1 PB PDF
1 PB PDF
Abstrak
Metotreksat (MTX) adalah agen antiinflamasi dan imunosupresan yang menjadi lini pertama terapi
reumatoid artritis (RA). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan MTX pada pasien RA di Rumah
Sakit Emanuel Klampok berdasarkan kriteria indikasi, indikator proses, komplikasi, dan indikator hasil.
Analisis data dilakukan secara deskriptif evaluatif menggunakan data rekam medik13 pasien rawat inap
dan 27 pasien rawat jalan. Hasil penelitian menunjukkan ketepatan indikasi 100%. Pasien dengan faktor
risiko gangguan GI, hepatotoksik, dan toksisitas bone marrow berturut-turut 35 pasien, 19 pasien, dan
15 pasien. Pemberian MTX dengan dosis tepat sejumlah 32 pasien, dosis tidak tepat dengan ClCr 61–80
mL/menit sejumlah 3 pasien, ClCr 51–60 mL/menit sejumlah 2 pasien, ClCr 10–50 mL/menit sejumlah 1
pasien, dan SGPT >3 nilai normal sejumlah 2 pasien. Interaksi MTX dengan NSAID sejumlah 35 pasien
dan dengan agen hepatotoksik sejumlah 19 pasien. Komplikasi terjadi pada 7 pasien berupa gangguan
GI dan 1 pasien berupa sirosis. Indikator hasil berupa berkurangnya keluhan klinis seperti nyeri dan kaku
terjadi pada 10 pasien dan pasien yang membaik sejumlah 2 pasien. Indikasi penggunaan MTX telah
sesuai dengan kriteria sedangkan indikator proses, komplikasi, dan indikator hasil masih belum sesuai.
88
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 3, September 2014
89
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 3, September 2014
90
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 3, September 2014
3. Komplikasi Pembahasan
a. Efek toksik akibat penggunaan MTX
dapat dibedakan menjadi:4 Berdasarkan kriteria, metotreksat digunakan
1. Efek toksik mayor, yaitu hepatotoksik, sebagai terapi rheumatoid arthritis (RA),
kerusakan paru, gangguan renal, dan baik severe, active, classical, atau definite
abnormalitas bone marrow. RA yang tidak responsif atau intoleran
2. Efek toksik minor (20–30%), yaitu terhadap pengobatan konvensional. Seluruh
stomatitis, malaise, nausea, diare, pasien berjumlah 40 pasien terdiagnosa RA.
sakit kepala, mild alopecia, mudah Severe RA merupakan RA dengan jumlah
lelah, perubahan mood, pusing, nyeri dan bengkak yang berkorelasi dengan
demam, myalgia, dan poliatralgia. jumlah kerusakan sendi pada pemeriksaan
b. Efek samping akibat penggunaan MTX radiologis.15 Namun, pemeriksaan radiologis
dapat dibedakan menjadi:8 tidak dilakukan, sehingga jumlah kerusakan
1. Sangat biasa (10%): ulcer mulut, sendi tidak dapat diketahui. Oleh karena itu,
nausea, diare, dan rambut rontok. tidak dapat diketahui pasien yang termasuk
2. Tidak biasa (1%): sakit kepala, bone severe RA.
marrow suppression, inflamasi paru Active RA terbagi menjadi probable,
dan hepar, dan gangguan renal. definite, dan classical RA. Probable RA
3. Sangat jarang (0,1%): kantuk dan merupakan RA dengan 3–4 kriteria positif.
reaksi anafilaksis. Definite RA merupakan RA dengan 5–6
kriteria positif. Classical RA merupakan RA
4. Indikator Hasil dengan 7–8 kriteria positif.16 Berdasarkan
a. Remisi gejala muncul 3–6 minggu setelah data rekam medis, sejumlah 10 pasien (25%)
pengobatan dan apabila dosis terus termasuk probable RA sedangkan definite dan
ditingkatkan dapat mencapai 12 minggu.4 classical RA tidak ditemukan. Seluruh pasien
b. Berkurangnya keluhan klinis berupa sebelumnya telah menggunakan pengobatan
nyeri sendi dan udem. konvensional (NSAID atau kortikosteroid).
c. Mengurangi kerusakan sendi.5 Oleh karena itu, indikasi penggunaan MTX
tepat 100%.
