Anda di halaman 1dari 4

306  |  KO R U P S I

rang mengucapkan. Itulah kata C – C menunjuk Corruption. Kalau


harus memakai kata itu, Anda harus ucapkan sangat lirih dan jangan
sampai terdengar. Michael Camdessus [Direktur IMF] dan saya putus-
kan untuk mendefinisikan ulang korupsi bukan sebagai perkara politik
tetapi persoalan ekonomi dan sosial. Kami lakukan itu dalam Pertemu-
an Tahunan 1996. Sejak itu, kami terus mendorong perdebatan serius
dan fokus pada soal korupsi, sampai-sampai dalam Pertemuan Tahun-
an 1997 pokok sentral dalam agenda Komite Pembangunan adalah
korupsi. Korupsi adalah kanker.276

Pada pertengahan dasawarsa 2000-an, “korupsi telah berubah dari


bukan-masalah menjadi pokok-sentral dalam banyak kerja WB”.277
Tentu, bagaimana Wolfensohn sampai ke titik itu adalah kisah yang
tidak sepenuhnya terungkap dalam sumber-sumber tertulis. Namun,
sejak pidato “kanker korupsi” di awal Oktober 1996, soal korupsi se-
lalu menonjol dalam aneka pidato, tulisan dan perjalanan kerja, semua
dengan kelugasan ungkapan yang menggigit. Dalam pidato penutupan
konperensi ekonomi pembangunan di Brussels, Belgia, 11 Mei 2004,
misalnya:
Saat saya berkeliling dunia dan terus berbicara tentang korupsi, saya
dengar banyak omongan dan diskusi tentang korupsi. Dan, blak-blak-
an saja, di hampir semua negara itu, dalam hitungan 24 jam saja Anda
bisa tahu apakah presiden negara itu seorang maling, apakah perdana
menteri seorang bandit, apakah istrinya mencopet 10 persen, apakah
keluarganya menjarah 10 persen; menteri mana yang pencoleng dan
hakim agung mana yang bajingan. Tidak perlu jadi genius untuk me-
ngenali struktur yang beroperasi. Anda duduk dan bicara dengan ba-
nyak pemimpin di negara-negara itu, maka Anda tahu orang-orang
yang dekat dengan mereka mungkin pelaku [korupsi] paling ganas.
Itulah mengapa kita sungguh perlu mempersenjatai para pembaharu
di negara-negara sedang berkembang yang berjerih-payah melakukan
perubahan.278

Ketika Wolfensohn mengakhiri jabatannya di tahun 2005, WB ter-


catat sudah dalam skema membantu sekitar 600 program pemberan-
tasan korupsi di 100 negara dan mencoret lebih dari 200 perusahaan
Zaman Kontemporer  |  307

dan individu dari daftar kontraktor, semua karena alasan korupsi.279


Bagaimana WB berubah dalam memandang masalah korupsi tentu bu-
kan semata karya Wolfensohn. Sejarah bukan kisah kehendak seorang
sosok yang beroperasi di luar daya kehendak sosok-sosok lain, entah
itu dalam aliansi kemiripan atau dalam tegangan perbedaan. Tarikan
daya-daya lain itu pula yang membawa kepemimpinan Wolfensohn
atas WB membantu munculnya paham anti-korupsi menjadi
arus gerakan global. Pada tahun pertama masa jabatannya (1995),
Wolfensohn mengundang sebuah LSM global Transparency Interna-
tional (TI) ke Washington DC untuk memberikan seminar setengah-
hari tentang masalah korupsi kepada semua staf senior WB.280 Di balik
TI berdiri mantan pejabat WB bernama Peter Eigen.
Peter Eigen ialah seorang pengacara yang lahir di Augsburg,
Jerman, 11 Juni 1938. Ia juga pengajar hukum di beberapa universitas
di Jerman dan AS. Selama puluhan tahun ia aktif dalam masalah pem-
bangunan, dengan pengalaman sangat luas sebagai direktur WB untuk
program pembangunan kawasan Afrika dan Amerika Latin. Alkisah,
di tahun 1990 Eigen sebagai direktur wilayah Afrika Timur membawa
topik korupsi dalam pertemuan staf WB di Afrika. Antusiasme tinggi
dan usulan agar WB mengembangkan agenda pemberantasan korupsi
ditanggapi dingin oleh kantor pusat di Washington, terutama dewan
penasihat hukum di bawah pimpinan Ibrahim Shihata.281 Kata Peter
Eigen:
Ketika bekerja sebagai direktur kantor World Bank untuk Afrika
Timur di Nairobi, waktu itu saya saksikan betapa korupsi menghan-
curkan semua yang coba kami lakukan. Saya saksikan bagaimana pin-
jaman dan proyek yang dimaksudkan membantu komunitas-komuni-
tas kaum miskin dan rentan berakhir di kantong orang yang berkuasa.
Waktu itu, World Bank menganut “kebijakan tidak campur tangan”.
Saya disuruh tidak mencampuri apa yang dipandang sebagai urusan
domestik negara-negara mitra. Itulah momen ketika saya mengundur-
kan diri di tahun 1990, kemudian bersama 9 rekan mendirikan Trans-
parency International pada tahun 1993 untuk memerangi korupsi dan
mengembangkan transparensi serta akuntabilitas dalam pembangunan
internasional.282
308  |  KO R U P S I

