Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Pengertian Pada Ordo Odonata (Capung)


Serangga merupakan suatu misteri penciptaan yang luar biasa. Serangga mempunyai
jumlah terbesar dari seluruh spesies yang ada di bumi ini, mempunyai berbagai macam
peranan dan keberadaannya ada dimana-mana, sehingga menjadikan serangga sangat penting
di ekosistem dan kehidupan manusia (Suheriyanto. 2008).
Dari 1,82 juta spesies tumbuhan dan hewan yang telah diidentifikasi, serangga merupakan
kelompok yang paling besar, yaitu mencapai 60% dari spesies tersebut atau lebih baik yang
sudah diidentifikasi maupun yang belum sangat sulit untuk diketahui secara pasti. Menurut
perkiraan pada tahun 1992, jumlah serangga berkisar antara 5 sampai 10 juta spesies (Price,
1997).
Serangga odonta dengan lebih dari 5000 spesies berbeda yang terbesar di seluruh penjuru
dunia. Di amerika serikat terdapat lebih dari 400 spesies, apalagi Indonesia yang luas ini pasti
lebih banyak spesies capung yang hidup. Capung merupakan salah satu serangga purba,
mereka sudah ada di bumi sejak 300 juta tahun yang lalu. Fosil capung terbesar yang pernh
ditemukan di bumi mempunyai ukuran lebar sayap lebih dari 3 meter.
Capung termasuk serangga karnivora karena capung suka menyantap hewan lain saat
pada saat menetaskan telur-telurnya. Pada saat masih larva, mereka memakan plankton, ikan-
ikan kecil, serta larva lain. Disaat sayap mereka mulai berkembang, capung muda memiliki
bagian tubuh khusus yang berada di sekitar kepalanya yang berfungsi sebagai tongkat untuk
memudahkan menangkap ikian-ikan kecil. Di saat dewasa capung merupakan predator alami
dari nyamuk sehingga populasi capung yang banyak bisa menjadi pengontrol yang efektif
dalam menanggulangi penyebaran nyamuk pada suatu tempat.

2.2 Klasifikasi pada Ordo Odonata (Capung)


Serangga dipelajari secara khusus pada cabang biologi yang disebut entomologi.
Serangga termasuk dalam filum arthropoda. Arthropoda berasal dari bahasa yunani arthro
yang artinya ruas dan poda berarti kaki, jadi arthropoda adalah kelompok hewan yang
mempunyai cirri utama kaki beruas-ruas (Borror dkk, 1996).
Pada serangga odonata mengalami metamorphosis tidak lengkap (hemimetabolous
development), yang sayapnya tumbuh menjelang dewasa (eksopterigota) tetapi sayap tidak
dapat dilipat sejajar tubuh (paleoptera).
Klasifikasi serangga ordo odonata pada capung.
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Subordo: Epiprocta
Spesies: Anisoptera (Selys, 1854).

2.3 Ciri - Ciri Serangga Ordo Odonata (Capung)


Ciri-cirinya sebagai berikut:
 Memiliki mulut dua pasang sayap
 Tipe mulut mengunyah
 Metamorphosis tidak sempurna
 Terdapat sepasang mata majemuk yang besar
 Antenanya pendek
 Larva hidup di air
 Bersifat karnivora

2.4 Struktur Tubuh Pada Ordo Odonata (Capung)


Odonata biasa juga disebut dengan kelompok capung-capungan. Odonata biasanya
memiliki fitur yaitu memiliki cerci yang pendek atau tidak ada, pada masing-masing sayap
depan terdapat node (bongkol) dan menakik, antena berbentuk setaceous (pita). Capung
merupakan serangga yang menarik, memiliki 4 sayap yang berselaput dan banyak sekali urat
sayapnya . Bentuk kepala besar dengan mata yang besar pula. Antena berukuran pendek dan
ramping. Capung ini memiliki dada yang kuat dan kaki yang sempurna. Abdomen panjang
dan ramping, tidak memiliki ekor, tetapi memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah
berkembang dengan baik. Mata capung sangat besar dan disebut mata majemuk, terdiri dari
banyak mata kecil yang disebut ommatidium. Dengan mata ini capung mampu melihat ke
segala arah dan dengan mudah dapat menemukan korban atau meloloskan diri dari
musuhnya, bahkan dapat mendeteksi gerakan yang jauhnya lebih dari 10 m dari tempatnya
berada. Tubuh capung tidak berbulu dan biasanya berwarna-warni. Beberapa jenis capung
ada yang memiliki warna tubuh mengkilap (metalik). Kedua pasang sayap capung berurat-
urat. Para anggota capung dapat mengidentifikasi dan membedakan kelompok capung dengan
melihat susunan urat-urat pada saxap. Masing-masing susunan urat memiliki nama tersendiri.
Kaki capung tidak terlalu kuat, oleh karena itu capung menggunakan kakiknya bukan untuk
berjalan, melainkan untuk berdiri (hinggap) dan menangkap mangsanya. Kaki-kaki capung
yang ramping itu juga dapat membentuk kurungan untuk membawa korbannya. Capung biasa
dapat menangkap korban dan memakannya sambil terbang, sedangkan capung jarum makan
saat hinggap (Anynomous.2009).

2.5 Sistem Reproduksi


Pada system reproduksi capung yakni metamorphosis tidak sempurna. System reproduksi
jantan terdiri atas sepasang testis yang terletak di ujung belakang abdomen. Setiap testis
mengandung unit-unit fungsional dimana sperma dihasilkan. System reproduksi betina terdiri
atas sepasang ovarium. Setiap ovarium terbagi menjadi unit-unit fungsional dimana telur
dihasilkan (price. 1997).
Capung betina tidak akan kawin lagi setelah pembuahan. Capung jantan jenis Calopteryx
Virgo akan menggunakan kait pada ekornya, capung jantan menangkap betinanya di
lehernya. Betina akan melilitkan kakinya di sekitar ekor capung jantan. Pejantan akan
menggunakan sambungan khusus di ekornya. Capung akan membersihkan mani yang
tertinggal dari pejantan lain. Kemudian, dia akan memasukkan maninya ke dalam rongga
kelamin betina. Karena peristiwa ini memakan waktu berjam-jam, mereka kadangkala
terbang dalam posisi berhimpitan. Capung meninggalkan telur dewasa di kedangkalan danau
atau kolam.

2.6 Sistem Pernafasan


Capung dapat mengembara dengan kecepatan 25 mil per-jam (40 kilometer/jam).
Bahkan serangga yang lebih kecil dapat mencapai kecepatan hingga 31 mil per-jam (50
kilometer/jam). Kecepatan ini sebanding dengan manusia yang melakukan perjalanan dengan
kecepatan ini bila menggunakan pesawat jet (price. 1997).
Pada capung daya terbangnya memerlukan tingkat tenaga yang tinggi. Juga dibutuhkan
sejumlah besar oksigen untuk membakar energi tersebut. Kebutuhan oksigen dalam jumlah
besar ini dipenuhi oleh system pernapasan yang luar biasa yang terletak di dalam tubuh
capung dan serangga lain.
Terdapat system luar biasa yang diciptakan didalam tubuh capung dan serangga lain agar
mereka mampu memenuhi kebutuhan akan pasokan oksigen yang tinggi: udara, seperti
didalam peredaran darah dikirim langsung ke setiap jaringan melalui pembuluh-pembuluh
khusus. Batang tenggorok di sekeliling dinding bantang tersebut terdapat spiral penguat
seperti yang terdapat pada pipa alat penyedot debu. Setiap batang tenggorok mengirim
oksigen kepada sel-sel tubuh serangga dan membuang karbon dioksida.
2.7 Habitat Ordo Odonata (Capung)
Habitat Capung menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai nimfa yang sangat
tergantung pada habitat perairan seperti sawah, sungai, danau, kolam atau rawa. Tidak ada
satu jenis pun capung yang hidup di laut, namun ada beberapa jenis yang tahan terhadap
tigkat kadar garam tertentu. Ada juga nimfa capung hutan tropis yang lembab hidup di darat.
Capung melakukan kegiatannya pada siang hari, saat matahari bersinar. Oleh karena itu, pada
hari yang panas capung akan terbang sangat aktif dan sulit untuk didekati. Sedangkan pada
dini hari atau di sore hari saat matahari tenggelam terkadang capung lebih mudah didekati
(Soetjipta. 1993).

2.8 Siklus Hidup Ordo Odonata (Capung)


Daur Hidup capung Daur hidup capung merupakan metamorfosis Ametabola. Nimfa
capung terkenal sebagai pemangsa yang ganas, memiliki bibir bawah yang dapat dijulurkan
untuk menagkap mangsanya. Nimfa hidup di dalam air dan bernapas dengan insang. Dalam
jangka waktu beberapa bulan sampai lima tahun, tergantung jenisnya, nimfa kemudian akan
naik ke permukaan air dengan memanjat daun atau tumbuhan untuk kemudian melepaskan
kulit dan menjadi capung dewasa. Telur Telur capung ada yang berbentuk panjang silindris
dan ada pula yang bulat. Disudut telur ada satu atau beberapa lubang sangat kecil (micropyle)
yang dapat dimasuki sperma sebelum telur diletakan oleh induknya. Perkembangan telur
terjadi setelah telur diletakkan, dan larvanya mulai menetas dalam waktu 1-3 minggu. Nimfa
Tahap perkembangan nimfa disebut juga instar. Instar nimfa terakhir disebut F-0 (F), satu
tingkat sebelum disebut F-1, dua tahap sebelumnya F-2, dst. Nimfa mungkin saja waktu
istirahat (diapause) yang menunda perkembangannya serta memastikan kemunculannya pada
musim yang sesuai. Selama masa istirahat, nimfa akan mengurangi kegiatan makan, dan
perkembangannya serta kegiatannya jauh berkurang dari biasanya. Nimfa dewasa
membutuhkan waktu untuk menyusun kembali susunan tubuh dan perilakunya sebelum
berubah menjadi capung dewasa. Satu atau dua hari sebelum menjadi bentuk dewasa, nimfa
akan memilih tempat yang sesuai untuk kemunculannya. Sejenak sebelum kemunculannya,
fungsi insang berhenti dan segera digantikan oleh lubang dubur.
Perilaku menarik dari capung Kawin Pada beberapa jenis, capung jantan yang siap kawin
memiliki kebiasaan untuk menguasai suatu wilayah. Capung jantan umumnya berwarna cerah
atau lebih mencolok dari betina. Warna yang mencolok ini membantu menunjukan
wilayahnya ke jantan lain. Perkelahian diantara capung-capung jantan sering terjadi dalam
memperebutkan wilayah masing-masing. Bila ada seekor capung betina terbang mendekati
salah satu wilayah, maka jantan penghuni akan mencoba mengawininya. Capung melakukan
perkawinan sambil terbang, umumnya disekitar perairan dengan menggunakan umbai
ekornya, capung jantan akan mencegnkeram bagian belakang kepala capung betina.
Kemudian capung betina akan membengkokkan ujung perutnya menuju alat kelamin jantan
yang sebelumnya sudah terisi sel-sel sperma. Kondisi ini membentuk posisi yang menarik
seperti lingkaran yang disebut "roda perkawinan". Setelah berhasil, sperma akan memasuki
tubuh capung betina dan membasahi telur-telurnya (Borror. 1996).
Bertelur Setelah kawin, capung betina siap untuk meletakkan telur-telurnya dengan
bernagai cara ini sesuai dengan jenisnya, ada yang menyimpan di sela-sela batang tanaman
air, ada pula yang menyelam ke dalam air untuk bertelur. Oleh sebab itu capung selalu terikat
dengan air, baik untuk meletakkan telur-telurnya maupun untuk kehidupan nimfanya. Pada
waktu capung betina meletakkan telur-telrnya, capung jantan melayang-layang diatasnya atau
tetap menempel pada tubuh betina dalam posisi berboncengan atau "tandem". Berjemur
Capung memiliki kebiasaan berjemur dibawah sinar matahari untuk menghangatkan
tubuhnya dan menguatkan otot-otot sayapnya untuk terbang.
Capung diciptakan oleh Allah SWT dengan tubuh yang kecil dan mampu berenang
dengan cepat untuk meletakkan telur-telurnya dan dapat menangkap ikan dan menjempitnya
dengan kuat untuk mencabik-cabik mangsanya pada masa kepompong. Telur capung
berumur 1 bulan, pada masa larva berumur 3 tahun dan pada masa dewasa capung hanya
berumur 1 hari atau 1 minggu. Pada saat capung telah selesai melakukan perkawinan dan
bertelur, capung akan mati. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nuur Ayat 45, yang artinya:

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada
yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Capung diciptakan oleh Allah dengan proses – proses sedemikian rupa. Seperti yang
dijelaskan ayat di atas bahwa, capung banyak menghabiskan hidupnya dalam bentuk larva
sehingga hidup di dalam air dan berjalan dengan keenan kakinya, capung memangsa ikan –
ikan kecil demi keberlangsungan hidupnya. Pada proses kedewasaan capung mengalami
perubahan di dalam air atau dalam bentuk larva dengan pertumbuhan awal pada kakinya
setelah itu punggungnya mengalami pembelahan. Pada saat pembelahan tubuhnya mengalami
kelenturan yang sempurna serangga pada saat pembelahan tidak mengalami kerusakan, suatu
system cairan tubuh khusus diciptakan untuk digunakan pada proses ini. Bagian tubuh yang
yang mengeriput ini menggembung dengan memompakan cairan tubuhnya setelah berhasil
keluar dari celah kepompong. Larutan larutan kimiawi mulai memutus ikatan antara kaki
baru dengan kaki lama tanpa merusaknya. Proses ini sangat sempurna meskipun akan
menimbulkan kerusakan seandainya satu kaki terjebak. Kaki-kaki tersebut dibiarkan
mongering dan mengeras selama sekitar dua menit sebelum digunakan. Sayap-sayapnya
sudah terbentuk sempurna namun masih dalam keadaan terlipat. Cairan tubuh dipompakan
dengan pengerutan tubuh yang kuat ke dalam jaringan sayap. Setelah capung meninggalkan
tubuh lamanya dan mongering dengan sempurna, capung mencoba seluruh kaki dan
sayapnya. Capung memompakan kelebihan cairan keluar, untuk menyeimbangkan sistemnya.
Pendeknya metamorphosis capung merupakan satu dari sekian banyak bukti nayata mengenai
betapa sempurnanya Allah SWT menciptakan makhluk hidupnya.

Selain itu ada juga dalam Firman Allah SWT dalam Surat Huud Ayat 6, yang artinya:

Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Penjelasan dari ayat diatas bahwa Allah menciptakan hewan melata untu dapat
berkembang biak dan mempunyai manfaat bagi sesama hewan atau bagi manusia, selain itu
hewan melata ini mempunyai keahlian atau kemampuan sendiri-sendiri. Yang dimaksud
binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa. Hewan atau makhluk
yang bersenyawa disini yakni hewan yang mampu berkembang biak atau hewan yang mampu
bernafas, mencari makan, demi kelangsungan hidupnya. Menurut sebagian ahli tafsir yang
dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat.
dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan
tempat penyimpanan ialah rahim. Pada capung tempat penyimpanannya yakni pada masa
capung berbentuk larva. Telur capung hanya berusia sebulan setelah itu berubah menjadi
larva, larva ini berusia sampai 3 tahun setelah itu beruabah lagi menjadi capung dewasa dan
usianya hanya selama beberapa minggu. Capung menghabiskan waktu di air yakni dalam
bentuk larva, saat berbentuk larva capung mengalami pertumbuhan seperti pertumbuhan kaki,
pembentukan tubuh, dan pembentukan sayap. Seperti yang dijelaskan tadi bahwa tempat
berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim. Untuk capung tempat
penyimpanannya adalah pada saat capung masih berbentuk larva, sehingga sangat sulit larva
tersebut dimangsa hewan lain karena larva tersebut sangat keras.

2.9 Peranan Dari Ordo Odonata (Capung)


Peran keberadaan capung untuk manusia. Bentuk capung yang anggun dan warna yang
indah sering menjadikan capung sebagai sumber inspirasi bagi para seniman lukis, perancang
mode, perhiasan, penulis lagu maupun puisi. Gerakan terbangnya yang cepat dan dinamis
menjadi inspirasi bagi pada seniman seni tari. Pada zaman dahulu di Madagaskar, Indonesia
dan Malaysia konon capung digunakan sebagai makanan perangsang, dan ada pula yang
menggunakannya sebagai obat.
Di beberapa daerah di Indonesia, terutama di pedesaan, capung tentara sering digunakan
untuk menghentikan kebiasaan mengompol pada anak-anak. Capung yang masih hidup di
tempatkan di atas pusar anak hingga kaki capung menggelitik pusar anak tersebut. Lain lagi
di Jepang. Di negeri matahari terbit ini capung dilindungi dan tidak bisa dilukai atau di
bunuh, sebab capung menurut kepercayaan orang jepang merupakan simbol kesuksesan dan
semangat serta penghubung jiwa orang yang sudah meninggal.
Capung mempunyai manfaat bagi manusia. Nimfa capung memakan berbagai jenis
binatang air termasuk jentik nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit malaria dan demam
berdarah. Di beberapa Negara-negara asia timur baru-baru ini telah terungkap bahwa capung
dapat digunakan sebagai pembasmi efektif terhaap nyamuk penyebab penyakit.

2.10 Macam - Macam Ordo Odonata (Capung)


Capung terdiri atas 2 macam capung dengan perbedaan ukuran yang sangat mencolok
yaitu capung jarum dan capung biasa. Capung jarum (anak bangsa Zygoptera) ukuran
tubuhnya kecil dan ramping seperti jarum. Pada waktu hinggap, sayap capung jarum terlipat /
menutup diatas punggungnya. Sedangkan capung biasa (anak bangsa Anisoptera) tubuhnya
lebih besar dan lebih kekar dari capung jarum, dan umumnya dapat terbang lebih cepat.
Sayap capung bisa terentang pada waktu hinggap. Capung biasa termasuk penerbang ulung
karena kecepatan terbangnya yang tinggi, bahkan ada jenis yang dapat terbang mencapai 64
km / jam.
Padi – Oryza sativa

Ayam - Gallus gallus domesticus

Kedelai – Glycine max

Cabe – Capsium annum

Tomat – Solanum lycopersicum

Kacang panjang - Vigna unguiculata ssp. Sesquipedalis

Tebu- Saccharum officinarum L

Anda mungkin juga menyukai