Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bertambahnya angka harapan hidup di Indonesia, menyebabkan
perhatian terhadap masalah kesehatan beralih dari penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif atau kronis. Sarafino (dalam Widayanti, 2005)
mengumumkan bahwa penyakit kronis merupakan penyebab utama
kematian di dunia pada saat ini. Tjokroprawiro (1993) mendefinisikan
penyakit degenerasi sebagai penurunan fungsi akibat dari penimbunan-
penimbunan jaringan itu sendiri (degenerasi murni) dan atau akibat dari
endapan-endapan bahan lain pada jaringan tersebut (infiltrasi). Lebih
Lanjut dijelaskan bahwa Dibetes Mellitus (DM) termasuk salah satu jenis
penyakit degenerasi. Diabetes Mellitus tergolong dalam penyakit
degenerasi murni maupun infiltrasi, jika telah berlangsung lama dan
kurangnya perawatan (Ari Wijayanti & Siti Noor Fatmah Lailatushifah,
2012).

Sampai saat ini Diabetes Mellitus (DM) masih merupakan masalah


nasional dan tercantum dalam urutan ke empat dari prioritas penelitian
nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler,
serebrovaskuler, dan geriatrik. Menurut WHO (World Health
Organization) Indonesia merupakan negara urutan ke empat terbanyak
jumlah penderita Diabetes Mellitus setelah Australia, India, dan Cina
(Perki, 2014). Menurut estimasi International Diabetes Mellitus
Federation (IDF), terdapat 81 juta orang dengan DM di negara kawasan
Asia Tenggara. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat dari 7,0% pada
kelompok usia ≥ 40 tahun di tahun 2010 menjadi 8,4% pada tahun2030
(WHO,2014).
Menurut Depkes (2014) dalam Jauhari (2016) WHO
memprediksikan kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun2030. IDF
memperkirakan terjadi kenaikan penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun
2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Data dari WHO dan IDF tersebut
menunjukkan perbedaan angka prevalensi. Namun laporan keduanya
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3
kali lipat pada tahun 2030.

Berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia yang dilakukan oleh


pusat-pusat Diabetes, prevalensi diabetes Mellitus pada penduduk usia 15
tahun ke atas sebesar 1,5%-2,3%, bahkan di daerah urban prevalensi DM
sebesar 1,47% dan daerah rural 7,2%. Prevalensi tersebut terus meningkat
2-3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga DM merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius. Menurut Riskesdas (2007)
dalam Gusti & Sukmayanti (2014) prevalensi yang didapatkan di Bali
terhadap penderita DM sebesar 3%. Brunner (2002) menyatakan bahwa
jumlah penderita Diabetes Mellitus 5%-10% Dm tipe 1 dan 90% DM tipe
2 ( Perkeni, 2010 dalam Ragil, 2012).

DM dapat dibagi menjadi empat yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM


tipe lain dan DM Gestasional. DM tipe 1 disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon insulin yang
berfungsi untuk memindahkan glukosa dari dalam darah ke dalam sel. DM
tipe 2 atau sering disebut dengan istilah non insulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM), merupakan jenis DM yang jumlahnya meningkat
secara signifikan di dunia. DM tipe lain disebabkan karena kelainan
genetik, penyakit pankreas, obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain,
sedangkan DM gestasional adalah diabetes yang terjadi saat kehamilan dan
biasanya hanya berlangsung hingga proses melahirkan. Diabetes
gestasional yang menyerang 9,2 persen wanita hail ini umumnya terjadi
antara minggu ke-24 hingga 28 kehamilan, walau tidak menutup
kemungkinan dapat terjadi di minggu manapun (Public Health, 2007).

Penatalaksanaan DM dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu :


penyuluhan, diet, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.
Penatalaksanaan penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas Kokap I tahun
2007, terbukti efektif dengan penyuluhan atau konseling terhadap keluarga
dalam 4 pilar penatalaksanaan DM. Pertama, peran keluarga dalam
perencanaan makanan pada anggota keluarga dengan DM setelah
dilakukan konseling menjadi baik yaitu 80,78%. Kedua, peran keluarga
dalam latihan jasmani pada anggota keluarga dengan DM setelah
dilakukan konseling menjadi baik yaitu 57,69%, serta peran keluarga
dalam pengelolaan obat hipoglikemi pada anggota keluarga dengan DM
sudah cukup baik yaitu 100% (Muwarni & Sholehah, 2007).

Dengan banyaknya edukasi yang sudah diberikan tentang


penatalaksanaan DM di masyarakat dan pelayanan kesehatan serta
keterlibatan keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang menderita
penyakit DM tetapi angka penderita DM masih bertambah setiap
tahunnya. Menurut Purwanto (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan tentang diet pada penderita DM adalah pekerjaan. Pekerjaan
merupakan suatu jalan untuk memenuhi kebutuhan. Pekerjaan bukan
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah
yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang banyak menyita waktu. Bekerja akan
mempunyai pengaruh terhadap informasi dan pengetahuan tentang
kesehatan (Markum 2016, dikutip dalam Nursalam dan Pariani, 2001).
Kurangnya informasi menyebabkan kurangnya pengetahuan pada
penyakit yang diderita sehingga menurunkan motivasi untuk berobat.

Setelah di bentuknya program Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)


oleh pemerintah seharusnya seluruh pekerja dapat merasaka suasana
bekerja yang aman dan nyaman untuk mencapai tujuan produktivitas
setinggi-tinginya dengan tetap memperhatikan 3 komponen kerja berupa
kapasitas tenaga kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Namun dewasa
ini masih banyak pekerja yang harus menerima beban kerja melebihi
kemampuan para pekerja sehingga menyita banyak waktu dan tenaga.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Sakinah, dkk (2012) dengan
judul hubungan beban kerja dan waktu kerja dengan kelelahan kerja pada
tenaga industri pembuatan batu bara Kelurahan Tangkit Kabupaten Muaro
Jambi tahun 2012 mendapatkan hasil data beban kerja pada tenaga kerja
batu bata dikenali yaitu dari sepuluh pekerja, enam orang memiliki beban
kerja berat, tiga orang memiliki beban kerja sangat berat dan satu orang
memiliki beban kerja sedang. Waktu kerja melebihi 8 jam perhari dan ada
juga yang kurang. Waktu masuk kerja rata-rata mulai pukul delapan pagi
sampai dengan pukul empat sore atau enam sore, tergantung pada pemilik
industri batu bata tersebut. Sedangkan untuk waktu istirahat bervariasi
antara 30 menit sampai dengan satu setengah jam.

Menurut Purwanto (2011) dalam penelitiannya yang berjudul


hubungan pengetahuan tentang diet diabetes melitus terhadap kepatuhan
pelaksanaan diet pada penderita diabetes melitus mendapatkan hasil
bahwa responden yang bekerja akan cenderung menghabiskan waktu yang
dimiliki untuk aktivitas pekerjaannya sehingga mengurangi waktu untuk
dapat melakukan kunjungan ke pusat layanan kesehatan untuk
mendapatkan informasi seputar kesehatan yang berguna bagi derajat
kesehatannya. Namun jika dalam aktivitas pekerjaan yang dilakukan
seorang pasien DM masih dapat meluangkan waktu yang ada untuk
mendapatkan informasi mengenai diet diabetes melitus akan menjadikan
penderita mengerti dan paham mengenai pentingnya pelaksanaan diet
sebagai salah satu cara menjaga kondisi darah agar tetap normal.
Menurut penelitian yang dilakukan Riza Triana, dkk ( ) dengan judul
Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien DM Tentang Penyakit & Diet
dengan Kepatuhan Dalam Menjalankan Diet DM mendapatkan hasil
bahwa sebagian besar penderita DM masih bekerja, dimana sebagian besar
pekerjaan responden adalah wiraswasta yaitu sebanyak 19 orang (57,6%)
dengan kesimpulan ada hubungan signifikan antara pekerjaan dengan
penyakit DM.

Menurut ahli penyakit dalam Dr. dr. Roy Panusunan Sibarani Sp.
PD-KEMD dalam artikel yang berjudul Rentan Idap Diabetes, Pekerja
Kantoran Dihimbau Banyak Gerak mengatak bahwa lingkungan dan
pekerjaan kini menjadi pendukung terjadinya DM pada orang muda. Para
pekerja kantoran yang jarang bergerak dan lebih banyak duduk misalnya,
memiliki resiko lebih tinggi mengidap DM dari pada yang bekerja di
lapangan ( Liputan 6, 2017).

Menurut penelitian yang dilakukan Nur Aini, dkk () dengan judul


Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien dalam Tatalaksana DM dengan
Pendekatan Teori Model Behavior System Dorothy E. Johnson
menyebutkan bahwa pekerjaan dan pendapatan dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan
sehari-hari akan membuat waktu yang sedikit untuk memperoleh
informasi.

Pekerjaan dapat menyita banyak waktu dan tenaga sehingga


penderita DM tidak mendapatkan waktu untuk dapat melakukan
kunjungan ke pusat layanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan serta informasi seputar kesehatannya karena penderita lebih
terfokus pada pekerjaannya. Berdasarkan masalah tersebut peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang, Hubungan beban kerja terhadap
perilaku penatalaksanaan DM Tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas
Denpasar.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana hubungan beban kerja
terhadap perilaku penatalaksanaan DM Tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas
Denpasar ?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan beban kerja terhadap penatalaksanaan DM di
Wilayah kerja Puskesmas Denpasar.
2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi beban kerja terhadap penatalaksanaan DM di
Wilayah Puskesmas Denpasar.
b) Mengetahui perilaku penatalaksanaan DM di wilayah Puskesmas
Denpasar.
c) Menganalisa hubungan beban kerja terhadap perilaku
penatalaksanaan DM di Puskesmas
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan keperawatan medikal bedah dan mendukung teori
yang sudah ada.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pasien
Meningkatkan pengetahuan terhadap beban kerja sehingga dapat
melakukan penatalaksanaan DM dengan baik.
b. Bagi perawat
Sebagai bahan informasi dengan masukan bagi perawat untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan terhadap beban kerja
pada penderita DM.

c. Bagi peneliti lain


Sebagai acuan dalam penelitian berikutnya yang berkaitan dengan
beban kerja terhadap penatalaksanaan DM.

d. Bagi instansi STIKES Bali


Menambah kepustakaan dan sebagai bahan pembelajaran mata
kuliah keperawatan medikal bedah tentang beban kerja terhadap
penatalaksanaan DM.

Anda mungkin juga menyukai