Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Tarsal tunnel syndrome merupakan sebuah keadaan yang disebabkan


karena adanya kompresi pada nervus tibialis atau yang berhubungan dengan
percabangannya yang melewati bagian bawah dari flexor retinaculum pada
pergelangan kaki atau di bagian distalnya. Tarsal tunnel syndrome dapat
disamakan dengan carpal tunnel syndrome yaitu yang terjadi pada pergelangan
tangan. Pada tahun 1962, Keck dan Lam pertama kali mendiskripsikan syndrome
ini dan terapinya. Tarsal tunnel syndrome disebabkan oleh beraneka segi kompresi
yang menimbulkan neuropathy dengan bermanifestasi sebagai rasa nyeri dan
paresthesi yang meluas dari bagian distal dalam pergelangan kaki dan terkadang
sampai dengan bagian proximal. Dalam menegakkan tanda-tanda dan gejala dari
tarsal tunnel syndrome, maka hal ini didasarkan dari berbagai macam penyebab,
yang dikelompok-kelompokkan berdasarkan ekstrinsik dan intrinsik atau faktor-
faktor ketegangan. Sebab-sebab ekstrinsik dapat menyebabkan terjadinya tarsal
tunnel syndrome. Sebagai contoh trauma eksternal yang dapat disebabkan karena
crush injury, stretch injury, fraktur, dislokasi dari ankle dan hindfoot, dan severe
ankle sprains. Penyebab lokal misalnya penyebab intrinsik seperti neuropathy.
Contoh termasuk space-occupying masses, tumor-tumor lokal, bony prominences,
dan pleksus dari vena pada tarsal canal. Nerve tension disebabkan dari valgus foot
yang identik dengan gejala terkompresinya saraf circumferential.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Tarsal tunnel adalah ruang sempit yang terletak di bagian dalam
pergelangan kaki sebelah tulang pergelangan kaki. Terowongan ditutupi
dengan ligament tebal (flexor retinakulum yang melindungi dan
memelihara struktur yang terkandung dalam terowongan-
arteri,vena,tendon dan saraf. Salah satu struktur ini adalah saraf tibialis
posterior, yang merupakan focus dari sindrom terowongan tarsal.6
Sindrom Tarsal tunnel adalah kompresi pada saraf tibialis posterior
yang menghasilkan gejala sepanjang jalur saraf. Tarsal tunnel syndrome
mirip dengan carpal tunnel syndrome, yang terjadi dipergelangan tangan.
Kedua gangguan timbul dari kompresi saraf dalam ruang tertutup.7
2.2 ANATOMI
Nervus Tibialis
Nervus tibialis berasal dari bagian anterior dari plexus sacralis.
Yang keluar melalui region posterior dari paha dan kaki, dan cabang-
cabangnya masuk kedalam bagian medial dan lateral dari nevus plantaris.
Inervasi dari nervus tibialis ke kulit adalah menuju bagian betis dan
permukaan plantar dari kaki. Inervasi nervus tibialis ke otot terdapat paling
banyak ke daerah posterior dari paha dan otot-otot kaki dan beberapa pada
otot-otot intrinsik dari kaki.2

