Anda di halaman 1dari 6

RESUME I

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Hari, tanggal : Senin/ 30 Januari 2017


Nama/ NIM : Bidari Intan Rucitra/150341602763
Kelas :A
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : Perkembangan dan Perubahan Kurikulum
Pendidikan di Indonesia
Tujuan : Mengetahui sejarah perkembangan kurikulum pendidikan di
Indonesia

Kurikulum di Indonesia memiliki sejarah tersendiri yang unik untuk


dipelajari. Kurikulum memiliki pengertian luas berupa rencana pembelajaran atau
rambu-rambu pembelajaran yang berlaku secara nasional dalam suatu negara.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sejarah kurikulum yang sangat
panjang. Hal ini dikarenakan dinamisasi atas perubahan zaman, globalisasi, dan
perkembangan pendidikan secara global, sehingga Indonesia sebagai negara yang
ingin berperan dalam percaturan dunia harus senantiasa dinamis dengan
perkembangan pola pembelajaran yang sedang berkembang atau sedang dalam
proses pengembangan oleh para ahli pendidikan. Selain itu, diketahui pula jika
Indonesia memiliki landasan historis dalam setiap kurikulumnya. Setiap
pengembangan kurikulum memiliki karakteristik masing-masing dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Dalam ringkasan materi ini akan dibahas mengenai
perkembangan kurikulum di Indonesia ditinjau dari perubahan waktu dan
karakteristiknya.

1. Kurikulum 1947

Kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Kurikulum


pada tahun 1947 ini masih merupakan warisan kolonialisme yang hanya diubah
namanya dari istilah Belanda yaitu Leer Plan. Kurikulum 1947 juga
menyesuaikan dengan kondisi Indonesia yang saat itu masih baru merdeka,
sehingga hal yang paling dikembangkan dalam kurikulum ini adalah semangat
kebangsaan dan nasionalisme. Selain itu, bangsa Indonesia dituntut untuk menjadi
generasi terdidik, sehingga mampu merasa percaya diri dan bangga menjadi
bagian dari bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan berusaha sejajar
dengan bangsa lainnya di muka bumi.

2. Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional (sisdiknas) yang nantiya akan menjadi tonggak bagi sistem pendidikan
nasional di masa yang akan datang yang berkembang hingga saat ini. Hal yang
paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari, dimana materi-materi pelajaran lebih aplikatif dan lebih membuat
siswa mampu untuk mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada
kurikulum ini juga dibuat satuan jenjang pendidikan yang baru, yakni Kelas
Masyarakat dimana sesuai namanya kelas ini bertujuan untuk memasyarakatkan
orang-orang dari golongan kurang mampu agar terlatih dalam beberapa macam
keahlian khusus, misalnya di bidang pertanian, pertukangan, perikanan, dan lain-
lain sehingga walaupun mereka hanya lulusan SD, mereka mampu hidup dan
bekerja dengan keahlian yang dimiliki.
3. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Hamalik, 2004). Hal ini
juga sebenarnya adalah awal mula dari pengembangan pendidikan karakter yang
terus berkembang hingga saat ini. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (Jawa)
(keterampilan), dan olah jasmani. Pendidikan dasar di bangku SD lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis yang sangat
sederhana.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum ini dipandang
sebagai kurikulum yang proses perubahannya sangat bermuatan politik karena
adanya transisi antara Orde Lama ke Orde Baru.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Pendidikan Pancasila sangat ditekankan karena
menghindari pengaruh paham-paham dari luar, seperti komunisme dan atau
paham radikal lainnya. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Yang melatar belakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu. Konsep ini
mengacu pada kemampuan manajerial dari guru maupun siswa.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran dan dinilai tidak efektif serta merepotkan bagi guru .
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach atau pendekatan
kecakapan khusus dan keahlian. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi
faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975
yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.
Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming
(SAL). Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari
oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu
belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif.
Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama
harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
8. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standar performance yang telah ditetapkan. Competency Based Education is
education geared toward preparing indivisuals to perform identified competencies
(Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan
mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat
kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu
kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. Kurikulum
Berbasis Kompetensi berorientasi pada:
a. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.
b. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya
(Puskur, 2002).
Tujuan yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa
baik secara individual maupun klasikal.
9. Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP.
Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh
siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD)
setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran,
seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan
(sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh
sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah. Tujuan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat
satuan pendidikan yang bersangkutan.

10. Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 ini adalah sebuah reformasi perkembangan pendidikan
dimana konsep student center lebih digalakkan. Kurikulum 2013 menerapkan
assesmen yang berbeda bagi setiap mata pelajaran. Hal ini dikarenakan
pemerintah ingin generasi pelajar Indonesia mengeahui bahwa belajar di sekolah
bukan hanya urusan para guru saja dan murid hanyak sekadar menerima materi
dari guru. Selain itu pemerintah juga ingin para pelajar menjadi generasi yang
tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga pada proses yang membuat mereka
lebih paham akan materi pelajaran di sekolah. Assesmen dilakukan dengan banyak
cara yakni dengan tes unit, tugas kelompok, inkuiri mandiri maupun inkuiri
terbimbing.

Demikian adalah sejarah pengembangan kurikulum di Indonesia. Dari masing-


masing kurikulum kita dapat mempelajari kekurangan dan kelebihannya masing-
masing. Hal yang perlu dikritisi adalah bagaimana implementasi dari kurikulum
itu sendiri di setiap daerah dan hal penting lain yaitu masalah kesiapan para guru
serta pihak sekolah untuk menjalankan kurikulum tersebut.

DAFTAR REFERENSI DAN SUMBER BACAAN

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003.Undang-undang


Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta:
Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan


Pengembangannya. Bandung: Mandar Maju.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum


2013. Jakarta:
Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai