Anda di halaman 1dari 8

1.

DASAR – DASAR PERILAKU ORGANISASI

Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan,


kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan
pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki kefektifan organisasi. Perilaku individu di
dalam kelompok merupakan sesuatu yang lebih dari sekadar total jumlah dari setiap tindakan
dengan cara mereka sendiri – sendiri. Kerika para individu berada dalam kelompok, mereka
bertindak berbeda daripada ketika mereka sedang sendirian.

Kelompok didefenisikan sebagai dua atau lebih individu, yang berinteraksi dan saling
tergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Kelompok dapat berbentuk formal atau informasi. Kelompok formal maksudnya jika
kita mendefenisikannya sebagai struktur organisasi, dengan memberikan penugasan
pekerjaan yang membentuk kelompok tugas kelompok kerja. Dalam kelompok formal,
perilaku yang harus ditunjukkan oleh seseorang ditentukan dan diarahkan untuk tujuan
organisasi. Sebaliknya, kelompok informal merupakan aliansi yang tidak terstruktur atau
tidak ditetapkan secara organisasional. Dalam lingkungan kerja, kelompok-kelompok
semacam ini terbentuk secara alamiah sebagai suatu tanggapan terhadap kebutuhan untuk
mengadakan kontak sosial.

Mengapa orang-orang bergabung dalam kelompok? Alasan manfaat keamanan dengan


bergabung dalam suatu kelompok, para individu dapat mengurangi rasa ketidakamanan untuk
“berdiri sendir”. Orang – orang merasa lebih kuat, memiliki lebih sedikit keraguanraguan
pada diri sendiri, dan menjadi lebih resisten terhadap ancaman ketika mereka merupakan
bagian dari suatu kelompok.

Status Masuknya ke dalam suatu kelompok dianggap penting karena kelompok


memberikan pangakuan dan status bagi para anggotanya. Harga Diri Kelompok dapat
memberikan perasaan akan berharganya seseorang. Disamping memberikan status pada
mereka yang berada di luar kelompok tersebut, keanggotaan juga member tambahan perasaan
berharga sebagai anggota dari kelompok itu sendiri. Afiliasi Kelompok dapat memenuhi
kebutuhan sosial. Orang-orang menikmati interaksi yang reguler yang berasal dari
keanggotaannya dalam kelompok. Bagi banyak orang, interaksi ‘on the job’ merupakan
sumber utama bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka akan keanggotaan (afiliasi).
Kekuasaan Apa yang tidak dapat dicapai secara individu seringkali mungkin terwujud
melalui aksi kelompok. Jumlah yang banyak menyebabkan adanya kekuasaan. Pencapaian
tujuan, Ada saat-saat dibutuhkannya lebih dari satu orang untuk menyelesaikan suatu tugas
tertentu ada kebutuhan untuk mengumpulkan banyak bakat, pengetahuan, atau kekuasan agar
suatu pekerjaan dapat diselesaikan. Dari contoh-contoh tersebut, maka pihak manajemen
akan mengandalkan penggunaan kelompok formal.

2. MEMAHAMI PERILAKU KELOMPOK

Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah
suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik dari
sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara
berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu
sama lain.

Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku kelompok adalah;


pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan
tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan
masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1) Penekanan

Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.


Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu
sendiri.

Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam


perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat
menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan


sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang
berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.

2) Penyebab timbulnya perilaku

Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau


ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang
lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli
lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.

Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions) yang
dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.

3) Proses

Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah


proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat
ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat
mengurangi ketidak sesuaian tersebut.

Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang


respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut
menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.

Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian


diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.

4) Kepentingan masa lalu

Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu
hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari pernyataan
masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses masuknya dalam
sistem.

Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus tertentu
adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu
yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego
ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.

5) Tingkat kesadaran

Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam
kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami, dipertimbangkan
sangat penting.

Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya aktifitas
mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan dengan
kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti
dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat
menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.

Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.
Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.

6) Data yang digunakan

Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.

Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang
dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.

Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti
penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknik
proyektif, dan hipnotis.