Di Rumah Sakit Emanuel Klampok, Pemberian metotreksat bersamaan NSAID
indikator hasil adalah remisi nyeri dan kaku mengakibatkan interaksi farmakokinetika
91
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 3, September 2014
Tabel 1 Evaluasi MTX pada pasien RA di Rumah Sakit Emanuel Klampok Periode
Januari-Desember 2012
No. Kriteria Hasil Evaluasi
1 Indikasi
a. Diagnosis RA 40 pasien (100%)
b. Riwayat obat konvensional
NSAID 26 pasien (65%)
Kortikosteroid 6 pasien (15%)
NSAID dan kortikosteroid 8 pasien (20%)
c. Klasifikasi RA
Severe RA Tidak dapat diketahui
Probable RA 10 pasien (25%)
Definite RA Tidak dapat diketahui
Classical RA Tidak dapat diketahui
2 Indikator Proses
Proses Indikator
A. Faktor risiko gangguan GI:
a. Penggunaan bersama NSAID 35 pasien (87,5%)
b. Riwayat gangguan GI gastritis 6 pasien (15%)
gastropati 5 pasien (12,5%).
c. Riwayat pengobatan NSAID 32 pasien (80%)
B. Faktor risiko hepatotoksik
a. Peningkatan SGPT 5 pasien (12,5%)
b. Geriatrik 7 pasien (17,5%)
c. Riwayat penyakit hepar Tidak ada
d. Penggunaan agen hepatotoksik 19 pasien (47,5%)
C. Faktor risiko toksisitas bone marrow
a. Dosis tinggi MTX 12 pasien (30%)
b. Penyakit ginjal 4 pasien (10%)
c. Geriatrik 7 pasien (17,5%)
d. Hipoalbumin 2 pasien (5%)
e. Penggunaan bersama TS Tidak ada
D. Monitoring Hematologi pada 3 pasien (7,5%)
SGPT pada 1 pasien (2,5%)
SCr pada 1 pasien (2,5%)
E. Pemberian asam folat 1 pasien (2,5%)
F. Rekomendasi dosis
a. Dosis tepat 32 pasien (80%)
b. Dosis tidak tepat 3 pasien (7,5%)
ClCr 61–80 mL/menit (75% dosis dewasa) 2 pasien (5%)
ClCr 51–60 mL/menit (70% dosis dewasa) 1 pasien (2,5%)
ClCr 10–50 mL/menit (30%-50% dosis dewasa 2 pasien (5%)
SGPT >3 nilai normal
G. Kontra indikasi
a. Ibu hamil, ibu menyusui, neonatus, alkohol, Tidak ada
HIV/AIDS, TB
b. Penyakit hepar 4 pasien (10%)
c. Penyakit paru 6 pasien (15%)
92
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 3, September 2014
Lanjutan Tabel 1 Evaluasi MTX pada pasien RA di Rumah Sakit Emanuel Klampok
Periode Januari–Desember 2012
No. Kriteria Hasil Evaluasi
d. ClCr < 10 mL/menit Tidak ada
e. Anemia (Hb) 4 pasien (10%)
H. Interaksi obat
a. Dengan NSAID 35 pasien (87,5%)
b. Dengan agen hepatotoksik 19 pasien (47,5%)
c. Dengan antimetabolit Tidak ada
d. Lain-lain
Ciprofloxacin 7 pasien (17,5%)
PPI 19 pasien (47,5%)
3 Komplikasi
a. Gangguan GI 7 pasien (17,5%)
b. Gangguan ginjal Tidak ada
c. Gangguan hepar 1 pasien (2,5%)
d. Anemia Tidak ada
4 Indikator Hasil
a. Berkurang nyeri 4 pasien (10%)
b. Berkurang kaku 6 pasien (15%)
c. Masih nyeri 11 pasien (27,5%)
d. Membaik 2 pasien (5%)
93
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 3, September 2014
kontak yang akan meningkatkan risiko toksik.4 minimal 5 miligram per minggu.
Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak Dosis tinggi MTX pada pasien RA dapat
ditemukan pasien dengan riwayat diabetes menyebabkan berbagai macam gangguan
dan penyakit hepar. Risiko hepatotoksik organ seperti hepar, paru, dan ginjal. Oleh
meningkat pada pasien yang menggunakan karena itu, monitoring terhadap keluhan
agen hepatotoksik lain seperti asetaminofen. klinis dan data laboratorium pasien sangat
Risiko pasien terkena RA dapat dikurangi diperlukan. Sebagai hasil toksisitas hepar,
dengan membudayakan perilaku hidup MTX dapat meningkatkan nilai SGPT (ALT)
sehat meskipun RA merupakan penyakit yang merupakan parameter spesifik kerusakan
autoimunitas. Kebiasaan hidup yang tidak hepar berupa sirosis dengan peningkatan 2–4
sehat seperti mengonsumsi alkohol dan kali lebih besar dari nilai normal.19
merokok dapat meningkatkan risiko RA, Pemeriksaan darah lengkap sangat penting
meningkatkan keparahan penyakit, dan dilakukan karena gangguan hematologi
mengurangi efektivitas pengobatan.11 seperti anemia, leukopenia, trombositopenia,
Pemberian asam folat pada pasien dan pansitopenia dapat terjadi pada pasien
merupakan hal yang penting untuk mengatasi sebagai manifestasi klinis dari toksisitas bone
defisiensi asam folat akibat penggunaan marrow. MTX juga bersifat nefrotoksisitas
MTX yang dapat menyebabkan gangguan sehingga memerlukan penyesuaian dosis
regenerasi sel hingga menyebabkan gangguan ketika digunakan pada pasien dengan
organ. Pemberian asam folat terbukti dapat penurunan fungsi ginjal yang diindikasikan
memperbaiki kondisi hepar karena dapat oleh nilai ClCr.
menurunkan kadar enzim yang mengalami Penggunaan MTX yang tidak disertai asam
peningkatan akibat penggunaan MTX.12,20 folat dapat menyebabkan pasien mengalami
Monitoring SGPT (ALT) penting dilakukan defisiensi asam folat yang parah. Defisiensi
karena penggunaan MTX dihentikan apabila asam folat dapat menyebabkan gangguan
terjadi peningkatan nilai SGPT (ALT) yang regenerasi sel sehingga terjadi gangguan
mengindikasikan terjadinya hepatotoksisitas.4 di berbagai organ serta dapat menyebabkan
Pada pasien dengan kondisi hipoalbumin anemia yang semakin menurunkan kualitas
sebaiknya menghindari penggunaan MTX. hidup pasien.20 Berdasarkan data penelitian,
Hal ini disebabkan toksisitas MTX dapat terdapat 7 pasien (17,5%) yang mengalami
meningkat dikarenakan ikatan MTX dengan gangguan gastrointestinal dan diketahui tidak
protein albumin yang semakin berkurang. mendapatkan asam folat selama penggunaan
Penggunaan MTX dengan dosis tinggi dapat MTX.
meningkatkan toksisitas sehingga pasien Sejumlah 28 pasien (70%) menggunakan
sebaiknya menggunakan MTX pada dosis metotreksat dengan dosis 7,5 mg. Terdapat 12
lazim, yaitu 7,5 miligram. pasien (30%) menggunakan metotreksat dosis
Pasien dengan faktor risiko yang dapat 10 mg dan 12,5 mg. Hal tersebut masih dalam
menyebabkan toksisitas bone marrow perlu penyesuaian dosis yang diperbolehkan karena
dilakukan monitoring terhadap komponen MTX tidak boleh diberikan lebih dari 20 mg
hematologi. Hal ini dikarenakan toksisitas seminggu.6 Pendosisan yang disesuaikan
bone marrow dapat menyebabkan gangguan dengan fungsi ginjal tidak diterapkan. Hal
hematologi seperti anemia, leukopenia, ini dapat memperburuk kondisi ginjal. Data
trombositopenia, dan pansitopenia.11 Selain yang tidak diketahui serum kreatininnya
itu, pasien juga harus mendapatkan asam terdapat pada sejumlah 30 pasien (75%)
folat selama penggunaan MTX dengan dosis yang menyebabkan dosis MTX tidak dapat
94
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 3, September 2014
dioptimalkan. Sejumlah 2 pasien (5%) MTX.6 Dosis MTX perlu diturunkan atau
terindikasi sirosis dengan nilai SGPT >3 penggantian antibiotik.23
kali dari nilai normal. Pada pasien tersebut Komplikasi penggunaan metotreksat yang
tidak dilakukan penyesuaian dosis MTX. dapat diamati pada pasien adalah toksisitas
Tidak terdapat pasien yang hamil, menyusui, minor saja. Hal ini dikarenakan untuk
neonatus, riwayat alkoholik, menderita HIV/ mengetahui toksisitas mayor perlu dilakukan
AIDS, tuberkulosis, dan pielonefritis. MTX pemeriksaan seperti biopsi organ ataupun
memiliki kontra indikasi terhadap pasien yang rontgen yang tidak dilakukan oleh rumah
menderita penyakit paru. Namun, terdapat 6 sakit, sehingga untuk memastikan terjadinya
pasien (15%) dengan gangguan pernapasan. toksisitas tersebut tidak kuat apabila hanya
Terdapat 4 pasien (12,5%) sirosis, sehingga dengan mempertimbangkan data pemeriksaan
penggunaan MTX tidak sesuai. Pasien laboratorium yang juga tidak lengkap.
dengan hasil tes fungsi hepar yang abnormal Pasien yang telah mengalami anemia dan
juga tidak diperbolehkan mendapat terapi tidak mengalami perburukan tidak termasuk
MTX. Parameter fungsi hepar yang dapat adverse event. Apabila kondisi anemia
diamati dari data rekam medis adalah nilai bertambah buruk yang ditandai dengan
SGPT (ALT) dan SGOT (AST). penurunan nilai hemoglobin (Hb), hematokrit
Pasien dengan nilai ClCr <10 mL/menit (Hct), eritrosit, maka dapat dikatakan pasien
sama sekali tidak diperbolehkan mendapatkan mengalami adverse event. Hal ini dikarenakan
terapi metotreksat. Berdasarkan data dari salah satu efek toksik dari metotreksat adalah
rekam medis, tidak terdapat pasien dengan abnormalitas bone marrow yang dapat
nilai ClCr <10 mL/menit. Apabila tetap mengakibatkan gangguan hematologi seperti
diberikan, maka fungsi ginjal akan menurun anemia karena proses pembentukan sel darah
dan dapat memperburuk kondisi ginjal. merah atau hemapoietik yang terganggu.4
Penggunaan MTX bersamaan dengan NSAID Keluhan klinis yang dapat diamati sebagai
dapat menginduksi peningkatan konsentrasi outcome adalah nyeri dan kaku pada sendi.
MTX dalam darah yang disebabkan oleh Pengurangan kerusakan sendi yang dilihat
penurunan filtrasi glomerolus metotreksat. dari foto rontgen tidak dapat diamati karena
Hal ini disebabkan pengurangan aliran darah tidak dilakukan pemeriksaan. Kondisi nyeri
menuju ginjal dengan penghambatan sintesis yang masih dirasakan sejumlah 6 pasien
prostaglandin; penghambatan sekresi tubular (15%) bukan disebabkan MTX tidak berefek,
metotreksat; dan persaingan pada ikatan namun karena pasien tersebut menggunakan
protein.18 MTX kurang dari 3 minggu. Pada 5 pasien
Interaksi MTX dengan agen hepatotoksik (12,5%) yang telah menggunakan MTX
terjadi pada 19 pasien (47,5%). Penggunaan selama 3 minggu seharusnya telah merasakan
bersama MTX dengan asetaminofen pada efek terapi dari MTX, namun mungkin belum
dosis berapa pun sebaiknya dihindari. terlalu optimal sehingga masih merasakan
Peningkatan potensi hepatotoksisitas terjadi nyeri.
ketika MTX diberikan bersamaan dengan
agen hepatotoksik lainnya. Interaksi obat Simpulan
antara MTX dengan PPI dapat menyebabkan
penundaan eliminasi MTX.21,22 Sebanyak 19 Penggunaan MTX telah dievaluasi
orang pasien (47,5%) menggunakan MTX berdasarkan kriteria. Indikasi penggunaan
bersama PPI. Penggunaan MTX bersama MTX telah sesuai dengan kriteria sedangkan
ciprofloxacin dapat meningkatkan kadar indikator proses, komplikasi, dan indikator
95
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 3, September 2014
hasil masih belum sesuai dengan kriteria. 7. Moore T, Alexander B, Tony S, Andrei
Penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi Z. Guidelines for implementing drug
Rumah Sakit Emanuel Klampok terutama utilization review programs in hospitals.
pemberian asam folat, monitoring, dan dosis Rational Pharmaceutical Management
MTX. Project; 1997.
8. Averns H. Guideline for the prescription
Ucapan Terima Kasih and monitoring of methotrexate for the
rheumatic diseases; 2003.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 9. Sotoudehmanesh R, Anvari B, Akhlaghi
Dr. Warsinah, M.Si., Apt., Dhadhang Wahyu M, Shahraeeni S, Kolahdoozan S.
Kurniawan, M.Sc., Apt., Tunggul Adi Methotrexate hepatotoxicity in patients
Purwonugroho, M.Sc., Apt., Hanif Nasiatul with rheumatoid arthritis. Middle East J
Baroroh, M.Sc., Apt., direktur bagian Dig Dis. 2010;2(2).
pendidikan dan pelatihan, bagian rekam 10. Verstappen SMM, Hyrich KL.
medik, dan bagian laboratorium Rumah Methotrexate for rheumatoid arthritis:
Sakit Emanuel Klampok, serta keluarga besar A Guide from Canada. J Rheumatol.
Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan 2010;37(7):1374–6. doi:10.3899/jrheum.
Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal 100187
Soedirman yang telah memberikan bantuan 11. Arthritis Foundation. Rheumatoid
selama penyusunan penelitian ini. arthritis [diunduh 13 September 2013].
Tersedia dari: http://www.arthritis.org/
Daftar Pustaka conditions-treatments/disease-center/
rheumatoid-arthritis/.
1. Ehrlich SD. Rheumatoid arthritis 12. National Institute of Health. Methotrexate
[diunduh 4 Mei 2013]. Tersedia dari: [diunduh 4 Februari 2013]. Tersedia dari:
http://www.umm.edu/altmed/articles/ http://livertox.nih.gov/Methotrexate.htm.
rheumatoid-arthritis-000142.htm. 13. British Society of Gastroenterology.
2. Colmegna I, Brent RO, Henri AM. Methotrexate [diunduh 1 Oktober 2013].
Current understanding of rheumatoid Tersedia dari: http://www.bsg.org.uk/
arthritis therapy. Clin Pharmacol Ther. pdf_word_docs/meth_ibd_dr.doc
2011;91(4):607–20. doi:10.1038/clpt. 14. Mehta N. Drug-induced hepatotoxicity
2011.325 [diunduh 4 Februari 2013]. Tersedia
3. Kaltsonoudis E, Charalampos P, dari: http://emedicine.medscape.com/
Alexandros AD. Current and future article/169814-overview.
role of methotrexate in the therapeutic 15. Borigini M. What is the difference between
armamentarium for rheumatoid arthritis. mild, moderate, and severe rheumatoid
Int J Rheum. 2012;7(2):179–89. arthritis? [diunduh 2 Januari 2014].
4. Jones KW, Supen RP. A family physician’s Tersedia dari: http://www.healthcentral.
guide to monitoring methotrexate. Am com/rheumatoid-arthritis/c/53/112480/
Fam Physician. 2000;62(7):1607–12. severe/.
5. Cannon M. Methotrexate. Amer Coll 16. Symmons D, Mathers C, Pfleger B. The
Rheum. 2012:1–4. global burden of rheumtaoid arthritis
6. Lacy CF, Lora LA, Goldman P, Leonardo [diunduh 17 September 2013]. Tersedia
LL. Drug information handbook. Book 1 dari: http://www.who.int/healthinfo/
18th Edition. Lexi-comp; 2006: 965–68. statistics/bod_rheumatoidarthritis.pdf.
96
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 3, September 2014
17. Tugushi M. Nonsteroidal antiinflammatory 20. Vega KC. Folic acid deficiency
drug (NSAID) associated gatropathies [diunduh 14 Oktober 2013]. Tersedia
[diunduh 13 September 2013]. Tersedia dari:http://emedicine.medscape.com/
dari: http://www.worldmedicine.ge/?la article/200184-overview.
ng=2&level1=5&event=publication& 21. Bezabeh S, Ann CM, Paul K, Dilara
id=39. J, Joyce K. Accumulating evidence
18. Pinjon E. Interactions of methotrexate and for a drug-drug interaction between
non-steroidal anti-inflammatory drugs methotrexate and proton pump inhibitors.
[diunduh 14 September 2013]. Tersedia Oncologist. 2012;17:550–4. doi:10.1634/
dari: http://www.imt.ie/mims/2010/08/ theoncologist.2011-0431
interactions-of-methotrexate-and-non- 22. Tatro DS. Drug interaction facts. Wolters
steroidal-anti-inflammatory-drugs.html. Kluwer, San Fransisco; 2011.
19. Jaeger JJ, Hanne H. About blood test 23. Dalle JH, Auvrignon A, Vassal G,
[diunduh 18 September 2013]. Tersedia Leverger G. Interaction between
dari: http://www.stat.unc.edu/visitors/ methotrexate and ciprofloxacin. J Pediatr
temp/Health/Thyroid/alttest.htm. Hematol Oncol. 2002;24(4):321–2.
97