Usai mengundurkan diri, Eigen melakukan perjalanan ke berbagai


negara, bertemu dengan banyak pihak dan menggalang dukungan bagi
sebuah LSM global dengan satu fokus: memerangi korupsi. Setelah ter-
sedia dana dan dibentuk struktur organisasi, di bulan Mei 1993 LSM
global anti-korupsi itu berdiri dengan nama Transparency Interna­
tional (TI). Banyak staf WB yang bergairah dengan pembentukan TI
membantu memintakan dana dari WB untuk TI, namun tidak ber-
hasil – waktu itu Presiden WB ialah Lewis Preston.283 Ketika James
Wolfensohn mulai masa kepemimpinan di WB pada tahun 1995, dua
arus keprihatinan terhadap masalah korupsi bertemu membentuk su-
ngai sejarah. Seusai seminar untuk staf senior WB (1995), TI aktif
membantu WB dalam menyusun strategi melawan korupsi. Pada per-
tengahan 1996, WB membentuk Kelompok Kerja Aksi Anti-Korupsi
(Corruption Action Plan Working Group) dan salah satu anggota kun-
ci adalah TI. Inilah kelompok yang merumuskan strategi WB dalam
pemberantasan korupsi yang menjadi pemandu keterlibatan selanjut-
nya, yaitu dokumen berjudul Helping Countries Combat Corruption:
The Role of the World Bank (1997).284
Sosok lain yang bergerak pada pusaran ini ialah seorang ahli sum-
ber daya manusia bernama Petter Langseth. Berasal dari Norwegia,
Langseth punya 44 tahun pengalaman di lebih dari 55 negara dalam
reformasi sektor publik, tata-kelola dan strategi pemberantasan ko-
rupsi, reformasi hukum, dan program pembangunan. Ketika menjadi
pejabat sumber daya manusia WB 1988–1992, ia melalui Economic
Development Institute (bagian WB) telah memberi perhatian khusus
pada masalah korupsi, terutama dalam kaitan dengan reformasi biro-
krasi di Afrika. Pada awal dekade 1990-an, Langseth dan kawan-kawan
melakukan survei layanan publik di Afrika, namun terpaksa mencari
donor dari negara-negara Skandinavia lantaran WB tidak memberikan
dana. Sebelum berdirinya TI, survei Langseth dan kawan-kawan inilah
yang memicu perdebatan awal tentang perlunya agenda pemberantas-
an korupsi. Mereka lambat-laun meyakinkan pihak WB bagaimana
memasukkan agenda pemberantasan korupsi tanpa menyalahi mandat
WB, yaitu dengan mengajak mitra di luar WB sebagai pelaksana.285
Zaman Kontemporer  |  309

Tentu, masih banyak sosok lain yang terlibat dalam pusaran peris-
tiwa yang bermuara pada lonjakan perhatian terhadap korupsi. Kisah
personal tiga sosok di atas disajikan sebagai sekadar ilustrasi bagaimana
lonjakan perhatian global pada korupsi merupakan titik temu banyak
faktor: konteks geopolitik, situasi nyata di lapangan yang mendesakkan
diri, jaringan institusi dengan keragaman orientasi, aliansi kemiripan
dan perbedaan, visi dan komitmen kepemimpinan, serta kisah personal
tarik-ulur sosok-sosok konkret yang terlibat. Di situ terlibat aneka ga-
ris ideologi dari kiri, tengah, hingga kanan. Cukup pasti orang seperti
Petter Langseth dan Peter Eigen bukan sosok-sosok dengan visi ideolo-
gis kanan. Pokok ini penting di hadapan kecenderungan mencela lon-
jakan perhatian global pada masalah korupsi sebagai “persekongkolan
kaum neoliberal”, atau sebaliknya euforia merayakan lonjakan minat
global terhadap korupsi sebagai “kepahlawanan baru”. Kisahnya jauh
lebih bernuansa daripada kutukan atau pujian seperti itu. Seperti da-
lam kisah lain, apa yang terlibat adalah campuran paradoks, ironi, am-
biguitas, keyakinan, kesangsian, keputusasaan, harapan. Sejarah adalah
kisah yang gelisah.

5.6. Globalisasi Kampanye Melawan Korupsi


Kemunculan TI di tahun 1993 dan perubahan sikap WB terhadap ma-
salah korupsi sejak paruh dasawarsa 1990-an bisa dikatakan menjadi
poros lonjakan perhatian terhadap korupsi pada skala global. TI men-
jadi motor pembentukan kesadaran global tentang masalah ko­rupsi,
sedangkan urusan kebijakan internasional dimotori terutama oleh
WB.286 Kepemimpinan WB terletak dalam implikasi visi anti-korupsi
bagi aneka program bantuan pembangunan di seluruh dunia. Dengan
itu visi anti-korupsi juga mulai menjelma pada dataran kebijakan ne­
gara. Dalam proses ini segera bergabung lembaga-lembaga internasional
lain, seperti IMF, Perserikatan Bangsa-Bangsa/United Nations (PBB/
UN), European Union (EU), Organisation for Economic Cooperation
and Development (OECD), Council of Europe (CoE), dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai