Anda di halaman 1dari 10

PENURUNAN KONSENTRASI BOD DAN COD PADA LIMBAH CAIR

TAHU DENGAN TEKNOLOGI KOLAM (POND) – BIOFILM


MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER JARING IKAN DAN BIOBALL

Shabrina Arika Zahra, Sri Sumiyati, Endro Sutrisno


Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Proft. Sudharto, SH, Tembalang, Semarang

ABSTRACT

Tofu is a traditional food that is favored almost all levels of society. Tofu
industry produces wastewater that can lead to polute the environment. One of the
tofu wastewater treatment is to use pond - biofilm technology with fishing nets
and bioball as media biofilter. Some of the pollutants contained in the tofu
wastewater are organic subtances which were indicated as parameter BOD and
COD. The results showed a relation between a detention time with BOD and COD
in the tofu wastewater. Longer detention time of wastewater in the reactor, the
higher efficiency of BOD and COD concentration. The highest efficiency of BOD
and COD concentration in the pond and reactor is at 3 hours detention time,
concentrations of BOD and COD in the pond is 12.02% and 31.11%, and
concentrations of BOD and COD in the reactor is 19.51% and 41.13%.

Keywords: Biofilm, Pond, Fish Nets, bioball, BOD, COD

1. PENDAHULUAN organik yang terdapat pada limbah tahu


1.1 Latar Belakang memiliki kandungan yang melebihi
Tahu merupakan makanan baku mutu. Diantaranya adalah
tradisional sebagian besar masyarakat di kandungan BOD sebesar 6586 mg/l dan
Indonesia, yang digemari hampir COD sebesar 8640 mg/l. Selain itu pada
seluruh lapisan masyarakat. Selain uji karakteristik awal limbah tahu yang
mengandung gizi yang baik, pembuatan dilakukan oleh Kaswinarni (2007),
tahu juga relatif murah dan sederhana. diperoleh hasil suhu air limbah tahu
Saat ini, sebagian besar industri tahu berkisar 37-45°C, BOD sebesar 6.000-
merupakan industri rumah tangga yang 8.000 mg/1, dan COD sebesar 7.500-
produsennya tidak ingin mengolah 14.000 mg/1. Bila dibandingkan dengan
limbah cair tahu tersebut. Alasan baku mutu limbah cair industri tahu dan
produsen industri tahu tidak mengolah tempe menurut Peraturan Daerah
limbahya karena biaya pengolahan yang Provinsi Jawa Tengah (Perda Jateng)
mahal dan kurangnya pengetahuan nomor 5 tahun 2012 Tentang Baku
tentang teknologi pengolahan limbah Mutu Air Limbah Industri Tahu dan
cair. Tempe, kadar maksimum yang
Sumber pencemar yang diperbolehkan untuk BOD dan COD
terkandung di dalam limbah tahu adalah secara berturut-turut adalah 150 mg/l
air bekas pencucian dan perebusan dan 275 mg/l. Jika limbah cair tahu
kedelai. Studi karateristik awal air yang mengandung zat tersebut melebihi
buangan industri tahu yang dilakukan baku mutu dibiarkan mengalir ke badan
oleh Myrasandri dan Syafila (2009), zat air secara terus menerus maka akan
mengganggu lingkungan yaitu 1.2 Tujuan
timbulnya bau busuk dan kematian Tujuan dari penelitian ini adalah:
terhadap organisme air. 1. Menganalisis kemampuan kolam
Salah satu teknologi biofilm yang (pond) - biofilm dengan media
masih jarang digunakan yaitu teknologi biofilter jaring ikan dan bioball
biofilm-pond. Salah satu alasan terhadap efisiensi penurunan
menggunakan teknologi biofilm-pond konsentrasi BOD dan COD dalam
yaitu agar pengolahan ini dapat limbah cair tahu.
dimanfaatkan pada pengolahan limbah 2. Menganalisis pengaruh waktu
dalam skala besar, contohnya yaitu pada kontak pada reaktor biofilm-
polder dan diharapkan dari (pond) terhadap penurunan
penggabungan dua teknologi tersebut konsentrasi BOD dan COD.
dapat menghasilkan efisiensi yang lebih
besar lagi. Media biofilter yang 2. METODOLOGI PENELITIAN
digunakan yaitu jaring ikan dan bioball. 2.1 Proses Biofilter Tercelup
Alasan menggunakan media biofilter (Submerged Biofilm) atau
tersebut karena memiliki celah atau pori Biofilm
agar mikroorganisme dapat tumbuh Proses pengolahan air limbah
pada media tersebut, selain itu media dengan proses biofilm dilakukan dengan
jaring ikan dan bioball juga telah cara mengalirkan limbah ke dalam
memenuhi sebagian besar kriteria media reaktor biologis yang telah diisi dengan
biofilter yang baik untuk digunakan. Uji media penyangga untuk
coba yang telah dilakukan di daerah pengembangbiakkan mikroorganisme
Jakarta dalam mengolah limbah cair dengan atau tanpa aerasi. Media
industri tahu dan tempe menggunakan biofilter yang digunakan yaitu jaring
packing dari bahan plastik berbentuk ikan dan bioball
sarang tawon dalam kondisi anaerob
dan aerob membuktikan adanya 2.2 Variabel Penelitian
penurunan BOD dan COD yang Variabel yang digunakan dalam
signifikan. Pada kondisi anaerob dicapai penelitian ini terdiri dari 3 jenis yaitu
penurunan BOD (74,5%) dan COD variabel bebas, variabel terikat dan
(75,4%). Efluen hasil olahan proses variabel kontrol.
anaerob masih mengandung bahan 2.2.1. Variabel Bebas
organik COD 1250 mg/l, berarti masih Variabel bebas merupakan
jauh di atas baku mutu yang ditetapkan. variabel yang mempengaruhi
Dilanjutkan dengan proses aerob perubahan atau variabel yang
dicapai efisiensi penurunan BOD (90%) mampu dimanipulasi untuk
dan COD (90%). Sehingga diperolah menentukan antara fenomena
hasil proses aerob dengan konsentrasi yang diamati. Pada penelitian ini
COD sebesar 125 mg/l. Dengan adanya yang menjadi variabel bebas
teknologi biofilm-(pond) menggunakan adalah variasi waktu kontak.
media biofilter jaring ikan dan bioball, Waktu kontak divariasikan yaitu
diharapkan dapat membantu dalam 1 jam, 2 jam, dan 3 jam.
penurunan kandungan BOD dan COD
dalam air limbah tahu. 2.2.2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah faktor-
faktor yang diamati dan diukur
untuk menentukan adanya jaring ikan dan bioball untuk
pengaruh variabel bebas. dijadikan pedoman dalam
Variabel terikat dalam penelitian pelaksanaan penelitian.
ini yakni limbah cair tahu dan b. Perancangan reaktor anaerob
konsentrasi COD serta BOD menggunakan drum dan kolam
dengan diameter 50 cm dan
2.2.3. Variabel Kontrol tinggi 100 cm untuk
Variabel kontrol merupakan mendapatkan kondisi anaerobik
variabel yang mampu pada reaktor.
dikendalikan untuk mengetahui c. Menyiapkan alat dan bahan.
hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat tidak 2.3.2. Tahapan Pelaksanaan
terpengaruh oleh faktor luar 1. Tahap pembenihan (Seeding).
yang tidak di teliti. Proses seeding berjalan selama
a. Temperatur (suhu) 30 hari dengan mengalirkan
Suhu air limbah yang limbah secara kontinyu kedalam
optimum untuk pengolahan reaktor yang telah berisi media
biofilm sekitar 25-38oC biofilter berupa jaring ikan dan
b. pH bioball untuk aklimatisasi.
Bakteri masih dapat hidup 2. Tahap pengkondisian limbah
dengan pH berkisar 4-9 media atau aklimatisasi
c. DO (Dissolved Oxygen) menggunakan pengujian zat
Banyaknya oksigen yang organik dengan waktu kontak
terkandung di dalam air dan selama 24 jam dan debit 3
diukur dalam satuan mg/l. L/menit.
DO dibutuhkan untuk 3. Tahapan running dengan variasi
mencegah timbulnya bau waktu kontak 1 jam, 2 jam, dan
yang merugikan. 3 jam dengan parameter uji
2.3 Tahapan Penelitian COD dan BOD.
Penelitian ini dilakukan dalam
skala laboratorium dengan dimulai dari 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
tahap persiapan dilanjutkan ke tahap 3.1 Karakteristik Limbah Tahu
pelaksanaan. Penelitian ini menerapkan yang Akan Diolah
proses pembentukan biofilm dengan Pengujian karakteristik awal
media biofilter tercelup dan proses limbah cair tahu dilaksanakan dengan
anaerobik dari kolam (Pond). Air mengambil sampel limbah cair tahu dari
limbah yang digunakan diambil dari industri tahu rumah tangga di Kelurahan
industri tahu Kelurahan Jomblang, jomblang, Kecamatan Candisari,
Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Semarang. Hasil uji karakteristik awal
Mikroorganisme yang dipakai limbah tahu yang akan diolah dapat
ditumbuhkan secara alami pada media dilihat pada tabel 1 berikut:
biofilter tercelup jaring ikan dan bioball.
2.3.1. Tahapan Persiapan
a. Mencari dan mempelajari
literatur, jurnal, buku terkait
dengan teknologi kolam (Pond)-
biofilm dengan media biofilter
Tabel 3.1 Karakteristik Limbah Tahu
yang Akan Diolah Gambar 3.2
2) Peraturan Daerah Jawa Tengah No.5 Tahap Aklimatisasi dengan
Tahun 2012 Pengujian Konsentrasi BOD dan
COD
3.2 Aklimatisasi
Tahap aklimatisasi dilakukan Variabel kontrol yang diukur
dengan mengalirkan limbah cair tahu selama proses aklimatisasi yaitu pH dan
dari kolam ke dalam reaktor biofilm suhu limbah cair tahu. Pada gambar 3.1
dengan menggunakan pompa. saat awal proses aklimatisasi, pH
Aklimatisasi dilakukan secara langsung limbah cair tahu berada pada kondisi
sesuai dengan debitnya. Aklimatisasi asam yaitu sebesar 3,7-3,8. Semakin
dilakukan dengan cara mengalirkan lama waktu tinggal pada proses
limbah cair tahu dari kolam kemudian aklimatisasi, pH limbah cair tahu
dipompa menuju reaktor drum. Proses semakin stabil. Pada hari ke-18 pH
aklimatisasi ini berlangsung secara limbah cair tahu berada pada nilai 6,03
kontinyu selama 30 hari dalam waktu dan pada akhir proses aklimatisasi, pH
24 jam dengan debit 3 l/menit. berada pada nilai 7,56. Dibandingkan
Parameter yang diukur selama masa dengan suhu limbah cair tahu, sejak
aklimatisasi adalah pH, suhu, BOD, dan awal proses aklimatisasi sampai dengan
COD. hari ke-30, suhu limbah cair tahu berada
pada kisaran 27oC-28oC. Menurut
Tchobanoglous et al. (2003), bakteri
dapat hidup dan berkembang biak
optimal pada pH 6,5-7,5 dan suhu 25oC-
35oC, untuk pH dan suhu aklimatisasi
ini sudah sesuai dengan literatur. Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Helard (2007), bahwa proses
aklimatisasi dianggap selesai jika pH,
temperatur atau suhu, dan efisiensi
Gambar 3.1 penyisihan COD telah konstan dengan
Tahap Aklimatisasi dengan fluktuasi yang tidak lebih dari 10%.
Pengujian Variabel Kontrol pH dan Akhir dari aklimatisasi adalah
Suhu ketika efisiensi penurunan konsentrasi
COD yang cukup tinggi dan steady state
(Said, 2005). Kondisi steady state atau
kondisi tunak ditandai dengan efisiensi
penyisihan bahan organik COD relatif menguraikan bahan-bahan organik
konstan dengan toleransi 10%. Waktu (Alaerts dan Santika, 1984). Variasi
tinggal yang digunakan dalam proses waktu kontak digunakan untuk
aklimatisasi ini yaitu selama 30 hari mengetahui adanya pengaruh waktu
dengan debit 3 l/menit. Pada hari ke-23 kontak dengan penyisihan BOD
sampai dengan hari ke-30 efisiensi kemudian dianalisis berdasarkan proses
penurunan kandungan COD mengalami pengolahan yang dilakukan. Pada proses
kenaikan dan sudah stabil. Akhir proses penurunan konsentrasi BOD di kolam
aklimatisasi, yaitu pada hari ke-30, dan di reaktor drum, variasi waktu
efisiensi penurunan kandungan COD kontak yang digunakan yaitu 1 jam, 2
berada pada nilai 67,13%. Kestabilan jam, 3 jam.
proses aklimatisasi ini dilihat dari
besarnya efisiensi penyisihan parameter,
bukan dari angka yang didapat pada
hasil COD, karena penelitian ini
menggunakan limbah asli sehingga
dapat dipastikan nilai parameter COD
yang didapat bervariasi dan tidak dapat
dijadikan acuan reaktor dikatakan stabil.

3.3 Running
Setelah tahap aklimatisasi telah
mencapai kondisi stabil untuk hasil
efisiensi CODnya, kemudian dilakukan Gambar 3.3
penelitian untuk tahap running secara Grafik Hasil Uji BOD di Kolam dan
kontinyu dengan variasi waktu kontak. di Reaktor
Variasi waktu kontak bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh
waktu kontak terhadap penurunan BOD
dan COD serta mengetahui tingkat
penurunan kandungan BOD dan COD
dari pengolahan dengan proses kolam
(pond)-biofilm dengan menggunakan
media biofilter jaring ikan dan bioball.
Variasi waktu kontak yang dilakukan
dalam penelitian yaitu 1 jam, 2 jam, dan
3 jam dengan menggunakan debit 3
l/menit. Gambar 3.4
Grafik Efisiensi BOD di Kolam dan
3.3.1. Penurunan Konsentrasi BOD di Reaktor
Pemeriksaan BOD dalam
penelitian ini menggunakan BOD5. Pada grafik 3.3 hasil uji BOD
Nilai kebutuhan oksigen biokimia dari proses running di atas, dapat dilihat
dalam waktu 5 hari menyatakan bahwa bahwa terjadi penurunan konsentrasi
apabila semakin tinggi akan BOD di kolam dari waktu kontak 0 jam
menunjukkan semakin meningkatnya sebesar 151,53 mg/l sampai waktu
aktivitas mikroorganisme dalam kontak 2 jam sebesar 135,35 mg/l.
Efisiensi penurunannya sebesar 10,68%. 3.3.2. Penurunan Konsentrasi COD
Pada waktu kontak 3 jam terjadi Nilai COD mencakup kebutuhan
kenaikan konsentrasi BOD sebesar oksigen untuk reaksi biokimiawi,
133,32 mg/l dan efisiensinya karena senyawa yang dapat dirombak
mengalami penurunan sebesar 12,02%. oleh mikroorganisme dapat pula
Efisiensi terbesar pada penurunan mengalami oksidasi lewat reaksi
konsentrasi BOD kolam yaitu pada kimiawi. Pada proses penurunan
waktu kontak 3 jam sebesar 12,02%. konsentrasi COD di kolam dan di
Berbeda dengan hasil uji BOD reaktor drum, variasi waktu kontak yang
di reaktor, pada waktu kontak 0 jam digunakan yaitu 1 jam, 2 jam, 3 jam.
sampai dengan waktu kontak 1 jam
terjadi penurunan konsentrasi BOD dari
konsentrasi 155,58 mg/l menjadi 141,42
mg/l. Efisiensi penurunan sebesar
9,10%. Pada waktu kontak 2 jam,
konsentrasi BOD mengalami penurunan
kembali menjadi 139,39 mg/l dan
efisiensinya mengalami peningkatan
menjadi 10,40%. Pada waktu kontak 3
jam konsentrasi BOD mengalami
penurunan menjadi 125,23 mg/l dan
efisiensi mengalami peningkatan Gambar 3.5
menjadi 19,51%. Efisiensi tertinggi Grafik Hasil Uji COD di Kolam dan
berada pada waktu kontak 3 jam sebesar di Reaktor
19,51%.
Berdasarkan Gambar 3.4 dapat
dijelaskan bahwa semakin lama waktu
kontak maka efisiensi penurunan
konsentrasi BOD kolam dan BOD
reaktor drum akan semakin efektif. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin lama
waktu kontak maka efisiensi penyisihan
BOD akan semakin besar.
Bertambahnya efisiensi penyisihan
BOD disebabkan oleh senyawa BOD
yang terdapat dalam air limbah akan Gambar 3.6
terdifusi ke dalam lapisan atau film Grafik Efisiensi COD di Kolam dan
biologis yang melekat pada permukaan di Reaktor
media. Pada saat yang bersamaan
dengan menggunakan oksigen yang Pada grafik hasil uji COD hasil
terlarut dalam air limbah, senyawa running di atas, dapat dilihat bahwa
polutan tersebut akan diuraikan oleh terjadi penurunan konsentrasi COD di
mikroorganisme yang ada di dalam kolam dari waktu kontak 0 jam sebesar
lapisan biofilm dan energi yang 3312,12 mg/l menjadi 2918,18 mg/l
dihasilkan akan diubah menjadi pada waktu kontak 1 jam. Efisiensi
biomassa (Said, 2005). yang dihasilkan sebesar 11,89%. Sama
halnya dengan waktu kontak 1 jam,
pada waktu kontak 2 jam dan waktu dihasilkan akan diubah menjadi
kontak 3 jam terjadi penurunan biomassa (Said, 2005).
konsentrasi COD di kolam, efisiensi
yang dihasilkan juga meningkat menjadi 4. KESIMPULAN
18,30% pada waktu kontak 2 jam dan 1. Dari hasil penelitian yang
31,11% pada waktu kontak 3 jam. Hasil dilakukan dengan variasi waktu
efisiensi terbesar pada uji COD di kontak terjadi proses penurunan
kolam pada proses running terjadi pada konsentrasi BOD dan COD di
waktu kontak 3 jam yaitu sebesar kolam dan di reaktor drum.
31,11%. Dengan waktu kontak 1 jam, 2
Berbeda dengan hasil Uji COD jam, dan 3 jam konsentrasi BOD
di reaktor drum, seperti yang di kolam setelah pengolahan
ditunjukkan pada gambar 3.5 dari waktu terjadi penurunan dengan efisiensi
kontak 0 jam sampai dengan waktu secara berturut-turut sebesar
kontak 1 jam terjadi penurunan 9,35%, 10,68%, dan 12,02%.
konsentrasi COD dari 3978,39 mg/l Pada COD di kolam dengan
menjadi 3130,30 mg/l. Efisiensi yang waktu kontak yang sama terjadi
dihasilkan sebesar 21,33%. Pada waktu penurunan konsentrasi dengan
kontak 2 jam terjadi penurunan efisiensi sebesar 11,89%, 18,30%,
konsentrasi COD reaktor drum kembali dan 31,11%. Sedangkan pada
menjadi 3009,09 mg/l, efisiensi yang konsentrasi BOD di reaktor drum
dihasilkan pun meningkat menjadi dengan waktu kontak 1 jam, 2
24,37%. Terakhir pada waktu kontak 3 jam, dan 3 jam setelah pengolahan
jam terjadi penurunan konsentrasi COD menggunakan media biofilter
menjadi 2342,42 mg/l dan efisiensi jaring ikan dan bioball terjadi
meningkat menjadi 41,13%. Hasil penurunan konsentrasi dengan
efisiensi terbesar pada uji COD di efisiensi secara berturut-turut
reaktor pada proses running terjadi pada sebesar 9,10%, 10,40%, dan
waktu kontak 3 jam yaitu sebesar 19,51%. Pada konsentrasi COD di
41,13%. reaktor drum dengan waktu
Hasil dari proses running kontak dan media biofilter yang
menunjukkan konsentrasi COD yang sama terjadi penurunan
terus mengalami penurunan seiring konsentrasi dengan efisiensi
bertambahnya waktu kontak. Sama sebesar 21,33%, 24,37%, dan
halnya dengan penurunan konsentrasi 41,13%.
COD, hal ini menunjukkan bahwa 2. Hasil penelitian dengan waktu
bertambahnya efisiensi penyisihan COD kontak 1 jam, 2 jam, dan 3 jam
disebabkan oleh senyawa COD yang mempunyai pengaruh terhadap
terdapat dalam air limbah akan terdifusi penurunan konsentrasi BOD dan
ke dalam lapisan atau film biologis yang COD di kolam dan di reaktor
melekat pada permukaan media. Pada drum, dimana semakin besar
saat yang bersamaan dengan waktu kontak efisiensi pengolahan
menggunakan oksigen yang terlarut juga semakin besar. Efisiensi
dalam air limbah, senyawa polutan tertinggi berada pada waktu
tersebut akan diuraikan oleh kontak 3 jam. Besarnya efisiensi
mikroorganisme yang ada di dalam pengolahan konsentrasi BOD dan
lapisan biofilm dan energi yang COD di kolam pada waktu kontak
3 jam secara berturut-turut yaitu Anaerob - Aerob Menggunakan
sebesar 12,2% dan 31,11`%. Media Bioring Susunan Random.
Sedangkan pada konsentrasi BOD Semarang: Program Studi Teknik
dan COD di reaktor drum pada Lingkungan Undip.
waktu kontak 3 jam secara Deano, R.B, Rodríguez, J.J.S. 2013.
berturut-turut nilainya sebesar Distribution and Spatial
19,51% dan 41,13%. Variability of Sludges in a
Wastewater Stabilization Pond
5. SARAN System Without Desludging for a
1. Perlunya penelitian lanjutan pada Long Period of Time. Ecological
teknologi kolam (pond) – biofilm Engineering.
dengan media biofilter yang Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara.
berbeda dengan penambahan Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
blower pada reaktor kolam, Hans. 2010. Pengertian Aklimasi,
sehingga suplai oksigen terlarut Adaptasi, dan Aklimatisasi.
dalam kolam dapat lebih optimal http://hansa07.student.ipb.ac.id/2
dibandingkan tanpa adanya aerasi 010/06/20/pengertian-aklimasi-
menggunakan blower. adaptasi aklimatisasi/. 23 Maret
2. Perlunya penelitian lanjutan pada 2014 (20:00).
teknologi kolam (pond)- biofilm Helard, D. 2007. Pengaruh Variasi
dengan media biofilter yang Rasio Waktu Reaksi terhadap
berbeda dan menggunakan variasi Waktu Stabilisasi pada Penyisihan
waktu kontak yang berbeda pula. Senyawa Organik dari Air
Buangan Pabrik Minyak Sawit
6. DAFTAR PUSTAKA dengan Sequencing Batch Reaktor
Aerob. Universitas Andalas.
Agustian, J. 2003. Immobilization of Sumatera Barat.
Activated Sludge in A Column Herlambang, A. 2002. Teknologi
Type Upflow Anaerobic Sludge Pengolahan Limbah Cair Tahu
Blanket Reactor. Majalah IPTEK. Tempe. Pusat Pengkajian dan
Vol.14 No.4 Hal 185-192. Penerapan Teknologi
Alaerts, G dan Santika. 1987. Metode Lingkungan. BPPT.
Penelitian Air. Usaha Nasional. Herlambang, Arie.; Widayat, Wahyu.;
Surabaya. Suprihatin. 2010 Penyisihan
Andiese, V,W. 2011. Pengolahan Amoniak dalam Upaya
Limbah Cair Rumah Tangga Meningkatkan Kualitas Air Baku
dengan Metode Kolam Oksidasi. PDAM-IPA Bojong Renged
Infrastruktur. Vol.1, No.2. Jurusan dengan Proses Biofiltrasi
Teknik Sipil Universitas Menggunakan Media Plastik Tipe
Tadulako. Sarang Tawon. JAI VOL: 6
Anggoro, M. Toha, dkk. 2007. Metode (2010). No : 1.
Penelitian. Jakarta: Universitas Indriyati. 2005. Pengolahan Limbah
Terbuka. Cair Organik Secara Biologi
Ariani, W. 2013. Studi Penurunan menggunakan Reaktor Anaerobik
Kadar COD Dan TSS Pada Lekat Diam. JAI: BPPT.
Limbah Cair Rumah Makan Karina, M.E. 2009. Analisa Kadar
Dengan Teknologi Biofilm Total Suspended Solid (TSS),
Amoniak (NH3), Sianida (CN-), Reaction Rates. Microbial Cell
dan Sulfida (S2-) Pada Limbah Factories: Biomed Central.
Cair Bapedaldasu. Medan: Rao, A.G., Prasad, K.K., Naidu, G.V.,
Departemen Kimia. Rao, N.C., Sharma, P.N. 2003.
Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Removal Of Sulfida in Integrated
Pengolahan Limbah Padat Dan Anaerobic-Aerobic Wastewater
Cair Industri Tahu Studi Kasus Treatment System. Clean Techn
Industri Tahu Tandang Semarang, Environ Policy 6: 66–71.
Sederhana Kendal dan Gagak Ridhwanah dan Iqbal, R. 2013.
Sipat Boyolali. Tesis. Program Perbandingan Efektivitas
Pasca Sarjana Undip. Semarang. Penggunaan Cocopeat Terhadap
Maric, S and Vranes, J. 2007. Bioball Sebagai Media Pada
Characteristics and significance Biofilter Untuk Pengolahan Air
of microbial biofilm formation. Limbah Domestik. Bandung:
Department of Biology: Croatia. Institut Teknologi Bandung.
Metcalf dan Eddy. 2003. Wastewater Rittman, B, E dan McCarty. 2001.
Engineering : Treatment, Environmental Biotechnology :
Disposal and Reuse, 4th.McGraw Principle and Apllications.
Hill Book Co.New York. McGraw Hill International Ed.
Myrasandri dan Syafila, 2009. New York.
Degradasi Senyawa Organik Rifki, M. Penurunan BOD dan COD
Limbah Cair Tahu Dalam Limbah Tahu dengan Proses
Anaerobic Baffled Reactor. Anaerob Menggunakan Biostarter
Program Studi Teknik dari Fermentasi Limbah Buah
Lingkungan, ITB. Mangga. Semarang: Program
Nusye, B. 2012. Studi Pengaruh Waktu Studi Teknik Lingkungan Undip.
Tinggal Terhadap Penyisihan Riva, A, F. 2013. Penurunan Kadar
parameter BOD5, COD, dan TSS COD dan TSS pada Limbah
Lindi Menggunakan Biofilter Industri Tempe dengan Teknologi
Secara Anaerob-Aerob (Studi Biofilm Menggunakan Media
Kasus: TPA Ngronggo, Kota Biofilter Kombinasi Bioball dan
Salatiga, Jawa Tengah). Teknik Limbah Kulit Kerang. Skripsi.
Lingkungan Universitas Program Studi Teknik
Diponegoro: Semarang. Lingkungan Undip. Semarang.
Peraturan Daerah Propinsi Jateng No. 5 Said, N, I. 2005. Aplikasi Bio-ball untuk
Tahun 2012 Tentang Baku Mutu Media Biofilter Studi Kasus
Air Limbah Penglolahan Air Limbah
Pohan, N. 2008. Pengolahan Limbah Pencucian Jean. Jurnal Air
Cair Industri Tahu dengan Proses Indonesia. Vol.1, No.1. Pusat
Biofilter Aerobik. Tesis. Program Pengkajian dan Penerapan
Studi Teknik Kimia USU. Medan. Teknologi Lingkungan. BPPT.
Qureshi, N, Annous, B.A, Ezeji, T.C, Said, N, I. dan Ruliasih. 2005. Tinjauan
Karcher, P, Maddox, I.S. 2005. Aspek Teknis Pemilihan Media
Biofilm Reactors For Industrial Biofilter Untuk Pengolahan Air
Bioconversion Processes: Limbah. Jurnal Air Indonesia.
Employing Potential Of Enhanced Vol.1, No.3. Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Lingkungan. Buangan Secara Biologis.
BPPT. Penerbit Alumni. Bandung.
Said, N, I. dan Heru Dwi Wahjono. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
1999. Teknologi Pengolahan Air Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Limbah Tahu – Tempe dengan Alfabeta. Bandung.
Proses Biofilter Anaerob dan Takriff, M.S., Jaafar, N.L., Abdullah,
Aerob. Pusat Pengkajian dan S.R.S. 2014. A Review of Biofilm
Penerapan Teknologi Lingkungan. Treatment Systems in Treating
BPPT. Downstream Palm Oil Mill
Sani, E, Y. 2006. Pengolahan Air Effluent (POME). Universiti
Limbah Tahu Menggunakan Kebangsaan Malaysia
Reaktor Anaerob Bersekat dan Tchobanoglous, George and Franklin L.
Aerob. Tesis. Semarang: Program Burton. 2003. Wastewater
Magister Ilmu Lingkungan Undip. Engineering Treatment, disposal
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) and Reuse fourth edition, Mc.
dan Kebutuhan Oksigen Biologi Graw Hill Inc, Singapore.
(BOD) Sebagai Salah Indikator Wagiman, Atris, S dan Jumeri. 2001.
Untuk Menentukan Kualitas Optimasi Kebutuhan Lumpur Aktif
Perairan. Jakarta: Pusat untuk Proses Pengolahan Limbah
Penelitian Oseanografi. Cair pada Sentra Industri Tahu
Shammas. N. K, Wang. L. K, Wu. Z. “Ngudi Lestari”. Lembaga
2009. Handbook of Penelitian UGM. Jogjakarta.
Environmental Engineering, Wagiman, Jumeri, Hasan, M. 2003.
Volume. : Biological Treatment Pengukuran Laju Produksi Biogas
Processes. Humana Press. New Pada Pengolahan Limbah Cair
York. Industri Tahu dengan
Stoodley, P., Saure, K., Davies, D.G., Menggunakan Reaktor UASB.
Costerton, J.W. 2002. Biofilms as UGM: Jogjakarta.
complex differentiated Wardhana, W.A. 2004.Dampak
communities. Annu. Rev. Pencemaran Lingkungan.
Microbiol. 56, 187–209. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air
dan Dasar – dasar Pengolahan

Anda mungkin juga menyukai