3. MOTIVASI

Memahami apa yang orang lain kerjakan pada pekerjaan yang seharusnya mereka
kerjakan itu tidak mudah bagi seorang manager. Mengetahui tentang motivasi untuk
memberikan pemikiran pada praktek sebagai manajer merupakan suatu teknis yang efektif
untuk meningkatkan kinerja individu dalam sebuah perusahaan.

Motivasi itu berarti suatu usaha yang menyemangati atau menjadi sumber energi secara
langsung dengann demi mempertahankan usaha seseorang. Motivasi yang tinggi pada
seseorang akan mampu meningkatkan kinerja yang nantinya berdampak pada penerimaan
pemasukan dengan target yang tinggi.

Untuk menjadi motivator yang efektif, manajer harus mengetahui apa kebiasaan individu
yang perlu mendapat motivasi. Dalam hal ini, setidaknya manajer harus mampu memotivasi
seseorang untuk mengikuti organisasi, memiliki loyalitas dan dedikasi terhadap organisasi,
dan bekerja dengan maksimal. Selain itu juga agar mampu menampilkan apa yang terbaik
dari pekerjaan individu di dalam perusahaan, yakni mendapatkan keluaran yang tinggi
(produktivitas) dan kualitas yang tinggi. Banyak ide yang akan membantu manajer untuk
memotivasi individu dalam berhubungan dengan lingkungan yang konstruktif.

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memilihara


perilaku manusia.motivasi adalah subjek membungungkan karena motif tidak dapat diamati
atau diukur sevara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.
Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga
ia dapat mencapai tujuannya. Menurut J.P. Chaplin Motivasi adalah suatu variabel perantara
yang digunakan untuk menerangkan faktor-faktor dalam diri individu, yang dapat
membangkitkan, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku kearah suatu tujuan
tertentu. Motivasi berhubungan dengan kekuatan (dorongan) yang berada di dalam diri
manusia. Motivasi tidak dapat terlihat dari luar. Motivasi dapat menggerakkan manusia untuk
menampilkan suatu tingkah laku kearah pencapaian suatu tujuan. Tingkah laku dapat
dilandasi oleh berbagai macam motivasi.

a. Motivasi & Proses Motivasi

Perkembangan teori manajemen juga mencakup model – model atau teori – teori motivasi
yang berbeda – beda. Berikut ini akan dibahas tiga diantara model – model motivasi dengan
urutan atas dasar kemunculannya, yaitu model tradisional, model hubungan manusiawi, dan
model sumber daya manusia. Pandangan manajer yang berbeda – beda tentang masing –
masing model adalah penentu penting keberhasilan mereka dalam mengelola karyawan.
1. Model Tradisional

Model tradisional dari motivasi berhubungan dengan Frederick Taylor dan aliran
manajemen ilmiah. Model ini mengisyratkan bahwa manajer menentukkan bagaimana
pekerjaan – pekerjaan harus dilakukan dan digunakannya system pengupahan insentif
untuk memotivasi para pekerja-banyak berproduksi, lebih banyak menerima penghasilan.
Pandangan tradisional menganggap bahwa para pekerja pada dasarnya malas, dan hanya
dapat termotivasi dengan penghargaan berwujud uang. Dalam banyak situasi pendekatan
ini cukup efektif. Sejalan dengan meningkatnya efisiensi, karyawan yang dibutuhkan
untuk tugas tertentu dapat dikurangi. Lebih lanjut, manajer mengurangi upah insentif.
Pemutusan hubungan kerja menjadi hal yang biasa dan pekerja mencari
keamanan/jaminan kerja daripada hanya kenaikan upah kecil dan sementara.

2. Model Hubungan Manusiawi

Banyak praktek manajemen merasakan bahwa pendekatan tradisional tidak memadai.


Elton Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak –
kontak social karyawan pada pekerjaannya adalah juga penting dan bahwa kebosanan dan
tugas – tugas yang bersifat pengulangan adalah factor – factor pengurang motivasi. Mayo
dan lain – lainya juga percaya bahwa manajer dapat memotivasi bawahan melalui
pemenuhan kebutuhan – kebutuhan social mereka dan membuat mereka merasa berguna
dan penting. Sebagai hasilnya, para karyawan diberi berbagai kebebasan untuk membuat
keputusan sendiri dalam pekerjaannya. Perhatian yang lebih besar diarahkan pada
kelompok – kelompok kerja organisasi informal. Lebih banyak informasi disediakan
untuk karyawan tentang perhatian manajer dan operasi organisasi.

3. Model Sumber Daya Manusia

Kemudian para teoritis seperti McGregor dan Maslow dan para peneliti seperti
Argyris dan Likert, melontarkan kritik kepada model hubungan manusiawi, dan
mengemukakan pendekatan yang lebih “sophisticated” untuk memanfaatkan karyawan.
Model ini menyatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak factor – factor –
tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan
berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. Mereka beralasan bahwa kebanyakan
orang telah dimotivasi untuk melakukan pekerjaan secara baik dan bahwa mereka tidak
secara otomatis melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak dapat menyenangkan.
Mereka mengemukakan bahwa karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari
sesuatu prestasi kerja yang baik. Jadi, karyawan dapat diberi tanggung jawab yang lebih
besar untuk pembuatan keputusan – keputusan dan pelaksanaan tugas – tugas.

b. Kerangka Kerja Konsepsual Untuk Memahami Motivasi

Motivasi adalah juga subyek yang membingungkan karena motif tidak dapat diamati atau
diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak. Pada
subbab papper ini kita akan belajar memahami kerangka kerja konsepsual melalui beberapa
teori – teori motivasi untuk memahami seperti apa motivasi itu dilakukan. Teori – teori
motivasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Teori – Teori Petunjuk

Teori ini mengemukakan bagaimana memotivasi para karyawan. Teori – teori ini
didasarkan atas pengalaman coba – coba. Factor – factor yang dipakai untuk motivasi
telah banyak dibahas dibagian – bagian sebelumnya, sehingga teori – teori ini tidak
diliput dalam teori – teori yang lainnya.

2. Teori – Teori Isi

Teori ini kadang – kadang disebut teori – teori kebutuhan adalah berkenaan dengan
pertanyaan – pertanyaan apa penyebab – penyebab perilaku atau memusatkan pada
pertanyaan “apa” dari motivasi. Teori – teori yang sangat terkenal diantaranya hirarki
kebutuhan dari psikolog Abraham H. Maslow. Menurut Maslow, manusia akan didorong
untuk memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman
yang bersangkutan mengikuti hirarki. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut :

a) Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri

Teoritis : penggunaan potensi diri, pertumbuhan, pengembangan diri

Terapan : menyelesaikan penugasan yang bersifat menantang, melakukan pekerjaan kreatif,


pengembangan ketrampilan.

b) Kebutuhan harga diri

Teoritis : status, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi dan prestasi, apresiasi, kehormatan
diri, penghargaan
Terapan : kekuasaan, ego, promosi, hadiah, status, symbol, pengakuan, jabatan,
penghargaan

c) Kebutuhan social

Teoritis : cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima kelompok, kekeluargaan,


asosiasi

Terapan : kelompok – kelompok kerja formal dan informal, kegiatan – kegiatan yang
disponsori perusahaan, acara peringatan

d) Kebutuhan keamanan dan rasa aman

Teoritis : perlindungan dan stabilitas

Terapan : pengembangan karyawan, kondisi kerja yang aman, serikat kerja, tabungan, uang
pesangon, jaminan pension, asuransi, system penanganan keluhan

e) Kebutuhan fisiologis

Teoritis : makan, minum, perumahan, seks, istirahat

Terapan : ruang istirahat, udara bersih, air untuk minum, liburan, cuti, jaminan social,
periode istirahat on the job

3. Teori – Teori Proses

Teori ini berkenaan dengan bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan atau
menjelaskan aspek “bagaimana” dari motivasi. Teori – teori yang termasuk teori proses yaitu:

 Teori pengharapan
 Pembentukan prilaku
 Teori Porter – Lawler
 Teori keadilan

Anda mungkin juga menyukai