Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengertian Lembaga Yudikatif


Menurut Montesquieu, pengertian lembaga legislative,eksekutif dan yudikatif yaitu :

o Pengertian legislatif adalah magistrat atau penguasa yang mengeluarkan suatu hukum.
o Pengertian eksekutif adalah penguasa yang membuat perang atau damai, menerima dan
mengutus duta, menetapkan suatu keamanan umum serta melakukan persiapan untuk
melawan suatu invansi.
o Pengertian yudikatif adalah kekuasaan yang menghukum penjahat dan memutuskan
perselisihan dan pertikaian antar individu.
Sehingga pengertian lembaga yudikatif secara umum yaitu sebuah lembaga / badan yang
memiliki tugas utama sebagai lembaga yang mengawal, mengawasi dan memantau proses
berjalannya perundang-undangan dan penegakan hukum di sebuah negara. Di negara kita
fungsi ini dijalankan oleh Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi, di mana
lembaga tersebut berperan untuk mengawasi dan memantau berjalannya / berlangsungnya
undang-undang dan hukum di Indonesia sebagaimana mestinya.
2. Lembaga Politik Yudikatif

a. Mahkamah Agung
Mahkamah agung adalah pemegang kekuasaan kehakiman yang merdeka, artinya terlepas
dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Undang-undang yang mengatur tentang kekuasaan
kehakiman adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan peradilan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan tugas pokok menerima, memeriksa, mengadili, dan
menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. Adapun lingkungan kekuasaan kehakiman
berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, terdiri
atas:
1) Peradilan Umum,
2) Peradilan Agama,
3) Peradilan Militer, dan
4) Peradilan Tata Usaha Negara.
Mahkamah Agung adalah peradilan tertinggi. Hal itu berarti putusan yang diberikan pada
tingkat terakhir oleh badan peradilan lain, dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah
Agung. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004.
Berdasarkan ketentuan tersebut, secara garis besar kekuasaan Mahkamah Agung mencakup
dua hal, yaitu kekuasaan di dalam peradilan dan kekuasaan di luar peradilan.
1) Kekuasaan Mahkamah Agung di dalam peradilan meliputi kekuasaan dalam hal-hal
berikut:
a) Mengukuhkan atau membatalkan putusan dan penetapan pengadilan lain dalam
tingkat kasasi.
b) Meninjau kembali putusan-putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan
c) Memutus sengketa tentang wewenang mengadili antara pengadilan-pengadilan di
beberapa lingkungan peradilan.
d) Memberi putusan dalam tingkat banding atas segala keputusan wasit (Pengadilan
Arbiter), yaitu peradilan swasta yang terdapat dalam dunia perdagangan yang
diakui pemerintah.

2) Kekuasaan Mahkamah Agung di luar peradilan sebagai berikut:


a) Melakukan pengawasan tertinggi atas jalannya pengadilan di bawahnya.
b) Melakukan pengawasan tertinggi atas para notaris dan pengacara.
c) Memberi nasihat kepada presiden dalam hal memberi grasi, amnesti, abolisi, dan
rehabilitasi, atau pertimbanganpertimbangan dan keterangan tentang soal yang
berhubungan dengan hukum apabila hal itu diperlukan pemerintah.
d) Menguji sah tidaknya suatu peraturan yang lebih rendah dari undang-undang
terhadap peraturan yang lebih tinggi.

Susunan Mahkamah Agung terdiri atas pimpinan, hakim anggota, panitera, dan
seorang sekretaris. Pimpinan hakim anggota Mahkamah Agung adalah hakim agung.
Pimpinan Mahkamah Agung terdiri atas seorang ketua, dua wakil ketua, dan beberapa orang
ketua muda. Hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan
persetujuan dan ditetapkan oleh presiden. Pada dasarnya, Mahkamah Agung mempunyai
wewenang untuk mengadili pada tingkat kasasi dan menguji peraturan perundangundangan.
 Wewenang Mahkamah Agung
a) Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan
tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan.
b) Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan perundang-
undangan dibawah Undang-undang.
c) Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua
lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.

 Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Mahkamah Agung juga melaksanakan 5


fungsi berikut:
1) Fungsi Peradilan
a) Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan
pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan
hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua
hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil,
tepat dan benar.
b) Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang
memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
o Semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
o Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
o Semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya
oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku.
c) Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/ menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-
undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya)
bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi
2) Fungsi Pengawasan
a) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara
b) Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
o Terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan
perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran
dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim
o Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut
peradilan
3) Fungsi Mengatur
a) Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum
cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
b) Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
4) Fungsi Memberi Nasehat
a) Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-
pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain.
Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara
dalam rangka pemberian atau penolakan grasi . Selanjutnya , Mahkamah
Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada
Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi.
b) Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk
kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan
5) Fungsi Administratif
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan
organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan

Selain itu, undang-undang pasal 24A ayat 2, 3, 4, 5 mengatur tentang Hakim Agung dan
seluruh jajaran Mahkamah Agung. Bunyi dari undang-undang tersebut antara lain:

a) Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
professional, dan berpengalaman di bidang hukum.
b) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapat persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagi hakim agung oleh Presiden.
c) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.
d) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan
peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang.

b. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga kekuasaan kehakiman yang baru dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. Dari negara-negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-78
yang mempunyai lembaga sejenis. Kedudukan MK diatur dalam Pasal 24C Amendemen
UUD 1945 dan lebih lanjut diatur dengan UU No. 24 tahun 2004. Hakim MK terdiri atas
sembilan orang yang terdiri dari ketua, wakil ketua, dan anggota. Sesuai Undang- Undang
Dasar 1945 yang selanjutnya disahkan menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003.
Lembaga ini dibentuk dengan dasar pemikiran bahwa konstitusi harus bersifat netral dan
murni. Oleh karena itu, Mahkamah Konstitusi difungsikan untuk menjaga kemurnian
konstitusi dari oknum yang menunggangi kepentingan tertentu
 Tugas Dan Wewenang Mahkamah Konstitusi
Adapun tugas dan wewenang mahkamah konstitusi diatur dalam undang-undang pasal 24C
ayat 1 sampai 6 yaitu :

1. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum.
2. Mahkamah konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
Undang Undang Dasar.

Dimana Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/ atau Wakil Presiden diduga :

1) Telah melakukan pelanggaran hukum berupa :


a) Penghianatan terhadap negara;
b) Korupsi;
c) Penyuapan;
d) Tindak pidana lainnya;
2) Atau telah melakukan perbuatan tercela, dan/atau
3) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Mahkamah Konstitusi mempunyai Sembilan anggota hakim konstitusi yang ditetapkan
oleh Presiden. Tiga hakim diajukan oleh Mahkamah Agung, tiga oleh Dewan perwakilan
Rakyat, dan tiga lainnya diajukan oleh Presiden.
4. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi.
5. Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
negarwan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai
pejabat negara.
6. Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya
tentang Mahkamah Konstitusi diatur dalam Undang-Undang.

c. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah salah satu komponen tugas lembaga yudikatif yang bersifat
independen, bebas dari pengaruh kewenangan lembaga lain. Lembaga ini terbentuk setelah
empat kali amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembentukan Komisi Yudisial bertujuan untuk memasukkan unsur masyarakat dalam proses
pengangkatan, penilaian kerja, dan pemberhentian hakim. Hal ini untuk menjaga kenetralan
dalam menjalankan tugas Komisi Yudisial yang menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran, martabat serta perilaku hakim. Adapun tugas dan wewenang Komisi Yudisial
tercantum dalam pasal 24B Undang-undang dasar 1945 ayat 1sampai dengan ayat 4 yang
berbunyi:

1. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim


agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
2. Anggota Komisi Yudisial harus berpengetahuan dan berpengalaman di bidang hukum
dengan integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
3. Anggota komisi yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
DPR.
4. Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.

Dengan demikian, pihak-pihak yang berada di bawah pengawasan Komisi Yudisial


adalah antara lain:

1. Hakim agung dan Mahkamah Agung


2. Hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan ( pengadilan umum,
pengadilan agama, pengadilan militer, pengadilan tata usaha negara)
3. Hakim Mahkamah Konstitusi

Susunan keanggotaan Komisi Yudisial (KY) terdiri atas pimpinan dan anggota. Pimpinan
komisi terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang merangkap anggota.
Sedangkan anggotanya terdiri atas 7 (tujuh) orang yang berasal dari pejabat Negara, yaitu
hakim, akademisi hukum, praktisi hukum, dan anggota masyarakat. Anggota Komisi
Yudisial (KY) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

Berbeda dengan kedua lembaga yudikatif lainnya, Komisi Yudisial tidak mempunyai
kekuasan yudikatif. Tugas dan wewenang Komisi Yudisial secara singkat hanya bersifat
untuk memilih dan mengawasi kinerja hakim. Sangat disayangkan bahwa saat ini tidak
sedikit pejabat mempunyai tugas lembaga yudikatif yang harusnya bisa meluruskan sistem
hukum justru terlibat dengan kasus hukum. Salah satunya adalah sering ditemukannya kasus
suap hakim di hampir setiap lingkup peradilan. Salah satu kasus yang banyak dibicarakan
akhir-akhir ini adalah tertangkapnya Ketua Pengadilan Tinggi Manado, Sulawesi Utara,
Sudiwardono dalam Operasi Tangkap Tangan KPK pada 6 Oktober 2017 yang lalu. Kasus
tersebut melibatkan politikus partai politik yang juga merupakan anggota Komisi XI DPR RI.

Peristiwa tersebut tentu saja menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap integritas hakim
di Indonesia, dan Mahkamah Agung sebagai payung yang melingkupi. Kasus tersebut
bahkan menggempakan lembaga yudikatif Indonesia karena muncul desakan agar Ketua
Mahkamah Agung Hatta Ali untuk mundur. Desakan tersebut berdasar pada Maklumat Ketua
MA RI Nomor 01/Maklumat/IX/2017 tanggal 11 September 2017 yang menegaskan bahwa
tidak akan ada lagi hakim dan aparatur di bawah Mahkamah Agung yang merendahkan
wibawa, kehormatan dan wibawa MA dan semua peradilan di bawahnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-legislatif-eksekutif-dan-yudikatif-beserta-
contohnya/

https://guruppkn.com/tugas-lembaga-yudikatif

https://agroteknologi.web.id/sains/pengertian-dan-tugas-lembaga-legislatif-eksekutif-dan-
yudikatif/

http://brikjon.blogspot.co.id/2012/04/lembaga-yudikatif.html

Anda mungkin juga menyukai