Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

Katarak Senilis Imatur

Oleh :

Siti Karyani

1811901041

Pembimbing:

dr. Alfida Yanti, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


ILMU PENYAKIT MATA RSUD TENGKU RAFI’AN SIAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
PEKANBARU

2018

KATA PENGANTAR
1
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur atas rahmat dan nikmat Allah
SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “ Katarak
Senilis Imatur ”. Laporan kasus ini diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinis Senior Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Tengku
Rafi’an Kabupaten Siak Sri Indrapura.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak mendapat bantuan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak hingga akhirnya laporan kasus ini dapat
selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu sepantasnya penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dokter Pembimbing dr. Alfida Yanti, Sp.M dan segenap Staff
Bagian RSUD Tengku Rafi’an Kabupaten Siak Sri Indrapura atas bimbingan dan
pertolongannya selama menjalani Kepaniteraan Klinis Senior Ilmu Penyakit Mata
dan dapat menyelesaikan penulisan dan pembahasan laporan kasus ini.
Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh
dari kata sempurna, penulis memohon maaf atas segala kesalahan, sehingga kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan penulisan laporan kasus berikutnya.

Siak Sri Indrapura, Oktober 2018

Penulis

Siti Karyani

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Definisi............................................................................................................6

2.2 Etiologi............................................................................................................6

2.5 Patofisiologi.....................................................................................................6

2.7 Tanda dan Gejala .............................................................................................8

2.8 Diagnosis.........................................................................................................9

2.9 Diagnosis Banding.........................................................................................10

2.10 Terapi...........................................................................................................10

2.11 Komplikasi...................................................................................................12

2.12 Prognosis......................................................................................................13

BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................14

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

3
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Lensa memiliki ukuran tebal sekitar 4 mm dan diameter 9 mm.
Lensa terdiri dari tiga bagian, yaitu nucleus, kortek dan kapsul. Kapsul lensa adalah
membran semipermeabel yang menyebabkan air dan elektrolit dapat masuk. Nucleus
lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia, laminar epitel
supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan
elastisitasnya. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina
melalui kemampuan akomodasinya. Lewat kemampuan ini, kita mampu melihat
benda yang jauh ataupun yang dekat. Namun seiring dengan bertambahnya usia, lensa
dapat mengalami berbagai gangguan seperti kekeruhan, gangguan akomodasi, distorsi
dan dislokasi.1,2
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat keduanya.1
Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh
berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses degenatif. 2,3
Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil akan
berwarna putih atau abu-abu. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti
berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.1
Suatu studi yang dilakukan oleh Walmer Eye Institute pada tahun 2004
mencatat sekitar 20,5 juta penduduk usia lebih dari 40 tahun di Amerika menderita
katarak pada kedua matanya dan sekitar 6,1 juta diantaranya merupakan pseudofakia
atau afakia. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 30,1 juta kasus katarak
dan 9,1 juta kasus dengan pseudofakia atau afakia pada tahun 2020.4
Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak
kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, katarak juvenile yang
terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai orang-orang berusia
4
diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis katarak yang
paling sering terjadi.1
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu katarak
insipien, katak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak insipient
merupakan stadium katarak yang paling awal dan belum menimbulkan gangguan
visus. Pada katarak imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa
sedangkan pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian lensa.
Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi
lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana
pada stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa. Kekeruhan
5
pada stadium ini utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang nukleus lensa.
Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa akan mencembung dan
dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.1,2

2.2 Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti
dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:5
- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga
mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa
- Faktor imunologik
- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
- Gangguan metabolisme umum

2.3 Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.
Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara
daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru
dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini
dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada
lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-
molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya
menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa
juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa
menjadi keruh. Perubaha lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan
penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi
sodium dan calcium.2
6
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi
lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga
densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel
fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan
serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu,
proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa
terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan
antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki
peran penting pada proses pembentukan katarak.6

2.4 Gejala Klinis


Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2
- Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan
pasien dengan katarak senilis.
- Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari
hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
- Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini
disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second
sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
- Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area
refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran

7
terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi
langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang
tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
- Noda, berkabut pada lapangan pandang.
- Ukuran kaca mata sering berubah

2.5 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis yang
dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur
biasanya datang dengan keluhan mata kabur serta silau. Sementara pemeriksaan
oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp dan
funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada
katarak senilis dan katarak stadium lainnya.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Komplit Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa
masuk) lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma

Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian lensa yang
dapat menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat mencapai
1/60-6/6. Pada stadium ini, kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa.
8
Pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam
mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior
lensa, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan
lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai
reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow
test (+).

2.6 Diagnosis Banding


Diagnosis Banding Katarak Senillis Imatur :
 Retinopati Hipertensi
 Katarak senilis matur

2.7 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata sehingga didapatkan penglihatan maksimal. Sejauh
ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun,
aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa
menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti
termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik
yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.7
- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

9
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang
lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder
dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE
tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari
40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.

- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan
ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

- Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
10
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan
pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
kurang efektif pada katarak senilis padat.

- Small Incision Cataract Surgery SICS


Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih murah dan proses
penyembuhannya lebih cepat.

2.8 Komplikasi
- Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.1,6,7

- Komplikasi dini pasca operatif


 COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil
dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean
syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih
paling sering)
 Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

11
 Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
 Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
- Komplikasi lambat pasca operatif
 Ablasio retina
 Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
 Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

2.9 Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak
resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.

12
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. K
Umur : 76 tahun
Alamat : Benio RT 02/03 Sungai Apit
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiun
Agama : Islam
Tanggal masuk : 18 Agustus 2018

3.2 Anamnesa
- Keluhan Utama : Kedua mata kabur
- Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan kedua mata
kabur ± 6 tahun yang lalu. Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin lama
semakin memberat hingga mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa
lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan
sebelumnya. Pasien juga mengeluhkan pandangan silau jika terkena terik
cahaya matahari pada kedua mata serta seperti melihat kabut atau asap.
13
Pasien juga mengeluhkan kedua matanya sering berair. Untuk mengurangi
keluhannya, pasien telah menggunakan obat tetes mata, namun keluhan
tersebut tidak berkurang.
- Riwayat Penyakit Terdahulu : Pasien tidak pernah mengalami hal ini
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi dahulu sampai 180/100
mmhg dan pasien juga menggunakan kaca mata dalam waktu yang sudah
cukup lama. Riwayat alergi, trauma, dan diabetes mellitus disangkal oleh
pasien. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg

3.4 Pemeriksaan Fisik Khusus / Status Oftalmologi


Okuli Dekstra (OD) Okuli Sinistra

Visus 3/60 1/60


Refraksi/Pin PH 6/33 f1 PH 2/60
Hole

Bulbus Okuli Gerakan bola mata normal + Gerakan bola mata normal +
Enoftalmus Enoftalmus
Eksoftalmus Eksoftalmus
Strabismus Strabismus

Pemeriksaan Slit Lamp

Palpebra Palpebra superior Palpebra superior


Edema Edema
Hiperemi + Hiperemi +
Enteropion Enteropion
Ekteropion Ekteropion

14
Pseudoptosis Pseudoptosis

Palpebra Inferior Palpebra Inferior


Edema Edema
Hiperemi + Hiperemi +
Enteropion Enteropion
Ekteropion Ekteropion
Pseudoptosis Pseudoptosis

Konjungtiva Hiperemis + Hiperemis +


Injeksi konjungtiva Injeksi konjungtiva
Injeksi silier Injeksi silier
Sekret Sekret
Subkonjungtiva bleeding Subkonjungtiva bleeding

Sklera Ikterik - Ikterik -

Kornea Intak + Intak +


Sikatriks Sikatriks
Infiltrat Infiltrat
Keratik presifitat Keratik presifitat

COA Sedang Sedang

Iris Regular Regular

Pupil Bulat + Bulat +


Refleks cahaya + Refleks cahaya +
Sinekia Sinekia

Lensa Keruh + Keruh +

15
3.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan kedua mata kabur ± 6 tahun yang lalu.
Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga
mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang
terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluhkan
pandangan silau jika terkena terik cahaya matahari pada kedua mata serta seperti
melihat kabut atau asap. Pasien juga mengeluhkan kedua matanya sering berair.
Untuk mengurangi keluhannya, pasien telah menggunakan obat tetes mata, namun
keluhan tersebut tidak berkurang.
Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dan pasien juga menggunakan kaca mata dalam waktu yang
sudah cukup lama. Riwayat alergi, trauma, dan diabetes mellitus disangkal oleh
pasien. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

3.6 Diagnosis Banding


- Retinopati Hipertensi
- Katarak senilis matur

3.7 Diagnosis Kerja


ODS Katarak senilis imatur

3.8 Usulan Pemeriksaan


o Biometri OD: untuk persiapan operasi, untuk pemilihan ukuran lensa
intraokuler.
o Pemeriksaan Hb, Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT: persiapan
operasi serta menilai fungsi hemostasis.
16
o Pemeriksaan glukosa darah : untuk melihat apakah gula darah dalam
kondisi yang baik untuk operasi agar tidak terjadi komplikasi seperti
ketoasidosis dan untuk memastikan apakah pasien memiliki Diabetes
Mellitus dalam pemberian penatalaksanaan medikamentosa dan non-
medikamentosa
o Pemeriksaan EKG dan konsultasi ke jantung: untuk melihat apakah ada
kelainan dengan irama atau fungsi jantung untuk menilai kesiapan pasien
untuk operasi dan pemilihan jenis anestesi.
3.9 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa:
Cendo liteers 4x1 ODS
Optimax 2x1 ODS

2. Usulan operasi :

 Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), Fakoemulsifikasi


+ IOL.

Dilakukan sebagai terapi definitif untuk katarak matur atas indikasi


untuk perbaikan visus. Dipilih ECCE dengan fakoemulsifikasi + IOL,
karena insisi pada kornea yang dibutuhkan lebih kecil dengan resiko
astigmatisme post-operatif yang lebih kecil daripada ICCE. Komplikasi
yang lebih sedikit dan pemulihan visus yang lebih cepat.

3. Kacamata :

Berdasarkan usia, pasien dapat diberikan koreksi lensa maksimal S+3


untuk kacamata jarak dekat supaya dapat mengatasi gangguan refraksi
presbiopia karena usia, namun pemberian koreksi lensa tergantung dari
kenyamanan pasien.

17
Sebelum operasi, dapat diberikan kacamata dengan ukuran koreksi
untuk membantu penglihatan pasien. Namun pemberian kacamata
disarankan diberikan setelah satu bulan pasca operasi dan setelah visus
pasien dievaluasi ulang. Alasan pemberian kacamata sebulan paska operasi
mengingat pertimbangan ekonomi dan efisiensi dalam pemberian
kacamatanya, karena visus pasien juga akan berubah dengan operasi
diakibatkan penanaman lensa intraokuler.

4.10 Prognosis

a. Ad vitam: ad bonam

b. Ad fungsionam: ad bonam

c. Ad sanationam: ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

18
Pasien laki-laki berumur 76 tahun dengan keluhan utama pasien adalah kedua
mata kabur secara perlahan-lahan ± 6 tahun. Keluhan dirasakan semakin memberat
hingga mengganggu aktivitasnya. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang
terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh silau dengan
cahaya matahari dan seperti melihat kabut atau asap. Gejala-gejala yang dialami
pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang menuju kearah katarak. Katarak
merupakan kekeruhan pada lensa sehingga mengakibatkan penurunan tajam
penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi tergantung dari tingkat
kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan semakin cembung akibat proses sklerosis
nucleus yang meningkatkan ketebalan lensa. Hal ini menyebabkan kekuatan dioptri
lensa pasien menjadi semakin kuat sehingga pasien menjadi lebih jelas melihat dekat
dibandingkan melihat jauh. Berbeda dengan pasien pasien usia tua yang umumnya
mengalami presbiopi sehingga lebih jelas ketika melihat jauh dibandingkan dengan
melihat dekat. Usia pasien yang lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu
jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai adalah katarak senilis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat
kekeruhan pada kedua lensa yang jika disinari dengan menggunakan senter pada
kemiringan 45o menimbulkan bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat
masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya
sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan
dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang
sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang
gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut
bayangan iris (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi
pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada funduskopi, didapatkan reflex
fundus yang (+),. Adanya bayangan iris dan reflek fundus yang (+) mengarah kepada

19
katarak senilis imatur. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan
diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
funduskopi dan slit lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa
dan segmen posterior bola mata serta menilai keadaan retina pasien. Penatalaksanaan
pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata sehingga pasien mampu
beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa mengganggu oleh pasien,
dapat dilakukan ekstraksi lensa.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan suatu
kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien
setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3 rd ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
20
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
Senilis.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi
Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from : www.medscape.com.
5. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas
Kedokteran Universitas Riau
6. Zulkifli, MS. 2009. Katarak Senilis. Available from : www.blogsehat.com
7. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology,
Sixteenth edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston, Singapore,
International Edition 2004.

21

Anda mungkin juga menyukai