OLEH:
Nurul Hildayanti Ilyas, S.Ked
10542051413
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10542051413
Makassar.
Pembimbing
KATA PENGANTAR
2
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, kesehatan
pada Pasien Basalioma” ini dapat diselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, yang menjadi suri tauladan bagi seluruh
umat manusia.
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan nasehat dalam
kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
meliputi pemberian tindakan anestesi, perawatan dan terapi intensif pada pasien
tertentu diruang perwatan intensif. Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari
sedangkan analgesia yaitu hilangnya sensasi sakit/nyeri, tetapi modalitas yang lain
Anestesi lokal adalah obat yang diberikan secara lokal (topikal atau suntikan)
dalam kadar yang cukup dapat menghambat hantaran impuls pada saraf yang dikenai
oleh obat tersebut. Obat-obat ini menghilangkan rasa atau sensasi nyeri terbatas pada
dan operasi kecil invasif minimal. Teknik ini juga relatif aman, tetapi membutuhkan
4
Karsinoma sel basal (KSB) disebut juga basalioma adalah tumor ganas kulit
yang paling sering ditemukan terutama pada orang kulit putih. DiAustralia jumlah
ribu penduduk. Di Indonesia menurut data Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli
Patologi Indonesia tahun 1989, dari 1530 kasus kanker kulit, yang terbanyak adalah
kasus karsinoma sel basal yaitu, 39,93 %. Diagnosis basalioma ditegakkan dengan
5
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny DJ
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Bugis-Makassar
Pekerjaan : IRT
No. RM : 51.55.13
B. ANAMNESIS
Yusuf dengan keluhan adanya benjolan pada daerah rahang kiri sejak ± 3 bulan
yang yang lalu. Awalnya berupa benjolan seperti tahi lalat sebesar biji jagung.
Benjolan awalnya kecil, berwarna hitam, bulat, tidak nyeri dan tidak gatal.
Namun benjolan tersebut semakin lama semakin bertambah besar, terasa nyeri
6
dan gatal sehingga pasien sering menggaruknya. Riwayat asma (-), alergi (-),
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
4. Tanda Vital :
Suhu : 36,30C
Pernapasan : 22 x/menit
5. VAS :2
9. Thorax
7
10. Abdomen : Ikut gerak napas, peristaltik (+) kesan normal.
Status Lokalis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
4. HCT : 36,1 %
Kimia Darah
6. GDS : 77 mg/dL
Hemostasis
9. CT : 9’
8
10. BT : 2’15”
Seroimmunologi
E. KESAN ANESTESI
PS II.
G. KESIMPULAN
9
BAB III
LAPORAN ANESTESI
A. PRE OPERATIF
dilakukan.
6. Tanda vital:
- Nadi : 82 x/menit
10
B. TINDAKAN ANESTESI
Anestesi lokal
C. PENATALAKSANAAN ANESTESI
1. Kasa steril.
3. Povidon Iodine.
4. Plester.
6. Spuit 10 cc.
7. Lampu.
9. Alat-alat resusitasi.
D. INTRA OPERATIF
Pasien diposisikan pada posisi yang nyaman yaitu posisi supine dan
cc (80 mikrogram), dan midazolam 3 mg, setelah itu dilakukan anestesi lokal
disekitar lesi (benjolan) pada pukul 10.30 WITA menggunakan Lidocaine HCl
11
2% setelah itu dilakukan tindakan eksisi pada basalioma dan lama operasi
berlangsung 40 menit.
1. Kesadaran : Composmentis
2. TD : 130/80mmHg
3. Nadi : 88 x/meit
4. Pernapasan : 20x/menit
5. SpO2 : 99%
E. PASCA OPERATIF
F. PEMBAHASAN
keluhan adanya benjolan pada daerah rahang kiri sejak ± 3 bulan yang yang lalu.
Awalnya berupa benjolan seperti tahi lalat sebesar biji jagung. Benjolan awalnya
kecil, berwarna hitam, bulat, tidak nyeri dan tidak gatal. Namun benjolan
tersebut semakin lama semakin bertambah besar, terasa nyeri dan gatal sehingga
12
Tindakan pre-operatif ditujukan untuk menyiapkan kondisi pasien
meliputi persiapan alat, penilaian dan persiapan pasien, serta persiapan obat
keberhasilan operasi yang akan dilakukan. Peniliaian pre-operatif dalam hal ini
meliputi: riwayat penyakit pasien sekarang dan dahulu berupa penyakit jantung,
klasifikasi ASA II ( pasien dengan penyakit sistemik ringan ) . Pada pasien ini,
sebelum anestesi penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi
dan muntah pada pembedahan elektif. Sebelum dilakukan operasi pada pasien ini
Pilihan Anestesi pada kasus ini adalah anestesi lokal dengan infiltrasi,
dimana berdasarkan referensi mengenai eksisi pada basalioma atau karsinoma sel
basal dilakukan anestesi lokal dengan menggunakan lidokain sebagai blok saraf.
Pada pasien ini diberikan obat premedikasi yaitu injeksi fentanyl dan midazolam.
13
nyaman pada pasien dengan pemberian sedatif dengan tujuan menghilangkan
rasa khawatir dan pemberian obat golongan opioid untuk meredakan dan
menggunakan lidocaine 2%. Setelah itu, kemudian dilakukan eksisi pada daerah
lesi.
dievaluasi tanda-tanda vital dan kesadaran serta keluhan jika ada, kemudian
14
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANESTESI LOKAL
artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu
anestesi lokal dan anestesi umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit
tanpa disertai hilang kesadaran dan anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit
operasi.2
saraf secara permanen, harus efektif dengan pemberian secara injeksi atau
yang rendah. Mula kerja bahan anestetikum lokal harus sesingkat mungkin,
15
sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga operator memiliki waktu
yang cukup untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama
sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anestesi lokal juga harus larut
dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, serta tahan pemanasan bila
hanya sedikit saja. Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan
ringan pada membran. Proses inilah yang dihambat oleh anestetikum lokal,
hal ini terjadi akibat adanya interaksi langsung antara zat anestesi lokal
dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase muatan
16
bahwa anestesi lokal menghambat hantaran saraf tanpa menimbulkan
permeabilitas membran oleh anestesi lokal juga timbul pada otot rangka, baik
terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan mengakibatkan
molekul obat anestesi lokal. Penyumbatan gerbang ion yang terbuka dengan
17
ambang batas potensial tidak tercapai sehingga potensial aksi tidak
ketamin juga memiliki efek memblok kanal sodium. Tidak semua serat saraf
anatomi dan fisiologi lain. Diameter yang kecil dan banyaknya mielin
dengan ikatan, yaitu ikatan golongan amida (-NHCO-) dan ikatan golongan
ester (-COO-). Perbedaan ini berguna karena ada perbedaan ditandai dalam
Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar,
yaitu golongan ester dan golongan amide. Perbedaan kimia ini direfleksikan
18
golongan ester turunan dari pamino-benzoic acid memiliki frekuensi
1. Prokain
2. Tetrakain
3. Kokain
4. Benzokain
5. Kloroprokain
1. Lidokain
2. Mepivakain
3. Bupivacaine
4. Prilokain
5. Artikain
6. Dibukain
7. Ropivakain
8. Etidokain
9. Levobupivakain
amida adalah ikatan kimiawi golongan ester lebih mudah rusak dibandingkan
19
ikatan kimiawi golongan amida sehingga golongan ester kurang stabil dalam
larutan dan tidak dapat disimpan lama. Bahan anestetikum golongan amida
stabil terhadap panas, oleh karena itu bahan golongan amida dapat
(PABA), yaitu zat yang dapat memicu reaksi alergi, sehingga golongan ester
dapat menimbulkan fenomena alergi. Hal inilah yang menjadi alasan bahan
menjadi tiga kelompok yaitu kelompok I yang memiliki potensi lemah dengan
adalah kelompok yang memiliki potensi dan masa kerja menengah (≈60menit)
kelompok yang memiliki potensi kuat dengan masa kerja panjang (>90menit).
20
D. Dosis Maksimum Anestetikum Lokal
badan yaitu miligram per kilogram (mg / kg) atau miligram per pon (mg / lb).
oleh FDA dengan atau tanpa epinefrin 7,0 mg/kgbb untuk dewasa dan anak-
21
merupakan komplikasi yang terjadi pada sekitar area injeksi, sedangkan
tubuh terhadap pemberian anestesi lokal. Efek samping anestesi lokal yang
a. Definisi
dari sel nonkeratinisasi lapisan basal epidermis. Karsinoma Sel Basal (KSB)
disebut juga basalioma, epitelioma sel basal, ulkus rodent, ulkus Jacob, atau
tumor Komprecher.12
b. Etiopatogenesis
dan yang paling sering dipicu oleh paparan sinar matahari, terutama sinar
berperan terdapat pada kromosom 1 dan satu varian dari setiap kromosom 5,
22
mungkin berhubungan dengan faktor risiko tambahan terhadap paparan sinar
c. Gambaran Klinis
rolled border. Lesi besar disertai nekrosis bagian tengah merupakan dasar
bawah berupa papul merah muda yang sulit dibedakan dengan akrokordon
Lokasi anatomis lesi KSB yang paling sering adalah pada 1/3 tubuh
bagian atas, di mana 75-80% terjadi pada daerah wajah. Lesi wajah yang
tersering adalah hidung, daerah nasal tip dan alae. Sekitar 25% KSB berada
d. Diagnosis
pemeriksaan histopatologi dari salah satu lesi untuk menentukan subtipe KSB.
Biasanya penderita KSB datang dengan keluhan bercak hitam di wajah mudah
23
berdarah dan tidak sembuh sembuh, atau berupa tahi lalat (andeng-andeng)
yang bertambah besar dengan permukaan tidak rata, dan biasanya terdapat
riwayat trauma, serta dapat disertai dengan rasa gatal atau nyeri. Basalioma
apabila berpigmen dan dengan ulkus keras yang tidak nyeri seperti pada
e. Penatalaksanaan
post-operatif dapat digunakan pada KSB risiko rendah dan risiko tinggi. Jika
bedah eksisi atau Mohs Micrographic Surgery (MMS). Untuk KSB primer,
jika pertumbuhan tumor tidak agresif, dan lokasinya berada di badan atau
24
ekstremitas, eksisi merupakan teknik terapi dengan tingkat rekurensi yang
rendah. Untuk lesi KSB dengan pertumbuhan agresif atau terdapat di lokasi-
lokasi seperti lipatan nasolabial, sekitar mata, belakang telinga, skalp, atau lesi
stadium melalui penentuan batas lesi tepi tumor. Dengan demikian, hasil
eksisi standar.12
25
BAB IV
PENUTUP
spesialis anestesi ataupun tenaga medis lainnya ditujukan agar dapat mempersiapkan
fisik dan mental pasien secara optimal, merencanakan dan memilih teknik anestesi
serta obat-obatan yang dipakai, dan menentukan klasifikasi pasien berdasarkan ASA.
Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi yang
mengantisipasinya.
Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan, baik dari segi
anestesi maupun tindakan operasinya. Pada saat diruang pemulihan juga pasien tdiak
26
DAFTAR PUSTAKA
6. Malamed, SF. Hand book of local anaesthesia. 6th ed. Mosby. ST. Louis,
Missouri. 2013.
10. Kartini S, Ruswan DM. Petunjuk praktis anesthesiologi. Ed 1., Jakarta: Bagian
Anestesiologi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia, 2001.
11. Utama YD. Anestesi Lokal dan Regional Untuk Biopsi Kulit. Kalbe Farma, Vol.
37, Issue 7, Sep. 2010.
12. Reginata G, Tansil Tan S. Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Sel Basal.
Kalbe Farma, Vol. 42, 2015.
27