Jtptunimus GDL Mugiyanti0 5260 2 Bab2 PDF
Jtptunimus GDL Mugiyanti0 5260 2 Bab2 PDF
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Anemia adalah situasi atau keadaan dimana jumlah RBC dan atau
sumsum tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya
unsur pembentuk darah dalam sumsum. Hal ini khas dengan penurunan
yang menyebabkan penipisan semua unsur sumsum. (Betz and Sowden, 1996)
B. Klasifikasi
sistem eritopoetik.
agranulopoetik.
1
3. Amegakaryositik (Penyakit Schultz) yaitu aplasia yang mengenai sistem
trombopoetik.
(Ngastiyah, 1997)
C. Etiologi
1. Faktor kongenital
2. Faktor didapat:
2
D. Manifestasi Klinik
1. Pucat
2. Kelemahan
3. Sesak nafas
4. Ruam
5. Mudah lebam
6. Hidung berdarah
7. Gusi berdarah
8. Anoreksia
9. Dispnea
( Sacharin, 1996 )
E. Patofisiologi
lain : bahan kimia, obat, radiasi, factor individu, infeksi, idiopatik. Apabila
tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan
pada pasien yang mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada
3
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi
sumsum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu
normal dan pergantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel
pansitopenia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan
sel darah putih ini akan menyebabkan agranulositosis dan akhirnya menekan
dan penurunan system imunitas fisis mekanik dimana dapat menyerang pada
selaput lendir, kulit, silia, saluran nafas sehingga bila selaput lendirnya yang
terkena maka akan mengakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut serta faring,
4
100.000/mm3. akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie,
anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare dan stomatitis ( sariawan pada lidah
jaringan menurun.
5
F. Pathways Etiologi : Faktor kongenital, faktor didapat
hipoplasia
Pajanan dilanjutkan
7. Kurang
Biopsi pengetahuan
Pansitopenia
- Anoreksia
Anoreksia - Nausea
- Stomatitis
6. Resiko tinggi
kerusakan Penurunan masukan
integritas kulit diet dalam tubuh
2. Perubahan nutrisi
3. Konstipasi kurang dari
atau diare kebutuhan tubuh
6
G. Komplikasi
1. Sepsis
tulang ).
7
I. Penatalaksanaan Medis
(ALG).
3. Tranfusi darah.
5. Makanan.
6. Istirahat.
lain seperti tangan dan kaki. Peningkatan drastis dalam kekuatan dan
pada kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan lingkungan sosialnya.
(Nelson, 1999, 37 ).
sebelumnya diakhiri dalam keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk
8
Masalah ini, pada awal masa pertumbuhan muncul kembali seperti anak
menghadapi tempat bermain yang ramai atau suatu ruang kelas prasekolah.
dan perkembangan yang dicapai pada usai prasekolah untuk motorik kasarnya.
Anak atif dan terampil, berayun dan meluncur, mampu melompat dengan kaki
secara bergantian, berdiri dengan satu kaki untuk waktu yang alam dan
sampai sepuluh sedangkan kemampuan bahasa yang dicapai pada usia ini.
9
3. Fase phalik (3-6 tahun) : memegang genetalia, Oedipus complek (cinta
ibu), Elektra complek (cemburu tak punya penis), bersaing ortu lawan
jenis.
4. Fase latent (6-12 tahun) : orientasi sosial ke lur rumah, banyak teman.
K. Masalah Keperawatan
tidak adekuat.
10
L. Fokus Intervensi
selama 3 x 24 jam.
Intervensi :
1.1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit / membran
adventisius
1.7. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh
1.8. Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas, ukur
11
Kolaborasi :
1.9. Awasi pemeriksaan laboratorium missal Hb/Ht dan jumlah sel darah
merah, GDA.
1.10. Berikan SDM darah lengkap / packed, produk darah sesuai indikasi
(Doengoes, 2000)
laboratorium normal.
Intervensi :
2.4. Berikan dan catat kejadian mual / muntah, flatus dan gejalalain yang
berhubungan.
2.5. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus dan gejala
12
2.6. Berikan dan bantu higiene mulus yang baik.
2.7. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
Kolaborasi :
2.10. Berikan obat sesuai indikasi misal : vitamin dan suplemen mineral,
2.11. Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas
(Doengoes, 2000)
Intervensi :
13
3.3. Awasi masukan dan halauan dengan perhatian khusus pada
makanan/cairan.
Kolaborasi :
3.6. Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diit seimbang dengan
3.8. Berikan obat anti diare misal hidroklorida dengan atropin (lomotil)
Intervensi :
14
4.2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan
otot.
4.5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
istirahat.
(Carpenito, 2000)
tidak adekuat.
Intervensi :
5.1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh perawat dan pasien.
15
5.2. Pertahankan teknik aspetik ketat pada prosedur atau perawatan luka.
5.4. Dorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering, latihan batuk
5.7. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam.
Kolaborasi :
(Doengoes, 2000)
Intervensi :
6.1. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna
16
6.2. Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien
sabun.
Kolaborasi :
6.5. Gunakan alat pelindung misal keranjang, kasur tekanan udara atau
(Carpenito, 2000)
Intervensi :
17
7.4. Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
diet khusus.
(Carpenito, 2000)
18