Gambar 1. Anatomi pedis


Tarsal Tunnel
Struktur dari tarsal tunnel pada kaki terdapat di antara tulang-
tulang kaki dan jaringan fibrosa. Flexor retinaculum (ligament laciniate)
merupakan atap dari tarsal tunnel dan terdiri dari fascia yang dalam dan
deep transversa dari angkle. Bagian batas proximal dan inferior dari tunnel
berbatasan dengan bagian inferior dan superior flexor retinaculum. Batas
bawah dari tunnel berhubungan dengan bagian superior dari tulang
calcaneus, bagian medial dari talus dan distal-medial dari tibia. Sisanya
dari fibroosseus kanal membentuk dari tibiocalcaneal tunnel. Tendon dari
flexor hallucis longus muscle, flexor digitorum longus muscle, tibialis
posterior muscle, posterior tibial nerve, dan posterior tibial artery
melewati dari tarsal tunnel.2,3
Bagian posterior dari saraf tibia berada diantara otot tibialis
posterior dan otot flexor digitorum longus pada region proximal dari kaki
dan melewati antara otot flexor digitorum longus dan flexor hallucis
longus pada bagian distal dari region dari kaki. Saraf tibia melewati bagian
belakang dari medial malleolus dan melewati tarsal tunnel dan kemudian
membagi menjadi bercabang-cabang ke dalam cutaneus articular dan
cabang-cabang vascular. Persarafan utama dari saraf tibialis posterior
mempersarafi calcaneal, medial plantar, dan cabang-cabang saraf dari
lateral plantar. Saraf medial plantar superior mempersarafi otot abductor
hallucis longus dan bagian lateralnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu saraf
medial dari kaki, dan saraf medial plantar cutaneous dari hallux. Saraf
lateral plantar berjalan langsung melalui bagian tengah dari otot abductor
hallucis, di mana kemudian membagi ke dalam percabangan-
percabangan.2,3
Inervasi dari percabangan dari saraf tibialis posterior:
- Percabangan calcaneal - Aspek medial dan posterior dari tumit
- Percabangan media plantar – percabangan cutaneous dari aspek plantar
medial dari kaki, percabangan motorik dari otot abductor hallucis dan
flexor digitorum brevis, dan percabangan talonavicular dan
calcaneonavicular joints.
- Percabangan lateral plantar – percabangan motorik dari otot abductor
digiti quinti dan quadrates plantae, saraf cutaneos ke jari ke V,
percabangan-percabangan tersebut berhubungan ke saraf bagian jari
IV, percabangan motorik ke lumbricalis: kedua, ketiga, dan keempat
dari percabangan interosei ke bagian atas dari transversa dari adductor
hallucis dan otot pertama dari interosseous space.2,3
2.3 EPIDEMIOLOGI
Sindrom tarsal tunnel merupakan penyakit yang jarang ditemukan,
tetapi kasus ini sering ditemukan pada orang yang sering bekerja
menggunakan sendi ankle nya atapun pada atlet olahraga. Di amerika
tercatat 1,8 juta kasus setiap tahunnya. Dimanapenyakit ini lebih dominan
pada wanisa dewasa.
2.4 ETIOLOGI
Beberapa faktor berhubungan dengan terjadinya sindrom tarsal
tunnel. Soft-tissue masses dapat menimbulkan compression neuropathy
dari bagian saraf tibialis posterior. Contoh termasuk lipoma, tendon sheath
ganglia, neoplasma pada tarsal canal, nerve sheath dan nerve tumor, dan
vena varicose. Tulang yang menonjol dan exostoses dapat pula
menimbulkan gangguan. Sebuah penelitian dari Daniel dan teman-
temannya menunjukkan adanya deformitas dari valgus pada rearfoot yang
menghasilkan neuropathy dengan menigkatnya tensile load pada saraf
tibial.2,3
2.5 PATOFISIOLOGI
Sindrom tarsal tunnel adalah kompresi neuropathy dari nervus
tibial pada tarsal canal. Tarsal canal terdiri dari flexor retinaculum, dimana
berada posterior dan distal dari maleolus medial. Gejala dari kompresi dan
tension neuropathy adalah mirip; akan tetapi, perbedaan dari kondisi ini
tidaklah semudah dengan mengidentifikasi gejalanya saja. Pada akhir-
akhir ini, kompresi dan tension neuropathy merupakan gejala yang
terdapat bersama-sama. Fenomena double-crush yang dipublikasikan oleh
Upton dan McComas pada tahun 1973. Dengan hipotesanya adalah:
kerusakan lokal pada saraf pada satu sisi sepanjang saraf tersebut dapat
cukup merusak dari seluruh fungsi dari sel saraf (axonal flow), dimana sel
saraf menjadi lebih mudah terkena trauma kompresi pada bagian distal.
Jaringan saraf mempunyai tanggung jawab dalam menyalurkan sinyal
afferent dan efferent sepanjang saraf tersebut dan mereka juga mempunyai
tanggung jawab dalam penyaluran nutrisi,dimana secara esensial untuk
optimalnya fungsi. Pergerakan dari nutrisi intraselular melewati beberapa
tipe dari sitoplasma pada sel saraf yang dinamakan axoplasma (sitoplasma
dari Akson). Axoplasma bergerak bebas sepanjang dari keseluruhan
panjangnya saraf. Jika aliran dari axoplasma (axoplasmic flow) terhalangi,
maka jaringan saraf di bagian distal mengalami penurunan dari nutrisi dan
mudah mengalami injury sebagai akibat dari penekanan tersebut.4
Upton dan McComas menemukan (75%) dari pasien-pasien yang
mengalami lesi saraf perifer, kenyataannya didapatkan adanya lesi
sekunder. Penulis menyetujui bahwa dengan adanya lesi-lesi tersebut dapat
menimbulkan gejala-gejala pada pasien. Lesi-lesi tersebut telah dipelajari
pada beberapa kasus yang sama sebagai kerusakan dari flexus brachialis
dengan meningkatnya insiden dari carpal tunnel neuropathy. Contoh yang
dapat disamakan sebagai double crush phenomenon yang terjadi pada kaki
sebagai akibat kompresi dari cabang nervus S1, yang dihubungkan dengan
compression neuropathy pada kanal tarsal.2,3
2.6 GEJALA KLINIS
Gejala dari tarsal tunnel syndrome bervariasi dari masing-masing
individu, tetapi dari klinis umumnya: gangguan sensorik yang bervariasi
dari mulai sharp pain sampai hilangnya sensasi, gangguan motorik dengan
resultant atrophy dari intrinsic musculature, dan gait abnormality (Contoh
Overpronation dan pincang karena nyeri dengan weight bearing).
Deformitas dari hindfoot valgus berpotensi ke dalam gejala dari tarsal
tunnel syndrome karena deformitas tersebut dapat meningkatkan tension
menjadi peningkatan dari eversion dan dorsiflexion. Tidak ada penelitian
lainnya yang dapat menunjukkan hubungan secara statistik dari tarsal
tunnel syndrome dalam kondisi bekerja atau beraktivitas sehari-hari.
Prevalensi dan insiden dari tarsal tunnel syndrome belum pernah
dilaporkan.1
Faktor resiko terjadinya sindrom tarsal tunnel meningkat pada
Rematoid arthritis, memakai sepatu yang menekan, kehamilan, DM dan
penyakit tiroid. Selain itu postur kaki yang tidak baik (kaki terlalu miring
ke arah dalam) dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit ini.

Gambar 2. Peningkatan tekanan dan beban berat yang dipikul sendi dapat
mengakibatkan TTS

(a) (b)
Gambar 3. (a) posisi kaki yang baik (b) postur kaki yang terlalu dalam
2.7 PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan Fisik
Pasien-pasien umumnya dengan gejala yang tidak jelas
pada nyeri kaki, dimana terkadang dihubungkan dengan plantar
fasitis. Adanya nyeri, parestesia, dan rasa tebal merupakan gejala
yang tidak jelas. Pada beberapa kasus, adanya atropi pada otot
intrinsik kaki dapat ditemukan, meskipun secara klinik sulit untuk
dapat dipastikan. Eversion dan dorsofleksi dapat menimbulkan
gejala yang bertambah berat.4,1
Tanda Tinel (nyeri yang menyebar dan parestesi sepanjang
perjalanan dari saraf) dapat timbul pada bagian posterior dari
maleolus medial. Gejala-gejala tersebut umumnya akan berkurang
saat beristirahat, meskipun tidak semua gejala tersebut hilang
seluruhnya. (Perkusi dari saraf bagian distal dengan manifestasi
berupa parestesia dikenal sebagai tanda Tinel. Hal ini jangan
sampai dibingungkan dengan tanda dari Phalen, yaitu kompresi
saraf selama 30 detik, dengan timbulnya kembali gejala-gejala
tersebut).4,1
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penurunan
sensitivitas akan tekanan ringan, tusukan dengan peniti, dan suhu
pada pasien-pasien dengan distal symmetric sensorimotor
neuropathy. Pemeriksaan dengan radiografi pada pasien-pasien
dengan gangguan pada anggota geraknya menunjukkan adanya
pengurangan dari densitas tulang, penipisan pada phalang, atau
adanya bukti akan neuropathy (contoh: Charcot disease) pada long-
standing neuropathies. Sebagai tambahan adanya perubahan-
perubahan pada anggota tubuh seperti pes cavus, rambut rontok,
dan ulkus. Penemuan-penemuan tersebut sangat berhubungan
dengan diabetes, amyloid neurophaty, leprosy, atau hereditary
motor sensory neurophaty (HMSN) disertai dengan gangguan
sensorik. Menipisnya jaringan perineural ditemukan juga pada
kasus-kasus leprosy dan amyloid neuropathy.1,4,5
 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Electromyography(EMG) dan nerve conduction
velocity (NCV) dapatlah berguna untuk mengevaluasi
penyebab dari tarsal tunnel syndrome dan untuk memastikan
adanya neuropathy. Sebagai tambahan, dapat membedakan dari
tipe-tipe dari jaringan saraf (sensorik, motorik atau keduanya)
dan patofisiologi (aksonal vs demyelinating dan simetrik vs
asimetrik) dari pemeriksaan EMG dan/atau NCV. Pemeriksaan
ulang dari EMG seharusnya dilakukan dalam waktu 6 bulan
setelah tindakan operasi yang biasanya memberikan hasil yang
baik setelah penderita menjalani tindakan dekompresi.
b. Magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasonography dapat
cukup membantu yang berhubungan dengan kasus soft-tissue
masses dan space-occupying lesion lainnya pada tarsal tunnel.
Sebagai tambahan, MRI berguna dalam menilai suatu flexor
tenosynovitis dan unossified subtalar joint coalitions.
c. Plain radiography juga berguna untuk mengevaluasi pasien-
pasien dengan dasar kelainan struktur dari kaki, fraktur, bony
masses, osteophytes, dan subtalar joint coalition.1,4,5
 Pemeriksaan Histologi
Dihubungkan dengan neuroma pada kebanyakan kasus di
masyarakat, jaringan saraf merupakan yang paling intak dari
perineural sheath. Hasil ini merupakan hasil dari chronic nerve
compression dan irritation, yang dapat menyebabkan
pembengkakan pada saraf. Proliferasi dari jaringan fibrous
menimbulkan kompresi pada saraf, walaupun dapat menimbulkan
dekompresi dan jaringan fibrous tersebut harus dihilangkan. Kista
ganglion dapat menyebabkan peripheral neuropathies seperti
biasanya, tetapi ketika dikombinasikan hal itu bukanlah suatu
etiologi yang sering. Sumber dan penyebab dari kista ganglion
tetap tidak dapat dijelaskan, satu teori mengatakan bahwa fibrillar
degeneration dari kolagen dengan akumulasi dari intraselular dan
extraselular mucin. Jika dilakukan tindakan operasi maka lesi ini
harus dihilangkan secara in toto karena dapat menimbulkan nerve
decompression.1,4,5
2.8 PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ini bertujuan mengurangi inflamasi dan
nyeri. Pemberian injeksi steroid intra canal tarsal sering dikombinasikan
dengan anestesi lokal seperti lidokain.
B. Terapi konservatif (nonbedah)
Prinsip terapi ini adalah menurunkan tekanan pada n tibialis
posterior pemakaian orthoses,seperti pembidaian atau penyangga (brace),
untuk mengurangi tekanan pada kaki dan membatasi gerakan kaki.
Ketika konservatif terapi dinyatakan gagal dalam mengurangi gejala-gejala
pada pasien, maka intervensi operasi dapatlah diperhitungkan.

Gambar 4. Pembedahan, pelepasan tunnel tarsal


2.9 PROGNOSIS
Biasanya baik. Jika gejalanya menetap selama beberapa bulan, operasi
dapat diindikasikan. Penyebab yang mendasari dari kompresi saraf yang
lebih penting daripada sindrom itu sendiri.
BAB III
ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. NS
Umur : 60tahun
Alamat : Jl. Ale rasyid
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
No. Rm : 0000001
B. ANAMNESIS : Autoanamnesis
I. Keluhan Utama :
Telapak kaki terasa nyeri
II. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 4 hari SMRS pasien mengeluh telapak kaki terasa
nyeri. Pasien mengeluhkan nyeri terutama setelah pasien pulang
dari ladang. Nyeri dirasakan tajam seperti ditusuk jarum. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Jika digunakan untuk berjalan, nyeri
dirasakan bertambah parah. Nyeri pinggang (-) nyeri pada
pergelangan kaki (-).
Pasien juga merasakan kesemutan pada telapak kaki,
setelah itu pasien merasakan kedua kakinya terasa tebal. Keluhan
dirasakan hilang timbul. Keluhan dirasakan bertambah jika pasien
berjalan. Selama 4 tahun ini, pasien bekerja sebagai petani. Pasien
sering berjongkok saat melakukan pekerjaannya. Pasien
menyangkal riwayat bengkak dan panas di pergelangan kaki.
Pasien juga menyangkal riwayat.. Pasien menyangkal riwayat
kelemahan anggota gerak.
III. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya
- Riwayat Trauma disangkal
- Riwayat Hipertensi disangkal
- Riwayat Penyakit Gula disangkal
- Riwayat Alergi obat/makanan disangkal
IV. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikeluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal serupa, riwayat
HT (-), dan DM (-).
V. Riwayat Pribadi dan Sosial
- Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai petani
- Kebiasaan : Pasien makan 3 kali sehari dengan sepiring
nasi dan lauk pauk berupa tempe, tahu, sayur. Riwayat Merokok
disangkal, Riwayat minum alkohol disangkal, dan riwayat olahraga
juga disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemerikssan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan- sedang
Kesadaran : Komposmentis
GCS : E4M6V5
Tinggi Badan :160cm
Berat Badan : 58kg
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi Nadi : 88x/menit, regular
- Frekuensi Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 370C
Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-
), spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-
).
Kepala
Bentuk normocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut
hitam beruban, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi
otot (-)
Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
langsung dan tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm),
oedem palpebra (-/-), sekret (-/-), lagoftalmus (+/-)
Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah
tremor (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil
lidah atrofi (-)
Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP (R+2) ,limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
Thoraks
o Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
o Paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, gerakan
paradoksal (-)
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ), suara
tambahan (-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, bruit (-) dan
lien tidak teraba
Ekstremitas
Oedem Akral dingin

- - - -
- - - -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah
Laboratorium Nilai Nilai Normal
GDP (mg/dL) 100 70 – 100
GD2PP (mg/dl) 125 80 - 140
Kolesterol total (mg/dl) 201 50-200
LDL (mg/dl) 207 80-210
HDL (mg/dl) 46 37-91
Trigliserida (mg/dl) 77 <150
Asam urat 3,9 2,4-6,1

Foto Pedis PA
Kesan : Calcaneus spur pedis kanan

E. MASALAH
DIAGNOSIS
- Diagnosis Klinis
Hipoestesia tarsal bilateral , neuropati plantar pedis bilateral.
- Diagnosis Topik
Nervus tibialis dalam terowongan tarsal
- Diagnosis Etiologi
- Tarsal Tunnel Syndrome bilateral
Diagnosis Banding :
F. PENATALAKSAAN
 Medikamentosa
 Meloxicam 15 mg 1 x 1
 Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1
 Injeksi metylprednisolon 20 mg intrakompartemen
 Non medikamentosa
- Ultrasound pada terowongan tarsal (daerah malleolus medial)
kanan
- Infra Red pedis bilateral
- Menurunkan aktivitas dengan jongkok
 EDUKASI
 PROGNOSIS
BAB IV
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

 Pasien mengeluh telapak kaki terasa  Gejala klinis CTS 


nyeri. Pasien mengeluhkan nyeri Parastesia, numbness,
terutama setelah pasien pulang dari tingling pada jari 1 – 3 dan
ladang. Nyeri dirasakan tajam seperti setengah sisi radial jari 4
ditusuk jarum. Nyeri dirasakan hilang sesuai persarafan N.
timbul. Jika digunakan untuk berjalan, Medianus
nyeri dirasakan bertambah parah
 Rasa kebas dirasakan terutama pada
malam hari.
 Pasien sering menggunakan tangan kiri  Gerakan yang berulang-ulang
untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. pada pergelangan tangan 
 Pasien mengaku mempunyai kebiasaan bertambahnya resiko
mencuci dan memeras pakaian dengan terjadinya carpal tunnel
tangan di rumah. sindrome
 Pasien memiliki riwayat penyakit DM
(+) 3 bulan lalu dirawat di RSUD  DM, Obesitas dan hiperkol
Embung Fatimah dengan penurunan esterol komponen sind.
kesadaran akibat DM setelah itu pasien Metab: fx risiko CTS 
mulai sering terasa kebas pada jari hiperkol dan LDL-C tinggi 
tangan kiri, dan terdapat nyeri di fibrogenesis  proliferasi
pergelangan tangan yang tidak menjalar. jaringan ikat intraneural 
Nyeri berkurang bila pergelangan pembesaran sran nervus
tangan dipijat atau dikibas-kibaskan. medianus  CTS

Gejala Klinis CTS Keluhan Pasien


a. Parastesia, numbness, tingling pada jari 1 – a. Rasa kebas, kesemutan, terasa
3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai tebal pada telapak tangan kanan
persarafan N. Medianus dan ujung jari 1-3 tangan kanan
b. Keluhan tidur malam hari akibat parastesia b. Nyeri terasa lebih berat pada
serta nyeri yang hebat malam hari menjalar ke lengan
c. Bengkak pergelanan tangan, tangan dingin kanan hingga menganggu tidur
dan pergerakan jari menurun malam hari
d. Disfungsi sensorik dan atrofi otot thenar c. Keluhan pasien membaik dengan
e. Keluhan membaik dengan mengibas- mengibas-ngibaskan, memijat,
ngibaskan, memijat, tangan, kompres hangat tangan kanannya
mengistirahatkan tangan yang sakit serta
meletakkan tangan pada posisi yang lebih
tinggi.
BAB V
KESIMPULAN

Sindrom Tarsal tunnel adalah kompresi pada saraf tibialis posterior yang
menghasilkan gejala sepanjang jalur saraf. Penyakit ini lebih dominan pada
wanisa dewasa.Beberapa faktor berhubungan dengan terjadinya sindrom tarsal
tunnel. Soft-tissue masses dapat menimbulkan compression neuropathy dari
bagian saraf tibialis posterior. Contoh termasuk lipoma, tendon sheath ganglia,
neoplasma pada tarsal canal, nerve sheath dan nerve tumor, dan vena varicose.
Tulang yang menonjol dan exostoses dapat pula menimbulkan gangguan.
Gangguan yang timbul adalah gangguan sensorik yang bervariasi dari
mulai sharp pain sampai hilangnya sensasi, gangguan motorik dengan resultant
atrophy dari intrinsic musculature, dan gait abnormality (Contoh Overpronation
dan pincang karena nyeri dengan weight bearing).
Faktor resiko terjadinya sindrom tarsal tunnel meningkat pada Rematoid
arthritis, memakai sepatu yang menekan, kehamilan, DM dan penyakit tiroid.
Selain itu postur kaki yang tidak baik (kaki terlalu miring ke arah dalam) dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit ini
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penurunan sensitivitas akan tekanan
ringan, tusukan dengan peniti, dan suhu serta terdapat Tanda Tinel (nyeri yang
menyebar dan parestesi sepanjang perjalanan dari saraf) dapat timbul pada bagian
posterior dari maleolus medial.
Pemeriksaan Electromyography (EMG) dan nerve conduction velocity (NCV)
dapatlah berguna untuk mengevaluasi penyebab dari tarsal tunnel syndrome dan
untuk memastikan adanya neuropathy. Magnetic resonance imaging (MRI) dan
ultrasonography dapat cukup membantu yang berhubungan dengan kasus soft-
tissue masses dan space-occupying lesion lainnya pada tarsal tunnel.
DAFTAR PUSTAKA

1. Persich, G. Tarsal Tunnel Syndrome. Available from: URL:


http://Bedah%20Saraf/Tarsal%20Tunnel%20Syndrome%20%20eMedi
cine%20Orthopedic%20Surgery.htm.
2. Graaff, V.D. Tibial nerves. In: Human anatomy. 6th ed. New York:
McGraw-Hill. 2001.
3. Feldman et al. Tarsal tunnel syndrome. In: Atlass of neuromuscular
diseases; A practical guidline. New York: SpringerWien. 2005.
4. Leis, A., Vicente, C. Tarsal tunnel syndrome, In: Atlas of
electromyography in extraspinalsciatica, Arch. Neurol,2000.63:1-8
5. William,S.P. Entrapment neurophaties and other focal neurophaties.
In: Jhonson’s Practical Electromyography. 4th ed. New York:
Lippincott Williams&Wilkins. 2007.
6. Ahmad M, et al. tarsal tunnel syndrome: A literature review. Foot
Ankle Surg(2011),doi:10.1016/j.fas.2011.10.007
7. Antoniadis G, Scheglmann K. posterior tarsal tunnel syndrome:
Diagnosis and treatment. Dtsch Arztebl Int.2008;23(6):404-411

Anda mungkin juga menyukai