabila biaya kualitas telah berkurang sebagaimana direncanakan. Laporan biaya kualitas tidak
memperlihatkan apakah perbaikan telah terjadi atau tidak. Akan berguna bagi perusahaan untuk
mendapatkan gambaran mengenai bagaimana keberhasilan program perbaikan kualitas sejak
diterapkan. Apakah tren multiperiode – perubahan keseluruhan dalam biaya kualitas – bergerak
kea rah yang tepat? Apakah peningkatan kualitas yang dihasilkan dari waktu ke waktu cukup
signifikan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dapat diketahui dengan menggunakan bagan
atau grafik tren yang menggambarkan perubahan biaya kualitas dari waktu ke waktu. Grafik
demikian disebut laporan tren kualitas multiperiode (Multi Period Quality Trend Report). Dengan
menggambarkan biaya kualitas sebagai presentase dari penjualan, keseluruhan tren program
kualitas dapat dinilai. Tahun pertama yang digambarkan adalah tahun sebelum implementasi
program perbaikan kualitas. Anggaplah perusahaan telah mengalami hal-hal berikut :

Tahun Biaya Kualitas ($) Penjualan Aktual ($) Biaya Sebagai Presentase (%)
Penjualan
2004 440.000 2.200.000 20,0
2005 423.000 2.350.000 18,0
2006 412.500 2.750.000 15,0
2007 392.000 2.800.000 14,0
2008 280.000 2.800.000 10,0

Misalkan, tahun 2004 sebagai tahun 0, tahun 2005 sebagai tahun 1, dan seterusnya, grafik
trennya diperlihatkan pada table diatas. Grafik menunjukkan terdapat tren yang tetap menurun
pada biaya kualitas yang dinyatakan sebagai presentase dari penjualan. Grafik tersebut juga
menunjukkan bahwa perbaikan masih sangat mungkin untuk dilakukan dalam jangka panjang.
Pengetahuan tambahan bisa diperoleh dengan membuat tren untuk setiap kategori kualitas.
Anggaplah setiap kategori dinyatakan sebagai persentase dan penjualan untuk periode waktu yang
sama.

Kegagalan Kegagalan
Tahun Pencegahan (%) Penilaian (%)
Internal (%) Eksternal (%)
2004 2,0 2,0 6,0 10,0
2005 3,0 2,4 4,0 8,6
2006 3,0 3,0 3,0 6,0
2007 4,0 3,0 2,5 4,5
2008 4,1 2,4 2,0 1,5

Grafik yang menunjukkan tren untuk setiap kategori diperlihatkan pada table diatas. Kita dapat
melihat perusahaan berhasil mengurangi biaya kegagalan eksternal dan internal. Uang yang
digunakan untuk pencegahan lebih banyak (jumlahnya meningkat dua kali lipat). Biaya penilaian
meningkat, kemudian menurun. Perhatikan juga bahwa distribusi relative dari biaya telah berubah.
Pada tahun 2004, biaya kegagalan adalah 80 persen dari total biaya kualitas (0,16/0,20). Pada
tahun 2008, biaya tersebut turun menjadi 35 persen dari biaya total (0,035/0,10). Potensi untuk
mengurangi biaya kualitas juga mempengaruhi cara pengambilan keputusan. Manfaat informasi
biaya kualitas dalam pengambilan keputusan dan perencanaan tidak boleh dipandang remeh.

8. Mengapa Total Quality Management penting terhadap pengendalian biaya kualitas?


Karena Untuk dapat bersaing dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, suatu perusahaan harus
dapat menyediakan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Menurut Usry (2006:7-
3) untuk meniadakan produk-produk yang tidak berkualitas, produsen-produsen kelas dunia
mengadopsi filosofi Total Quality Management (TQM). TQM merupakan sebuah pendekatan
komprehensif yang dilakukan olehsebuah perusahaan untuk meningkatkan kualitas produknya
melalui peningkatan kualitas dalam kesluruhan proses dan aktivitas operasinya.

Pendekatan penerapan TQM berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal
ini disebabkan oleh adanya produk dan proses produksi yang bervariasi di antara perusahaan-
perusahaan tersebut. Namun, TQM memiliki karakteristik yang berlaku umum, yaitu:

a. Tujuan seluruh aktivitas bisnis perusahaan adalah untuk melayani pelanggan


Perusahaan tidak bisa berasumsi bahwa mereka mengetahui apa yang terbaik bagi
pelanggannya. Perusahaan harus mengidentifikasi pelanggan mereka untuk dapat mengetahui
kebutuhan dari setiap pelanggan tersebut. Secara internal, proses tersebut dapat dilakukan
dengan cara melakukan pertemuan antara karyawan perusahaan dengan pelanggan-pelanggan
terntentu. Secara eksternal, proses teresebut dilaksanakan melalui riset untuk mendapatkan
umpan balik dari para pelanggan.
b. Top manajemen menyediakan sebuah peran kepemimpinan yang aktif dalam perbaikan mutu
Komitmen dan keterlibatan top manajemen diperlukan untuk memberikan arah dan
motivasi bagi seluruh karyawan untuk bekerja bersama-sama demi peningkatan mutu produk.
Hal ini penting karena keterlibatan karayawan secara aktif dalam peningkatan mutu produk
tersebut hanya akan terjadi manakala mereka memahami pentingnya peningkatan mutu
produk bagi perusahaan. Salah satu cara untuk menunjukkan pentingnya perbaikan mutu
produk bagi perusahaan adalah melalui partisipasi aktif top manajemen dalam aktivitas
peningkatan mutuproduk tersebut.
c. Seluruh karyawan secara aktif terlibat dalam aktivitas perbaikan mutu
Perbaikan mutu produk harus dilakukan melalui perbaikan mutu pada setiap bagian dan
setiap level yang ada pada perusahaan. Hal ini terutama karena setiap karyawan dalam sebuah
perusahaan menghasilkan produk mereka masing-masing yang mana mayoritas dari produk-
produk tersebut merupakan pelayanan bagi internal perusahaan. Oleh karenanya, kualitas
output yang rendah dari suatu bagian tertentu akan mempengaruhi kinerja bagian lainnya.
Dengan demikian, solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan
adalah dengan melibatkan setiap karyawan untuk meningkatkan kualitas output mereka
masing-masing.
d. Perusahaan memiliki sebuah sistem yang difungsikan untuk mendeteksi masalah kualitas dan
menyediakan solusi bagi permasalahan tersebut serta menetapkan perbaikan mutu sebagai
salah satu tujuan perusahaan
Sistem yang difungsikan untuk mendeteksi masalah kualitas dan menyediakan solusi bagi
permasalahan tersebut berbeda di antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Namun,
secara umum sistem tersebut merupakan sebuah pengorganisasian karyawan ke dalam tim-tim
kualitas. Tim-tim tersebut akan melakukan pertemuan secara rutin untuk membahas
permasalahan kualitas. Anggota tim-tim tersebut harus mencakup seluruh elemen dalam
perusahaan yang meliputi pengguna maupun penghasil output-output dalam perusahaan
tersebut. Di samping itu, tim tersebut harus melibatkan pula manajer yang memiliki kedudukan
lebih tinggi dari level operasi. Secara umum, pertemuan rutin yang dilaksanakan oleh tim
kualitas merupakan sebuah diskusi terbuka atas sebuah permasalahan tertentu. Pada tahap
awal, top manajemen akan menyampaikan permasalahan kualitas yang membutuhkan
penanganan yang segera. Pada tahap selanjutya, tim kualitas akan membahas permasalahan
tersebut untuk memperoleh solusi yang tepat.
e. Perusahaan memberikan nilai yang tinggi bagi karyawannya, memberikan pelatihan yang
berkesinambungan, dan mengakui setiap pencapaian prestasi
Karyawan merupakan aset perusahaan yang paling berhaga, bahkan pada perusahaan yang
terotomatisasi sekalipun. Hal ini karena karyawan dapat melakukan aktivitas perencanaan,
desain, dan pengorganisasian yang kesemuanya itu tidak dapat dilaksanakan oleh mesin.
Perusahaan yang berkomitmen pada perbaikan kualitas produknya mutlak membutuhkan
karyawan-karyawan yang terlatih dan bermotivasi tinggi. Untuk itu, perusahaan harus
menyelenggarakan pelatihan yang memadai. Pelatihan tersebut harus meliputi pelatihan bagi
pekerjaan-pekerjaan teknis maupun pelatihan lainnya seperti pelatihan pengembangan
kepribadian karyawan. Di samping itu, hal yang penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan
adalah memberikan pengakuan terhadap prestasi dan kinerja yang luar biasa dari karyawannya.
Pengakuan terhadap prestasi akan memberikan rasa kebanggaan bagi karyawan yang
bersangkutan dan akan menciptakan role model bagi karyawan-karyawan yang lain.
9. Mengapa Continous Quality Improvement penting terhadap pengendalian biaya kualitas?
Karena Menurut Usry (2006:7-4 s.d. 7-6), cara terbaik untuk mengurangi biaya kualitas adalah
dengan mengurangi kuantitas produk-produk yang berkualitas rendah. Pada mulanya perusahaan-
perusahaan mengatasi permasalahan kualitas melalui peningkatan volume produksi dan strategi
inspeksi. Dengan adanya peningkatan volume produksi, perusahaan akan tetap memiliki kuantitas
produk yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan meskipun terjadi kerusakan produk-
produk selama produksi. Pendekatan ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
a. Pendekatan ini akan menyebabkan perusahaan terlambat mendeteksi kerugian produksi.
Bahkan ketika kerusakan produk tersebut terdeteksi pada tahap awal produksi, sumber daya
yang sudah dikeluarkan untuk produk tersebut harus tetap diakui sebagai biaya.
b. Pendekatan ini bergantung pada kuantitas persediaan yang tinggi untuk dapat memastikan
perusahaan memiliki kuantitas barang yang cukup dalam memenuhi permintaan pelanggan.
Hal ini akan menyebabkan inefisiensi penggunaan sumber daya perusahaan, baik bahan baku
maupun tenaga kerja. Inefisiensi tersebutdapat berasal dari kegiatan produksi secara langsung
maupun dari kegiatan inspeksi atas kegiatan produksi tersebut.
c. Kerugian produksi yang berasal dari pendekatan ini pada umumnya tidak terukur oleh
perusahaan. Hal ini dikarenakan kerugian produksi tersebut berupa biaya bahan baku sisa, biaya
produk rusak, dan biaya pengerjaan ulang yang biasanya akan dianggap sebagai biaya yang
normal dalam sebuah proses produksi.

10.Mengapa kualitas dan produktivitas saling terkait?

Karena peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya. Penurunan
jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sedangkan pengurangan jumlah input yang digunakan
meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan
sedikit atau tanpa cacat, tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien. Sebagai contoh, ada
barang yang melewati dua proses yang masing-masing membutuhkan waktu lima menit
(anggaplah barang tersebut diproduksi tanpa cacat). Jadi, untuk memproduksi satu unit
dibutuhkan waktu 10 menit untuk melalui kedua proses tersebut. Saat ini, jumlah yang diproduksi
dalam setiap batch produksi adalah 1200 unit. Proses 1 memproduksi 1200 unit. Selanjutnya, batch
produksi tersebut dipindahkan ke lokasi lain untuk menjalani proses kedua. Jadi, untuk setiap
proses dibutuhkan waktu 6000 menit (5 menit x 1200 unit) atau 100 jam. Total waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan 1200 unit adalah 200 jam (100 jam untuk setiap proses) ditambah
waktu pengiriman dari proses 1 ke proses 2, anggaplah 15 menit. Berarti waktu produksinya 200
jam 15 menit. Dengan mendesain ulang proses manufaktur, efisiensi dapat diperbaiki. Misalkan
lokasi proses 2 berada cukup dekat dengan lokasi proses 1 sehingga setelah 1 unit diselesaikan
pada proses 1, unit tersebut langsung dimasukkan ke proses 2. Dengan cara ini, proses 1 dan 2
dapat berjalan secara bersamaan. Sehingga proses 2 tidak lagi perlu menunggu sampai selesainya
proses produksi 1200 unit ditambah dengan waktu pengiriman sebelum ia mulai dapat beroperasi.
Sekarang total waktu untuk memproduksi 1200 unit menjadi 6000 menit ditambah waktu
pengiriman unit pertama (5 menit). Jadi, waktu produksi 1200 unit tekah berkurang dari 200 jam
15 menit menjadi 100 jam 5 menit. Hasilnya adalah lebih banyak output yang dapat di produksi
dengan lebih sedikit input (dalam hal ini, waktu).

Anda mungkin juga menyukai